NovelToon NovelToon

Anak Genius Milik Sang Milliarder

Awal

"Cucu-cucumu perempuan semua ya, Jeng? Siapa yang mau jadi pewaris Perusahaan Agro Property kalau perempuan semua? Kalau perempuan kan nanti harus ikut suami dan kebanyakan jadi ibu rumah tangga kaya kita," ucap Ibu Shera, salah satu anggota arisan tengah mengomentari temannya yang mempunyai cucu perempuan semua.

"Anaknya Julian nanti cowok, udah dapat aku pastikan itu." jawabnya tak terima dengan komentar dari temannya, dia adalah Mama Martha Selina yang merupakan Ibu dari laki-laki bernama Julian Thomas Roberto.

"Yakin, Jeng? Bukannya istri Julian saat ini sedang hamil? Itu sudah yakin kalau perempuan bayinya?" tanya Ibu Shera lagi.

Mama Martha terdiam cukup lama mendengar pertanyaan dari temannya. Kedua anak laki-lakinya Arshaka Yudha Roberto dan Miguel Narendra Roberto sudah memberikan masing-masing dua cucu perempuan. Sedangkan anak bungsunya Julian, istrinya kini sedang hamil 6 bulan tanpa sepengetahuan sang suami yang sedang bekerja di luar negeri. Ini semua keinginan dari Mama Martha yang ingin mengetahui jenis kelamin cucunya terlebih dahulu sebelum Julian tahu. Menantunya pun menyanggupi itu tanpa tahu alasan dibaliknya.

"Sudah pasti laki-laki itu bayinya. Emaknya aja nggak suka dandan dan malah sering perbaiki barang rusak di gudang," ucap Mama Martha mencoba yakin di tengah keraguan hatinya.

"Misalnya nih, Jeng. Kalau anak dari istri Julian si Chiara itu nantinya perempuan, bagaimana?" tanya teman arisan Mama Martha yang lain, Ibu Aster dengan tatapan penasaran.

"Aku suruh gugurin. Kalau dia nggak mau, aku pisahkan dia sama anakku. Pokoknya cucuku kali ini harus cowok," ucap Mama Martha dengan seringaian liciknya.

"Ha?"

Bahkan semua orang yang hadir di tempat arisan itu sangat terkejut mendengar ucapan Mama Martha. Adakah seorang perempuan yang menyuruh istri anaknya sampai menggu.gurkan kandungannya? Bahkan punya rencana untuk memisahkan mereka jika tak sesuai harapannya. Tanpa mereka ketahui, pembicaraan itu telah didengar oleh sosok perempuan yang baru saja pulang.

Duarrr...

Di balik pintu menuju ruang tamu, ada seorang perempuan muda yang terkejut mendengar ucapan mertuanya. Dia adalah Chiara Jane. Perempuan cantik nan polos yang merupakan istri dari anak Mama Martha, Julian. Chiara memegang dadanya yang seakan terkejut atas penuturan Mama Martha.

"Mama jahat banget. Padahal selama ini kelihatan baik sejak awal bertemu sampai hamil," gumam Chiara dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang, kita harus pergi dari sini. Jangan biarkan Nenekmu itu menyakiti kamu. Kita akan bahagia walaupun tanpa Papa dan keluarga ini," lanjutnya sambil mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar.

"Eh... Chiara..." seru Ibu Aster saat melihat ada seorang perempuan tengah berjalan hendak melewati ruang tamu.

Deg...

Chiara memalingkan wajahnya ke arah Mama Martha dan teman-teman arisannya dengan tersenyum. Seakan sebelumnya ia tak pernah mendengar ucapan menyakitkan hati dari mertuanya. Bahkan Chiara mendekati Mama Martha yang raut wajahnya terlihat sangat tegang. Chiara mencium tangan mertuanya begitu pula dengan teman-teman arisannya.

"Habis darimana, Chiara? Sejak dari kapan kamu pulangnya? Kok nggak kedengeran ada mobil masuk halaman rumah," tanya Ibu Shera mencoba mengorek informasi tentang kepulangan Chiara.

"Baru saja, Tante. Tadi pulangnya pakai taksi, jadi dari depan langsung jalan masuk makanya nggak kedengeran ada suara mobil." jawab Chiara dengan nada lembutnya.

"Chiara baru pulang dari rumah sakit, Tante. Buat cek kehamilan," lanjutnya.

"Wah... Udah besar banget ini perutnya. Udah berapa bulan?" tanya Ibu Aster dengan tatapan penasarannya.

"Jalan tujuh bulan, Tante." jawab Chiara.

"Wah... Bentar lagi lahiran dong. Udah tahu belum ini babynya perempuan atau laki-laki?" tanya Ibu Rukmi, teman arisan Mama Martha yang lain.

"Cowok. Anak dari Chiara dan Julian itu pasti cowok. Iya kan, Chiara?" sela Mama Martha yang sebenarnya ikut penasaran dengan jenis kelamin calon cucunya itu.

"Iya, cowok." Jawab Chiara dengan singkat.

"Kalau begitu, Chiara masuk dulu ya semuanya. Maaf Chiara tidak bisa gabung dan ngobrol terlalu lama. Punggungnya sering pegal kalau terlalu lama duduk," lanjutnya yang ingin menyudahi pembahasan ini.

Raut wajah Mama Martha begitu bahagia mendengar ucapan menantunya itu. Ia juga begitu lega karena melihat respons Chiara yang biasa saja. Itu artinya pembicaraan mereka tak didengar oleh menantunya itu. Seharusnya hari ini dia ikut ke rumah sakit untuk mengetahui hasil USG dan jenis kelamin baby dari menantunya. Namun teman-teman arisannya malah datang ke rumah hingga ia tak jadi ikut.

"Iya. Istirahatlah yang banyak, Chiara. Jangan banyak aktifitas, biar memasak dan lainnya itu jadi urusan pembantu." ucap Mama Martha dengan penuh perhatian membuat Chiara hanya menganggukkan kepala dan tersenyum singkat.

Benar kan kalau kali ini aku dapat cucu laki-laki,

Senangnya, dia akan menjadi cucu kesayanganku.

Jangan lupakan cucumu yang lain,

Jangan pilih kasih,

Ucapan-ucapan itu masih terdengar oleh telinga Chiara sampai dirinya masuk ke dalam kamar. Raut wajahnya berubah sendu dan tubuhnya merosot di balik pintu kamar. Chiara menangis dalam diam, meratapi nasibnya setelah ini. Selama ini Chiara berfikir kalau mertuanya sangat baik karena selalu bersikap lembut dan perhatian kepadanya.

Bahkan dari awal dia berpacaran hingga menikah dengan Julian, Mama Martha bersikap baik padanya. Ia yang berasal dari keluarga sederhana diterima baik oleh Mama Martha dan Papa Fabio Axel Roberto. Entah apa yang membuat Mama Martha mempunyai rencana seperti itu? Apakah karena murni keinginannya untuk mempunyai cucu laki-laki atau ada hal lainnya?

"Mas Julian... Andai saja aku tak menuruti keinginan Mama untuk menyembunyikan kehamilan ini, mungkin semua takkan seperti ini. Kamu pasti akan melindungiku. Sekarang aku takut bilang ini sama kamu karena bisa membahayakan anak kita," gumam Chiara yang menyesal karena terlalu penurut pada rencana Mama Martha.

"Apa jangan-jangan Mama melakukan ini semua agar bisa mudah menyingkirkanku ketika cucunya bukan cowok? Huh... Aku terlalu polos selama ini. Tidak bisa melihat wajah asli yang disembunyikan Mama," ucapnya sambil menghela nafasnya kasar.

***

Chiara mengambil tas ransel miliknya dari dalam lemari kemudian memasukkan perhiasan, ponsel, dan uang tunai. Beruntung beberapa hari yang lalu, ia mengambil uang tunai dalam jumlah besar dengan alasan biar mudah ketika ingin jajan. Itulah alasannya saat ditanya oleh Julian saat ponsel suaminya muncul notifikasi penarikan uang dalam jumlah besar. Padahal saat itu Chiara hanya iseng menuruti ngidamnya yang ternyata bermanfaat juga. Rencananya, Chiara akan pergi dari rumah ini untuk menyelamatkan anaknya. Kalimat dari dokter dan Mama Martha saat arisan itu terus terngiang dalam ingatannya dan membuatnya ketakutan.

Selamat, Nyonya. Jenis kelamin babynya perempuan,

Perempuan...

Gugurin...

Babynya perempuan,

Akan aku pisahkan dengan anakku,

"Nggak usah bawa ATM ini. Percuma... Nanti malah kepergianku bisa dilacak sama Mas Julian kalau aku ambil uang pakai ini," ucapnya setelah mencoba menenangkan pikiran dan hatinya.

"Mas Julian... Maafkan semua kesalahan Chiara ya. Maafkan Chiara yang belum bisa jadi istri yang sempurna. Semoga usaha kamu di luar negeri selama berbulan-bulan ini bisa sukses. Keinginan dan harapanmu untuk mandiri juga semoga segera terkabul. Chiara sangat mencintaimu dan seterusnya begitu," tulis Chiara kemudian mengirim pesan itu pada suaminya yang berada jauh darinya selama beberapa bulan ini.

"Semangat, Chiara. Hidup baru bersama baby princess," gumamnya memberi semangat kemudian pergi keluar dari kamar saat waktu menunjukkan jam 2 dini hari.

"Selamat tinggal, Mas Julian. Aku harap kamu bisa mendapatkan anak laki-laki sesuai keinginan Mama suatu saat nanti," ucapnya lirih setelah berhasil keluar rumah melalui pintu belakang sambil mematikan ponselnya dan mematahkan sampai membuang kartu operator selulernya.

Kembalinya Julian

Hoamm...

"Tumben jam segini istriku sudah kirim pesan," gumam seorang pria dewasa yang baru bangun tidur dan melihat ponselnya, dia adalah Julian Thomas Roberto.

Deg...

Jantung Julian seakan ingin melompat dari tempatnya membuat dia langsung memelototkan mata dan terduduk di atas ranjang. Tangannya mengucek matanya berulangkali seakan tak percaya dengan pesan yang dikirim oleh istrinya. Sebenarnya bukan pesan mengejutkan atau bagaimana, namun entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Pesan yang aneh, seakan menyiratkan suatu hal tidak baik.

"Manis sih, tapi nggak kaya biasanya. Ngapain Chiara minta maaf, orang dia nggak salah. Malah terlalu sempurna untukku. Aku bahkan belum bisa mandiri dan memanjakannya menggunakan uangku," gumamnya yang kemudian mencoba menghubungi sang istri.

"Mohon maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Silahkan coba beberapa saat lagi,"

"Astaga... Semoga ini bukan pertanda buruk," ucapnya setelah mencoba menghubungi Chiara berulangkali.

Suara dari operator membuat Julian sedikit frustasi. Ini masih tengah malam, dia berharap kalau istrinya baik-baik saja dan melanjutkan tidurnya. Perbedaan waktu 4 jam dengan negara tempat istrinya tinggal, membuat dia dan Chiara sedikit kesulitan saat berkomunikasi.

Julian Thomas Roberto merupakan anak dari pasangan Martha Selina dan Fabio Axel Roberto. Di balik bayang-bayang nama ayahnya yang merupakan pengusaha dan pebisnis sukses, tak membuat Julian manja juga mengandalkan bisnis keluarganya. Setelah menikah dengan Chiara, ia membangun bisnisnya sendiri. Jika Papa Fabio membangun perusahaan property dan ekspor impor, berbeda dengannya. Ia membangun perusahaan yang bergerak dalam pengembangan game dan robot.

"Sebentar lagi kita akan tinggal bersama lagi," ucap Julian mencoba meyakinkan dalam hatinya bahwa perpisahannya dengan sang istri tinggal menghitung hari bahkan jam saja.

Julian berada di luar negeri untuk mendapatkan investor baru karena pengembangan robot dan game memang masih sulit di dalam negaranya sendiri. Sehingga ia membutuhkan teknologi dan bahan baku yang langsung disurvey di luar negeri.

Sudah 6 bulan dirinya di luar negeri, investor dan bahan pendukung pembuat game juga robot sudah berada di tangannya. Sebenarnya saat Julian belum berangkat ke luar negeri, istrinya sudah hamil. Namun Chiara memang belum tahu dan baru mengetahuinya setelah Julian berangkat.

***

"Papa..." seru seorang wanita paruh baya dengan raut wajah paniknya berlarian di tangga rumah, dia adalah Mama Martha.

"Jangan lari-larian di tangga, Ma." tegur Papa Fabio dengan rasa khawatirnya.

"Ada apa?," lanjutnya saat sang istri sudah berada di hadapannya dengan nafas ngos-ngosan.

"Chiara, Pa." ucap Mama Martha yang wajahnya tampak pucat dan pias karena mengingat sesuatu.

"Chiara kenapa? Chiara sudah mau melahirkan? Atau bagaimana?" tanya Papa Fabio yang merasa geregetan dengan istrinya.

"Bukan itu, Pa. Chiara pergi..." seru Mama Martha.

"Pergi? Kemana? Paling juga pergi ke pasar atau jalan-jalan keliling komplek. Bukannya setiap pagi sampai siang memang seperti itu," ucap Papa Fabio dengan tatapan anehnya.

"Lihat, Pa." ucap Mama Martha sambil menyerahkan ATM, buku nikah, dan cincin pernikahan milik Chiara.

"Lho... Tumben cincin pernikahannya Chiara lepas? Apa udah kekecilan?" tanya Papa Fabio yang merasa sedikit kejanggalan.

"Bukan kekecilan, Papa. Chiara memang pergi dari rumah ini. Buku nikah juga ngapain ditaruh di atas nakas," seru Mama Martha yang geregetan sendiri.

"Apa?" seru Papa Fabio yang baru tersadar dari kebodohannya sendiri.

"Tapi beneran Chiara kabur? Mungkin saja dia baru pergi kemana gitu," lanjutnya yang masih belum percaya.

"Mama sudah tanya pada ART, kalau tidak ada yang melihat Chiara dari pagi sampai sesiang ini keluar kamar. Mama juga udah cek kamarnya," seru Mama Martha yang kesal dengan suaminya itu.

"Paijan... Cek CCTV," seru Papa Fabio tiba-tiba memanggil ketua bodyguard di rumahnya.

"Baik, Tuan." seru Paijan yang langsung menjalankan perintahnya.

Papa Fabio dan Mama Martha mengikuti Paijan ke ruang CCTV. Dengan jeli, mereka melihat bagaimana Chiara pergi saat dini hari dengan berjalan mengendap-endap. Namun yang Mama Martha lihat justru mata menantunya yang tampak berkaca-kaca.

"Nona Chiara pergi lewat pintu belakang, Tuan." ucap Paijan memberitahu.

"Retas CCTV jalan," titah Papa Fabio namun Paijan menggelengkan kepalanya.

"Mohon maaf, Tuan. Jalan yang dilewati Nona Chiara tidak ada CCTV," jawab Paijan dengan tatapan menyesalnya.

"Bagaimana ini, Pa? Chiara kabur ini. Nggak mungkin dia pergi sepagi itu kalau cuman untuk urusan biasa. Mana celingak-celinguk kaya maling," ucap Mama Martha dengan raut wajah paniknya.

"Apa dia habis bertengkar sama Julian? Makanya pergi dari rumah ini," tanya Papa Fabio entah pada siapa.

"Mungkin. Sebentar... Biar Mama hubungi Julian," ucap Mama Martha yang langsung keluar dari ruang CCTV.

"Terimakasih, Paijan. Tolong retas ponsel Chiara. Siapa tahu masih bisa dicek posisinya," suruh Papa Fabio kemudian pergi dari sana.

***

"Gimana, Ma?" tanya Papa Fabio yang melihat raut wajah istrinya tampak seperti orang depresi.

"Julian malah tanya kenapa ponsel Chiara nggak aktif, Pa." jawab Mama Martha dengan rasa takutnya.

"Ada apa ini sebenarnya? Tidak mungkin Chiara pergi dari rumah ini tanpa sebab. Dia gadis yang baik dan tidak neko-neko, pasti ada satu hal besar hingga mengambil keputusan untuk kabur." ucap Papa Fabio mencoba menerka-nerka penyebab menantunya pergi.

"Permisi, Tuan dan Nyonya. Ada yang ingin saya bicarakan," ucap seorang wanita tua yang tak lain adalah pembantu di rumah itu, Bibi Meimei.

Mama Martha dan Papa Fabio terkejut melihat kedatangan Bibi Meimei. Raut wajahnya begitu serius, seakan ingin membicarakan hal penting. Papa Fabio memintanya untuk duduk dan menyuruhnya segera berbicara.

"Mohon maaf apabila ucapan saya sedikit menyinggung Nyonya. Namun saya melihat sendiri bagaimana Nona Chiara menangis setelah mendengar ucapan Nyonya Martha dan teman-teman arisannya. Mungkin ini alasan Nona Chiara pergi dari rumah," ucap Bibi Meimei yang kemarin tak sengaja melihat Chiara di dekat ruang tamu sambil menahan tangis.

Deg...

"Ucapan apa, Bi?" tanya Papa Fabio sambil melirik sekilas ke arah istrinya yang diam dengan wajah tegangnya.

"Mengenai cucu perempuan dan laki-laki. Nyonya menangis sebelum hendak masuk ke kamar karena mendengar ingin dipisahkan dari suaminya kalau anak Nona Chiara perempuan," jawab Bibi Meimei.

"Mama..." seru Papa Fabio yang langsung memanggil sang istri.

"It... Itu hanya bercanda, Pa. Mana Mama tahu kalau Chiara juga mendengarnya," ucap Mama Martha dengan gugup mencoba membela diri.

"Tapi mental orang itu beda-beda, Ma. Pasti Chiara takut jika suatu saat nanti dipisahkan sama suaminya hanya karena anak yang dikandungnya itu perempuan. Makanya dia memilih pergi dari rumah ini," ucap Papa Fabio sambil meraup wajahnya yang tampak frustasi.

"Terus sekarang ini bagaimana? Kalau Julian sampai tahu Chiara pergi karena ucapan Mama, dia akan marah besar." lanjutnya membuat Mama Martha tak kalah takutnya.

"Padahal anak dari Chiara itu katanya..."

Mama, Papa, Chiara... Julian pulang...

Deg...

Marahnya Julian

"Pa, itu suara Julian." ucap Mama Martha dengan suara bergetar karena ketakutan.

Bibi Meimei yang merasakan aura ketegangan di sana langsung keluar setelah menyampaikan keterangannya tentang kepergian Chiara. Bukan ia ingin keluarga ini bersitegang, dirinya hanya berusaha mengungkap penyebab kepergian Chiara. Ia kasihan melihat Chiara yang tertekan karena ucapan mertuanya dan harus menutupinya dengan senyuman saat hendak berjalan masuk.

"Bukannya tadi Mama bilang kalau Julian balik bertanya kenapa Chiara hpnya tidak aktif? Apakah berarti tadi Julian sudah ada di negara ini? ucap Papa Fabio yang membuat Mama Martha menepuk dahinya pelan.

"Pantas saja tadi saat telfon itu ada suara banyak orang dan panggilan flight, Pa. Kemungkinan tadi Julian ada di Bandara," ucap Mama Martha dengan pelan.

"Hadap..."

"Papa... Mama..." panggil Julian saat melihat keberadaan kedua orangtuanya yang tengah berbincang.

"Julian..." seru Mama Martha yang langsung menghambur dalam pelukan Julian untuk menunda pertanyaan anaknya mengenai Chiara.

"Mama rindu sekali denganmu," lanjutnya.

"Julian juga rindu Mama. Akhirnya Julian bisa berhasil dan akan tinggal di sini bareng kalian lagi," ucap Julian dengan senyum lebarnya.

"Chiara mana, Ma?" lanjutnya bertanya setelah melepaskan pelukan Mamanya.

Mama Martha melirik sekilas pada Papa Fabio agar membantu menjelaskan. Namun Papa Fabio pura-pura tak melihat karena begitu kecewa dengan istrinya. Asal bicara membuat Chiara yang polos dan sedang hamil memilih kabur. Ia yakin kalau mental Chiara kemarin dan saat ini sangat down saat mendengar ucapan mertuanya itu.

"Chiara menginap di rumah orangtuanya. Ya... Menginap," ucap Mama Martha dengan alasannya.

"Menginap? Baiklah... Setelah mandi, aku akan menyusulnya." ucap Julian membuat Mama Martha gelagapan.

"Bes..."

"Istrimu kabur, Jul." sela Papa Fabio membuat Mama Martha memelototkan matanya.

"Kabur?" seru Julian sambil terkekeh pelan.

"Jangan bercandalah, Pa. Julian lagi capek nih, jangan gini." ucapnya sambil menghempaskan badannya di atas sofa.

Mama Martha menyenggol lengan suaminya agar tak berbicara jujur mengenai masalah ini. Ia takut Julian marah besar padanya. Julian ini merupakan anak yang paling menakutkan ketika marah. Bukan hanya akan mendiamkan, tapi langsung merusak semua barang-barang di hadapannya. Hanya Chiara yang bisa menghentikan kegilaan itu.

"Papa sedang tidak bercanda," Papa Fabio seakan tak menggubris larangan dari Mama Martha.

"Chiara kabur sejak dini hari tadi. Sampai siang ini, keberadaannya belum bisa Papa ketahui. Orang-orang Papa sedang mencarinya dan berusaha meretas CCTV jalan yang kemungkinan dilalui istrimu," lanjutnya membuat raut wajah Julian berubah drastis.

Wajahnya mengeras dan memerah, bahkan otot-otot pada lehernya terlihat menonjol. Kedua tangannya mengepal erat seakan menahan emosi yang membuncak di dalam dada. Tatapannya tajam, menatap pada Papa Fabio dan Mama Martha yang menundukkan kepalanya. Luka seujung kecil pun badan pada Chiara, ia akan marah. Apalagi sampai Chiara kabur meninggalkan dirinya.

"Bagaimana bisa Chiara kabur? Aku dan Chiara sedang baik-baik saja. Kami tak sedang bertengkar atau ribut. Ah... Pantas saja semalam Chiara kirim pesan minta maaf padaku tapi setelah itu aku hubungi tidak aktif ponselnya," ucap Julian dengan nada datarnya.

"Chiara kabur karena nggak kuat LDR-an sama kamu," ucap Mama Martha cepat membuat Papa Fabio mendengus sebal.

"Nggak mungkin. Ini sudah kesepakatanku dengan Chiara setelah menikah," bantah Julian menolak alasan Mama Martha.

"Memang bukan, Julian. Tapi Mamamu itu yang buat gara-gara sama Chiara. Istrimu sedang hamil..."

"Apa? Hamil? Kenapa Chiara nggak pernah ngomong sama aku?" seru Julian menyela ucapan Papa Fabio.

"Mampus," gumam Mama Martha dengan dahi sudah berkeringat dingin.

"Sebenar..."

"Mama lebih baik diam saja. Biar Papa yang menjelaskan. Mama malah seakan melindungi diri sendiri dan membuat nama baik Chiara jadi jelek di mata Julian," tegur Papa Fabio dengan nada tegasnya.

Papa Fabio menceritakan dugaan alasan mengapa Chiara bisa kabur dari rumah. Mama Martha mencoba membantah namun sangat sulit karena ada yang melihat Chiara begitu terpukul mendengar ucapan-ucapannya dengan teman arisan. Papa Fabio lebih memilih jujur dibandingkan menutupi semua masalah ini agar ke depannya permasalahan tak semakin runyam.

Brakkk...

Prang...

Aaaaa...

"Mama keterlaluan," sentak Julian sambil memukul meja kaca di depannya sampai pecah.

"Da... Darah. Julian, tanganmu berdarah." ucap Mama Martha yang kini langsung memeluk suaminya sambil menunjuk ke arah telapak tangan anaknya.

"Biar. Istriku hamil di luar sana, sedangkan aku suaminya malah tidak tahu dimana dia sekarang. Suami macam apa aku ini? Yang tidak bisa menjaga istrinya," seru Julian dengan mata berkaca-kaca menyalahkan dirinya sendiri.

"Mama juga seorang perempuan, apa nggak mikir kalau itu semua terjadi juga sama Mama." lanjutnya dengan sorot mata penuh luka menatap Mamanya.

"Maafkan Mama, Julian. Waktu itu Mama hanya bercanda," ucap Mama Martha melakukan pembelaan.

"Bercanda Mama nggak lucu dan tidak pada tempatnya. Rencana Mama yang meminta Chiara menyembunyikan kehamilannya dari aku, itu juga salah. Suami apa yang tidak tahu istrinya lagi hamil?" ucap Julian sambil menggelengkan kepalanya.

"Maksud Mama waktu itu..."

"Apa? Mama ingin Chiara memberi kejutan pada Julian, begitu? Seharusnya Julian mendampingi Chiara saat hamil dan melahirkan nanti. Dia pasti kesusahan saat hamil harus mual dan ngidam sendiri. Mama memang jahat," sela Julian dengan raut wajah penyesalannya.

Julian merasa tidak becus menjadi seorang suami. Tak bisa menjaga sang istri yang sedang hamil. Jika saja dia tahu Chiara hamil dari sebelum berangkat ke luar negeri, dia akan mengurungkan niatnya. Ia bisa mengutus asistennya untuk pergi ke luar negeri.

"Kamu mau kemana, Julian?" seru Mama Martha saat melihat anaknya pergi keluar rumah.

"Obati dulu itu luka di tanganmu," serunya saat pertanyaannya tak digubris oleh Julian.

"Mama harus cari cara buat menemukan Chiara. Papa nggak mau tahu," ucap Papa Fabio yang kemudian ikut pergi meninggalkan rumah.

Julian berencana menenangkan dirinya sekaligus mencari keberadaan Chiara. Sedangkan Mama Martha terlihat kebingungan. Suami dan anaknya marah besar padanya. Akibat keegoisan karena obsesinya terhadap cucu laki-laki membuat dia tak menyaring ucapannya. Ia juga sampai tak bisa berpikir kalau setiap saat Chiara dapat mendengar ucapannya itu.

"Bodoh," gumam Mama Martha sambil memukul kepalanya berulangkali.

"Apa aku jodohkan saja Julian sama anak temanku? Biar dia lupa sama Chiara. Toh... Nggak ada untungnya juga Chiara di samping Julian. Kaya enggak, eh kayanya anak yang dikandungnya juga cewek. Nggak mungkin dia sampai kabur begini kalau calon bayinya itu cowok," gumam Mama Martha dengan ide liciknya.

"Ya, benar. Itu ide yang sangat bagus," lanjutnya yang kemudian pergi menuju kamarnya dengan raut wajah tanpa rasa bersalah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!