NovelToon NovelToon

Benih Yang Tertukar

Bab satu. Hamil

Dokter Sherly menatap wajah Bella dengan tatapan dalam. Kedua telapak tangannya saling meremas berusaha menetralisir ketegangannya. 

Suhu dalam ruangan terasa sejuk karena AC. Namun, Bella merasakan punggungnya berkeringat karena tegang. Bella menatap kedua belah bibir sang dokter, menunggu sepatah dua kata yang akan menentukan masa depan rumah tangganya. Namun, sang dokter sekaligus sahabatnya itu masih diam membeku.

Melihat gelagat sang dokter, sebenarnya Bella sudah bisa menebak apa yang akan disampaikan dokter obgyn di hadapannya. Namun, dia masih berharap akan mujizat. Yang akan menyelamatkan kapal pernikahannya yang mau karam.

"Dokter, bagaimana hasilnya?” Akhirnya meluncur juga kalimat itu dari celah bibir Bella. Karena tidak sanggup menahan lebih lama lagi ketegangan di antara mereka.

Dokter Sherly menghela napas panjang. Dia menatap sahabat di depannya yang menunggu penuh harap jawaban darinya. Mereka dulu satu sekolah semasa SMA. Dan berpisah selama sekian tahun. Pertemuan mereka kembali saat sama-sama menghadiri reuni sekolah. Ternyata mereka tinggal satu kota. Sejak itu jalinan persahabatan mereka tersambung kembali. Tepatnya setahun yang lalu.

Lalu, Bella mengisahkan dirinya yang belum memiliki anak, oleh Dokter Sherly menyarankan Bella mengikuti proses inseminasi.

Pada akhirnya usaha itu berhasil, Bella hamil. Ternyata sahabatnya itu tidak mandul. Akan tetapi saat memeriksa ulang, Dokter Sherly dikejutkan oleh sebuah kenyataan. Ternyata dia telah melakukan kesalahan fatal. Sp**ma yang dia suntikan kerahim Bella adalah sp**ma milik seorang pria, yang menyewa rahim untuk melahirkan keturunannya.

Hal inilah yang hendak ia sampaikan pada Bella dan Gavin. Sebagai dokter dia telah lalai dan siap menerima konsekuensi dari kelalaiannya. Nama besarnya dipertaruhkan disini. Untuk itulah dia mau jujur pada mereka. Menjelaskan semuanya, dengan resiko kehilangan izin prakteknya sebagai dokter.

“Hasilnya positif, tapi …” nada ucapan Sherly tercekat di tenggorokan, kedua bola matanya mengerjap, menatap Bella dengan tatapan penuh penyesalan. Kalimatnya menggantung membuat Bella semakin penasaran.

“Apa dokter, aku positif hamil! Bener …?” Tatap Bella tidak percaya. Spontan dia berdiri saking riangnya mendengar ucapan dokter di hadapannya. Bella kaget setengah mati, karena impian dan doa-doanya akhirnya terkabul juga. Bella ingin menghambur ke pelukan dokter Sherly. Namun, sikap dingin sang dokter membuat Bella mengurungkan niatnya. 

Bella kembali duduk di kursinya. Menahan emosinya yang hendak meluap saking bahagianya. Tapi melihat ekspresi bersalah di wajah sahabatnya membuat Bella curiga. Bella menelusuri wajah sang dokter. Mencoba menerka sikap dokter yang menyimpan misteri.

Dokter Sherly merasa jengah ditatap seperti itu. Dialihkannya pandangannya. Rasanya tidak tega untuk berterus terang. Tapi dia harus jujur. Terlebih saat ingat akan sumpah jabatannya.

"Apa ada yang salah dokter?” Ucap Bella, tepat di manik hitam itu.

Dokter Sherly mengangguk, susah payah menelan salivanya yang mendadak terasa pahit. Kali ini wajahnya berubah tegang. “Maafkan aku, Bell. Kamu memang positif hamil. Itu artinya kamu tidak mandul. Tapi …” Bella menatap Dokter Sherly penasaran.

“Tapi kenapa dokter?”Kejar Bella semakin penasaran.

“Sebelumnya saya minta maaf, Bel. Saya siap menanggung konsekuensi dari tindakan saya. Karena ini adalah murni kelalaian saya. Untuk itu saya sudah siap menanggung semua akibatnya. Termasuk kehancuran karir saya sebagai dokter.” Sherly menunduk lemah. Jari jemarinya semakin kuat saling bertaut.

Kedua alis mata Bella mengernyit. Heran dengan ucapan sahabatnya itu.

“Maksud dokter apa? Aku bingung dan tidak mengerti dengan semua kata-kata dokter. Barusan dokter mengatakan aku positif hamil. Lantas kenapa dokter malah berkata aneh seperti itu?”

“Bel, kamu memang positif hamil. Seperti hasil pemeriksaan, kamu tidak mandul. Tapi, benih yang disuntikkan ke rahimmu bukan sp**ma Ryan. Entah bagaimana kejadiannya hal itu bisa sampai tertukar. Makanya aku bilang siap bertanggung jawab atas kelalaian ini. Maafkan aku Bella.” Sorot mata Sherly begitu pasrah.

“Tertukar? Kok bisa? Jadi benih di dalam rahimku milik siapa?” Beliak Bella tak kalah paniknya. Terbayang wajah murka suaminya bila mengetahui hal ini. Tentu rumah tangganya akan semakin hancur. 

Sebenarnya Bella diam-diam mengikuti program kehamilan ini. Setelah dua  kali gagal melakukannya di tempat lain, Bella meminta bantuan Dokter Sherly. Bella ingin mencoba peruntungan tangan dingin sahabatnya itu. Namun, kenapa ceritanya jadi begini?

Lima tahun pernikahannya kini. Sudah lima tahun dia menunggu kabar baik ini. Dia sudah lelah mendengar sindiran serta makian suami dan keluarganya yang telah menuduhnya mandul.

Nyatanya hari ini dia dinyatakan hamil setelah melakukan inseminasi. Selama ini dia sudah pernah melakukannya tapi hasilnya negatif. Setiap kali dia periksa, dokter selalu mengatakan kalau dirinya sehat. Tidak ada masalah dengan rahimnya. Namun, suaminya selalu menuduh dirinyalah yang bermasalah.

Suaminya sampai memberi ultimatum padanya, akan menikah lagi bila dia tidak kunjung hamil. Karena itulah Bella diam-diam melakukan inseminasi dengan bantuan Dokter Sherly.

Lantas dia hamil tapi dengan sp**ma pria asing. Entah bagaimana caranya hal itu bisa terjadi. Sp**ma suaminya tertukar dengan milik orang lain.

“Siapa pemilik sp**ma itu, dokter. Dan bagaimana dengan sp**ma suami aku?” Selidik Bella penasaran.

“Sebenarnya begini, ....” Dokter Sherly menceritakan kalau ada kliennya yang mencari rahim pengganti untuk memiliki anak. Namun, wanita pengganti itu tidak hamil. Sementara, Bella positif hamil. 

Dokter Sherly heran karena sp**ma lelaki itu sehat, sementara sp**ma suami Bella bermasalah. Tapi kenapa malah Bella yang hamil. Setelah diperiksa ulang, ternyata sp**ma itu tertukar.

“Entah kenapa hal itu bisa terjadi. Aku minta maaf Bel. Aku siap mempertanggung jawabkan semua ini. Karena terbukti aku telah lalai.” Jelas Dokter Sherly panjang lebar.

“Apa yang hendak dokter lakukan pada benih di rahimku ini?” Bella menatap Sherly bingung.

“Cara satu-satunya bayi itu harus digugurkan. Karena usianya masih beberapa minggu, sebab .... "

“Tidak dokter! Aku tidak mau membunuh bayi dalam kandunganku ini!” Sentak Bella sebelum Sherly selesai bicara.

“Itu bukan benih Ryan, Bel. Itu sama saja membohongi suami kamu. Kelak nanti DNA nya pasti berbeda. Akan menjadi  masalah di kemudian hari.” 

“Tidak! Aku justru sangat membutuhkan bayi ini, Sherly. Rumah tanggaku terancam hancur. Sekarang impianku tercapai, ternyata aku tidak mandul. Jelas-jelas suamiku yang bermasalah. Aku akan membungkam mulut mereka yang selama ini selalu menindasku!”

“Tapi Bella!”

“Aku mohon dokter. Tolong rahasiakan semua ini. Aku sangat membutuhkan bayi ini,” ucap Bella penuh harap. 

“Bella itu sama saja dengan melakukan penipuan. Wajah anak itu akan berbeda setelah lahir. Akan menjadi masalah besar nantinya pada rumah tanggamu. Ayah anak itu juga sedang menuju kemari. Aku akan mengatakan kalau inseminasi gagal.” Tiba-tiba pintu ruangan Dokter Sherly diketuk dari luar. 

Dua sosok pria muncul membuat wajah Dokter Sherly berubah pucat.

“Dokter menyuruh saya kemari. Bagaimana hasilnya Dok?” Ucap tamu itu tanpa basa basi. Ekspresi wajah dinginnya seketika membuat Bella menciut. 

***

Bab dua. Sebuah keputusan

"Silahkan duduk dulu Pak Gavin." Dokter Sherly melirik Bella memberi isyarat supaya diam, "sebenarnya hasil tes kemarin itu, …” belum sempat Dokter Sherly menuntaskan kalimatnya, Bella tiba-tiba memotong pembicaraan itu.

“Saya berhasil hamil Pak!” Sahut Bella tenang. Sherly menatap tajam ke arah Bella. Kedua matanya melotot tidak menduga Bella akan mengakuinya, padahal sudah ia peringatkan untuk tutup mulut.

“Hem, jadi kamu perempuan yang menyewakan rahim itu?” Gavin menatap dingin ke arah Bella. Membuatnya seketika membeku. Lalu pandangannya beralih ke Dokter Sherly.

“Eh, maaf Pak Gavin. Sebenarnya ada sesuatu yang hendak saya sampaikan.” 

“Kenalkan, nama saya Bella Arunika.” Bella berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangannya. Lagi-lagi Bella memotong pembicaraan antara Gavin dan Sherly.

“Jadi Anda benar-benar mengandung anak saya?” Kedua belah mata Gavin menyipit. Menyapu seluruh wajah Bella dengan tatapan dinginnya. Gavin mengabaikan uluran tangan Bella. Dia malah memberi kode ke lelaki di sampingnya. Dan pria itu mengeluarkan berkas dari dalam tasnya.

Bella menelan salivanya yang terasa pahit. Aura membunuh dari sorot mata itu membuat hatinya gentar. Dia menggangguk luruh, tertunduk. Tidak mampu menantang sorot mata tajam itu.

"Tolong Nona baca dan  pelajari kontrak ini. Bila ada pertanyaan atau Anda menyetujui aturan dalam kontrak itu, segera hubungi nomor yang tertera dalam berkas itu. Saya Martin, asisten pribadi Pak Gavin."

Bella mengulurkan tangannya menerima berkas itu. Kedua pria itu segera keluar dari ruangan dokter. Saat di ambang pintu, Gavin berbalik lagi. 

“Kemarin dokter memberikan data yang berbeda.Apakah dia orang yang sama?" Gavin menatap curiga. Tatapannya begitu meremehkan.

"Eh, maaf Pak Gavin. Perempuan yang kemarin mengundurkan diri. Jadi saya mencari penggantinya. Saya minta maaf tidak memberitahu Bapak." Dokter Sherly terpaksa berbohong mengikuti alur yang dilakukan Bella.

"Hem!" Gavin mendengus dingin. Dalam hatinya dia setuju saja. Karena wanita dihadapannya jauh lebih cantik dan muda. Meski yang kemarin dia cuma melihat lewat pasfoto.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Nanti saya akan hubungi dokter lagi." Kedua sosok itu menghilang di balik

“Kamu gila Bella! Benar-benar gila! Kamu sadar tidak dengan apa yang barusan kamu lakukan? Kamu  tidak tau tengah berhadapan dengan siapa!” sentak Dokter Sherly tajam menyesali ucapan Bella.

“Sherly a … aku tidak ingin kamu kehilangan karir dan nama baikmu. Selain itu aku hendak membuktikan kepada suamiku dan keluarganya bahwa aku tidak mandul. Sudah cukup aku mendapat penghinaan mereka selama ini. Kini saatnya aku mau balas dendam!” ucap Bella penuh penekanan. Kepalanya menunduk menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah lalu Bella mengangkat wajahnya. Sorot matanya tajam  rahangnya mengeras. 

Sherly sampai menahan napas melihat ekspresi wajah Bella. Belum pernah dia melihat kemarahan di wajah itu sejak dia mengenalnya. Sepertinya dia menahan kemarahan jangan sampai meledak. Karena telah terungkap kebenaran, bahwa dirinya selama ini tidak mandul.

Entah bagaimana paras suami dan ibu mertuanya saat mendengar khabar ini.

“Bella,  bukan begini caranya balas dendam. Kamu sama saja menggali kuburan sendiri. Orang yang akan kau hadapi bukan orang sembarangan. Dia pria dingin dan keras. Dia itu sangat kejam. Dan berkas yang di tanganmu itu adalah aturan kontrak yang harus kau ikuti. Tolong pikir ulang keputusanmu itu.” Bisik Dokter Sherly penuh penekanan. Berharap Bella menarik ulang keputusannya yang sangat gegabah itu. Dia tidak ingin sahabatnya itu berada dalam masalah akibat kelalaiannya.

“Aku tidak bisa mundur lagi, dokter. Keputusanku sudah bulat.” Ucapan Bella membuat lemas kedua lutut Sherly. Sherly terduduk di kursinya dengan pikiran buntu. Kewalahan membujuk sahabatnya itu untuk mengurungkan niatnya.

“Bella, kamu harus baca dengan pikiran tenang dan mengambil keputusan dengan hati-hati. Pahami isi kontrak itu baik-baik. Karena, bila kamu telah menandatangani kontrak itu  kamu akan tinggal bersama pria itu.” Sherly menatap Bella dalam, berharap dia akan merubah keputusannya.

Mendengar ucapan Sherly, Bella sedikit gentar karena tidak mengira dia akan hidup bersama dengan lelaki pemilik janinnya. Namun, dalam sekejap hatinya berubah.

“Aku siap dokter,” ucapnya lirih. Membuat Dokter Sherly tidak habis pikir akan keputusan Bella.

“Aku tidak akan mundur dan siap menanggung segala resikonya.” Ada nada getir di hati Bella saat mengucapkan putusan itu. Terbayang sikap suami dan keluarga mertuanya yang telah memperlakukan dirinya  selama ini. Segala hinaan dan cacian telah dialamatkan padanya. 

Tuduhan sebagai istri dan menantu mandul kerap dilontarkan padanya, yang membuat hati dan jiwanya menanggung sakit yang tak  terperi.

Belum lagi karena asal usulnya yang tidak jelas karena dibesarkan di panti asuhan. 

Bahkan akhir-akhir ini sikap suaminya semakin keterlaluan. Yang membuatnya bertahan, asal suaminya tidak selingkuh dia akan tetap sabar dengan semua hinaan dan cacian itu. Tapi Bella mendengar kabar selentingan, kalau ibu mertuanya tengah mencari calon istri untuk suaminya.

Sepertinya suaminya juga seolah setuju. Beberapa hari terakhir ini Ryan kerap ke rumah mertuanya. Itulah sebabnya Bella diam-diam meminta tolong pada Sherly. Siapa sangka dia berhasil hamil tapi dengan sp**ma pria asing.

 Entah manusia macam apa yang menginginkan keturunan tapi tidak ingin terikat pernikahan. Sungguh absurd! Penuh dengan misteri. Padahal sosoknya nyaris sempurna. Tampan dan berkarisma. Andai saja wajah itu dihiasi selarik senyum saja. Tapi garis rahangnya yang kokoh, menambah aura angkuh diwajah itu.

“Dokter, apakah perempuan itu juga hamil?” Bella menatap Dokter Sherly dengan tegang.

“Tidak. Sp**ma suamimu tidak bagus. Itulah sebabnya kamu tidak bisa hamil selama ini.” Bella menarik napas panjang. Hatinya geram tidak kepalang.

Seandainya suaminya mau memeriksakan diri bersamanya. Tentu semua hinaan itu tidak dialamatkan padanya. 

Berarti dokter yang melakukan inseminasi kemarin merahasiakan keadaan suaminya. Dan tetap berusaha agar dia hamil. Namun, segala usaha itu gagal. Tapi, justru dialah yang dituduh mandul.

Semua semuanya sudah jelas. Bagaimanakah reaksi suami dan mertuanya bila mengetahui kebenaran ini? Apakah masih bersikap jumawa? Ah, tidak sabar rasanya melihat paras suami dan ibu mertuanya.

Bella seolah merasa memiliki kekuatan ekstra sekarang. Kehamilannya menjadi titik awal kebangkitan hidupnya.Cukup sudah dia dihina dan ditindas selama ini. Bella merasa, Gavin akan memberinya perlindungan. Setidaknya selama masa kehamilannya.

"Apa kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu, Bella?" ucapan Sherly menyadarkannya dari lamunan panjang. Bella mengangguk mantap.

"Dengan akan mengorbankan rumah tanggamu?" beliak Sherly.

"Sepertinya rumah tanggaku sudah lama hancur, Sherly. Diluar sana Ryan pasti sudah berkali-kali menghianatiku. Dia selalu mengancam menceraikan aku. Betapa bodohnya diriku yang selama ini tetap bertahan. Berapa pria itu menyewa rahimku, dokter?"Bella menatap Sherly dengan antusias.

"Cukup untukmu makan tidur satu tahun." ucap Sherly tanpa bermaksud mengejek." ***

Bab Tiga. Bercerai.

"Darimana saja kamu, Bella!" teriakan Bu Lilis bergema di ruang tamu, begitu Bella membuka pintu.

"Maaf Inang, aku ada urusan tadi sebentar." sahut Bella berjalan menuju kamarnya. Dia ingin ganti pakaian dan hendak menyiapkan makan malam. Meladeni mertuanya tidak akan ada habisnya. Beliau akan merepet terus sepanjang waktu.

"Eh, mau kemana kamu. Dasar menantu tidak punya adab. Melengos saja seperti binat**g." cecar Bu Lilis sewot.

"Lihat rumah berantakan, makanan tidak ada. Kamu keluyuran saja sepanjang hari!" cecar Bu Lilis lagi. Bella mencoba menahan emosinya untuk tidak terpancing amarah.

"Selain mandul kamu juga mendadak budek ya?" Lagi-lagi ucapan kasar itu meluncur dari celah bibir sang mertua. Bella menarik napas panjang.

"Cukup Inang! Jangan memakiku lagi seolah aku tidak punya perasaan!" dengus Bella dengan napas tersenggal. Ucapan ibu mertuanya sungguh menusuk hati. "Aku hanya pergi sebentar. Setelah perkerjaan rumah aku selesaikan. Jika sekarang semua berantakan itu adalah ulah cucu Inang. Kenapa aku yang disalahkan. Inang tegur saja Maya, aku bukan babu di rumah ini. Aku adalah istri Ryan, menantu Inang!" teriak Bella kalap.

Bu Lilis terkesiap, mendengar kata-kata Bella. Karena baru kali ini menantunya itu berani melawan ucapannya. Biasanya Bella bungkam atau diam-diam menangis di dapur. Sambil mengerjakan apa yang dia perintah.

Entah kekuatan dari mana menantunya itu berani menjawabnya.

"Kurang ajar kamu, ya. Sudah berani melawan kamu. Maya itu putriku sedangkan kamu itu adalah orang asing yang menjadi menantuku." maki Bu Lilis seraya mengayunkan tangannya hendak menampar wajah Bella.

Bella berkelit sehingga Bu Lilis hampir saja jatuh di saat menghindarinya.

"Cukup Inang! Aku akan melawan kalau tangan Inang menyentuh tubuhku!" Teriak Bella berdiri menantang.

"Hei! Kurang ajar kamu ya, berani-beraninya membentak Mama!" sebuah suara dari arah dapur menggema lantang. Di pintu pembatas antara ruang makan dan dapur. Berdiri sosok Maya sambil berkacak pinggang. Dengan langkah tergesa mendekati Bella.

Tanpa rasa takut Bella berdiri santai di depan pintu kamarnya.

"Kamu mau apa. Mau menamparku juga? Jangan coba-coba ya!" ucap Bella tajam.

"Kamu!" lengan Maya melayang hendak menampar Bella. Tapi lengannya secepat kilat dicekal Bella. Lalu didorongnya tubuh Maya menjauh darinya. Alhasil, Maya terhempas dan terduduk di sofa.

Bu Lilis dan Maya kaget melihat Bella. Keduanya saling pandang.

"Jika aku adalah orang asing di rumah ini, apa bedanya dengan kamu. Kamu juga seorang menantu di keluarga suamimu. Bahkan kamu tak punya hak di rumah ini lagi. Sejak kamu bergelar menantu." kecam Bella tajam.

"Maya itu putriku, dan akan tetap punya hak di rumah ini. Tidak seperti kamu, asal usul tidak jelas. Mandul lagi!" bentak Bu Lilis menyakitkan.

Bella menggigit bibirnya, menahan rasa sakit dari makian ibu mertuanya.

"Tidak perlu menghinaku seperti ini, Inang. Dan satu hal lagi, aku tidak mandul!" kecam Bella.

"Buktinya kamu tidak bisa hamil, apa itu belum cukup."

"Anak Inang lah yang bermasalah. Selama ini tidak pernah mau periksa. Atau jangan-jangan Inang membayar dokter untuk menyebutku mandul."

"Kamu gila. Anakku sehat dan kamulah yang bermasalah."

"Lantas, kenapa aku tidak pernah menerima hasil pemeriksaan medis itu. Pasti Inang sembunyikan sesuatu dariku, iya kan?" kejar Bella karena ingat perkataan Dokter Sherly. Rekam medis suaminya.

"Bacot kamu!" ucap Bu Lilis tiba-tiba gamang. Kemarin dia juga meminta hasil pemeriksaan dokter keluarga mereka. Namun, dokter itu bilang akan diserahkan nanti. Tapi sampai sekarang tidak kunjung dia terima. Sehingga dia lupa akan hal itu.

"Hei! Ada apa ribut-ribut begini." tiba-tiba saja Ryan sudah muncul di ambang pintu. Bersama seorang perempuan yang menggandeng lengan suaminya, mesra.

Bella sampai melototkan sepasang netranya demi menyaksikan adegan mesra itu. Dan lebih kaget lagi dengan perlakuan ibu mertuanya yang menyambut hangat tamu itu.

"Eh, Karin! Silahkan masuk Nak Karin." Wajah Bu Lilis spontan berubah saat melihat siapa yang datang. Menyuruh duduk tamu asing itu, tanpa mengindahkan perasaan Bella.

"Bella! Pigi sana, lekas buatkan minum. Jangan lupa camilannya." Sentak Bu Lilis pada Bella yang berdiri mematung karena shok!

"Siapa dia Bang?" Tatap Bella penuh luka. Meskipun dia tidak menjamin suaminya akan setia di luar sana. Tapi, Bella tidak pernah menduga kalau suaminya tega membawa perempuan asing ke rumah mereka. Seolah hati dan perasaannya tidak perlu dijaga.

"Bawel, masih saja bertanya." Lagi-lagi ibu mertuanya yang menjawab. Sementara sikap Ryan begitu mesra pada Karin.

"Kamu yakin siap mendengar jawabannya?" timpal Maya dengan senyum mengejek.

"Dengar baik-baik ya, Bella. Karin ini adalah calon istri Ryan. Karena kamu itu mandul." sahut Bu Lilis enteng.

"Betul! Dan saat ini dia tengah mengandung anakku. Keturunanku  penerus margaku. Puas kamu, Bella?" senyum Ryan tanpa perasaan. Karin tersenyum sumringah, membuat Bella mendadak mual.

Kenyataan yang sungguh menyakitkan. Sia-sia semua kesabarannya selama lima tahun ini, sebagai istri dan menantu yang tidak dianggap.

"Kamu jahat Bang!" seru Bella lirih. Hatinya sakit tak terperi terlebih karena ibu mertuanya terang-terangan merestui.

"Kamu itu mandul Bella. Harusnya kamu tau diri." cecar Bu Lilis memojokkan Bella.

"Aku tidak mandul! Bahkan saat ini ..." Bella tidak melanjutkan ucapannya karena dia sadar janin di dalam perutnya bukan darah daging Ryan.

"Kenapa kamu diam, lanjutkan ucapanmu!" tantang Ryan. Bella gelagapan. Apapun yang akan dia jelaskan sudah tidak ada gunanya. Kenyataan dia sudah dikhianati oleh suaminya yang membuatnya terluka sangat dalam.

"Sejak kapan kamu menghianati aku, Bang?" Bella mengalihkan ucapannya. Ryan tertawa sumbang mendengar ucapan Bella. Begitu juga Bu Lilis dan Maya. Bahkan Karin juga tertawa tanpa sadar. Sikapnya itu sungguh sangat menjijikkan di mata Bella.

Mendengar suara tawa Karin, Bella melotot ke arahnya. "Tutup mulutmu itu perempuan jalang! Dasar pelacur murahan!" sergah Bella sarkas.

"Kamu yang tutup mulut, Bella, perempuan mandul! Dia itu lebih terhormat dari kamu, tau!" serang Bu Lilis.

"Lebih terhormat?" Giliran tawa Bella yang meledak. Dipandangnya satu persatu wajah di depannya.

"Terhormat dari mananya? Sudah merebut suami orang dan hamidun. Cuih! Bahkan kamu lebih hina dari pelacur sekalian!" tuding Bella menunjuk Karin. Seketika wajah Karin memerah mendengar penghinaan itu.

"Plak!" sebuah tamparan keras mendarat di wajah putih Bella. Saking kerasnya tamparan itu dia terhuyung ke belakang. Untung saja Bella berhasil meraih pegangan pada sandaran sofa.

"Hari ini juga aku ceraikan kamu perempuan mandul!" bentak Ryan. Bella menatap Ryan dengan nyala api di matanya.

"Baik! Siapa takut!" seringai Bella angkuh! Dia langsung berbalik menuju kamarnya hendak mengemas pakaiannya.***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!