NovelToon NovelToon

Absurd Couple

Episode 1. Aprilia dan Jendra

Aprilia Yuswan atau yang kerap sering di sapa Lia, hanyalah seorang siswi biasa. Maksudnya, selayaknya siswi pada umumnya tidak banyak yang mengenalinya. Mungkin cuma seangkatan nya saja yang kenal dengan gadis cantik rambut lurus sebahu, bertubuh langsing dengan tinggi badan 163 cm itu. Sisanya? Mereka mungkin bertanya siapa itu Lia.

Aneh memang, untuk ukuran gadis cantik seperti Lia tidak banyak orang yang mengenalinya. Padahal Lia di kenal paling cantik di seangkatannya terlahir dengan tubuh indah, hidung mancung mungil, bibir plumpy merona, kulit bersih sehat, dan jangan lupakan mata kucing indahnya yang menjadi daya tariknya.

Tapi walaupun begitu, Lia masih memiliki kedua sahabat yang selalu menemaninya kemanapun Lia berada apalagi mereka teman sekelas. Lia memang tidak di kenali orang-orang, karena jelas gadis cantik itu lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kelas meski istirahat tiba, jika ia tertarik untuk ke kantin. Itupun karena paksaan dari salah satu sahabat nya.

Meski tidak di kenali para siswa dan siswi, bukan berarti kehidupan Lia di sekolah itu monoton atau tentram. Memang, dulu nya Lia bisa merasakan ke tenangan dan ketentraman. Itupun sebelum gadis itu bertemu dengan seseorang yang baginya sangat menjengkelkan, melebihi sang guru BP.

Seseorang itu tak lain adalah Jendra Nata wiratama, seorang lelaki dari kelas sebelah Lia dan tentu seangkatan dengan gadis itu. Berbeda dengan Lia, Jendra justru adalah seorang siswa paling populer, selalu jadi sorotan, dan tentu banyak di kagumi kaum hawa.

Semua itu terjadi saat Jendra menjadi salah satu gitaris dari band sekolah mereka, belum lagi lelaki itu juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga basket. Namanya langsung di kenal dan bahkan followers Ig nya yang dulunya 600-an kini mencuat naik menjadi 6000-an.

Belum lagi sifat dan tingkah lelaki itu yang terkadang aneh, jahil, kadang membolos, dan kadang juga suka bicara seenaknya. Tapi sifat dan tingkah seperti itu hanya ia tunjukkan pada Lia saja, sementara pada orang-orang ia di kenal tak banyak bicara, kalem dan rajin. Pernah sekali Jendra ketahuan membolos di jam pertama di kelasnya, dan saat ditanyai lelaki itu dengan santainya berkata "saya lihatin Lia dari kelas sebelah lagi olahraga pak, takut lepas sama digondol orang lain" memang aneh, itu yang selalu Lia pikiran dari seorang jendra.

Dan ya, mengenai Jendra dan Lia. Dulunya mereka tidak memiliki ikatan apa-apa, jika itu pertemanan. Harusnya Lia tidak akan terus menerus merasakan kesal karena hampir setiap bertemu, gadis itu selalu menjadi korban kejahilannya. Entah bagaimana caranya kini mereka menjadi sepasang kekasih, hubungan mereka yang baru berjalan di kelas XI dan masih beberapa bulan, sudah banyak warga sekolah yang mengetahuinya termasuk orang tua mereka.

Pertemuan pertama mereka sangat sederhana, berawal dari Lia yang pernah sekali datang terlambat karena motor yang dikendarai nya mogok. Alhasil dirinya jadi dihukum harus berjemur di bawah terik matahari sambil hormat pada bendera merah putih di lapangan, tanpa sadar ternyata Jendra berdiri di sebelahnya. Malah pandangan lelaki itu tak lepas dari Lia, ketika Lia sadar ada yang memperhatikan nya lantas gadis itu menoleh pada seseorang disebelahnya.

Yang tak lain itu Jendra, kedua mata saling bertemu pandang. Jendra yang sudah ketahuan bukannya meluruskan pandangan kembali, tapi lelaki itu malah memberi senyum tampan cenderung manis pada Lia. Yang mana membuat si empu menjadi salah tingkah dan buru-buru meluruskan kembali pandangan nya.

bukan hanya itu saja, Jendra juga dengan berani menyapa duluan Lia dengan bertanya "Aprilia Yuswan ya? Dari kelas mana?" sontak membuat Lia dilanda kaget, bingung, dan canggung pasalnya ia tak mengenali lelaki ini tapi dia mengetahui namanya. "a-aku dari kelas XI IPA 1" jawaban Lia canggung tanpa menoleh sedikitpun.

Walau tanpa menoleh, tapi dari sudut mata Lia gadis itu memperhatikan lelaki di sebelahnya sedang mengangguk paham. "sebelahan dong kita, gue Jendra dari kelas XI IPA 2 salam kenal dan semoga lo gak nyesel kenal gue" ucap Jendra kembali masih dengan senyum lebarnya sampai gigi rapi nya terlihat.

Lia yang hendak menanggapi dengan tampang kebingungan nya, namun tak jadi karena mereka ketahuan oleh guru pengawas dan ya, alhasil hukuman mereka di tambahkan dan sejak saat itu Jendra selalu menunjukkan sifat aslinya sembari terus menjahili Lia. Sampai gadis itu lelah dan menyesal pernah bertemu dengan mahluk seperti Jendra.

Dan siapa sangka yang tadinya selalu ribut antara si usil dan si korban, menjadi sepasang kekasih yang terkadang Absurd oleh tingkah laku Jendra. Dan untuk perawakan lelaki itu, tampang dan tubuhnya lumayan.

Tinggi sekitar 170 cm, badan ideal, kulit kuning langsat, hidung mancung bangir, bibir tipis, mata monolit, dan memiliki tahi lalat di bagian pipi kanan. Jadi wajar jika dirinya banyak di sukai oleh kaum hawa, karena lelaki dengan tampang tampan cenderung manis sangat jarang ditemui.

Menjadi pasangan yang Absurd, tapi mereka sama-sama bahagia dengan keadaan seperti itu. Pertengkaran dan perdebatan kecil ala sepasang kekasih, ketakutan pada orang ketiga dari pikiran seorang Lia dan tingkah absurd milik Jendra cukup mewarnai kisah cinta mereka.

Dan inilah kisah si jahil populer dan si cantik korban kejahilan kita, Aprilia dan Jendra.

Episode 2 Jahil Tapi Sayang

"Jendra, balikin gak buku gue cepet!" teriakan melengking dari Lia. Siapa lagi kalau bukan sang pacar pelakunya, Jendra dengan segala kejahilannya pada gadis itu.

Bisa-bisanya di saat kelasnya sedang Jamkos, tapi kelas Lia sendiri sedang sibuk mengerjakan tugas dan kebetulan sang guru sedang pergi sebentar. Jendra tiba-tiba datang ke kelas Lia tanpa mengucapkan salam ataupun basa-basi lainnya, lelaki itu langsung melangkah menghampiri bangku Lia. Di mana gadis itu sedang fokus mengerjakan sesuatu di buku catatannya, sampai gadis itu saja tak sadar jika pacar menyebalkan nya datang.

Dan yang membuat tindakan Jendra mengejutkan Lia, tangan lelaki itu sontak mengambil buku catatan dengan sampul batik warna biru muda itu lari ke keluar kelas. Hasilnya mereka pun saling kejar-kejaran bak film India, bedanya gak lagi hujan-hujanan. Gak peduli banyak pasang mata yang melihat keduanya ataupun sebelum Lia keluar kelas, banyak sebagian di kelasnya yang menyoraki dan menertawakan termasuk 2 sahabat Lia yang malah asik menertawakan.

Yang penting bagi Lia bukunya harus kembali ke tangannya. Lihatlah sekarang, mereka masih saling kejar-kejaran bahkan sudah sampai memasuki lorong koridor anak IPS.

Lia dengan nafasnya yang sudah ngos-ngosan, akhirnya gadis itu berhenti dengan kedua tangan berkacak pinggang sambil memandang jengkel sang pacar yang ikut berhenti di sebrang sana. Mana cengiran nya yang paling membuat Lia ingin sekali menonjok nya, eh. Gak deh, kasihan tar kalau di tonjok terus penyok gak ada lagi gantinya, kan si Jendra limited edition ceunah.

"Jen, serius balikin buku gue cepetan gue belum kelar tugasnya" ucap Lia dengan tampang lelahnya.

"kalau mau buku lo balik, usaha dong yang" sahut Jendra sambil mengipasi diri dengan buku Lia.

"Jen serius, gue lagi gak mood berantem sama lo ya" Lia mengerang marah.

"kalau gak balik ..." sambung Lia berhenti dengan raut kebingungan saat akan mengucapkan kalimat seterusnya.

"kalau gak balik kenapa? Putus?" tanya Jendra yang seperti bisa membaca isi pikiran Lia.

"Iya!" tegas Lia.

"ya udah putus aja kalau gitu, tar jangan nyesel kalau lu lihat gue bund!r di belakang sekolah, lagian cuma buku doang kenapa harus ngancem putus sih?" Oke, Jendra yang salah tapi dia yang mulai tantrum. Emang dia itu paling anti banget kalau bahas masalah putus.

Walau gaya pacaran mereka terbilang berbeda dari yang lain, di mana saat orang lain lebih suka memanggil dengan panggilan mesra seperti sayang, ayang, bebep, bubub, dan banyak tek-tek bengek lainnya. Lain halnya dengan pasangan ini, mereka lebih sering memanggil dengan sebutan lo-gue, alasannya simpel. Agar tidak ada kejaiman dari keduanya, dan juga agar bisa menjadi diri sendiri tanpa berpura-pura menjadi orang lain demi jaga image, tapi terkadang mereka juga bisa lebih romantis dari pasangan kebanyakan.

Balik lagi pada situasi ini, dimana Lia masih dengan tampang lelah ke arah malas menanggapi Jendra. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum menjawab mahluk menyebalkan yang menjadi pacarnya.

"bercanda elah Jen, ya udah sini balikin buku gue" ujar Lia dengan berjalan santai menghampiri Jendra sembari dengan tangan kanannya mengadah meminta bukunya.

"ya udah deh, ayah ngalah sama bunda.. Nih buku bunda ayah balikin" si Jendra mulai sok-sokan romantis pake panggilan ayah bunda.

Lia cuma merengut kesal sampe bibir plumpy nya manyun, untung cakep pikir Jendra. Kalau gak udah Jendra kilo ke loak, canda.

"ayah-ayah.. Ayah pala lo peyang, geli ih dengernya" ucap Lia sambil merebut kembali bukunya.

"lah, nantikan kalau kita nikah, bakal manggil nya begitu" goda Jendra sambil tersenyum pada Lia.

"terserah lo aja deh, udah gue mau balik lagi ke kelas ya. Lo juga balik gih, dan jangan sampai ada niatan buat macem-macem di belakang sekolah apalagi sampai bawa-bawa tali" cerocos Lia menasehati Jendra.

"Cie.. Takut banget di tinggal sama orang ganteng, tenang kok sayang gue gak bakal melilitkan leher di pohon yang di belakang sekolah jadi kamu tenang aja" kata Jendra dengan mengibaskan rambutnya ke belakang bergaya sok ganteng bikin Lia mual, meriang, muntah.

"bukan lo yang gue khawatir in tapi pohonnya, orang yang di belakang sekolah kita kan cuma ada pohon cabe sama toge doang. Kan kasihan kalau harus nahan beban berat badan lo" ujar Lia setelah ngomong gitu, gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Jendra dengan tampang cengo nya.

"untung pacar, untung sayang, sabar Jendra... Orang ganteng mesti sabar" batin Jendra sambil mengusap dadanya.

Episode 3. Jendra dan teman-teman

Di kelas XI IPA 2

"sang bintang akhirnya datang juga, abis dari mana lo?" ucap si Arkan sembari bertanya ke arah Jendra yang baru datang melangkah ke arah bangkunya.

"biasa.. Ngapel dulu gue bentar" timpal Jendra sambil duduk di atas mejanya.

"kok keringetan begitu? Hayo loh.. Abis ngapain?" Ilyas dengan otak kotornya yang minta di cuci in pake sabun ibu lemon.

"gak abis apa-apa, kita abis main kejar-kejaran sampe gedung anak IPS" jawaban Jendra santai.

"gedung IPS?! Gila Lo.. Ngapain ke sana? Tuh gedung pan jauh Ege" celetuk Arkan sambil geleng-geleng kepala, emang yang paling normal cuma Arkan doang kayanya.

si Jendra cuma nyengir kuda doang di celetuk in gitu sama si Arkan, abis itu tuh cowok melirik salah satu temennya yang dari tadi duduk diam di sebelah Ilyas sembari matanya gak lepas menatap benda pipih di pegangannya.

Mau aja ini bibir Jendra terbuka buat menanyakan kenapa gerangan sedari tadi diam, tiba-tiba aja tuh salah satu temennya yang bernama Bian membuka suara yang bikin ketiga anak Adam itu jadi terkaget-kaget.

"ada cafe yang baru aja di buka di sekitaran sini, kesana yuk!" ajak Bian dengan semangat 45 nya.

"ngagetin lo Yan!" ujar Ilyas yang kebetulan duduk di sebelah Bian sembari memegang dada dengan sebelah tangannya. Takut copot cuk jantungnya.

"emang di sana menu utama nya apaan? Kok sampe lo semangat banget ngajakin kita?" tanya Arkan lebih ke arah kepoan sih dia. Dengan si Jendra mengangguk setuju sama pertanyaan yang dibuat Arkan.

"kurang tau sih gue, tapi dari ulasan yang gue baca katanya ada makanan western sampe jepang. Sama yang paling enak sih katanya daging panggang nya, yuk kesana abis pulang sekolah" Bian terus membujuk teman-temannya sampe lengan si Ilyas aja jadi korban keguncangan nya yang mana kasar banget, bikin Ilyas seketika toyor tuh anak supaya lepas dari guncangan maut Bian.

"kalau soal makanan, kek nya cafe-cafe lain nya pun juga menyediakan menu itu juga deh, terus soal rasa aja udah pasti bakal sama aja menurut gue. Jadi buat apaan kita mampir ke sana cuma buat coba makanan yang udah sering kita coba, lagian kita udah punya cafe langganan yang jelas rasa makanannya selalu enak. Kalau cuma mampir gegara lagi ngetrend doang menurut gue kurang worth it sih takutnya gak sesuai sama ekpektasi" jelas Jendra menasehati si Bian.

"gue setuju sama si Jen" timpal Arkan.

"gue juga" si Ilyas juga gak mau kalah dan emang yang di ucapkan Jendra ada bener nya juga.

si setan Bian gak nyerah gitu aja, dia pun mulai menghasut dengan senjata pamungkasnya.

"gak usah makan, kita cuci mata aja di sana katanya pelayan nya cantik-cantik, seksi pada bohay cuy"

"terobos lah kuy.."

"kuy lah lumayan, vitamin mata"

"ekhem... Gue juga ikut kalau gitu" ucap Jendra dengan kedua tangan nya menyilang sembari nyengir khas om-om pedo.

"inget Lia woy.. Mau kemanain dia?" sekarang giliran Bian yang menasehati Jendra.

"ya gue bawa pulang ke rumahnya lah, mau gue kemanain lagi coba? Pokoknya udah gue kelar bawa balik Lia, gue nyusul kalian pada dah" ujar Jendra.

"tadi aja lo bilang gak usah pergi kalau gak worth it, mana ucapan si paling gak worth it itu?" nyinyir si Bian.

"gue tadi bilang gak worth it perkara makanan nya doang bukan pelayanan nya, kalau pelayanannya bagus ya berarti itu tempat emang worth it buat di kunjungi" bela Jendra pada dirinya sendiri.

Arkan, Ilyas dan Bian cuma tepuk jidat dengernya.

"pemahaman lo cuma sebatas makan doang Jen" kata Ilyas.

"bodo amatan, pokoknya pulang sekolah gas keun" kenapa yang semangat 45 malah jadi si Jendra.

Cowok itu langsung turun dari meja dan duduk di kursinya dengan santai, menunggu waktu pulang tiba tanpa memperhatikan teman-teman nya yang menatap malas ke arah anak itu.

"temen kalian tuh itu" canda si Ilyas ke arah Bian dan Arkan sembari menunjuk Jendra dengan dagunya sambil senyum mengejek.

Membuat si Bian dan Arkan jadi keki menatap sang teman, tunggu dulu. Sejak kapan si Jendra teman mereka? Mereka tak Sudi!

Bercanda Jendra, mereka Sudi kok sebenarnya cuma malas mengakui aja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!