NovelToon NovelToon

Sang Penakluk

Chapter 1. Ray Zen

Tok... tok... tok...

Tok... tok... tok...

"Pangeran, apakah anda sudah bangun?, yang mulia Kaisar dan anggota keluarga lainnya sedang menunggu anda diruang keluarga." terdengar suara serak seorang pria dari luar kamar.

"Haaa... Merepotkan sekali." pemuda yang dari tadi pintu kamarnya diketok sangat kesal. Ia mengusap kedua matanya yang masih terlihat lelah, bangun dari kasurnya dan meregangkan otot-ototnya yang kaku, lalu dengan lambat berjalan kearah pintu kamar.

Saat pintu kamar terbuka, terlihat di depannya seorang pria paruh baya, berpakaian rapi, dan berbadan kekar. Pria itu tersenyum kearahnya. "Ada apa paman Bai? bukankah sudah kukatakan jangan pernah mengganggu waktu tidurku." ucap pemuda itu dengan nada datar.

"Maaf pangeran, paman tidak bermaksud mengganggu tidurmu, hanya saja yang mulia Kaisar memerintahkan paman untuk memanggil pangeran. Pengeran Ray sudah ditunggu diruang makan keluarga." jawab pria paruh baya itu.

"Baiklah, aku akan segera kesana paman." balas pemuda itu malas, ia kembali menutup pintu kamar, bersiap untuk membersihkan dirinya.

*****

Pemuda tersebut bernama Ray Zen. Ia adalah salah satu pangeran kekaisaran Awan putih. Sekarang Ray Zen berusia 16 tahun, dengan wajah yang cukup tampan, berkulit putih, dan berambut hitam pendek berantakan.

Jika dilihat dari segi penampilan, Ray Zen sangat menarik perhatian, tetapi sayangnya, ia tinggal dan hidup didunia kultivator. Dunia yang hanya membutuhkan orang-orang yang kuat. Tidak peduli seberapa tampan atau cantiknya dirimu. Jika kau lemah maka kau adalah sampah.

Ray Zen terlahir dengan tidak memiliki bakat kultivator sama sekali. Hal itu membuatnya dikucilkan oleh anggota keluarganya sendiri. Tidak hanya itu, semua orang yang berada dilingkungan kekaisaran Awan putih pun sangat tidak suka dengan kehadirannya.

Ray Zen dianggap sebagai seorang sampah yang hanya akan menyusahkan kekaisaran Awan putih. Hanya ayahnya, yaitu kaisar, ibunya, saudara kandungnya, dan juga Bai Hu, pengawal pribadinya, yang selalu peduli dan menolong Ray Zen.

Sejak kecil, Ray Zen sudah mengalami banyak penderitaan, cacian, makian, hinaan, bahkan cobaan pembunuhan dari orang-orang yang tidak suka dengannya. Tetapi dengan keteguhan hatinya, dan keberuntungan yang selalu berpihak padanya, Ray Zen masih tetap kuat dan bertahan dalam menjalani hidup. Ray Zen tidak pernah merasa kesepian, ia dengan penuh semangat terus menjalani kehidupannya.

Karena tidak bisa berkultivasi, Ray Zen menghabiskan kesehariannya dengan membaca banyak buku di perpustakaan kekaisaran. Hampir seluruh waktunya Ia habiskan hanya untuk membaca. Bisa dikatakan semua buku yang ada di perpustakaan kekaisaran telah ia selesaikan.

Seperti kata pepatah bahwa 'Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan', seperti itu jugalah Ray Zen. Ia mungkin tidak jenius dalam hal berkultivasi, tetapi ia sangat jenius dalam hal memahami dan mempelajari setiap buku yang ia baca. Berkat kelebihannya tersebut, ia memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas, jika dibandingkan dengan siapapun.

*****

Ayah Ray Zen, bernama Jack Zen, berusia 50 tahun, seorang Kaisar kekaisaran Awan Putih yang bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Dalam pemerintahan Jack Zen, kekaisaran Awan putih mencapai masa kejayaannya, banyak rakyat yang merasa senang dengan kepemimpinan dan kebijakan yang dilakukan oleh Jack Zen. Bagi rakyat, Jack Zen bagaikan sesosok Dewa yang membawa kesejahteraan bagi kekaisaran Awan putih. Jack Zen memiliki 4 orang istri, yang merupakan permaisuri kekaisaran.

*****

Permaisuri pertama bernama Mei Ling, berusia 47 tahun, yang merupakan ibu kandung dari Ray Zen. Mei Ling dulunya adalah seorang kultivator jenius. Ia dan Jack Zen kultivator muda yang pilih tanding, mereka berdua memiliki julukan 'Sepasang Pedang Suci'. Tetapi setelah Jack Zen menjadi seorang kaisar dan ia menjadi permaisuri kaisar, Mei Ling tidak lagi berkultivasi, ia hanya fokus untuk merawat dan memberikan kasih sayang penuh kepada anak-anaknya. Mei Ling melahirkan 3 orang putra dan 2 orang putri bagi Jack Zen, yaitu Rax Zen, Mei Zen, Ray Zen, Ren Zen, dan Lia Zen.

*****

Permaisuri kedua bernama Mue Che, berusia 50 tahun. Mue Che merupakan putri bungsu Kaisar kekaisaran Awan Oren, tetangga dari kekaisaran Awan putih. Jack Zen menikahi Mue Che karena berutang budi kepada ayahnya Maung Che, Kaisar kekaisaran Awan Oren, pada saat pemberontakan melawan kaisar kekaisaran Awan putih sebelumnya. Mue Che melahirkan 3 orang putra dan seorang putri bagi Jack Zen, yaitu Tan Che, Geu Che, Fui Che, dan Rin Che.

*****

Permaisuri ketiga bernama Lou Yi, berusia 45 tahun. Lou Yi, awalnya adalah adik dari sahabat terbaik Jack Zen, yaitu Lao Yi, yang sekarang menjabat sebagai Patriak sekte Pedang Terbang. Dulunya mereka sering berlatih bersama, hingga timbullah rasa cinta dari Lou Yi kepada Jack Zen. Karena tidak mau menyakiti hati Lou Yi dan juga sahabatnya Lao Yi, Jack Zen pun bersedia menikahi Lou Yi sebagai istri ketiganya. Lou Yi melahirkan 2 orang putra dan seorang putri bagi Jack Zen, yaitu San Yi, Jia Yi, dan Bei Yi.

*****

Dan permaisuri yang terakhir adalah Zu Xia, berusia 48 tahun. Zu Xia merupakan salah satu putri dari kaisar kekaisaran Awan Merah.

Saat itu, Jack Zen yang telah menjadi kaisar berkunjung ke istana kekaisaran Awan merah, dan tanpa sengaja bertemu dengan Zu Xia yang sedang berlatih dihalaman istana. Merasa dirinya diperhatikan, Zu Xia pun melihat kearah Jack Zen. Tatapan mereka bertemu, Zu Xia yang melihat Jack Zen pun langsung menyukainya.

Pada malam harinya, sebelum Jack Zen dan rombongannya kembali ke kekaisaran Awan Putih, terjadi kejadian yang tak terduga, yang membuat Kaisar kekaisaran Awan merah menuntut Jack Zen untuk segera menikahi putrinya, Zu Xia. Jack Zen pun merasa bersalah dan segera menikahi Zu Xia sebagai istri keempatnya. Dari pernikahan itu Zu Xia melahirkan 2 orang putri dan seorang putra bagi Jack Zen, yaitu Qin Xia, Zee Xia, dan Gon Xia.

****************

"Mengapa paman masih disini?" tanya Ray Zen. Setelah selesai membersihkan dirinya, Ray Zen segera membuka kembali pintu kamarnya. Ia terkejut melihat Bai Hu yang masih setia didepan pintu kamarnya. "Paman akan mengantar pangeran ke ruang keluarga."

"Hah., baiklah."

Mereka pun berjalan bersama menuju ruang makan keluarga kekaisaran. Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai didepan pintu ruangan yang sangat mewah dan besar. penjaga yang berada didepan pintu segara membukakan pintu, membiarkan Ray Zen masuk kedalam ruangan, sementara Bai Hu tetap menunggu diluar ruangan.

Didalam ruangan, Ray Zen melihat Kaisar, keempat permaisuri, dan juga beberapa saudara-saudarinya, yang telah berkumpul dan duduk santai ditempat mereka masing-masing. Ruangan itu tetap sama seperti biasanya, ketika Ray Zen dan keluarganya sarapan. Didepan mereka semua terlihat hidangan makanan yang sangat lezat dan nikmat.

Ray Zen disambut dengan tatapan-tatapan tidak suka dari hampir semua orang yang ada didalam ruangan itu. Tatapan-tatapan mata itu seolah ingin mencabik-cabik kulitnya. Hanya kaisar, Permaisuri Mei, Adiknya Ren, dan juga adiknya Lia, yang menatap Rey Zen dengan senyuman.

"Hehe... Maaf Aku terlambat." ucap Ray singkat, senyuman tanpa dosa terlihat diwajahnya.

Karena sudah biasa akan tatapan-tatapan tidak suka itu, Ray Zen tetap santai dan terus berjalan menuju salah satu kursi yang masih kosong.

"Kak Ray, duduk disini saja, di sampingku." Lia Zen yang merupakan adik bungsu dari Ray Zen memanggilnya lembut dengan suara imutnya.

"Baiklah adik manis." balas Ray Zen, sambil berjalan menuju kursi yang ada didekat Lia Zen, adiknya.

"Hem.. Karena semua sudah berkumpul, sekarang saatnya kita sarapan bersama." ucap Kaisar Jack Zen, yang disambut dengan anggukan oleh semua anggota keluarga kekaisaran.

Setengah jam berlalu, semua makanan yang ada telah habis dan di bersihkan oleh para pelayan. Ray Zen yang dari tadi telah selesai makan, hendak pergi meninggalkan ruangan itu. Ia bangkit berdiri, mengangkat kakinya meninggalkan ruangan itu. "Kamu mau kemana Ray?" tanya permaisuri Mei Ling lembut.

"Hehe.., ibu, bukankah kita sudah selesai makan? Jadi untuk apa berlama-lama diruangan ini." balas Ray Zen. "Tunggu dulu Ray, ada yang ingin ayah sampaikan padamu, pada kalian semua." kali ini kaisar Jack Zen yang berbicara. Mendengar itu, Ray Zen kembali duduk di kursinya.

"Begini Ray, besok pagi, adikmu Fui dan rombongannya ingin berburu binatang buas di Hutan Kabut. Fui ingin mengajakmu berburu bersamanya. Dia ingin kalian lebih akrab. Adikmu Zee juga akan ikut. Kalian bertiga akan dikawal oleh Jendral ke-8 dan ke-9 kekaisaran. Bagaimana menurutmu Ray, apakah kau bersedia ikut bersama Fui?" jelas dan tanya kaisar.

Ray Zen terdiam sejenak. Ia melihat kearah Fui Che yang tersenyum kearahnya. Ia sangat tahu Fui Che. Fui Che adalah pemuda yang jahat dan sangat membencinya. Walaupun Fui Che satu tahun lebih muda darinya, tetapi dari segi kekuatan, Ray Zen kalah telak. Fui Che seorang kultivator yang telah berada diranah Epick *3. Sementara Ray Zen tidak bisa berkultivasi. Ray Zen tahu, perburuan ini hanyalah kedok dari rencana jahat Fui Che untuk membunuhnya.

"Ray, dengan adanya perburuan ini, ibu berharap kalian bisa saling akrab. Fui ingin sekali menebus kesalahan-kesalahan yang selama ini telah ia lakukan padamu. Fui juga telah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Benarkan Fui?" kata permaisuri Mue Che ikut bicara.

"Be..benar ibu. Aku ingin menebus semua kesalahanku kepada saudara Ray, itu sebabnya aku mengajaknya untuk berburu bersama, menikmati alam yang sesungguhnya. Saudara Ray tidak perlu takut, aku pasti akan melindungimu," jelas Fui Che sembari mengepalkan tangannya. "Kalau saudara Ray masih merasa belum aman, paman Bai Hu juga bisa ikut bersama kita." tawarnya.

Ray Zen sedikit tersenyum. Ia mencoba menelaah rencana seperti apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang membencinya ini.

Jendral ke-8 dan ke-9 kekaisaran Awan putih bukanlah orang sembarangan, mereka berdua telah berada di ranah Suci *5, sedikit kemungkinan mereka bisa dikalahkan dengan mudah. Apalagi dengan adanya Bai Hu, keamanannya pasti bisa terjamin, tidak mungkin Fui Che memiliki rencana yang sederhana untuk mencelakakannya.

"Kalau kamu tidak mau ikut, katakan saja Ray, itu pilihanmu." permaisuri Mei Ling mencoba membantu. Ia tahu kalau banyak orang yang tidak suka dengan Ray Zen, putranya. Baginya perburuan ini hanyalah rencana untuk membahayakan keselamatan Ray Zen. "Benar kak, itu pilihanmu." dukung Ren Zen, yang dari tadi menyimak pembicaraan.

"Heeh... Sekali sampah, tetaplah sampah." cibir Zee Xia, yang berada diseberang meja Ray Zen. Gadis itu memang secara terang-terangan tidak suka dengan Ray Zen. Baginya orang yang lemah tidak pantas untuk hidup, apalagi dilingkungan kekaisaran.

"Jaga ucapanmu saudari Zee, atau.."

"Atau apa? apa yang aku ucapkan itu benarkan? kakakmu adalah sampah yang tidak berguna." belum sempat Ren Zen menyelesaikan ucapannya, Zee Xia telah mengeluarkan aura intimidasi yang cukup kuat untuk menekan Ren Zen.

Ren Zen tidak mau kalah, ia juga mengeluarkan auranya. Walaupun perbedaan kekuatan diantara mereka berdua cukup jauh, Ren Zen tidak gentar sedikitpun.

Permaisuri Mei Ling berusaha menenangkan Ren Zen, sementara permaisuri Zu Xia, ibu dari Zee Xia, tersenyum puas. Ia sangat setuju dengan apa yang dikatakan putrinya.

"Cukup. Hentikan. Apa-apaan kalian ini? Aku tidak pernah mengajarkan kalian untuk saling menghina dan merendahkan." Bentak kaisar, membuat suasana semakin tegang. Semua orang yang ada diruangan itu terdiam membisu dan menundukkan kepala.

Tidak ingin suasana semakin kacau, Ray Zen pun bangkit berdiri serta berkata "Baiklah, Aku akan ikut. Aku juga penasaran bagaimana cara seorang kultivator bertahan hidup di alam liar."

"Ray? Apa kamu yakin nak?" tanya Mei Ling tidak percaya. Ia semakin khawatir akan keselamatan putranya. Ray Zen hanya mengangguk. "Tenanglah ibu, aku sudah bisa menjaga diriku sendiri. Lagi pula ada paman Bai di sisiku, ibu tidak perlu khawatir." ucap Ray Zen.

Mendengar ucapan dan keteguhan hati Ray Zen, Mei Ling hanya bisa pasrah dengan keputusan anaknya.

****************

Setelah pembicaraan singkat diruang makan keluarga kekaisaran itu selesai, Ray Zen kini sedang berada di balkon Kastil di depan kamarnya. Di sampingnya berdiri Bai Hu yang selalu bersamanya. Ray Zen menceritakan semua hal yang terjadi diruang makan tadi kepada Bai Hu. Bai Hu hanya mengangguk tanda mengerti.

Bai Hu telah menjadi pengawal pribadi Ray Zen, sejak ia berusia 5 tahun. Selain sebagai pengawal pribadinya, Bai Hu adalah orang kepercayaan dari Ray Zen, ia telah menganggap Bai Hu sebagai pamannya sendiri.

Dari cerita Bai Hu yang Ray Zen dengar, awalnya Bai Hu adalah seorang anak yang lemah.

Saat berusia 10 tahun ia telah kehilangan keluarganya dan dijual ke perdagangan budak terbesar di kekaisaran Awan putih pada saat itu. Tetapi beruntungnya, sepasang kultivator kuat, berhasil membebaskan Bai Hu, sekaligus menghancurkan tempat perdagangan budak itu.

Bai Hu yang tidak mempunyai keluarga pun dengan antusias mengikuti sepasang kultivator itu. Bersama sepasang kultivator itu, Bai Hu terus berkembang dan menjadi semakin kuat. Sepasang kultivator itu telah mengajari Bai Hu banyak hal, dan juga menganggap Bai Hu seperti adik mereka.

Sepasang kultivator yang telah menyelamatkan hidup Bai Hu itu adalah Jack Zen dan Mei Ling, yang pada waktu itu dijuluki sebagai Sepasang Pedang Suci. Sejak saat itu, Bai Hu berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap setia dan selalu bersedia menjaga keluarga Jack Zen dan Mei Ling, sampai akhir hayatnya.

Melihat Ray Zen yang tidak bisa berkultivasi, selalu dihina dan dikucilkan, Bai Hu dengan senang hati menjadi pengawal pribadinya. Ia meminta kepada Kaisar Jack Zen dan Permaisuri Mei Ling untuk mengizinkannya melepaskan jabatan Jendral ke-1 yang sebelumnya ia duduki.

Telah 11 tahun berlalu, semenjak Bai Hu menjadi pengawal pribadi Ray Zen. Bai Hu dengan sekuat tenaga akan terus menjaga keselamatan Ray Zen. Ia telah menganggap Ray Zen seperti anaknya.

"Bagaimana paman? Apakah keputusanku sudah tepat?" tanya Ray Zen, memecah lamunan Bai Hu. "Apapun keputusan pangeran, paman akan selalu mendukung." balas Bai Hu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Chapter 2. Buku Keberuntungan

"Hah... Hari ini sangat membosankan." gumam Ray Zen yang sedang berbaring di kasur mewahnya. Ia sudah tidak tau lagi harus melakukan apa untuk menghabiskan waktunya hari ini. Ia melihat jam besar yang berada didinding kamarnya. Jarum jam itu masih menunjukkan angka 9.

"Hehhh, apa yang harus aku lakukan. Semua buku di perpustakaan telah selesai aku baca. Tidak adakah lagi buku yang bisa aku baca?" lagi-lagi Ray Zen berbicara kepada dirinya sendiri. Ia kemudian menatap langit-langit kamar, mencoba mencari hal yang bisa ia lakukan.

"Oh ya, aku tahu. Masih ada satu buku yang belum aku baca." seperti mendapatkan pencerahan, Ray Zen segera bangkit menuju lemari besar miliknya. Ia memeriksa setiap laci yang ada di lemari itu.

"Nah ketemu." Ray Zen terlihat sangat senang setelah menemukan apa yang ia cari. Disalah satu laci lemarinya terdapat sebuah buku yang cukup tebal dan besar. Ray Zen harus menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat buku itu, membawanya kemeja.

"Buku ini sangat aneh." Ray Zen mengernyitkan keningnya. Selain karena buku itu terlihat besar dan tebal, buku itu juga terlihat lusuh, dengan sampul kosong berwarna putih kekuningan. "Pantas saja para pengeran dan putri lainnya tidak mau menerima buku ini."

Buku itu adalah hadiah pemberian ayahnya, Kaisar pada saat hari ulang tahunnya yang ke-16. Sebelumnya, banyak dari saudara-saudarinya yang menolak diberikan hadiah buku itu. Mereka lebih memilih hadiah sumber daya untuk berkultivasi, senjata, artefak, uang dan hadiah mewah lainnya. Hanya Ray Zen yang mau menerima dihadiahi buku itu. Lagi pula kultivator mana yang menginginkan buku tidak berguna seperti itu.

Ray Zen membuka selembar demi selembar halaman kertas dari buku aneh itu. Setiap lembarnya hanyalah berisi halaman kosong, tidak ada satupun tulisan yang ada disana, sama seperti sampulnya.

Karena sedang sibuk membolak-balik halaman buku, Ray Zen tidak menyadari jika dibelakangnya sekarang telah berdiri sesosok misterius dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Ditangannya terhunus sebuah belati merah yang memancarkan aura membunuh yang sangat kuat.

Sosok itu tersenyum dibalik masker yang ia kenakan. "Pergilah ke neraka! dasar sampah.." setelah berkata demikian, sosok tersebut menggorok leher Ray Zen dari belakang, memberikan sayatan yang cukup dalam. Darah segar Ray Zen segera mengalir deras, kesadarannya pun perlahan mulai menghilang. Kepalanya kini terbaring lemah diatas buku aneh yang sebelumnya ia baca.

Hal terakhir yang ia lihat adalah sesosok hitam misterius dengan sebuah belati merah ditangannya, sosok itu tersenyum puas kearah Ray Zen, lalu segera menghilang ditutupi asap hitam tebal.

Beberapa saat setelah sosok hitam itu pergi, darah Ray Zen yang mengenai buku aneh itu seakan terserap. Buku itu kemudian mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat terang. Cahaya keemasan itu perlahan meredup, diikuti dengan menghilangnya seluruh tubuh Ray Zen.

****************

Ray Zen perlahan membuka matanya, kepalanya terasa sangat sakit. "Dimana aku, apakah aku sudah mati?"

Setelah kedua matanya berhasil ia buka sempurna, Ray Zen tercengang melihat pemandangan indah yang ada disekelilingnya. Pemandangan indah yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, hanya satu hal yang ada dipikirannya, 'Apakah ini alam Dewa?'.

"Hei, Nak. Selamat datang di dimensiku. Apakah kau menyukainya?." suara serak seorang pria membuat Ray Zen terkejut dan segera tersadar dari lamunannya. Ia segera berdiri, melihat kearah sumber suara yang memanggilnya.

Didepannya kini berdiri seorang kakek dengan pakaian putih keemasan. Kakek itu tersenyum kearahnya. Spontan Ray Zen segera menutup matanya, memukul-mukul dirinya, berharap itu semua hanyalah mimpi belaka. Tetapi sayangnya tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Kakek itu tetap ada didepannya, bahkan semakin mendekat kearahnya.

"Hahaha, apakah kamu sudah gila nak?." Kakek itu tertawa keras. Ray Zen perlahan memberanikan diri untuk membuka matanya kembali.

"Hey kakek tua, siapa kau? apakah kau malaikat pencabut nyawa? Aku masih belum mau mati, sungguh." Ray Zen berlari sekuat tenaga menjauhi kakek tua didepannya.

"Hei Nak.., kau mau kemana? Ini adalah dimensiku, kau tidak akan bisa lari. Lagi pula aku bukanlah malaikat pencabut nyawa." Kakek itu berseru keras. Ray Zen tidak perduli dengan perkataan kakek itu, ia terus berlari menjauh.

Setelah berlari cukup jauh, Ray Zen terduduk dengan nafas terengah-engah, dibawah sebuah pohon yang rindang. Sesekali ia mengintip dibalik pohon, untuk melihat keberadaan kakek itu.

"Nak apa yang kau lihat?" Ray Zen kembali dikejutkan dengan suara kakek itu yang kini telah berada tepat diatas pohon tempat ia duduk. "Ampun, ampun kek, jangan bunuh aku! Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Aku mohon.., aku berjanji tidak akan lari lagi." Ray Zen memohon, kedua tangannya ia rapatkan didepan dada. Melihat tingkah Ray Zen, kakek itu kembali tertawa. "Hei Nak, siapa juga yang ingin membunuhmu." ucapnya.

"Aku adalah secercah pecahan jiwa dewa, yang terdapat dibuku aneh yang sebelumnya kau baca. Buku aneh itu hanya akan terbuka saat darah orang yang 'Terpilih' mengenai isi bukunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kau adalah anak yang sangat beruntung, karena dipilih oleh buku tersebut. Nah itu sebabnya kau bisa berada ditempat sekarang ini." Kakek itu menjelaskan.

Ray Zen hanya mengangguk, ia kembali mengingat saat-saat terakhir sebelum kesadarannya menghilang. Sesosok hitam misterius telah menggorok lehernya. Membuat darahnya mengalir mengenai buku aneh itu.

"Tempat ini adalah dimensi yang aku buat, untuk melatih orang yang 'Terpilih' menjadi yang terkuat. Disini kau akan menjadi muridku. Aku akan melatih dan mendidikmu menjadi orang yang tak terkalahkan, sama sepertiku dulu. Bagaimana nak, apakah kau mau?" kata kakek itu penuh harap.

"Maaf kakek. Aku tidak suka bertarung, dan lagipula aku tidak memiliki bakat untuk menjadi seorang kultivator."

"Hahaha." Kakek itu lagi-lagi tertawa. "Kau salah nak, tubuhmu adalah tubuh yang sangat istimewa, tubuh yang mampu menampung semua jenis Energi dan Kekuatan manapun. Hanya saja tubuhmu sekarang masih disegel oleh kekuatan yang sangat kuat bagi orang-orang yang ada di duniamu. Hal itu membuat kau dan mereka mengira bahwa kau adalah sampah yang tidak bisa berkultivasi. Tetapi kau tenang saja segel itu tidak ada apa-apanya di hadapanku. Aku bisa membukanya dengan sangat mudah."

"Benarkah kakek?" tanya Ray Zen semangat, yang dijawab dengan anggukan oleh kakek itu. "Kalau begitu aku mau menjadi muridmu kakek, ayo kita latihan sekarang!" Ray Zen berdiri dan menarik tangan kakek itu. Rasa takut yang sebelumnya ia alami, seakan hilang karena semangat yang muncul dalam dirinya.

"Hei Nak, kau sangat tidak sabaran ya. Baiklah, ayo ikuti aku."

Kakek itu dan Ray Zen berjalan bersama ketempat awal Ray Zen sadar tadi. Kakek itu mengayunkan tangannya, dan dalam sekejap, dihadapan mereka kini terdapat Bangunan Istana Emas yang sangat besar dan mewah.

Didepan gerbang istana itu terdapat dua patung kesatria yang ukurannya sangat besar seperti Titan. Ray Zen sangat terpukau dengan apa yang ia lihat. Sejak berada di dimensi ini, ia tidak berhenti-hentinya di buat takjub dan terkesima.

Chapter 3. Dimensi Sang Guru

Ray Zen berjalan mengikuti kakek itu memasuki istana. Didalamnya terdapat sebuah paviliun 7 lantai yang sangat mewah, besar dan indah. Disisi kanan dan kirinya berjejer ratusan patung kesatria titan berwarna emas, dengan aura mengintimidasi. Ray Zen hanya bisa menelan ludahnya merasakan aura yang dikeluarkan oleh patung-patung itu.

Selain itu, didalam lingkungan istana juga terdapat taman yang sangat indah, dihiasi oleh bunga-bunga dan tanaman-tanaman lainnya, aliran air kolam yang jernih dan tenang, serta juga beberapa gazebo mewah yang ada ditengah kolam.

Ray Zen dan Kakek itu terus berjalan dijalan setapak dengan dasar emas yang berada di tengah-tengah istana.

"Ayo masuk!" Kakek itu memanggil Ray Zen untuk segera masuk kedalam paviliun didepan mereka.

Setelah masuk kedalam paviliun, Ray Zen dapat melihat gunungan koin emas, kristal, giok, permata, dan barang-barang mewah lainnya. Hanya jalan yang mereka lewati saja yang bersih dari tumpukan barang-barang itu.

"Bagaimana cara kakek ini mengumpulkan kekayaan sebanyak ini? Apakah dia seorang perampok?"

Batin Ray Zen tak percaya. Lantai pertama paviliun itu, bagaikan gudang harta yang tidak ada habisnya. Ray Zen terus mengikuti kakek itu menuju kelantai dua paviliun.

Dilantai dua, Ray Zen melihat banyak sekali tanaman-tanaman langka dan juga sumber daya yang biasanya digunakan oleh para kultivator untuk berkultivasi, meningkatkan kekuatan. Sumber daya yang ada di paviliun itu memiliki aroma yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang digunakan oleh kultivator di kekaisaran awal putih. Selain itu, dilantai kedua paviliun juga terdapat banyak pil yang tidak pernah Ray Zen lihat sebelumnya.

Memasuki lantai ketiga, Ray Zen melihat banyak baju zirah, armor-armor pelindung dan juga artefak yang mengeluarkan aura-aura kehidupan, memenuhi ruangan. Zirah, artefak dan armor-armor itu seakan memanggil Ray Zen untuk menggunakannya. Kakek itu dan Ray Zen terus berkeliling dilantai tiga paviliun, hingga sampailah mereka di tangga menuju kelantai empat paviliun.

Dilantai empat, disepanjang ruangannya terdapat jutaan senjata-senjata yang memancarkan aura yang luar biasa hebat. Senjata-senjata itu juga bermacam-macam, ada pedang, tombak, kapak, panah, tongkat, belati, perisai, dan masih banyak lagi. Lantai keempat paviliun itu seperti sebuah gudang senjata yang sangat melimpah.

Berbeda dari lantai-lantai sebelumnya, lantai kelima paviliun, semuanya berisi buku-buku yang tersusun dan tertata dengan rapi disetiap raknya. Senyuman terlihat di wajah Ray Zen saat memasuki lantai itu, ia sangat senang karena keinginannya untuk terus membaca bisa terwujud. Menurut perkiraannya, jumlah buku yang ada di paviliun itu, 100 kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah buku yang ada di perpustakaan kekaisaran Awan Putih.

"Ayo nak, jangan terdiam disitu."

Melihat Ray Zen yang sedang asik memperhatikan buku-buku dimasing-masing rak, membuat kakek itu memanggilnya. Ray Zen tersadar dan kembali mengikuti kakek itu menuju lantai keenam paviliun.

Lantai Enam paviliun sangatlah gelap, tidak ada cahaya sedikitpun disitu. Ray Zen sedikit kesulitan melihat dan berjalan. Ruangan itu benar-benar gelap. Bahkan kakek itu yang sebenarnya berjarak sangat dekat dengannya tidak kelihatan. Selain itu aura yang sangat mencekam membuat Ray Zen berkeringat dingin, seperti mau mati rasanya.

"Kek, tem.. tempat apa ini? Me.. Mengapa begitu gelap dan mencekam?" Ray Zen bertanya dengan ketakutan. Lantai-lantai sebelumnya begitu terang dan mewah, sangat berbeda dengan lantai ini yang begitu gelap dan mencekam.

"Lantai ini adalah tempat tersegel nya '12 Jendral Kematian'. Untuk sekarang kau masih belum bisa melihatnya, tapi nanti seiring dengan bertambah kuatnya dirimu, kau akan bisa melihat mereka." jawab kakek itu santai.

"Sekarang ayo kita naik kelantai terakhir." Ray Zen mengangguk, lalu mengikuti kakek itu menuju lantai ketujuh paviliun.

Dilantai terakhir atau ketujuh paviliun, suasananya kembali berubah. Walaupun ruangan itu terlihat kosong tanpa adanya hal-hal unik seperti lantai-lantai sebelumnya. Akan tetapi, suasana dari ruangan itu sangat menyenangkan, membuat siapapun yang berada ditempat itu merasa nyaman dan tentram. Ray Zen bisa merasakan banyak energi kehidupan yang terkandung didalam ruangan itu.

"Nak, ini adalah lantai yang paling Istimewa dari semua lantai yang ada di paviliunku ini. Dilantai ini terdapat bermacam-macam energi yang dapat meningkatkan kekuatanmu. Kau bisa menyerap sebanyak-banyaknya energi yang kau inginkan disini.

Kau pasti tau jika di duniamu, seseorang baru bisa dikatakan sebagai kultivator kalau ia bisa menyerap energi alam atau yang biasa kalian sebut Qi. Dengan menyerap energi alam kalian bisa menyimpannya didalam tubuh, memadatkannya, lalu mengubahnya menjadi kekuatan yang sangat hebat dan dahsyat.

Tetapi sayangnya, dunia ini begitu luas, masih banyak energi lainnya yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan energi alam yang kalian miliki selama ini. Contohnya adalah energi Iblis dan energi Dewa. Kedua energi ini memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan energi alam yang kalian serap. Itulah sebabnya tingkat kekuatan Iblis dan Dewa jauh lebih hebat dibandingkan dengan kalian para manusia.

Pada dasarnya, Manusia, Iblis, Dewa, dan ras-ras lainya hanya bisa menyerap satu jenis energi untuk menjadi sumber kekuatannya. Beruntungnya kau berbeda nak, kau mampu untuk menyerap semua jenis energi apapun. Tubuhmu bisa menyerap semuanya, satu persatu ataupun secara bersamaan." jelas kakek itu panjang lebar. Ray Zen hanya mengangguk tanda mengerti.

"Baiklah, karena kita sudah berada disini, sekarang aku akan membuka segel yang ada di tubuhmu. Prosesnya akan sangat menyakitkan. Jadi kau harus tetap bertahan apapun yang terjadi."

"Baik kakek." kata Ray Zen semangat, ia duduk bersila ditengah ruangan itu, lalu mulai menutup kedua matanya. Memfokuskan dirinya agar tetap bertahan dari proses pembukaan segel.

"Jangan panggil aku kakek, panggil aku guru saja." balas kakek itu, sambil menepuk pundak Ray Zen, membuat ia meringis kesakitan. "Kau siap nak?" Kakek itu mengarahkan telapak tangannya tepat di dahi Ray Zen.

"Argh..."

Teriakan keras Ray Zen saat mencoba menahan rasa sakit yang ia terima. Ia tidak menyangka pembukaan segel ditubuhnya akan sesakit ini.

"Argh..."

"Argh..."

Entah sudah berapa banyak Ray Zen berteriak kesakitan. Ia bahkan telah memuntahkan banyak darah dari mulutnya, yang diikuti dengan tubuhnya yang mengeluarkan asap hitam.

Setengah jam berlalu, kakek itu melepaskan tangannya dari dahi Ray Zen.

Ray Zen merasakan perubahan besar telah terjadi pada tubuhnya. Tubuhnya kini terasa lebih berenergi dan lebih ringan. Tidak hanya itu, Ray Zen juga merasakan bahwa tubuhnya terus menyerap energi yang ada diruangan itu, membuat kekuatannya terus meningkat.

"Tubuh yang sangat luar biasa. Aku tidak salah memilih."

Batin kakek itu ketika melihat tubuh Ray Zen yang dikelilingi oleh banyak energi.

"Untuk sekarang kau hanya perlu menyerap energi yang ada disini nak. Besok kita akan memulai latihanmu. Kau mengerti?" tegas kakek itu kepada Ray Zen yang masih tetap fokus untuk menyerap energi yang ada disekelilingnya. Ray Zen hanya mengangguk tanda mengerti.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!