“Hikss…hikss…hikss…Tuhan kenapa semuanya harus terjadi, kenapa harus aku yang merasakan ini semua Tuhan. Aku selalu berdoa disetiap malam ku agar Engkau selalu memberkati aku, tapi kenapa sekarang aku diberi penderitaan ini Tuhan. Semua orang telah meninggalkan aku. Kepada siapa lagi aku harus bercerita. Kepada siapa lagi aku harus meminta perlindungan. Hiks..hiksss” batin Kanaya
Kanaya berjalan sambil menarik kopernya, dia berjalan dengan tangisan sendunya dengan tatapan kosong, hujan yang begitu deras pun tidak terasa bagi tubuhnya, Kanaya terlalu larut dengan nasib kehidupannya yang menyedihkan. 2 jam telah berlalu Kanaya terus berjalan lurus hingga ia tak sadarkan diri, Kanaya tiba-tiba merasa tubuhnya sudah lelah pandangannya sudah kabur kepalanya pusing dan brukkkkk,,, tubuh Kanaya terjatuh dipinggir jalan yang tidak terlalu banyak pengendara yang melewatinya.
“Daddy, lihat ada seorang gadis yang pingsan itu, ayok kita tolong, tepihkan mobilnya dulu” tunjuk wanita paruh baya itu.
“Mammy, Please dong jangan terlalu baik, kita tidak mengenal dia, silahkan Mammy telpon Polisi saja biar mereka yang mengurusnya, kita tidak mengenal wanita itu” gerutu suami wanita itu
“Tidak Dad, Mammy kasihan melihatnya. ayok kita bantu dia Dad. “ seru wanita itu
Karena tak mau berdebat lagi pria itu menghentikan mobilnya dan turun bersama istrinya. Wanita itu mendekatkan dirinya untuk mengecek keadaan Kanaya.
“Hai Nak, sadarlah Nak, Dad lihatlah tubuhnya sangat dingin Dad. Ayo kita angkat dia Dad.” Kata wanita dengan wajah yang sangat panik. Entah kenapa wanita itu merasa sangat khawatir kepada Kanaya.
Pria itupun mengangkat Kanaya kedalam mobil dan melajukan mobilnya kerumah mereka. Diperjalanan wanita itu langsung menelpon anak sulungnya yang berprofesi dokter itu untuk langsung datang kerumah mereka.
|“Hallo Mam,?”|
|”Hallo sayang, tolong kamu segera kerumah yah Nak”|
|”What happen Mam?”|
|”Mammy tidak bisa jelasinnya Nak, nanti dirumah Mammy akan jelasin, tolong kamu segera datang yah Nak”|
|Oke oke mam, see you in home Mam”|
Setelah menerima telepon dari ibunya laki-laki itu langsung mengchancel semua jadwalnya dan langsung menuju ke kediaman orang tuanya.
Dan tibalah dirumah, kedua orang tua itu sudah sampai dirumah terlebih dulu dari anaknya, sampai dirumah pria paruh baya itu langsung membawa Kanaya kedalam kamar tamu, dan wanita paruh baya itu langsung mengganti seluruh pakaian basah Kanaya dengan pakaian yang ada dikoper kanaya.
“Mam, where are you” seru laki-laki muda itu
Yah, laki-laki muda itu adalah anak sulung dari sepasang suami-istri paruh bayah itu namanya adalah Kaisar Adiano William, dia berprofesi sebagai dokter yang sangat terkenal di kota nya. selain dia pintar dan tampan dia dikenal sebagai dokter si baik hati.
“Nak, silahkan kemari, Mammy ada dikamar tamu” panggil pria baruh baya itu. Dan sambil membawa anaknya masuk kedalam kamur tamu.
“Dad, siapa yang sakit? Dan siapa gadis ini ? apakah dia keluarga kita ?” Tanya Kaisar
“Tidak Nak, Daddy juga tidak tau siapa dia, Daddy dan Mammy menemukannya pingsan ditepi jalan, awalnya Daddy tidak mau menolongnya, karena Daddy tidak mengenalnya, tapi kamu tau Mammy mu, dia paling tidak bisa melihat orang lain kesusahaan” jelas Pria paruh baya itu.
“Nak, tolong kamu periksa dia” kata wanita itu
“Baik Mam” Kaisar pun memeriksa keadaan gadis itu
“Mam, sepertinya dia mengalami syok berat Mam, tubuhnya juga sangat panas, dia demam tinggi Mam. Tolong Mammy kompres dia sementara dengan air hangat aku juga akan menyuruh asisten ku untuk memasang inpus agar tenaganya bertambah. Karena keadaannya sangat lemah Mam. Sepertinya dia belum makan seharian ini dan juga ini aku beri dia vitamin setelah sadar nanti Mammy bisa kasih untuk diminumnya” kata Kaisar
“Baiklah Nak, Mammy akan melakukannya” kata wanita itu
“Mam, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Tadi aku sudah mengchancel semua jadawalku, tetapi sewaktu jalan kemari aku mendapat kabar ada pasien darurat yang mengalami kecelakaan jadi aku harus kembali ke rumah sakit lagi” kata Kaisar
“Baiklah Nak, tidak apa-apa, kalau begitu kamu hati-hati yah Nak” kata Pria baruh baya itu.
Setelah mengantarkan anaknya keluar rumah pria baruh baya itu kembali kedalam kamar tamu untuk menemani istrinya menjaga Kanaya.
Sudah 3 jam lebih Kanaya tertidur dan akhirnya dia sadar. Perlahan-lahan dia membuka matanya, dia menatap kesekelilingnya ruangan ini terasa aneh, ditatapnya sekitarnya dan dia melihat sepasang suami istri sedang duduk disofa yang sedang menjagainya.
“Siapa kalian dan dimana aku sekarang ?” Apakah aku sudah mati ?” panik Kanaya
“Hai Nak, kamu sudah sadar, kamu belum mati, kamu sekarang berada dirumah kami, kami menemukanmu pingsan dipinggir jalan, dan kami menolongmu dengan membawamu kerumah kami Nak.” Seru wanita itu sambil tersenyum tulus kepada Kanaya
“Hai gadis kecil, kami ini keluarga William. Saya Jakson Alexander William dan ini istri saya Maria Santa Selomita William.” Ucap Jakson
“Kenapa kalian menolongku? Apa kalian mengenal ku ? Apa kalian memiliki niat jahat kepada ku ? Tidak mungkin ada orang baik yang begitu saja menolong tanpa ada niat lainnya. Tolong jangan siksa aku, aku sekarang sebatang kara, tidak ada yang menginginkan aku, semua orang telah meninggalkan aku, tolong jangan lukai aku” tangis Kanaya. Rasa trauma tentang keluarganya yang pura-pura baik terngiang di kepalanya
“Hei gadis kecil, kenapa kamu menuduh kami yang tidak-tidak, kami sudah menolong mu, membawa mu kerumah kami, memberi mu pengobatan, bukannya berterima kasih kamu malah berbicara sembarangan, kamu tidak tahu siapa itu keluarga William, jangan asal berbicara sembarangan kamu.” Bentak Jakson geram dengan omongan Kanaya.
“Daddy, tenanglah, jangan marah-marah begitu, kasihan dia, mungkin dia sedang mengalami masalah sulit sebelum bertemu dengan kita” bela Maria
“Tapi Mam…Mammy lihatlah dia, itu sebabnya Daddy tidak suka menolong orang yang tidak dikenal seperti ini,” kesal Jakson
“Daddy, tenanglah, kita dengarkan dulu penjelasan dia, bukankah Daddy dengar sendiri yang dikatakan anak kita bahwa dia mengalami syok berat”
Maria berusaha menenangkan suaminya. Kanaya yang melihat keadaan itu menjadi merasa bersalah dia pun menangis tersendu-sendu. Maria yang melihat Kanaya menangis menjadi tidak tega dengan gadis itu.
“Nak, mengapa kamu menangis ?” ucap Maria.Kanaya tidak menjawab pertanyaan maria, Kanaya mencabut selang inpus ditangannya, Maria dan suaminya panik melihat itu.
“Hei gadis kecil kenapa kamu mencabut inpusnya.” Bentak jakson
Kanaya tidak menghiraukannya dia berjalan kearah mereka berdua dan ia bersimpuh dihadapan Maria dan Jakson. Suami istri itu terkejut melihat tingkah kanaya.
“Tuan dan Nyonya, ampuni saya karena sudah berbicara kasar kepada kalian, saya memang tidak tahu diri, saya sudah merepotkan kalian, ampuni saya, saya minta maaf karena sudah menuduh kalian, tolong ampuni saya, tolong jangan hukum saya, saya bersedia menjadi pembantu dirumah ini untuk menebus hutang budi saya kepada kalian tapi tolong ampuni saya” tangis sendu Kanaya.
Maria dan Jakson yang melihat itu merasa iba, mereka menjadi penasaran dengan kehidupan yang dialami Kanaya, sepertinya Kanaya sangat frustasi dengan kehidupannya.
“Nak, berdirilah jangan seperti ini, kami tidak akan menghukum mu, ayo berdirilah Nak, kamu masih sakit” ucap Maria
“Gadis kecil, maafkan saya yang sudah kasar kepada mu, saya tidak tahu apa yang sedang menimpa mu, silahkan berdirilah, saya seperti orang jahat bila disembah seperti ini” ucap Jakson
Anak sulung Maria dan Jakson sudah tiba dirumah Kaisar melihat Kanaya bersimpuh dihadapan orang tuanya dan dia pun merasa sangat iba melihat kondisi gadis itu. Ia pun masuk bergabung dengan orang tuanya.
“Mam, Dad, apa yang terjadi? Kenapa dia bersujud dihadapan kalian ?” seru Kaisar
“Tidak apa-apa Kai, ini hanyalah salah paham” ucap Maria
"Nak, berdirilah kembalilah ketempat tidur mu, saya akan menyuruh pelayan membawakan makan malam mu, sepertinya kamu kehabisan banyak tenaga tidak usah takut nak, kami ini bukan orang jahat dan kami juga tidak menghukum mu Nak”
“Tidak Nyonya, saya mohon maafkan saya karena sudah lancang kepada Tuan dan Nyonya” ucap Kanaya
“Apa maksudnya gadis ini Dad, kenapa dia meminta maaf, apa yang sudah terjadi ? ucap Kaisar
“Tidak ada, tadi gadis kecil ini mengira kita ada berniat jahat dengannya jadi Daddy langsung emosi dan membentaknya, dia menjadi ketakutan seperti ini Kai” ucap Jakson
“Ohh begitu, adik tidak usah takut yah, kami ini bukan orang jahat” ucap Kaisar sambil tersenyum dengan sangat manis.
Kanaya melihat senyum laki-laki itu sempat terpesona, tetapi itu langsung ditepisnya bagaimana pun dia merasa tak pantas untuk mengagumi ketampanan laki-laki itu. Membahas laki-laki saja dia enggan. Kenangan masa lalu membuatnya parno. Tapi demi menjaga sopan santun dia berpura-pura untuk tidak menjauhi kedua laki-laki yang saat ini bersamanya. Bagaimanapun mereka sudah menolong dirinya. Kanaya yang sudah mulai tenang pun langsung menurut dan dia memakan makan malamnya dan meminum obatnya. Inpus yang sudah dicabut tadi juga sudah dipangsangkan kembali oleh Kaisar. Ingin menjauh sebenarnya ketika tangannya menyentuh lengan Kanaya, lagi dan lagi Kanaya tak berdaya dia memang lemah dia tak sanggup untuk menolak perlakuan dari umat yang ada dirumah itu. Setelah selesai memansang inpus mmereka meninggalkan Kanaya dikamarnya untuk beristirahat karena hari sudah semakin larut malam, Maria dan suaminya beserta anak sulung mereka juga pamit untuk beristirahat.
Pukul 07.00 Kanaya bangun dari tidurnya, badannya juga sudah mulai pulih, hanya saja masih sedikit lemah.
Tok. Tok. Tok
Ceklek
Maria datang membawa sarapan untuk Kanaya, dia melihat Kanaya yang sudah bangun pun langsung tersenyum dan menyapa Kanaya. Entah kenapa wanita paruh baya itu sangat simpatik dengan Kanaya.
“Selamat pagi Nak, bagaimana keadaanmu Nak, apakah sudah mulai membaik Nak”
“Sudah Nyonya, saya sudah baikan hanya saja masih sedikit lemah Nyonya”
“Baguslah dan ini makanlah Nak, supaya kamu tidak merasa lemah lagi dan jangan lupa untuk meminum obatnya Nak”
“Terima kasih Nyonya, dan maaf sudah merepotkan ada Nyonya” ucap Kanaya sambil tersenyum
“Sama-sama Nak”
Maria yang melihat Kanaya tersenyum merasa sangat senang melihatnya.
Jakson dan anak sulungnya datang menghampiri istrinya dan kanaya.
“Bagaimana keadaan mu gadis kecil ?” Tanya Jakson sambil tersenyum
“Sudah membaik Tuan” ucap kanaya Sembalas dengan senyuman yang sangat tipis.
“Baguslah adik, oh iyah kita belum berkenalan, Saya Kaisar Adiano William dan kamu” ucap Kaisar yang berada disamping Jakson
“Nama saya Kanaya Herazille,” jawab Kanaya
“Nama kamu sangat cantik Nak, sama seperti wajah kamu yang sangat cantik” puji Maria
Jakson dan Kaisar yang mendengar pujian dari maria hanya tersenyum, bagaimanapun itu memang kenyataannya Kanaya memang sangat cantik, tubuhnya mungil, kulitnya putih bersih, rambutnya panjang lurus dan hitam, hidung mancung, dan mata yang indah.
“Kanaya, boleh kami tahu apa yang terjadi padamu Nak ? Kenapa kamu bisa pingsan ditepi jalan seperti itu, itu sangatlah berbahaya Nak, bagaimana jika yang menemukanmu bukanlah orang baik” ucap Jakson
Kanaya yang teringat kejadian itupun tiba-tiba menitikkan air mata. Jakson yang melihat itupun merasa bersalah.
“Nak, jika kamu tidak mau memberitahu kami juga tidak apa-apa, nanti saja jika kamu sudah siap Nak” ucap Jakson khawatir kondisi kanaya memburuk
“Terimakasih Tuan atas pengertiannya” ucap Kanaya sambil tersenyum kecil.
"Jangan panggil kami Tuan dan Nyonya Nak, panggil saja kami Bibi dan Paman." ucap Jakson. Kanaya mengangguk paham.
Jakson dan keluarganya tidak memaksa Kanaya untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena melihat psikis Kanaya yang belum stabil membuat mereka menunggu. Dia takut jika dipaksa bisa-bisa dia merancau tidak jelas yang ada nanti mereka juga yang repot (pikir Jakson).
Jakson dan Kaisar meninggalkan ruangan itu, mereka pergi ke meja makan dan memulai sarapan, setelah selesai sarapan mereka langsung melaju ketempat kerja mereka masing-masing. Sebelum berangkat mereka sempat permisi kepada Maria dan Kanaya yang masih tinggal dikamar tamu. Kaisar berangkat ke rumah sakit dan Daddy Jakson berangkat ke perusahaannya.
Melihat Kanaya sudah selesai dengan sarapannya, Maria menyuruhnya kembali beristirahat agar stamina tubuhnya kembali bugar. Kanaya mengikuti semua perintah Maria. Tak lama Kanaya langsung memejamkan matanya, sungguh benar-benar lelah rasanya. Bukan tubuhnya yang lelah tapi jiwanya. Iya, jiwanya sangat lelah, terlalu banyak hal yang sangat ingin dia lepaskan, supaya beban itu benar-benar hilang.
30 menit berlalu, Kanaya hanyut dalam mimpinya. Seluruh tubuhnya berkeringat, air matanya tak henti-henti menitikkan air mata, Kanaya merancau dengar sangat kuat, ia berteriak-teriak seperti orang yang sudah kehilangan akal.
"Tidakkkkkkkkk,,,tolonggggg jangannnnnn, hiksssss, ampunnnnnnn, jangannnnnn, tolonggggggggggggggg, ja-ja-jangannnnn aku tak mauuuuu....hikssss, hiksssss mamaaaaaaaa tolongggg akuuuuuu,,,, huaaaaaaaaaaaaaaaa,,,,,," teriak Kanaya sambil memejamkan matanya, menggelengkan kepalanya, tubuhnya bergetar, pelipisnya berkeringat.
Maria yang berada diruang keluarga sungguh kaget mendengar teriakan Kanaya, ia berlari ke kamar tamu untuk melihat kondisi Kanaya, diikuti para pelayan yang ada dirumah itu.
"Kanaya,,, Nakkk, Hei Nak, bangunlah, jangan takut ada bibi disini Nak," ucap Maria sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kanaya agar sadar dari tidurnya. Maria memeriksa tubuh Kanaya, tubuhnya berkeringat dan sangat panas, demamnya kembali naik. Entah apa yang terjadi padanya Maria sungguh bingung. Maria memerintahkan kepada pelayanannya untuk mengambil air hangat dan kain, agar ia bisa mengompres Kanaya, semoga saja demamnya bisa turun.
Merasa kepalanya seperti basah Kanaya tersadar dari tidurnya, ditatapnya wanita paruh baya itu, matanya menatap secara dalam, Kanaya berhalusinasi wajah Maria terlihat jelas seperti wajah mamanya, dipeluknya tubuh wanita itu erat-erat, seakan tak ingin melepaskannya. Kanaya menangis tersedu-sedu.
"Mamaaa, jangan tinggalin aku, aku cuman punya Mama, tidak ada yang mencintai ku dengan tulus selain mama, mama tolong jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku ma, aku sungguh tersiksa dengan kehidupan ini, bila mama ingin pergi jauh tolong bawa aku ma, aku tak sanggup menghadapi ini semua dengan sendirian, mamaaa, hiksss, mamaaa, hiksssss, mama aku mencintaimu mama,,,aku menyayangimu, jangan pergiiii, jangan tinggalkan aku, hiksssss, huaaaaaaaaa,,,," tangis sendu Kanaya ditubuh Maria.
Maria yang mendengarkan Isak tangisan itu pun ikut berkaca-kaca dicermatinya kata demi kata yang dilontarkan oleh Kanaya membuat hatinya sakit, hatinya bergetar melihat Kanaya yang menangis menahan rindu, tanpa sadar Maria meraih wajah Kanaya, dikecupnya kening gadis itu, kedua matanya dan pipinya. Maria tidak tau kenapa hatinya tergerak ingin selalu memeluk gadis itu.
Kanaya yang tersadar dengan sentuhan tiap kecupan kasih sayang itu mulai membuka mata, ditatapnya wajah wanita paruh baya itu. Dia terdiam seribu bahasa. Bukan, ini bukan Mama, kenapa aku sangat nyaman sekali dipeluknya, kenapa rasa rindu ku kepada Mama, terlampiaskan dalam pelukan wanita ini, ada apa ini," batin Kanaya, sambil menatap dalam mata Maria.
"Ma-maaf Bibi, saya tadi tidak sengaja, saya pikir Bibi adalah Mama saya, maafkan saya sekali lagi Bibi" ucap Kanaya sambil menjauhkan tubuhnya dari pelukan Maria. Ia menundukkan kepalanya. Ia masih kalut dengan bayangan tentang Mamanya, sungguh ia sangat merindukan Mamanya.
Maria masih terdiam dengan pikiran-pikirannya, apa sebenarnya yang terjadi, kalau dia bertanya akankah gadis ini mau bercerita, ia takut gadis itu merasa tidak nyaman dengan berbagai pertanyaannya, ia takut mengganggu psikis anak itu, tapi kalau dia tidak bertanya ia sangat penasaran, bagaimanapun ia baru pertama kali bertemu dengan gadis ini tapi hatinya sungguh bergetar memeluk Kanaya, ia sangat menderita melihat isak tangisan anak itu.
Maria memerhatikan setiap ruas wajah Kanaya, tiap sudut wajahnya mengingatkannya kepada seseorang, tapi siapa ? itulah yang dibenak Maria. Tidak ada pilihan daripada dia tersiksa memikirkan nasib anak ini, sebaiknya langsung ditanyakan saja.
“Kanaya sayang, bolehkah bibi bertanya padamu?” ucap Maria dengan nada yang sangat lembut.
Kanaya mengangkat kepalanya, ditatapnya wanita paruh baya itu dengan datar.
“Mau Tanya apa Bi?”
“Bibi, boleh tahu tidak siapa nama Mama kamu ?”
“Ada apa Bibi ? Kenapa Bibi bertanya nama Mama saya ?”
“Ehm, tidak, tidak apa-apa kok Nak” ucap Maria sambil tersenyum. Sebenarnya dia ingin sekali tahu nama Mama Kanaya, tapi kalau Kanaya keberatan dia bisa apa.
“Oh begitu Bi, nama Mama saya Martha Saramitha Bi,”
“Haaa, apa katanya Martha Saramitha? Bagaimana mungkin, ahhhh tidak bagaimana bisa ini ? Apa mungkin itu orang yang berbeda ? Ahh iya, iya mungkin itu adalah orang yang berbeda.”batin Maria.
Melihat Bibi Maria terdiam dengan kening berkerut, membuat Kanaya bertanya-tanya dengan heran.
“Ada apa Bibi, apa Bibi mengenal Mama saya ?” Tanya Kanaya
“Haa, ti-tidak, Bi-bi, hanya, hanya merasa seperti pernah mendengar nama itu saja, iya seperti itu Nak,” jelas Maria dengan terbata-bata, mendengar nama itu membuatnya sangat gugup, badannya seketika menjadi meriang.
“Oh benarkah, mungkin saja itu orang yang berbeda Bibi, karena Mama saya bukan orang yang suka berbaur dengan lingkungan sekitarnya jadi dia jarang dikenal orang lingkungan kami Bibi” ucap Kanaya
“Begitukah Nak, iya mungkin saja mereka orang yang berbeda “ ucap Maria sambil mengatur nafasnya agar tidak terlihat gugup. Suasana sejenak menjadi hening. Membuat Maria larut dalam berbagai pikirannya, dan Kanaya kembali memecahkan lamunan Maria.
“Bibi,,,” panggil Kanaya sambil memperhatikan wajah Maria dengan sangat intens, membuat Maria seketika sedikit gusar dan gugup.
“I-iy-ya Nak, kenapa ? Apa kamu butuh sesuatu Nak ?” Tanya Maria
“Tidak Bibi, bolehkah aku mengatakan sesuatu?” jawab Kanaya. Melihat Maria yang menganggukan kepala sebagai tanda setuju. Kanaya kembali melanjutkan perkataannya.
“Bibi, kalo dilihat secara teliti sebenarnya…”Kanaya terdiam sejenak mengatur nafasnya “ Wajah Bibi dan Mama saya sangatlah mirip, itu sebabnya saya sempat berpikir Bibi adalah Mama saya yang ada disurga sana,,,” tutur Kanaya dengan suara parau tak sadar air matanya kembali menetes.
Maria yang mendengar perkataan Kanaya kembali terdiam, ia kembali larut dengan pemikirannya “Ja-jadi Mamanya sudah meninggal, oh Tuhan benarkah ini? Kalau dia adalah Martha yang aku kenal, bagaimana ini, seumur hidupku aku tidak bisa memaafkan diriku ini.” Batin Maria.
“Nak, sudah berapa lama Mama kamu meninggal ?” Tanya Maria memastikan.
“Katanya Mama saya meninggal sekitar 10 tahun yang lalu Bi, tapi saya baru mengetahui hal itu 1 tahun terakhir ini Bi.” jawab Kanaya menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sangat sedih.
“Mengapa bisa seperti itu Nak? Apakah kamu tidak tinggal dengan Mama kamu ?" tanya Maria sambil mengelus lengan Kanaya dengan lembut.
“Tidak Bi.” Seru Kanaya sambil menggeleng-gelengkan kepala
"Mengapa itu bisa terjadi Nak?” tanya Maria
“Ketika saya berusia 15 tahun, saya dibawa oleh sepupu saya ke Luar Negeri, berhubung Mama saya sudah tidak sanggup membiayai sekolah saya, selama diLuar Negeri saya tidak diizinkan berkomunikasi dengan Mama, saya tidak diperbolehkan mengenal dunia maya makanya saya tidak bisa mencari tahu kabar Mama lewat teman-teman saya Bibi “kata Kanaya sambil mengingat-ingat setiap peristiwa dimasa lampau.
“Mengapa sepupu kamu begitu keterlaluan, tidak mengizinkan kamu berkomunikasi dengan Mama kamu Nak, lalu bagaimana dengan Papa kamu. Apa Papa kamu tidak mencoba bertanya pada kakak kamu tentang keadaan kamu Nak?
Mendengar kata ‘PAPA’ Kanaya membisu.
“Nak….” Panggil Maria memecahkan kebisuan Kanaya
“Sebenarnya Bibi….” Kanaya tidak menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba saja Jakson sudah pulang, dan datang menghampiri mereka berdua.
“Hai gadis kecil bagaimana keadaanmu, mengapa mata mu sembab?” Tanya Jakson penasaran sambil mencium pucuk kepala istrinya yang duduk ditepi tempat tidur dihadapan Kanaya. Pemandangan yang baru saja dilihatnya, seingatnya belum pernah dilakukan oleh Papanya dulu kepada Mamanya.
“Tidak apa-apa Paman, saya baik-baik saja”
“Oh. Baguslah kalau begitu”
“Dad, sudah pulang, ada apa, tumben banget siang begini sudah pulang. Apa tidak ada meeting dengan klien Dad ?” Tanya Maria pada suaminya yang tumben-tumbennya sudah pulang kerumah.
“Ehm, tidak ada Mam, Daddy lagi tidak ada kerjaan dikantor jadi Daddy putuskan untuk pulang. Hitung-hitung menemani istri tercinta “ ucap Jakson berbohong, ia memegang lengan istrinya bermaksud untuk mengajaknya keluar dari kamar itu.
“Mom, ikut Daddy kekamar ada yang mau Daddy ceritain sama Mammy”
“Ada apa Daddy?”
“Tidak ada apa-apa Mam, hanya ingin bercerita saja sama Mammy,” ucap Jakson dengan tersenyum, menandakan tidak ada yang serius. Ia memandang Kanaya yang sedang menatap mereka berdua bergantian.
“Gadis kecil, kamu lanjutkan saja untuk beristirahat ya, Paman dan Bibi mau kembali ke kamar. Kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan panggil Paman atau para pelayan yang ada disini.” Tuturnya pada Kanaya.
“Iya Paman, saya sudah tidak membutuhkan apa-apa lagi, terimakasih Paman dan Bibi karena sudah begitu baik kepada saya.” Ucap Kanaya sungkan sambil menatap Jakson dan Maria bergantian.
“Ya sudah Nak, lanjutkan saja tidurmu, jangan berpikir yang lain-lain, nanti kalo kondisi kamu sudah membaik baru kamu ceritakan lagi kepada Bibi siapa tahu Bibi bisa bantu kamu Nak, jangkan sungkan kepada Bibi yah Nak.” Ucap Maria sambil mengelus lengan Kanaya dengan lembut.
Maria dan Jakson beranjak dari kamar Kanaya, sebelum mereka menutup pintu kamarnya, Maria tersenyum pada Kanaya yang sedang ingin berbaring kembali. Maria dan Jakson pun naik ke lantai 2, rumah itu memiliki 4 lantai, mereka menggunakan lift berhubung mereka sudah lanjut usia sudah tidak sanggup lagi bila menaiki tangga, maka mereka membuat lift didalam rumah. Keluarga William sangatlah kaya raya mereka memiliki cabang perusahaan diberbagai kota, dan anak sulung mereka sudah memiliki rumah sakit sendiri dan cabangnya sudah mulai ada diberbagai kota, itu sebabnya keluarga William sangatlah terpandang dikota itu, sekalipun kaya raya mereka tidak sombong, Perusahaan yang dipegang oleh Jakson sangatlah berpengaruh pada perusahaan-perusahaan dikota tersebut. Banyak orang yang menghalalkan cara agar bisa menjadi kolega Jakson tapi namanya keturunan William sangatlah cerdas dan teliti, menyebabkan mereka sangat hati-hati memilih calon klien yang bertanggung jawab.
Tingg…
Lift sudah berhenti dilantai kedua. Maria dan Jakson langsung masuk kekamar mereka. Sesampai dikamar Jakson mengajak istrinya untuk duduk di sofa. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu yang sangat serius kepada istrinya. Ditatapnya istrinya seksama, memastikan keadaan istrinya apakah baik-baik saja, berhubung istrinya itu memiliki kondisi tubuh yang sangatlah lemah, karena memiliki riwayat gagal ginjal. Dan minggu yang lalu baru saja melakukan cuci darah, itu sebabnya tubuh istrinya mudah lemah, dia takut kabar yang akan dibawakannya mempengaruhi kondisi istrinya.
Maria yang melihat wajah suaminya dengan tatapan sangat serius, pun menjadi heran, ada apa kira-kira pikirnya.
“Dad, ada apa? Kok Mammy perhatiin wajah Daddy serius banget sih.” Tanya Maria
“Emm. I-itu sebenarnya Mam.” Ucap Jakson dengan gugup.
“Apa Dad, itu apa, Daddy jangan buat Mammy gugup dong.”
“Mam, apapun yang Daddy katakan nanti, Daddy harap Mammy jangan syok yah, Mammy harus tegar, Mammy harus pikirkan kondisi Mammy oke.” Tegas Jakson mengingatkan istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!