NovelToon NovelToon

AKU RAJANYA (I AM THE KING)

1. KUIL USANG

1.

Langit yang gelap makin terasa menusuk di sertai hujan. Awan hitam menggantung di mana mana.

Sudah berhari hari daratan wuxia di Landa hujan lebat berturut turut. Dingin sunyi dan lembab menyeruak menimbulkan kegelisahan.

Tidak ada terlihat tanda tanda hujan akan mereda.

Langit tetap gelap dan matahari enggan menampakkan diri. Kegelapan yang sangat menyiksa.

Menetap di rumah adalah pilihan satu satunya untuk seluruh rakyat, edaran dari kekaisaran sudah di sebarkan. "Tidak ada yang bolah berkeliaran tanpa kepentingan".

Sunyi dan menyeramkan.

Pepohonan yang terlihat di sekitar hutan terasa makin menyeramkan. Tinggi menjulang bak monster yang hendak menerkam.

Samar samar terdengar Isak tangis yang terdengar pilu.

"Kumohon...." Suara rintihan putus asa terus menerus terdengar.

"Bantu aku, kumohon!!" Suara kecil yang terdengar samar di antara derasnya hujan.

"Kumohon selamatkan ibuku.."

"Kumohon.."

Bocah yang terlihat sangat kurus, kecil dan terlihat lemah.

Terisak sambil terus memohon menatap pintu kuil di depannya.

Kuil kayu yang benar benar sudah tidak terjamah.

Lapuk, bau dan menjijikkan

Entah bagaimana dulu bisa ada kuil yang berdiri di tengah hutan yang penuh misteri ini.

_Dasar bocah lemah_

Suara decihan pelan terdengar dari dalam kuil.

Ehhh?

Siapa yang bicara? Bocah itu melihat sekeliling dengan wajah di penuhi rasa takut.

Hanya ada suara hujan yang terdengar sedari tadi..

Mungkin benar benar ada orang di dalam kuil itu?

"Kumohon bantu aku, bantu aku menyelamatkan ibuku!!."

Teriak bocah kecil itu yang merasakan secercah harapan.

"kumohon bantu aku.." isaknya lagi.

"Kenapa aku harus?" Sautan dari dalam kuil terdengar.

"Kau harus membantuku! Kau hanya bisa membantuku!" Teriak bocah kecil yang tengah bersimpuh di depan kuil.

Lama hanya terdengar tangisan dari bocah laki laki itu, tangisan yang makin di dengar kian menyayat hati .

"Sombong sekali" suara lirih dari dalam kuil terdengar mencemooh.

"Ku mohon bantu aku.. jika kau membantuku, kau akan bisa bebas dari kuil ini" bujuk bocah kecil itu.

Rintikan hujan disertai angin kencang membuat tubuhnya gemetar kedinginan.

Bagaimana pun, ia harus mendapatkan bantuan untuk ibunya.

Mengingat raut wajah ibunya yang tengah terbaring sakit di ranjang membuat dadanya kembali berdenyut.

"Bantu saja aku!! Kau tidak akan terus menetap di kuil kecil ini kan?" Teriak bocah kecil itu sambil gemetar.

"Kau pasti sudah bosan sendirian di kuil kan?" Ucap bocah itu sedikit memprovokasi.

Ia merasa takut dengan berbagai macam hal yang ia dengar tentang kuil iblis tersebut.

Cerita yang sudah menjadi legenda dari beberapa generasi tentang kebenaran kuil yang ia datangi.

"Kau bisa apa?"

Suara dingin menyaut dari dalam kuil.

Dingin yang menusuk tubuh, keberanian yang di kumpulkan bocah laki laki itu seakan langsung sirna begitu saja.

Bocah itu gemetar tak terkendali.

wajah nya pucat pasi antara takut dan kedinginan.

Ia sudah memantapkan dirinya bahkan jika datang ke kuil iblis ini, ia tidak akan bisa pulang dalan keadaan hidup.

"Aku, aku.." suaranya terbata gemetar di seluruh badan.

Tubuhnya yang bersimpuh di lantai kayu kuil lusuh itu serasa akan tergeletak lemas.

"Apa yang kau mau" suara dingin kembali menusuk dari dalam kuil..

"it, itu,, Ituu,," bocah kecil itu tergagap beberapa kali hingga memaksakan berbicara dengan susah payah.

"Kumohon.."

"Selamatkan ibuku." ucapnya dengan sekali tarikan nafas.

"Selamatkan ibuku dari tempat terkutuk itu." ucapnya mengulang lagi setelah berhasil mengumpulkan keberanian.

"Hanya itu?" tanya suara dari dalam kuil.

"Iyaa!! Kumohon bawa ibuku pergi dari tempat itu.. Kumohon.. Aku akan melakukan apapun yang aku bisa." jawab bocah di depan kuil setengah memohon.

"Aku punya banyak emas dan perak, aku menyimpan banyak batu permata, ada batu energi juga." sambung bocah itu lagi.

Tidak ada jawaban dari dalam kuil.

Sangat sunyi.

"Aku juga punya banyak tanaman obat langka. Aku sungguh punya banyak harta yang ku sembunyikan." bujuk bocah kecil itu lagi. Bagaimana pun, ia harus membujuk orang di dalam kuil agar mau memberinya batuan.

"Jika kau membantuku, semuanya akan menjadi milikmu." kata bocah itu pada akhirnya.

Ia merasa frustasi karena tidak ada jawaban dari dalam kuil.

Bagaimana pun, ia sudah mengumpulkan seluruh keberanian yang pernah ia miliki seumur hidup untuk datang ke kuil ini.

"Tidak butuh." jawaban singkat dan padat

Bocah itu terperangah mendengar jawaban menusuk dari dalam kuil.

Ia termenung sebentar untuk memastikan bagaimana harus membujuk orang di dalam kuil agar mau memberinya bantuan.

"Lalu apa? Aku akan melakukan apapun.!" ucap bocah kecil itu kemudian.

"Aku mau tubuhmu" suara dingin menusuk telinganya.

Bocah kecil itu terkesiap, tubuhnya menegang seketika.

Ia termenung dengan Pikirannya melayang ke sana kemari.

Tubuhnya? Nyawanya? Atau dirinya sendiri?

Bocah itu kebingungan di dalam pikirannya sendiri.

Ia lalu bertanya dengan sedikit gugup.

"Untuk apa?"

Sunyi beberapa saat, suara gemericik hujan membuat suasana makin mencekam.

"Tapi untuk apa tubuhku?" tanya bocah itu sekali lagi.

Tidak ada jawaban dari dalam kuil.

Bocah itu memberanikan diri merangkak mendekati pintu kuil yang terlihat sudah tidak kokoh lagi.

Pintu kuil yang nampak akan hancur hanya dengan sedikit di pukul itu ternyata mampu mengurung sosok yang sangat kuat di dalamnya.

Dari dekat, bocah itu dapat melihat ada pola pola aneh yang melingkari kedua daun pintu kuil tersebut.

Dari goresan besar hingga detail kecil yang teramat rumit.

Itu jelas semacam segel kuno yang belum pernah ia lihat.

Bocah itu dengan gemetar makin mendekat untuk menyentuh daun pintu tersebut.

Ia ingin memastikan goresan itu menggunakan tinta jenis apa agar bisa bertahan ribuan tahun.

Goresan gelap dengan beberapa titik yang menggumpal itu membuat nya bisa mengambil kesimpulan.

Jelas pola segel ini di buat dengan terburu buru dan secepat mungkin.

Tidak ada detail rapi tersusun di dalamnya, hanya ada goresan kasar di setiap bentuk.

Ia mencoba mencium bau goresan itu di antara bau lembab pintu kayu yang sudah di tumbuhi lumut.

"Itu darah." ia berkata dengan mata melotot tak percaya.

Dari sekian banyak pengetahuan yang ia pelajari tentang segel dan semacamnya.

Segel untuk segala makhluk yang memiliki wujud bisa di buat menggunakan kertas kuning dan cinnabar, tinta merah yang bisa memberikan perlindungan dari hal buruk.

Jika dalam keadaan khusus pengguna yang sudah berpengalaman dapat menggambar segel langsung di berbagai objek menggunakan cinnabar.

Ia juga pernah membaca buku tentang beberapa segel kuno yang di gambar dengan tinta merah tersebut.

Jika segel ini bukan di gambar menggunakan cinnabar melainkan darah manusia langsung.

Bisa di pastikan bahwa yang tersegel di dalam kuil tersebut adalah, entitas yang tidak memiliki wujud.

Belum sempat bocah itu menguasai dirinya, suara dari dalam kuil membuatnya bergidik.

"aku tidak memiliki tubuh."

.

.

_TOLONG BERIKAN BANYAK NASEHAT DAN CINTA UNTUK MEREKA SEMUA_

*.*

_TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN PARA PEMBACA_

2. SEGEL DARAH

2

Pikirannya berkecamuk lemas di depan pintu kuil yang sudah lapuk.

Aroma lumut yang lembab menyeruak indra penciumnya.

Bocah kecil itu terduduk menghadap pintu kuil di depannya.

"Aku tidak memiliki tubuh"

Pernyataan yang di ucapkan oleh sosok di dalam kuil itu kembali terngiang di otaknya.

Jadi dari tadi ia sedang memohon pada arwah? Atau roh jahat?

Ahhh, bocah itu mendesah pelan.

Ia sudah tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

Pantas saja sosok di dalam kuil itu menginginkan tubuhnya.

Jadi roh jatah itu tidak akan bisa bebas tanpa ada tubuh yang bisa ia tempati.

Huhh.. Bocah kecil itu membuang nafas lagi.

Ini benar benar di luar perkiraannya.

Saat memutuskan untuk datang ke kuil buruk ini, ia sudah membulatkan tekad karena setidaknya kemungkinan paling buruk adalah kematian.

Ia akan menerima hal tersebut dengan lapang dada jika di jadikan persembahan atau semacamnya.

Namun sekarang, ia bahkan harus merelakan tubuhnya di tempati roh jahat?

Tubuh kurus kecil ini?

Bocah itu lalu kembali memikirkan dengan keras bahwa apa yang ia pilih haruslah yang terbaik.

Ibunya sekarang sedang terbaring tak berdaya karena sakit yang di derita.

Adiknya mungkin lebih baik, ia memiliki penampilan yang cantik dan pribadi nya menarik.

Ayah mereka juga memperlakukan adiknya dengan baik.

Berbeda dengan adiknya yang cemerlang, ia sendiri berperawakan kecil dan tidak pandai berbicara.

pikirannya melayang pada kenangan saat ia menjalani kehidupan penuh penekanan dari keluarga ayahnya.

Sangat menakutkan.

Saat Adiknya mencoba membantunya, sang adik malah makin di kucilkan oleh saudara lainnya.

Bocah laki laki itu kian merasa sebagai beban untuk ibu juga adiknya.

Ia merenung makin lama.

Hutan yang sunyi senyap dengan suara gemericik hujan tak lagi membuat ia ketakutan.

Dari segala hal yang pernah ia temui, yang paling menakutkan adalah berhadapan dengan roh jahat yang kini sedang ia mintai pertolongan.

Jika hidupnya tidak lagi berarti, apakah lebih baik menyerahkan hidupnya pada orang lain?

Bocah itu mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Jika tidak memutuskan segala hal sekarang, maka tidak ada lain kali.

Hidupnya, jiwanya, bahkan tubuhnya harus ia serahkan untuk imbalan menyelamatkan ibunya.

"Baiklah.." putus bocah kecil itu pada akhirnya.

Ia akan menyerahkan segala hal agar mendapatkan pertolongan.

"Tidak ada kata mundur."Jawaban dari dalam kuil membuat ia kembali berpikir.

"Akuu.." bocah kecil itu kembali bimbang.

"Kau bahkan tidak bisa terlahir kembali."

Jederrrrrrrrr....

Bocah kecil itu bak tersambar petir.

Bukan hanya satu kehidupannya?

"Tapi.." ucapannya terpotong dengan ungkapan menusuk jantungnya.

"Jika aku menggunakan tubuhmu, itu tidak akan hanya berakhir dalam beberapa ribu tahun."

Bocah itu mencoba mencerna apa yang ia dengar.

Semuanya sekarang jadi makin masuk akal.

Jika tubuhnya akan di gunakan selama ribuan tahun, mungkin saja jiwanya akan menghilang di seluruh alam semesta tanpa bisa memasuki roda reinkarnasi.

"Lupakan saja" suara dingin dari balik pintu kuil itu kembali terdengar.

"Aku bersungguh sungguh!!" jawab bocah kecil itu cepat. "Hanya saja, Kau harus menjamin keselamatan ibuku, adikku, juga seluruh keluarga ibuku." Terang bocah kecil itu memberi syarat.

Hening beberapa saat..

"Banyak sekali." Jawaban acuh tak acuh dari dalam kuil itu membuat bocah kecil itu kesal.

"Heiii.. Aku bahkan tidak akan memiliki kehidupan selanjutnya setelah ini!! Sedangkan kau akan bebas berkeliaran kemanapun dengan tubuhku!! Kau masih berpikir jika syarat ku terlalu banyak?"

Tidak ada lagi kilat ketakutan di matanya, bagaimanapun ia akan segera kehilangan tubuhnya dengan suka rela.

"Ahh, benar juga.." Suara dingin itu terdengar kian melunak. "Baiklah, Aku setuju."

"Kau harus bersumpah!. Selama menggunakan tubuhku, kau harus menjamin hidup keluargaku." Kata bocah kecil itu lagi.

"Baik. Selama tubuhmu masih ku gunakan, seluruh keluargamu juga keturunannya menjadi tanggung jawab ku." Jawab dari dalam kuil. "Jika sudah, Buat sumpah dan buka segelnya."

Bocah kecil itu lalu memungut ranting di sekitarnya, tangan kirinya menggenggam erat ranting tersebut.

Ia menghembuskan nafas pelan lalu menusukkan ujung ranting yang tidak rata ke telapak tangan kanannya.

"Uhhh.." Bocah kecil itu mengernyit.

Rasa sakit menjalar saat darah segar mengalir di telapak tangannya.

Bocah itu mencabut rating dan melemparkannya ke segala arah, "Sakit sekali" Keluhnya saat darah mulai menetes ke lantai.

Ia berdiri tertatih sambil menopang tubuhnya pada daun pintu.

bocah itu menghadap pintu kuil dengan tubuh yang makin lemas.

"Aku Liu Xian, Putra bungsu kekaisaran. Akan kuserahkan tubuhku sepenuhnya." ia lalu menempelkan telapak tangannya yang penuh darah pada pintu kuil di hadapannya.

Liu Xian mengernyit, darah di tubuhnya terasa mengalir keluar lewat telapak tangannya.

Ia dapat melihat bahwa pintu di depannya mulai di penuhi darah.

Mengalir dari telapak tangannya memenuhi pola segel pada daun pintu kuil.

"Bagus, benar begitu." Ucapan puas terdengar dari dalam kuil.

Liu Xian merasa kesal tiba tiba.

Ia merasa sangat menderita karena rasa sakit, sedangkan roh jahat di dalam sana bahkan tidak bisa mengatakan sesuatu yang mengenakkan hati.

"Aku rasanya hampir mati!" kesal Liu Xian dengan wajah pucat pasi.

"Memang akan mati" jawaban acuh itu sukses membuat Liu Xian makin jengkel.

Bukan mendapatkan simpati, Liu Xian bahkan merasa jika dirinya mungkin bisa menjadi arwah penasaran setelah ini.

Makin banyak darahnya mengalir, makin luas pula segel yang di penuhi darahnya.

Saat hampir penuh, Liu Xian memejamkan matanya. Rasa sakitnya makin jelas, apakah ini yang di rasakan semua orang saat akan mati?

Wajah ibunya terlintas, berdiri bersama adiknya. Tersenyum sambil melambai ke arahnya.

Liu Xian tersenyum, ia merasa ada angin sejuk di dadanya.

Setelah ini, mungkin ibunya akan kembali tersenyum seperti dulu.

Crakkkk..

Segel pada daun pintu itu terlihat mulai retak.

Crakkkk.. dari retakan kecil kemudian menjalar ke seluruh pola segel.

"Aku Yin Hei Long bersumpah. Selama ada aku, Tidak akan ada yang bisa menyentuh keluargamu."

Saat segel pada pintu itu sepenuhnya hancur, terlihat bayangan hitam keluar dari celah pintu kuil.

Sangat cepat menghantam tubuh Liu Xian hingga terjengkang ke belakang.

Rasanya sangat nyaman, Liu Xian dapat melihat tubuhnya tergeletak terlentang di lantai kuil.

Ia lalu mengangkat tangannya, jelas kini ia hanya tersisa arwah.

Liu Xian tersenyum melihat tubuhnya yang kini sudah menjadi milik orang lain.

"Kau harus menepati janji mu" Ucap Liu Xian pelan, tubuhnya perlahan melayang makin jauh dari tubuhnya.

Masih dengan terlentang, Yin Hei Long yang kini menempati tubuh Liu Xian membuka mata.

Melihat arwah Liu Xian yang makin menjauh, Ia hanya berucap dengan yakin.

"Kau tenanglah di sana."

Arwah Liu Xian bisa mendengar itu, ia tersenyum indah, Terlihat sangat ceria.

"Rasanya, kematian seperti ini juga tidak buruk."

.

.

_TOLONG BERIKAN BANYAK NASEHAT DAN CINTA UNTUK MEREKA SEMUA_

*.*

_TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN PARA PEMBACA_

3. ISTANA KEKAISARAN

3

Bangunan megah dengan tiang balok kayu yang menjulang.

Penuh dengan kemewahan dari segala sisi.

Istana kekaisaran kini mengadakan pertemuan mendadak dengan banyak tokoh penting di daratan wuxia.

Di ruang perjamuan tengah berkumpul banyak pemimpin wilayah yang berkuasa.

Hujan yang tiada henti selama lebih dari seminggu telah menimbulkan bencana banjir di berbagai titik arah sungai.

Kekhawatiran tercetak jelas di wajah para pemimpin tersebut.

Jika terus berlangsung, tidak di pungkiri lagi bencana yang sangat besar akan menimpa wilayah mereka.

"Matahari kekaisaran memasuki ruangan" Teriak Kasim dari luar pintu.

 Sosok pria paruh baya dengan jubah sutra bersulam naga emas muncul dari balik pintu besar.

Penampilannya penuh wibawa di ikuti para pengawal dan dayang di belakangnya.

Seluruh isi ruang perjamuan berdiri menyambut.

"Panjang umur matahari kekaisaran"

Seru mereka serentak sambil membungkuk memberi hormat.

Kaisar Liu berjalan menuju kursi agung.

Begitu duduk ia angkat bicara.

"Silahkan duduk semuanya."

Begitu seluruh orang yang hadir kembali duduk tegak di atas bantalan alas duduk.

"Semoga yang mulia selalu di limpahi keberkahan"

"Semoga kejayaan selalu menyertai kekaisaran"

"Semoga kemakmuran terus berlanjut."

Segala pujian basa basi bergiliran terdengar dari tiap raja di bawah kekaisaran.

"Aku menghargai dukungan dari setiap kerajaan." ungkap kaisar Liu.

Di daratan wuxia, banyak kerajaan yang berdiri dari berbagai wilayah.

Ada berbagai kerajaan besar yang bernaung di bawah kekaisaran.

Di antara yang terbesar adalah kerajaan Ji di Utara dan kerajaan Hui di selatan.

Beberapa pemimpin kerajaan hadir langsung meski sebagian besar di wakilkan karena situasi yang buruk.

Di antara kerajaan yang berjarak sangat jauh dari wilayah kekaisaran, banyak yang mengirim pangeran kerajaan mereka untuk mewakili.

Meskipun ini adalah pertemuan mendadak, tapi yang mengundang adalah pihak kekaisaran.

Meskipun setiap kerajaan memiliki urusan mendesak masing masing, tetap harus memberi muka pada sang kaisar.

"Baik, mulai diskusinya." Ucap sang kaisar.

Perdana Mentri berdiri dari tempatnya duduk lalu berjalan kehadapan kaisar.

"Mohon izin yang mulia" Perdana Mentri yang mungkin sudah memasuki usia tujuh puluhan, ia membungkuk hormat pada matahari kekaisaran.

Kaisar hanya menjawab dengan anggukan.

Perdana Mentri lalu mulai menjelaskan betapa seriusnya masalah yang akan terjadi jika tidak di atasi sesegera mungkin.

Hujan tak kunjung berhenti selama hampir sepuluh hari.

Air sungai sudah masuk sampai ke pedesaan di sekitarnya.

Belum lagi beberapa kerajaan kecil juga sudah mengabarkan bahwa bendungan di wilayah mereka mulai jebol.

Banjir menggenangi ladang yang sudah di pastikan akan gagal panen.

Bagaimana pun juga, musim gugur adalah puncak dari panen besar.

Namun bukan cuaca yang cerah, namun hujan malah turun tanpa henti.

Mungkin setahun penuh ini akan menjadi masa yang sulit.

"Mohon agar pihak kerajaan mempersiapkan pasokan pangan di gudang masing masing." ungkap sang perdana Mentri setelah bicara kesana kemari.

"Benar benar, hari buruk datang tiba tiba. Terimakasih kepada kaisar telah memberi kami pengetahuan." Ucap pengeran Duan yang mewakili kerajaan kecil di ujung timur.

Ia sangat tau, kerajaannya memang makmur meski memiliki wilayah yang tidak luas.

Namun mereka tidak memiliki lahan pertanian yang cukup untuk kebutuhan kerajaan.

Selama ini mereka mengembangkan kerajaannya dengan memanfaatkan wilayahnya yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai.

Mulai dari menggunakan apapun yang ada di laut hingga menunjang tempat wisata di berbagai tempat.

Pangeran Duan merasa harus segera menyampaikan berita ini pada ayahandanya sesegera mungkin.

"Kerajaan Duan memang memiliki pemikiran yang maju, pangeran Duan juga sangat luar biasa." puji perdana Mentri sambil memberi hormat, sebelum ia kembali buka suara.

"Namun, ada juga laporan tentang binatang spiritual yang tampak gelisah akhir akhir ini."

"Benar, di tempat kami, binatang spiritual yang sudah di jinakkan menjadi ganas lagi." saut salah satu utusan.

"Benar benar bencana." saut yang lainnya.

"Pihak kekaisaran juga sudah menyelidiki hal tersebut, yang mulia kaisar secara pribadi memerintahkan agar kejadian ini di perjelas untuk seluruh pengikut kekaisaran." Kata perdana Mentri mulai memainkan kata.

"Karunia kemakmuran matahari kekaisaran." seru seluruh isi ruangan menyampaikan terimakasihnya pada sang kaisar.

"Setelah di selidiki, Hewan spiritual yang terpengaruh kebanyakan memiliki darah iblis di tubuhnya. Seperti yang kita semua tau, ras iblis sangat unggul dengan sumpah setianya. Jika di lihat benang merah yang ada, kemungkinan penyebab mereka gelisah dan mulai tak terkendali adalah,. Pemimpin mereka." ucapan perdana Mentri membuat seluruh isi ruangan terperangah.

"Tidak mungkin, seluruh buku mencatat ribuan tahun lalu pemimpin suku dewa telah menyegel iblis itu." Kata salah satu pangeran.

"Benar, bahkan tidak ada pengikutnya yang berani berkeliaran setelah perang besar berakhir."

"Tapi tidak ada bukti pasti jika segelnya tidak bisa di rusak kan?" sanggah pangeran Ji dari kerajaan di Utara.

Memang benar bahwa legenda mengatakan perang besar antara dua ras berlangsung sengit ribuan tahun lalu.

Ras iblis dari dunia bawah adalah makhluk kuat dengan segala kelicikannya.

Mereka menyerang dengan niat membabat habis para suku dewa yang berada di dunia atas.

Di luar kedua ras tersebut, ras manusia adalah yang paling lemah.

Mereka bertubuh kecil dan berumur pendek.

Saat perang dua dunia terjadi, dunia manusia adalah yang paling di rugikan.

Meski tidak terlibat, mereka bahkan kesulitan untuk mempertahankan dunianya sendiri.

Pertarungan sengit memakan waktu beberapa tahun.

Namun hasil akhirnya hampir bisa di katakan seimbang.

Pemimpin dunia bawah, Yin Hei Long, di segel oleh Bai Jin Xi, pemimpin dunia atas.

Namun berita menyebar setelah berhasil menyegel Yin Hei Long, Bai Jin Xi juga tak bisa bertahan karena menderita luka fatal.

Perang berakhir hanya menyisakan cerita sebagai legenda di dunia manusia.

Bai Jin Xi mengorbankan nyawanya untuk menyegel bencana, yang mana adalah Yin Hei Long itu sendiri.

.

Di tengah hutan.

Dedaunan gemerisik di terpa hujan.

Langit kian gelap di tengah malam.

Tubuh yang tergeletak di lantai kuil masih tidak sadar.

Dahinya mengernyit, Huhhh..

Ia mendesah merasakan sakit di sekujur tubuh.

"Sial" Ia mengumpat pelan.

Benar benar tubuh yang lemah, hanya kehilangan darah dan sudah tidak bisa di gerakkan.

Yin Hei Long mencoba membiasakan diri dengan tubuh barunya.

Tubuh siapa tadi?

Putra bungsu siapa?

Liu.. Liu..

Ahh, Liu Xian.

Ia menarik nafas dalam, mulai berkonsentrasi menarik segala energi yang ada di sekitarnya.

Dalam jarak tiga puluh meter, seluruh pohon juga rumput mulai mengering dengan cepat.

Tanah yang tadinya basah karena hujan tiba tiba saja menjadi kering gersang.

Perlahan, tubuh Liu Xian terlihat lebih segar.

Yin Hei Long membuka matanya dengan kilat puas.

"Mulai hari ini, ia akan menjadi Liu Xian itu sendiri."

.

.

_TOLONG BERIKAN BANYAK NASEHAT DAN CINTA UNTUK MEREKA SEMUA_

*.*

.

_TERIMAKASIH ATAS DuKUNGAN PARA PEMBACA_

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!