Drap drap drap
Hosh hosh hosh
"Dhe ... Dhea!!!"
Seorang wanita dengan langkah terburu-buru, ditambah nafasnya yang tersengal memanggil temannya. Wanita yang dipanggil dengan nama Dhea itu membalikkan tubuhnya sambil keningnya berkerut.
"Apaan sih, Met? Ini udah malam lho. Brisik tau kedengeran para tetangga. Kita nggak tinggal di komplek perumahan mewah. Kita ini tinggal di kampung yang tetangganya saling deketan. Jadi kalau kamu teriak-teriak begitu, bakalan ganggu warga yang lain," cerocos Dhea. Wanita yang tangannya saat ini tengah sibuk dengan mixer dan adonan kue itu berkata kepada temannya yang bernama Meta dengan mata melotot.
"Maap maap. Sini Dhe. Taruh dulu itu alat perang dan amunisi mu. Ada sesuatu yang penting, dan kamu kudu tau," ucap Meta serius.
"Met, ngomong langsung aja napa sih. Jangan kayak gini, aku jadi deg-deg an ini," sahut Dhea.
Sebenarnya teman sekaligus partner nya dalan usaha toko kue yang dirintisnya itu bukanlah tipe orang yang ribet. Meta akan bicara ceplas-ceplos, apa adanya. Tapi kali ini Meta nampak terlihat sangat hati-hati. Dan itu membuat Dhea tidak tenang.
"Acara pernikahanmu, tinggal sebulan lagi kan? Batalkan!"
Apa?
Saking terkejutnya dengan ucapan Meta, Dhe bahkan langsung bangun bangkit dari posisi duduknya.
Tentu saja Dhea bingung mengapa Meta tiba-tiba berkata demikian. Selama ini, Meta adalah orang yang paling tahu tentang perjalanan cintanya bersama Jayan Harshil, pria yang sudah bertunangan dengannya selama 1 tahun. Jadi bagaimana bisa tiba-tiba Meta berkata bahwa ia harus menggagalkan rencana pernikahan yang sudah diimpikan sejak lama?
"Kamu gila ya, Met. Kamu kerasukan setan mana? Bisa-bisanya ngomong kayak gitu ke aku. Met, kamu tahu kan kalau aku cinta sama Jayan. Kamu juga tahu kalau pernikahan ini udah aku impikan sejak lama. Semua udah siap Met, gedung, undangan, baju, semua udah siap. Jangan ngomong hal yang bikin aku nggak tahu harus bersikap kek gimana ma kamu. Kamu udah ku anggap lebih dari cuman sekedar temen dan rekan. Lebih dari itu, tapi bisa-bisanya kamu ngomong kek gini ke aku."
Marah, kecewa, dan rasa sejenisnya. Itu lah yang saat ini dirasakan oleh Dhea kepada Meta. Tadi Dhea yang berkata untuk bicara dengan pelan agar tidak berisik, tapi saat ini dia malah yang bicara paling keras.
Semua itu karena perkataan Meta yang memintanya untuk membatalkan pernikahan secara tiba-tiba.
Sreeet
"Dhe, dengerin aku dulu. Aku tahu ini kayak yang tiba-tiba banget. Tapi, kalau kamu udah dengerin cerita aku, aku yakin kamu bakal ngikutin apa yang aku katakan tadi. Sini, kita duduk. Sorry, aku ngomong nggak jelas," ucap Meta. Ia merangkul wanita cantik yang tinggi badannya lebih tinggi dari pada dirinya.
Meta yang hanya memiliki tinggi badan 157cm, merasa seperti botol yakult jika dibanding dengan Dhea yang punya tinggi 169cm.
"Nah, dengerin aku ya Dhe. Jadi kenapa aku bilang kayak gitu tadi, itu ... ."
Meta mulai bercerita. Dia menceritakan semuanya tanpa ada yang dilewatkan. Dirinya juga tidak menambah atau mengurangi isi cerita berdasarkan apa yang dia lihat dan juga didengarnya.
"Nggak, aku sama sekali nggak percaya. Nggak mungkin Jayan begitu, Met. Kita udah lama bersama. Bahkan persiapan pernikahan udah hampir rampung. Nggak, aku nggak percaya. Meski kamu temen yang udah aku anggep kayak saudara, tapi aku nggak percaya sama omonganmu,"ucap Dhea. Ia menggelengkan kepalanya dengan sangat kuat.
Meta tentu paham akan reaksi Dhea. Dia sudah menduga bahwa Dhea akan menanggapi semua yang ia ceritakan dengan tanggapan seperti itu.
"Aku tahu kamu nggak akan langsung percaya sama aku. Tapi itu semua nyata. Awalnya aku pun nggak percaya, tapi setelah lihat sendiri, aku jadi percaya,"ucap Meta. Dia tidak berusaha meyakinkan Dhea, karena memang apa yang ia ucapkan adalah sesuatu yang tidak mudah akan diterima oleh Dhea.
"Huffffft, oke. Katakan, dimana kamu lihat itu. Dan kapan kamu lihatnya? enggak enggak, sejak kapan kamu denger Jayan kayak gitu?" tanya Dhea. Dia berusaha berpikir dengan realistis. Jika memang Jayan mengkhianatinya, maka dia harus tahu dengan mata dan kepalanya sendiri. Meski sebenarnya hatinya terus berkata bahwa semua yang dikatakan Meta adalah bohong. Ya, Dhea berharap bahwa Meta salah.
"Sudah dari sebulan yang lalu, dan aku nyoba nyari tahu karena awalnya kan aku juga denger dari omongan orang. Lalu, aku ngelihat sendiri Jayan lagi ciuman sama cewek. Cewek itu, Juniornya di kampus, Dhe,"sahut Meta.
Jantung Dhea berdegup kencang. Tunangannya itu memang sedang menempuh pendidikan magisternya. Meskipun dia sudah bekerja di sebuah perusahaan, tapi dia masih bertekad menempuh pendidikan. Dan Dhea tentu saja mendukungnya karena Jayan berkata itu untuk masa depan mereka agar menjadi lebih baik.
"Kamu, nglihat dia ciuman dimana, Met?"
"Ehmmm itu, di parkiran apartemennya?"
"Kapan? Hari ini kah? Atau tadi banget pas kamu teriak-teriak manggil aku?"
Meta terdiam, dia tahu bagaimana sifat dari temannya itu. Jika dia menjawab iya bahwa baru saja melihat Jayan dan wanita lain, maka Meta pasti akan langsung menghampirinya. Maka dari itu Meta memilih diam.
Akan tetapi diamnya Meta malah membuat Dhea mendapatkan jawaban.
Sreet
Slap
Tap tap tap
Dhea melepaskan celemek yang dipakai, lalu melemparkannya ke meja dan bergegas pergi meninggalkan rumah.
"Dhe, tunggu Dhe. Ini udah malem. Kamu nggak boleh ke sana dengan emosi begini,"ucap Meta. Dia berusaha menahan temannya itu.
"Nggak, aku harus kesana. Aku harus lihat sendiri perbuatan Jayan. Aku nggak bisa begini,"sahut Dhea. Dia mengabaikan apa yang dikatakan oleh temannya itu.
Klak
Bruuummm
Dengan menggunakan motornya, Dhea pergi ke tempat dimana sang tunangan tinggal. Sebuah apartemen yang mereka beli bersama untuk ditinggali setelah menikah nanti. Dengan dalih ingin fokus mengerjakan tesis S2 nya, Jayan meminta izin kepada Dhea untuk menempatinya lebih dulu.
"Brengsek kamu Jayan kalau sampai apa yang dikatakan sama Meta itu bener. Awas kamu, kamu nggak tahu ya siapa aku,"geram Dhea.
Sepanjang jalan emosi gadis berusia 25 tahun itu meluap-luap. Meskipun begitu, dalam hatinya dia masih berusaha untuk berpikir positif.
Ckiit
Drap drap drap
Dhea memarkirkan motornya. Namun dia tidak melepaskan helm yang dipakainya. Dengan langkah yang sedikit terburu-buru dia menuju apartemen miliknya dan Jayan di lantai 7.
Karena itu adalah apartemen bersama, maka Dhea pun tahu kunci pintu apartemen yang merupakan rangkaian dari 6 angka.
135790
Itu lah nomor pin yang digunakan untuk membuka pintu apartemen.
tut tut tut tut tut tut
Enam kali Dhea memencet nomor yang ada di pintu sesuai dengan nomor pin yang dipakai dan terbuka.
Tap tap tap
Degh degh degh
Dengan perasaan yang campur aduk dan dada yang berdegup kencang, Dhea perlahan berjalan masuk. Dia terus masuk walau tubuhnya bergetar mendengar suara tawa seorang wanita di dalam sana.
Suara tawa yang nampak renyah dan riang yang menandakan bahwa wanita itu nampak bahagia.
Blaaak
"Jadi begini kamu gunain apartemen kita ya,Jayan? Sungguh sangat luar biasa sekali ya?"
"D-Dhea?"
TBC
Hay, karya baru aku ini semoga teman-teman lebih bisa konsisten buat baca ya.
Kalau memang lebih suka untuk banyak bab nya dulu, temen-temen boleh tunggu saat karya udah lebih dari 40 bab.
Kegagalan othor yabg terus menerus cukup membuat othor jadi down mood dan hampir nyerah buat bikin karya baru.
Semoga temen-temen bisa membantu aku ya. Terimakasih
Cup cup cup
Ehmmppp
Ahhhh
"Ughhh Bang, ini ughhh."
"Haah, aku udah nggak sabar sayang."
Dua insan yang tengah saling mencium dan mencumbu itu nampaknya sudah dibakar oleh hasrat dan gairah. Mereka masih ada di depan pintu apartemen namun baju milik si wanita sudah terbuka sempurna.
Si pria dengan rakus melahap tubuh bagian atas yang terasa kenyal itu. Ini bukan yang pertama baginya, tapi sensasi meledak itu ternyata masih sama.
tut tut tut tut
Masih dengan sambil berpelukan, si pria menekan kunci pin untuk masuk ke apartemen.
Klaak
Hmpp
Ciuman dilanjutkan, satu persatu baju mulai ditanggalkan dan si pria dengan cepat menggendong di wanita menuju ke kamar.
"Bang, kalau dia datang ke sini gimana?"ucap si wanita ditengah-tengah kegiatan panas mereka.
"Dia nggak akan tahu, Virya sayang. Sekarang ini dia pasti lagi sibuk bikin pesenan kue. Kamu tahu kan gimana sibuknya dia kalau udah berkutat di dapur. Kadang aku suka ngarasa eneg kalau nyium aroma-aroma bahan kue. Dan tentunya nyium kamu begini lebih enak dan manis."
Ughhhh
Virya melenguh ketika setiap inci dari tubuhnya di sentuh dan dicium oleh Jayan.
Ya, Jayan Harshil, pria berusia 27 tahun itu adalah senior dari Virya di kampus sekaligus tunangan dari Dheandita Niranjana.
Entah sejak kapan tepatnya Jayan dan Virya menjalin hubungan terlarang dibelakang Dhea, tapi yang pasti itu sudah lumayan lama karena mereka bisa saling memberi kehangatan semacam ini.
Aaaahh
Virya melenguh saat Jayan lidah Jayan bermain pada miliknya di bawah sana. Kedua orang itu sungguh sama sekali tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukan mereka saat ini adalah sebuah kesalahan.
Terutama Jayan, sebulan lagi dirinya akan menikah dengan Dhea. Jadi bagaimana bisa dia melakukan 'itu' dengan wanita lain. Dimana hati dan pikiran Jayan.
Karena terlalu asik dengan kegiatan panas itu, ya meski belum sampai pada menu utama, Jayan dan Virya tidak mendengar bahwa ada langkah kaki yang mendekat. Mereka tidak tahu ada orang yang saat ini menatap keduanya dengan tatapan marah.
"Ughhh enak ya? Buset sampe merem melek begitu. Jadi begini kamu gunain apartemen kita ya, Jayan? Sungguh sangat luar biasa sekali ya."
Plok plok plok
Degh!
Sreeet
"D-Dhea ... ka-kamu kok bisa di sini."
Jayan tergagap. Dia segera menarik tubuhnya sendiri dari atas tubuh Virya. Dia juga mengambil celananya dan segera memakainya.
Sedangkan Virya, dia masih terpaku namun refleknya cepat juga untuk menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Laah, suka-suka aku. Gimana pun ini kan apartemen ku juga. Jadi ini yang kamu katakan mau konsentrasi buat bikin tesis. Hmmm, jadi bikin tesis sambil ngegarap cewek gitu ya. Hmmn good good good, its very good Jayan. Nah lanjutin dah, tapi nggak di sini. Bawa keluar semua barang mu. Apartemen ini bakal aku jual besok. Dan uangnya kita bagi sesuai nominal yang kita berikan untuk membelinya. Lalu mulai sekarang, kita bukan siapa-siapa. Lo gue, END."
Tap tap tap
"Dhe ... tunggu Dhe ... jangan gini Dhe. Kita udah mau nikah, aku nggak bisa putus." Jayan mengejar Dhea dan bicara demikian. Tapi Dhea hanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan tunangannya itu. Aah bukan lagi tunangan, tapi mantan tunangan karena Dhea sudah memutuskan hubungan mereka.
"Laah, situ yang bikin kita bubar. Please, aku jijik banget sama kamu jadi jangan nyentuh aku,"ucap Dhea sambil menepis tangan Jayan yang memegang pergelangan tangannya.
"Tangan itu udah kamu pakai buat ngobok-obok wanita lain, aku beneran jijik sama kamu sekarang. Dan buruan pergi dari sini. Besok aku mua jual nih apartemen. Dan lanjutin aja hubunganmu sama cewek itu. Pake kondom nggak? Awas bunting lho. Kalian pasti bukannya baru sekali kan ngelakuinnya? Aku pergi Jayan, selamat tinggal."
Kluntang
Dhea melepas cincin pertunangan yang dulu Jayan sematkan di jari manisnya. Dia lalu membuangnya tepat di depan wajah sang mantan.
Sakit hati Dhea, itu pasti. Bahkan saat ini dia ingin menangis dengan keras.
Akan tetapi Dhea tidak ingin itu. Dia tidak mau memperlihatkan tangisnya, rasa sakit dan kecewanya di depan Jayan.
"Bajingan bangsat, bisa-bisanya dia ngelakuin ini ke aku, hiks."
Brummmm
Akhirnya tangis Dhea pun pecah juga. Tapi dia tidak ingin menangis di situ. Dia memilih menangis di atas motor sambil menuju kembali ke rumah.
Dengan helm yang menutupi muka, tak ada seorang pun yang tahu bahwa air mata tengah membanjiri wajah gadis cantik itu.
Ckiiit
Drap drap drpa
Huaaaaa!!!
Sesampainya di rumah, Dhea menangis dengan sangat keras. Meta yang paham pun langsung memeluk sang teman. Meta tidak perlu bertanya tentang apa yang terjadi karena pasti itu adalah sesuatu yang buruk.
"Apa yang kamu bilang bener, Met. Dia bajingan. Dia selingkuh, bahkan mereka lagi anu. Gila ya, Met. Selama ini aku percaya sama dia. Aku cinta banget sama dia, tapi dia giniin aku,"ucap Dhea ditengah-tengah tangisnya.
Meta memilih diam. Dia membiarkan Dhea mengungkapkan rasa sakit hatinya itu yang mungkin akan sangat sakit.
Hingga satu jam berlalu, Dhea pun akhirnya berhenti menangis dan tertidur. Mungkin karena saking lelahnya.
Meta membantu membaringkan tubuh Dhea di sofa. Dia berlari masuk ke kamar dan mengambil selimut. Tak lupa Meta juga menyetel kipas angin agar temannya itu bisa nyaman saat tidur.
"Haah, kasihan kamu Dhe. Aku juga nggak nyangka sih kalau Jayan begitu. Dia beneran kelihatan kayak pria baik-baik dan juga nggak neko-neko. Siapa duga dia tergoda juga sama si Virya itu. Ya emang sih katanya si Virya itu cewek paling cantik di kampus. Tapi kan Jayan udah lama sama Dhea. Haah emang dasar aja laki-laki nggak bersyukur."
Meta akhirnya meninggalkan Dhea dan kembali meneruskan pekerjaan yang tertunda. Meta tidak bisa membawa Dhea ke kamar jadi dia membiarkan Dhea untuk tidur di sofa.
Tok tok tok
Meta lagi-lagi menghentikan kegiatannya. Dia berjalan menuju ke pintu. Matanya membulat sempurna saat melihat Jayan ada di depan rumah sekaligus toko roti mereka.
Cekleek
Klaaak
"Mau apa kamu kesini hah!" ucap Meta
Meski tidak bersuara keras, tapi dengan jelas dia menekankan suaranya. Meta tidak ingin Dhea terbangun karena mendengar suara Jayan. Bahkan Meta langsung menarik tangan Jayan dan membawanya menjauh dari depan rumah.
"Aku mau ketemu Dhea, Mit," jawab Jayan.
"Buat apa? Buat bikin dia tambah sakit? Dah lah pergi aja kamu. Pergi sama cewek mu itu. Dhea pasti udah bilang kan kalau kalian udah berakhir. Jadi, sekarang kamu bisa nikmati waktu sama si Virya itu tanpa khawatir ketahuan. Udah lah Jayan, ini kan emang yang kamu mau. Jadi jangan pernah ganggu Dhea lagi. Hush sana!"
Meta langsung membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Jayan setelah berkata demikian. Dia pun sangat marah sekarang dan ingin meninju wajah pria itu.
"Cowok brengsek!"
TBC
Makasih ya manteman buat dukungannya. Hiks, Othot terharu. Semoga kalian selalu sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan. Othor seneng masih ada yang nungguin karya Othor ini.
Matursuwun.
"Sialan, kenapa bisa ketahuan sih. Aku yakin selama ini udah main aman. Brengsek! Padahal udah dikit lagi buat bisa nikah sama cewek itu. Arghhhh!!"
Jayan tampak frustasi. Ya, dia tadi langsung lari meninggalkan Virya untuk mengejar Dhea. Virya berusaha menahan pria itu, tapi Jayan berkata bahwa dia ingin menyelesaikan semuanya dengan tuntas.
Itu yang dikatakan Jayan kepada Virya, akan tetapi saat di depan rumah Dhea, dia memiliki pemikiran lain. Minta maaf, ya Jayan berniat untuk minta maaf kepada Dhea dan ingin kembali bersama calon istrinya itu.
Jayan berpikir bahwa Dhea pasti memaafkannya. Hubungan mereka bukan hanya sebentar, jadi itu lah yang membuat Jayan yakin bahwa dengan minta maaf maka Dhea akan kembali padanya.
Namun malam ini agaknya Jayan tidak bisa melancarkan aksinya. Meta yang Jayan tahu adalah teman dekat Dhea sudah mengusirnya.
Cekleek
"Bang, kamu udah pulang? Gimana tadi soal dia, udah kamu beresin?" Tanya Virya. Wanita itu ingin tahu apa yang terjadi antara Jayan dan Dhea setelah melihat kejadian ini. Tentunya Virya ingin Jayan segera putus dengan Dhea. Ia ingin menjadi satu-satunya wanita bagi Jayan.
"Haah, aku masih belum ketemu sama dia. Dia terlalu naif kayaknya. Aku sebenernya ingin cepet selesai aja. Eh tapi dia nggak mau ditemui. Besok aku bakalan nemuin dia terus ngomong kalau aku sama dia emang harusnya udahan,"ucap Jayan. Dia membuang nafasnya kasar seolah-olah kesal karena Dhea tidak mau menemuinya.
Padahal kenyataannya tidak demikian. Jayan sangat ingin bertemu dengan Dhea, bukan untuk memutuskan semuanya melainkan untuk meminta maaf.
Lain di mulut lain di otak bukan pria ini?
Virya tersenyum. Dia yang masih belum mengenakan pakaian, dan hanya membalut tubuhnya dengan selimut.
Wanita itu kemudian menggamit lengan Jayan. Bukan hanya itu, dia juga mencium bibir pria itu.
"Ughhh, kamu beneran nakal deh, Vry," ucap Jayan. Pria itu tersenyum. Dengan cepat dia melepaskan selimut Virya hingga wanita itu nampak polos. Dan tanpa perlu menunggu, mereka pun bergumul di atas sofa ruang tamu.
Baru beberapa detik yang lalu Jayan memiliki pemikiran untuk meminta maaf kepada calon istrinya. Namun, apa yang dia lakukan sekarang? Bergumul panas dan mendesah di atas wanita lain.
"Ahhhh, Bang. Inii enak banget, ughhh."
"Ughh sayang, kamu cantik banget sumpah."
Keduanya saling bertukar peluh. Erangann kenikmatan yang dilakukan mereka sama sekali tidak pernah dipikirkan bahwa itu adalah hal yang salah.
Drtzzzz
Drtzzz
"Vir, hape kamu bunyi tuh,"ucap Jayan. Saat ini mereka sudah menyelesaikan kegiatan panas tersebut. Jayan dan Virya tengah duduk di ruang makan dan menikmati makan malam yang memang tertunda karena kegiatan itu.
"Ck, paling dari papa ku. Dia bawel banget nyuruh aku pulang pasti,"ucap Virya sambil dengan enggan melihat smartphone miliknya.
Dan memang benar bahwa yang tertampil di layar itu adalah nomor dari sang ayah.
Drtzzz
Drtzzz
"Vir, angkat aja dulu. Siapa tau penting kan,"pinta Jayan. Selama berhubungan dengan Virya, Jayan sama sekali tidak tahu tentang keluarga Virya. Tapi dari yang ia dengar dari wanita itu, Virya hanya tinggal bersama sang ayah. Untuk ibunya, Virya sama sekali tidak pernah bercerita.
"Ck iya iya. Halo Pa, ada apa?"
Diam, setelah menjawab panggilan itu, Virya hanya mendengarkan saja tanpa menjawab satu patah kata pun. Padahal cukup lama panggilan itu berlangsung.
Jayan sendiri tidak mau bertanya. Dia tidak ingin dianggap terlalu lancang jika bertanya tentang apa yang saat ini Virya bicarakan di telpon dengan sang ayah.
"Iya, aku pulang sekarang,"ucap Virya lalu mengakhiri panggilan telponnya.
Sraak
Tap tap tap
Wanita itu kembali ke kamar untuk mengenakan kembali pakaiannya yang masih berserakan di lantai. Virya melakukannya dengan enggan. Sungguh dia tidak ingin pulang malam ini dan ingin tinggal lebih lama bersama Jayan.
Akan tetapi sang ayah sudah menghubunginya. Dan agaknya Virya mendapat perintah yang cukup keras untuk pulang sehingga wanita itu pasrah dan menurut.
"Aku pulang dulu ya, Bang?"pamit Virya kepada Jayan. Dia tidak ingin diantar oleh Jayan karena itu nantinya akan menimbulkan pertanyaan dari sang ayah.
"Kamu nggak mau aku anter aja?" tanya Jayan. Selama ini dia seolah masih disembunyikan oleh Virya dari ayahnya.
"Next aja ya kalau memang urusan Abang sama wanita itu selesai, aku akan biarin Abang buat nganter aku. Dan aku bahkan akan ngenalin Abang ke Papa secara resmi,"ucap Virya. Ternyata selama ini dia berhubungan dengan Jayan pun tanpa sepengetahuan sang ayah, dan Virya juga terang-terangan bahwa Jayan belum bisa ketemu jika statusnya masih ambigu.
"Baiklah kalau itu mau kamu. Hati-hati ya,"sahut Jayan sambil mengusap kepala Virya.
"Iya, selalu. Ah iya, aku harap Abang segera kelarin urusan Abang sama dia. Aku mau hubungan kita ini serius, Bang,"ujar Virya dengan serius.
"Iya tenang aja, sayang. Abang janji kalau nggak lama urusan ini bakalan selesai,"sahut pria dengan tinggi tubuh 170cm dan otot dada yang terbuat sempurna.
Ya, Jayan memiliki tubuh yang bagus. Meskipun dia sibuk bekerja sambil melanjutkan gelar S2 nya, pria tersebut masih bisa menyempatkan untuk mengolah tubuh di sela-sela waktunya tersebut.
Dan, Virya sangat menyukai tubuh atletis dari Jayan. Selain itu kemampuan Jayan di atas ranjang juga menjadikan Virya sangat menyukai pria itu.
Virya melenggang pulang. Dia memesan ojek online agar bisa lebih cepat sampai di rumah. Sekitar 30 menit ia pun sampai, dan sang ayah sudah menunggunya di depan rumah.
"Papa kenapa di luar?" tanya Virya saat dia turun dari motor.
"Nunggu kamu. Kamu kemana aja sih sampai jam segini baru pulang. Ini udah tengah malem Lho, Vir. Papa kan bilang jangan pernah pulang larut malem kayak gini,"ujar pria berusia 40 tahun itu. Tatapan matanya sangat tajam dan nada bicaranya juga dingin.
"Ck, Papa selalu gitu ke aku. Pa, umurku udah 22 tahun, jadi aku udah dewasa. Aku bisa ngelakuin apapun yang aku mau. Jadi please, Papa jangan ngatur-ngatur aku kayak gini terus, macam aku masih belum dewasa aja. Udah ah Pa, aku capek. Aku mau langsung tidur, besok aku ada kelas pagi juga,"sahut Virya panjang. Dia terlihat tidak suka setiap ayahnya berkata hal demikian.
Tap tap tap
Haaaah
Drake Adiwitama, dia hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar ketika mendengar ucapan Virya. Rasanya pikirannya yang lelah itu semakin lelah saja dengan ulah sang anak perempuan.
"Andai kau tahu, Intan. Menjaga anak itu sungguh sangat tidak mudah. Kalau kamu masih di sini, kamu mesti setuju sama aku,"guma Drake lirih. Dia kemudian masuk ke rumah, menyusul putrinya yang sudah masuk lebih dulu.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!