NovelToon NovelToon

ME?

You and I

"Hei!! Kembalikan novelku!"

"Ambil sendiri kalau kau bisa. Wlee."

"Gala! Kembalikan!! Aku lelah mengejarmu."

"Tangkap aku dulu, Asmara!"

Seisi kelas 2-2 hanya bisa menggeleng terbiasa dengan adegan si Pangeran Sekolah yang mengganggu si gadis dengan taburan bintang di pipinya. Hei, itu hampir terjadi setiap pagi. Oke?!

Gadis yang dipanggil Asmara berhenti mengejar oknum bernama Gala Pramadana. Ia benar-benar lelah. Tenaganya terkuras meskipun pelajaran pertama belum dimulai.

Karena tak mendengar teriakan-teriakan dari temannya, Gala berhenti dan berbalik menatap teman dekatnya yang kini sudah duduk dan menyandarkan kepala pada meja.

"Kau benar-benar lelah?"

Gala meletakkan dagunya di atas meja dan berhadapan langsung dengan kepala temannya itu.

"Hei, Mara. Kenapa tak menjawabku?"

"..."

"Ini, ku kembalikan novelmu."

Gala meletakkan novel itu di atas meja yang langsung diambil oleh Asmara.

"Hei. Maaf. Aku tak bermaksud membuatmu semakin lelah, Mara."

Ungkapan penyesalan Gala hanya dibalas deheman oleh Asmara. Dirinya benar-benar ingin tidur. Salahkan saja tugas rumahnya yang menggunung semalam.

Setelahnya, keduanya terdiam karena Asmara yang mengantuk dan Gala yang tak tahu harus berbuat apa.

"Permisi, apa Gala Pramadana dan Asmara Candrima ada di sini?"

Pemilik kedua nama itu menoleh ke arah pintu. Seorang gadis tersenyum menatap mereka.

"Kalian diminta untuk menemui Pak Bayu di ruangannya."

"Ada apa?" Gala menyaut. apa ini soal perwakilan sekolah ya?

"Tidak tahu. Beliau hanya memintaku untuk memanggil kalian ke ruangannya."

"Ah. Baiklah. Terimakasih."

Begitu gadis itu berlalu, Gala menatap Asmara yang masih melihat ke arah pintu.

"Hei, ayo! Kita dipanggil Pak Bayu, Mara."

"Aku juga dengar. Kau pikir aku tuli?!"

Setelah berucap ketus pada Gala, Asmara beranjak dari kursinya. Ia masih kesal pada sahabatnya itu karena mengganggu acara 'kencan' dengan novelnya.

Gala menghela napas pelan sebelum akhirnya mengikuti Asmara. Salahnya sendiri yang membuat kesal sahabatnya itu.

Gala merangkul pundak sahabatnya itu dan secara otomatis mata penghuni sekolah yang melihatnya menatap Asmara sinis.

'Lagi? Apa salahku? Dia yang merangkul ku. Lagi pula INI HANYA RANGKULAN DAN KAMI ADALAH SAHABAT!!'

Rasanya Asmara ingin berteriak seperti itu, tapi mana mungkin ia mampu? Jadi, ia hanya bisa menahannya dalam hati.

~•~

Keduanya duduk di depan Pak Bayu begitu dipersilakan oleh guru tari tersebut

"Maaf, Pak. Ada apa Pak Bayu memanggil kami kemari?"

Asmara memberanikan diri untuk bertanya terlebih dulu.

"Kalian tahu soal Festival budaya dua bulan lagi kan?"

Kedua murid tahun kedua itu mengangguk.

"Kalian saya minta untuk berkolaborasi dalam rangka mewakili Sekolah di Festival Budaya tahun ini."

"M-maaf, Pak?" Asmara tidak salah dengar? Dirinya??

"Baik, Pak. Kami akan melakukannya." Gala dengan senang hati menerima permintaan tersebut, tak melihat ekspresi gadis di sampingnya seperti apa.

Asmara langsung menoleh pada Gala. Menatap sahabatnya itu seolah berkata 'apa yang kau katakan?!'

'Fans Gala pasti akan menerorku habis-habisan jika aku menerima ini.'

Asmara terdiam menatap Gala, memberi kode agar ia menolak atau setidaknya membantah agar tidak dipasangkan dengan dirinya.

Karena tak direspon oleh Gala, Asmara mengalihkan pandangannya pada Pak Bayu.

"Maaf, Pak. Kenapa saya yang dipilih? Ada Senada yang lebih bagus dari saya."

"Menurut pandangan saya, kamu yang lebih cocok bersama Gala. Kalian juga cukup dekat sehingga kemistri yang muncul bisa kuat dan lebih alami."

"Maaf, Pak. Tapi saya tidak bisa. Pak Bayu bisa meminta yang lain untuk melakukannya."

Kini giliran Gala yang menatap Asmara dengan pandangan sama yang gadis itu berikan sebelumnya.

Gala cepat menoleh pada guru tari sekolahnya itu.

"Tidak, Pak. Kami akan melakukannya."

Guru tari itu menatap kedua muridnya sebentar sebelum bicara.

"Baiklah. Mulai besok kalian bisa menentukan konsep kalian sendiri dan berlatih. Besok akan saya berikan jadwal latihan kalian agar tidak bertabrakan dengan siswa yang lain."

Keduanya memberi salam sebelum keluar dari ruangan itu.

Gala membawa gadis manis itu ke taman belakang sekolah.

Begitu sampai, Asmara menghempaskan genggaman tangan Gala.

"Apa yang kau katakan tadi?!"

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu, Asmara Candrima. Kenapa kau menolak, hah?"

'Fans-fans mu yang gila itu yang membuatku malas menerimanya.'

Tapi sekali lagi, itu semua hanya bisa tertahan di hati seorang Lee Felix. Mulutnya benar-benar ingin berteriak di depan Gala sekarang.

"Ada yang lebih bagus daripada aku. Dan kenapa harus aku?!"

"Kau tidak dengar penjelasan dari Pak Bayu tadi?!"

"Tetap saja-"

"Jujur padaku. Kenapa kau mau menolak tadi? Aku tahu kau sudah menunggu tawaran ini bahkan sejak pertama kali masuk ke sekolah ini."

Gala yang memotong ucapannya membuat Asmara menatap sahabatnya sejak SMP itu.

"Tidak ada. Hanya malas."

Asmara mengalihkan pandangannya. Ia tak akan sanggup berbohong jika bertemu dengan tatapan mengintimidasi dari Gala.

Gala menghela napas pelan. Jika sudah seperti ini, ia tak akan bisa mendapat jawaban jujur dari Asmara sekalipun ia paksa.

"Ya sudah. Ayo kembali ke kelas! Dan jangan katakan lagi kalau kau tak ikut di festival nanti."

Gala menarik tangan Asmara namun tertahan karena gadis itu menarik tangannya pelan. Membuat Gala berbalik dan menatap Asmara penuh tanya.

"Aku.. akan bilang... Tapi kau harus janji kau tak akan marah pada siapapun."

".." Gala tak merespon ucapan sahabatnya.

"Janji dulu, Gala."

"Oke oke. Aku janji tidak akan marah."

Asmara diam, masih ragu untuk jujur pada Gala. Ia hapal betul tabiat tuan mudanya ini.

"Fans-fans mu sering mengirimiku surat ancaman. Kadang juga memenuhi lokerku dengan sampah. Mereka hanya tak suka jika aku dekat dengan mu. Itu alasan kenapa aku ingin menolaknya."

Asmara tak sekalipun menatap Gala saat mengucapkan itu semua. Ia takut.

Kedua tangan Gala terkepal begitu mendengar alasan Asmara. Badannya menegang kaku. Tatapannya datar dan kosong. Penuh dendam untuk siapapun yang berani berbuat kejam pada Asmaranya.

Asmara maju untuk memeluk Gala.

"Kau sudah berjanji tidak akan marah pada siapapun. Kau tidak boleh jahat pada orang lain lagi, Gala."

Kepalan tangan Gala berangsur merenggang. Badannya juga tidak tegang seperti sebelumnya. Tatapannya pun ikut melembut seiring usapan Asmara dipunggungnya.

"Aku akan tetap ikut festival. Tapi kau tak boleh jahat pada orang lain lagi. Janji?"

"..." lagi lagi Gala hanya diam.

"Janji, Gala?"

Asmara mengulangi ucapannya karena Gala hanya diam yang akhirnya dibalas anggukan singkat oleh pemuda yang lebih tinggi itu.

Saat Asmara akan melepas pelukannya, Gala melingkarkan tangan kanannya dipinggang ramping Asmara.

"Aku tak peduli, aku Pangeran Sekolah atau apa. Tapi kau harus tetap bersamaku, Asmara."

Asmara hanya mengangguk pelan.

'Dan aku akan tetap jadi maid mu, Gala.' -Asmara

Loker

Flashback

"Hiks.. Hiks.. tolong.. takut."

Gadis bersurai legam berombak itu hanya bisa menangis ketakutan saat tahu dirinya terkunci di gudang belakang sekolah.

Sekolah sudah sepi karena jam pelajaran sudah berakhir sejak 30 menit yang lalu.

Asmara hanya bisa menangis  memeluk lutut ketakutan. Berharap ada yang akan menolongnya. Suara tangisnya masih terdengar sejak tadi.

Gudang itu gelap dan ia benci berada di tempat gelap. Ia takut dan itu membuat napasnya sesak.

"Mara!"

Mata Asmara menatap pintu gudang. Ia kenal betul suara itu.

Asmara mencoba berteriak memanggil nama sahabatnya itu.

"Gala.. aku di sini."

"Mara! Kamu di dalam?"

"Tolongh.."

Suara Asmara melemah sebelum akhirnya pingsan saat pintu terbuka menampakkan Gala dengan raut khawatir yang kentara diwajahnya.

"Mara!!"

Gala membawa Asmara keluar setelah menelpon supirnya untuk menjemput di sekolah.

~·~

"Dimana Sebastian Aryapraja?!"

Teriakan di pintu kelas 2-4 sekolah menengah taraf nasional menarik seluruh atensi penghuni kelas termasuk anak laki laki yang namanya diteriakkan barusan.

"Kenapa mencariku? Ada perlu, Gala?"

Ya, itu Gala yang berteriak marah mencari Sebastian.

"Ya. Ikut aku sekarang!"

Sebastian hanya menurut. Ia mengikuti Gala yang ternyata mengarah ke gudang.

"Ada perlu apa?"

Sebastian menatap Gala yang membelakanginya.

"Pindah besok!"

Sebastian menatap Gala bingung.

"Kenapa aku harus pindah?"

"Pindah atau rekaman saat kau menguncikan Asmara di sini ku berikan pada kepala sekolah."

Mata Sebastian melebar.

"K-kau punya bukti dari mana?"

Sebastian berusaha menutupi suaranya yang bergetar. Ia tak menyangka ada yang tahu tentang perbuatannya.

"Apa rekaman sctv di deket gudang masih kurang jelas? Jelas-jelas wajahmu terekam di kamera."

Keduanya diam.

"Pindah sejauh mungkin. Jangan pernah dekati Asmara atau kau akan tahu akibatnya."

Sebastian menatap Gala yang menatapnya tajam sedari awal mereka masuk.

Gala berjalan melewati Sebastian. Saat berada di sampingnya, Gala berbisik,

"Aku tak akan pernah mengampuni seseorang yang berani melukai Asmara. Siapapun itu, termasuk kau."

dan berlalu meninggalkan Sebastian yang masih terdiam di dalam gudang.

~·~

"Eric, kenapa Sebastian tidak masuk?"

"Oh, iya. Kemarin kau kan tidak berangkat. Dia pindah."

"Tiba tiba sekali. Kenapa dan kemana?"

"Aku tidak tahu, Mara. Teman teman juga tidak ada yang tahu."

Jadi, Sebastian memang sekelas dengan Asmara. Bahkan bangkunya berada tepat di belakang bangku pemuda yang kini sudah pindah itu.

"Asmara."

Asmara dan Eric menoleh. Di dekat meja gadis Candrima itu sudah ada Gala berdiri dengan senyum tampannya.

"Ayo, makan siang! Aku lapar, Mara."

"Ih. Iya, sebentar. Aku pergi dulu, Eric."

Setelah berpamitan pada teman sebangkunya, Asmara menyusul Gala yang sudah keluar terlebih dahulu.

~·~

Gala duduk di sofa bekas yang ada di rooftop diikuti Asmara yang duduk disampingnya. Tangan gemulai itu mulai mengeluarkan bekal miliknya. Keduanya mulai menikmati makan siang itu.

"Tadi kau bicara apa pada Eric?"

"Oh, itu. Aku hanya tanya kenapa Bastian tidak masuk hari ini."

"Lalu?"

"Ternyata dia pindah dari kemarin."

"Bagus kalau begitu."

"Kenapa bagus? Bahkan teman teman kelas tak ada yang tahu kenapa dia pindah."

"Aku yang menyuruhnya." Gala menyaut dengan enteng. Tanpa perasaan bersalah sama sekali. Bahkan dengan santai mengunyah rice ball yang baru disuapkan Asmara ke mulutnya.

Asmara menatap Gala dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Kenapa kau menyuruhnya pindah, Gala? Apa kalian punya masalah? Kenapa tak bercerita padaku, hm?!"

Gala meneguk minumannya sedikit sebelum menatap Asmara dalam.

"Aku tak suka ada yang menyakitimu."

Asmara hanya menatap Gala bingung.

"Apa-"

"Dia yang menguncimu di gudang dua hari yang lalu. Dan aku mengancam akan memberikan rekamannya pada kepala sekolah jika dia tidak pindah."

Asmara diam sesaat. Ia meletakkan kotak bekalnya dan beralih memeluk Gala.

"Kau tidak perlu sampai seperti itu. Dia kan temanku."

"Dia bukan temanmu dan orang yang jahat padamu adalah musuhku."

Asmara mengusap punggung Gala.

"Jangan lakukan hal seperti ini lagi, Gala. Aku tidak apa-apa."

Gala hanya mengangguk mengiyakan, meskipun dalam hatinya ia tak bisa berjanji.

'Aku akan membalas siapapun yang jahat padamu, Asmara.' -Gala

Flashback Off

~•~

Seperti biasa, Gala akan mendatangi Asmara saat istirahat makan siang. Kali ini remaja 17 tahun itu lebih memilih diam di kelas Asmara dari pada pergi ke rooftop.

"Tadi Pak Bayu sudah memberi jadwal latihan kita. Dan kita bisa mulai latihan nanti pulang sekolah."

"Eh? Nanti?" Asmara menatap Gala, sedikit terkejut.

"Kau bawa baju ganti kan? Jangan pura pura lupa. Aku tahu selalu ada baju ganti di lokermu, Nona Asmara."

"Ck. Iya, iya. Nanti kita latihan."

Kemudian mereka mulai menikmati bekal makan siang yang dibawa Asmara.

~·~

Asmara memasuki ruang latihan yang biasa dipakai untuk kelas tari.

Di tengah ruangan ia lihat ada Gala yang tengah melakukan pemanasan.

"Dari mana saja kau? Kenapa baru datang?"

Omel Gala karena memang Asmara terlambat 20 menit dari waktu yang sudah mereka janjikan.

"Maaf. Tadi aku harus mengembalikan buku ke perpustakaan dulu."

"Cepat ganti baju!"

Gadis manis itu menatap Gala sinis sebelum masuk ke ruang ganti.

Begitu Asmara keluar, Gala hanya diam berdiri dan pandangannya terpaku pada ponsel di tangannya.

"Fokus sekali. Sedang melihat apa?"

Gala melihat Asmara sekilas sebelum kembali fokus pada benda pipih itu.

"Melihat video video di Youtube. Mungkin kita bisa mendapat inspirasi untuk konsep kita."

Asmara melihat ke layar ponsel Gala juga.

"Bagaimana jika kita pakai konsep seperti duo Trouble Maker?"

"Apa kau yakin? Mereka punya konsep seksi. Apa kau mau kita seperti itu?"

"Tidak apa-apa. cocok, kan?!"

Asmara melotot pada Pemuda tinggi itu.

"Memanfaatkan kesempatan! Menyebalkan." Sinis Asmara.

"Ahahaha. Maaf, maaf. Ya... Kita bisa mengubah sedikit konsepnya agar tidak terlalu seksi."

"Kau tahu aku tak terlalu bersahabat dengan tarian seperti itu, Tuan Pramadana yang terhormat."

"Ya nanti kita pakai sexy hip hop saja. Pasti akan sangat luar biasa."

"Em.. mari kita coba."

Akhirnya mereka mulai membahas lagu apa saja yang akan mereka pakai dan berlatih beberapa gerakan awal.

~·~

Pukul 5.30 sore. Gala dan Asmara baru saja keluar dari ruang latihan.

"Kita pulang bersama."

"Iya. Tunggu aku di-"

"Kita tunggu Pak Adit bersama di depan gerbang."

"Jangan! Aku tak ingin ada yang melihat kita pulang bersama."

"Sekolah sudah sepi, Asmara."

"Tetap saja. Aku tidak mau beredar rumor yang tidak jelas tentang kita jika ada siswa yang melihat."

"Menunggu bersamaku atau kau ku tinggal pulang."

"Tinggal saja. Aku bisa naik bus."

Gala menghela napas pelan. Memang ya. Sahabatnya ini keras kepala. Tak berubah sedikitpun dari dulu.

"Asmara."

Asmara diam mendengar nada rendah saat Gala memanggilnya.

"Baik, baik. Tapi jangan di depan gerbang. Setidaknya menjauh sedikit dari area sekolah."

"Oke. Deal."

Mereka berjalan keluar melewati lobi sekolah.

"Ah. Aku lupa."

"Kenapa, Asmara?"

"Aku meninggalkan kotak bekalku di loker."

"Ayo, ambil sebelum pak Adit datang."

"Kau tunggu di sini saja. Aku bisa ambil sendiri, Gala."

Tanpa menunggu jawaban Gala, Asmara berlari kecil ke ruang loker.

~·~

Asmara sampai di ruang loker. Sepi. Ya wajar saja. Jam pembelajaran sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu.

Asmara membuka loker untuk mengambil kotak bekal yang ia tinggal.

Tapi di bawah kotak bekalnya ada sebuah kotak berukuran cukup besar. Seperti kado. Asmara mengambil kotak itu dan mengunci lokernya.

Saat dibuka, Asmara tak bisa menahan teriakannya.

"AAAAA!!"

Bruk

Asmara melempar kotak itu dan tubuhnya terasa lemas seketika. Bagaimana tidak? Kotak itu ternyata berisi bangkai entah hewan apa yang bahkan darahnya masih terlihat basah.

Asmara mundur perlahan. Ia hanya bisa duduk bersandar pada loker di belakangnya. Jujur saja, ia takut darah. Dan sekarang ia hanya bisa menangis ketakutan.

~·~

Selang sesaat setelah Asmara pergi, terdengar bunyi klakson mobil.

Gala mendongak dan mendapati Pak Adit tersenyum di balik kemudi.

"Maaf, Tuan Muda. Saya terlambat."

"Iya, Pak Adit. Tidak apa-apa. Jalanan memang sedikit macet akhir-akhir ini."

"Mari, Tuan Muda. Silakan masuk."

"Sebentar, Pak. Asmara masih di dalam."

"Baik, Tuan Muda."

20 menit menunggu, Asmara tak juga keluar. Gala jadi khawatir.

Pasalnya, ruang loker berada tak terlalu jauh dari tempatnya sekarang. Dan jika hanya mengambil kotak bekal, harusnya Asmara tak selama ini.

"Pak Adit, saya harus mencari Asmara dulu."

"Iya, Tuan Muda. Hati-hati."

Setelahnya, Gala berlari secepat yang ia bisa menuju ke ruang loker.

Saat mendekati ruang loker, Gala seperti mendengar isakan dari ruangan yang ditujunya.

'Semoga bukan Asmara. Semoga bukan Asmara.'

Gala terus berucap demikian dalam hatinya. Namun seperti yang kita tahu. Asmara lah yang tengah terisak di ruang loker.

"Mara!"

Gala langsung mendekap Asmara begitu ia menemukan pemuda bersurai pirang itu terisak memeluk lutut bersandar pada loker.

Gala menatap ke sekitarnya. Terlihat sebuah kotak dengan bangkai binatang serta ceceran darah tumpah dari dalamnya.

'Kurang ajar. Habis kau jika aku menemukan pelakunya.' -Gala

"Sst.. Tidak apa-apa. Aku di sini."

"Aa-aku takut."

"Tenang. Kita pulang sekarang, ya. Ayo, ku gendong!"

Asmara menurut tanpa penolakan sama sekali. Ia naik ke punggung Gala yang tengah berjongkok di depannya lalu menenggelamkan kepala pada ceruk leher Gala.

Setelah menyamankan posisi Asmara, Gala berjalan keluar dari ruang loker. Tak lupa juga, ia berpesan agar ruang loker dibersihkan pada salah satu cleaning service yang ia temui.

Raut khawatir terlihat jelas di wajah supir Tuan Muda Pramadana itu saat melihat Tuannya menggendong seseorang yang terlihat memejamkan mata.

"Ada apa dengan Asmara, Tuan Muda?"

"Sepertinya ada yang sengaja mengerjainya."

"Apa Asmara baik-baik saja, Tuan Muda?"

"Ia perlu istirahat dan semoga saja ia tak demam besok."

"Mari, Tuan Muda."

Pak Adit membantu Gala mendudukkan Asmara. Setelah si tuan muda ikut duduk di samping Asmara, Pak Adit segera beralih pada kemudi dan membawa Tuan Mudanya pulang.

Gala menyandarkan Asmara ke tubuhnya sendiri. Mendekapnya dan tak lupa mengusap lembut helaian pirang pemuda manis itu.

First Meet

Flashback

Seorang anak perempuan 11 tahun turun dari mobil yang membawanya. Ia menatap mansion mewah yang kini ada di depannya.

"Ayo, Asmara. Kita masuk."

Asmara menatap ayahnya.

"Apa ayah bekerja di sini?"

Pak Alan mengangguk mengiyakan pertanyaan putranya.

"Mulai sekarang Mara akan tinggal di sini agar ayah bisa menjaga Mara."

"Kenapa Mara tidak bisa ikut bersama ibu, Yah?"

Pak Alam tersenyum. Ia maklum, mungkin anaknya masih belum bisa menerima kepergian sang ibu seminggu yang lalu.

"Kita sudah tidak bisa bertemu ibu lagi, Sayang. Ibu sudah berada di tempat yang jauh dari kita."

Asmara diam. Bukannya tak paham, tapi ia masih sedih karena ditinggal wanita yang paling ia cintai, ibunya.

"Nanti, Mara akan menjadi teman dari Tuan Muda. Mara harus menemani dia terus, mengerti?"

Sebenarnya, Asmara sedikit tak paham. Tapi ia tetap mengiyakan ucapan ayahnya.

Saat masuk, Tuan Besar Dirga Pramadana dan putranya sudah menunggu di ruang tamu.

"Tuan, saya sudah membawa Asmara untuk tinggal di sini."

"Ini putrimu, Pak Alan?"

Pak Dirga tersenyum pada Asmara.

"Mara, beri salam pada Tuan Pramadana." Pak Alan berbisik pada putrinya.

Asmara meraih tangan besar Pak Dirga untuk dicium. Setelah melepasnya, mata Asmara tak sengaja bertemu dengan manik gelap anak laki laki yang kini berdiri di samping Pak Dirga.

"Asmara, yang di samping Tuan Dirga itu adalah Tuan Muda Gala."

"Halo, salam kenal. Saya Asmara Candrima."

Kali ini Asmara hanya melambaikan tangan juga tersenyum manis. Tapi Gala hanya mengangguk. Tatapan datarnya terus mengarah pada Asmara sejak gadis itu sampai di depan ayahnya.

"Asmara, mulai sekarang kau harus selalu menemani Gala, ya."

Pak Dirga menepuk kepala gadis seumuran anaknya itu pelan.

"Baik, Tuan."

"Papa, aku mau main di kamarku saja."

"Ya sudah. Jangan lupakan makan siangmu."

"Hm."

"Asmara, temani Tuan Muda Gala."

"Iya, ayah." Asmara mengangguk pada ayahnya sebelum mengikuti langkah tuan mudanya.

Pak Dirga menatap punggung Gala dan Asmara yang kini sudah menjauh.

"Pak Alan. Antar saya ke kantor. Saya harus bertemu dengan klien."

"Iya, Tuan."

~·~

Di kamar Gala, Asmara hanya duduk di samping remaja laki-laki yang tengah memainkan play stationnya.

Ia duduk dengan jarak satu rentangan tangan dari Gala. Tak berani duduk terlalu dekat dengan sang Tuan Muda.

"Kau bisa main PS?"

"E-eh?" Asmara terkejut, dikiranya Gala tak akan mau mengajaknya berbicara.

"Aku butuh lawan untuk game ini."

Asmara menatap layar 42 inch di depannya. Benar ucapan Gala. Game yang sekarang akan dimainkan memang harus dimainkan oleh dua orang sebagai lawan.

"I-iya. Saya bisa, Tuan Muda."

Asmara meraih stick yang disodorkan Gala di depannya.

"Jangan terlalu formal padaku dan jangan panggil aku 'Tuan Muda'. Panggil Gala saja."

"T-tapi.."

"Jangan membantahku."

"Ah. B-baik, Tu.. Gala."

Gala tersenyum tipis. Dan mereka pun mulai memainkan game nya.

Setelah 3 ronde memainkan game yang sama. Gala membanting stick nya. Ia kesal ternyata Asmara lebih jago dan selalu menang.

"Bagaiman bisa kau lebih jago dariku?!"

"Ah, m-maaf, Tuan Muda."

"Sudah ku bilang untuk tidak  memanggilku 'Tuan Muda'. Dan juga kenapa minta maaf? Aku malah takjub karena baru kali ini bertemu dengan orang yang lebih jago dariku."

"I-iya, Gala."

"Apa kau takut padaku?"

"T-tidak, Gala."

"Kenapa ucapanmu terbata seperti itu?"

"Eh.. itu.. aku hanya belum terbiasa."

"Huuh.. aku lelah setelah dikalahkan tiga kali."

Asmara tersenyum tipis. Ia kira Tuan Mudanya ini angkuh dan sebagainya mengingat tatapan datar Gala diawal tadi.

Asmara melihat ke arah jam dinding di atas televisi. Pukul 11.50.

"G-gala."

"Ya. Kenapa?"

"Tadi Tuan bilang agar kau tidak lupa makan siang. Sekarang, ayo turun! Kau harus makan siang."

Gala melirik jam dinding.

"Malas, ah. Kau saja yang makan."

"Aku tidak akan makan jika Gala tidak makan."

Gala diam. Tiba tiba muncul ide di kepala Asmara.

"Ku ambilkan ya? Tapi kau harus makan."

"Terserah."

20 menit kemudian Asmara kembali ke kamar Gala membawa sepiring nasi, beberap lauk, dan dua gelas jus.

"Gala, ayo makan! Aku sudah membawakannya untukmu."

Gala hanya duduk dan memandang makanan yang dibawa Asmara tanpa minat.

"Ayo, makan! Atau mau ku suapi?"

Asmara sudah berpikir jika Gala akan mengusirnya keluar karena ribut menyuruhnya makan, tapi nyatanya Gala berpindah duduk di depannya dan membuka mulutnya.

Sedikit kaget, tapi Asmara senang. Ia pun mulai menyuapi si tuan muda.

"Kau tidak mengusirku?"

Gala menghentikan kunyahannya sesaat.

"Kau mau ku usir?"

"A-ah.. bu-bukan begitu. Ku fikir Kau akan mengusirku karena terus menyuruhmu untuk makan."

Gala diam sebelum senyum tipis menghias di bibir tebalnya. Tatapannya terpaku pada manik polos Asmara.

"Kau seperti mendiang ibuku. Selalu cerewet saat aku menolak makan. Dan akan berakhir aku disuapi..seperti sekarang."

Sekarang Asmara yang terdiam.

"Kenapa jadi diam? Suapi aku lagi."

Kesadaran Asmara seperti baru kembali ke dunia. Ia mengangguk dan menyuapi Tuan Mudanya lagi.

~·~

Makan malam berlangsung tenang. Setelah selesai dengan makanannya, Gala menatap sang ayah mencoba memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya.

"Ayah."

"Ya, Gala?"

"Aku punya permintaan pada ayah."

"Apa? Asal tidak aneh-aneh, pasti akan ayah beri."

"Aku ingin Asmara pindah sekolah ke sekolahku mulai besok."

Dan esoknya, Asmara benar-benar pindah ke sekolah Gala.

Gala terus menggandeng tangan Asmara melewati koridor kelas tanpa peduli berbagai tatapan dari para penghuni sekolah.

Salah satunya adalah seorang gadis cantik dengan surai coklat panjangnya.

Ia merasa kesal dan marah. Ia pun berjalan menuju Gala. Bahkan pemuda itu tak melihatnya sama sekali.

Saat sampai di depan Gala, ia pun menyentak genggaman tangan dua pemuda itu lalu menampar pipi Asmara lumayan keras.

Asmara terkejut. Ia hanya diam sambil memegangi pipinya yang memerah. Ia bahkan tak mau mendongak sama sekali.

Gala yang melihatnya pun langsung mendorong keras gadis itu hingga ia jatuh terduduk di lantai. Entah, tapi ia marah dan tak suka ada yang menyakiti Asmara-nya.

"Siapa kau berani menyentuhnya?!"

Asmara sadar dari rasa kagetnya saat mendengar Gala berteriak pada gadis tadi.

"Ga-Gala.. Sudah. Aku tidak apa-apa."

"Jangan pernah mencoba melukainya lagi atau kau tahu akibatnya."

Gala menarik Asmara. Bukan ke kelas, bukan. Tapi ke UKS.

Begitu sampai, remaja laki-laki itu memasrahkan Asmara pada dokter yang bertugas di sana.

Setelah selesai mengobati, dokter itu kembali ke tempatnya.

Sekarang Gala berdiri di depan Asmara yang duduk di tepi ranjang sambil menunduk.

"Sudah baikan?"

Asmara menatap Gala yang masih memasang wajah dinginnya.

"Aku tidak apa-apa. Kau harusnya tak berbuat kasar padanya, apalagi dia perempuan, Gala."

"Aku tak suka dia melukai mu, Asmara."

Asmara tiba-tiba memeluk Gala. Dulu mendiang ibunya suka memeluknya saat ia sedang kesal. Dan ajaibnya, kemarahan Gala perlahan menghilang.

"Jangan berbuat kasar lagi pada seseorang. Kita tidak boleh jahat pada orang, Gala."

Perlahan, Gala membalas pelukan kawan barunya.

'Aku tak suka melihatmu disakiti. Aku tak akan membiarkan mereka yang sudah menyakitimu, Asmara.' -Gala

Flashback Off

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!