NovelToon NovelToon

Pewaris Terhebat 3

Bab 1

Kebahagiaan Xander begitu terpancar ketika bisa melihat dengan jelas putra pertamanya. Semua kisah hidupnya mendadak bermunculan. Ia berjanji akan melindungi buah hatinya dan tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya.

Xander tak bisa menahan tangis ketika memangku putranya untuk pertama kali. Meski masih rindu dan ingin berlama-lama dengan putranya, ia harus membiarkan dokter memeriksa buah hatinya.

Xander mengecup kening Lizzy cukup lama, memeluk wanita itu dengan penuh kehangatan. "Terima kasih karena sudah membuat hidupku lebih sempurna. Aku mencintaimu."

Lizzy tersipu malu, tersenyum.

Xander dan Lizzy berbincang cukup lama, mencurahkan kerinduan yang mendalam. Xander tampak sibuk melihat-lihat pakaian dan mainan putranya.

Sebastian, Samuel, Lydia, Govin, Brenda, dan Dragon memasuki ruangan.

Sebastian, Samuel dan Lydia tak sabar untuk melihat cucu pertama mereka, begitu dengan Govin, Brenda, dan Dragon. Kabar mengenai kelahiran putra pertama Xander dan Lizzy segera menyebar ke seluruh penghuni kediaman utama, keluarga Hillborn, dan juga Marcus. Mereka ikut berbahagia dengan kelahiran penerus Xander.

"Dragon, kau harus semakin giat berlatih mulai hari ini. Kau adalah orang yang akan menjaga putra Tuan Xander," ujar Govin.

"Aku mengerti, Ayah. Aku akan semakin giat berlatih." Dragon tersenyum.

Dua jam kemudian, Samuel dan Lydia bisa melihat dan memegang cucu pertama mereka. Keduanya begitu sangat bahagia.

Menjelang malam, kediaman utama penuh dengan lampu-lampu berkilauan. Sebuah pesta diadakan untuk menyambut kehadiran sang pewaris selanjutnya.

Marcus terlihat mendatangi kediaman utama. Kakek tua itu menangis terharu ketika melihat cicitnya. "Aku benar-benar bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk melihat cicitku, sebuah momen yang tidak mungkin bisa dirasakan oleh semua orang. Aku berharap aku bisa melihat cicitku tumbuh dengan kuat dan sampai dewasa."

Ruangan dijaga dengan sangat ketat. Setiap orang yang akan masuk akan diperiksa, begitupun saat keluar kamar. Ruangan kamar

tak ubahnya seperti ruangan di rumah sakit dengan fasilitas yang sangat lengkap.

Xander, Sebastian, Samuel dan Lydia menjadi orang-orang yang paling sibuk dengan keadaan Lizzy dan si penerus kecil.

Lizzy sendiri begitu bahagia karena dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya. Ia memeluk Govin dengan erat sambil menangis. Semua yang melihatnya ikut terharu.

Pesta berjalan dengan meriah hingga dini hari. Ketika Xander menemui para pengawal, mereka langsung memberikan ucapan selamat dan doa-doa terbaik.

Malam berganti pagi. Xander, Sebastian, Samuel, dan Lydia kembali sibuk, padahal mereka hanya melihat saat bayi dibersihkan. Lizzy berusaha pulih dengan cepat.

Xander menemani Lizzy, tak bisa lepas dari putranya. Ia akan tersenyum dan tertawa ketika melihat putranya juga tersenyum dan tertawa.

"Tuan, sudah waktunya," ujar Govin.

Xander merasa berat karena harus jauh dari Lizzy dan putranya. Mau tak mau ia meninggalkan ruangan dengan berat hati.

Xander menemui Sebastian, Samuel di ruang utama. Meski baru berpisah, ia benar-benar merindukan Lizzy dan putranya.

Seluruh pengawal utama ikut berkumpul dan berbaris rapi.

"Sesuai dengan janjiku tempo hari, maka aku akan menyerahkan seluruh tampuk kekuasaan ku padamu mulai hari. Kau yang akan memimpin semua hal dan yang bertanggung jawab penuh atas semua keputusanmu. Aku akan tetap berada dibelakangmu untuk membantumu," ujar Sebastian.

Xander mengepal tangan erat-erat. "Aku mengerti, Paman. Aku akan menerima tugas ini dengan penuh rasa tanggung jawab."

"Kau sepertinya memiliki beberapa orang untuk dikenalkan padaku." Ucap Samuel.

Xander memberi anggukan pada Govin.

Pintu ruangan utama terbuka. Bernard, Darren, dan Kelly muncul, berjalan mendekat, membungkuk hormat.

Samuel mengamati Bernard, Darren, dan Kelly bergantian. Ia sudah membaca informasi mengenai mereka jauh-jauh hari, tetapi ini adalah pertemuan pertama mereka.

Xander menunjuk Bernard. "Dia adalah Bernard, putra mendiang Tuan Evan. Dia yang sudah melatihku selama ini."

Xander beralih pada Darren dan Kelly. "Mereka berdua adalah Darren dan Kelly, putra Bernard sekaligus cucu dari mendiang Tuan Evan. Atas pesan dari mendiang Tuan Evan, mereka bergabung ke dalam pasukanku."

"Kau yang lebih tahu dan mengenal mereka, Xander. Akan jadi tidak sopan jika aku menolak orang-orang yang sudah membuatmu semakin kuat."

Marcus ikut memasuki ruangan bersama beberapa pengawal kepercayaannya. "Aku mendengar jika Evan mengirimkan keluarganya ke sini."

"Kakek." Xander memberi jalan untuk Marcus.

"Aku benar-benar berduka ketika mendengar kabar kematian Evan." Marcus menunduk sesaat, menatap Bernard. "Kau sangat mirip dengan Evan ketika dia masih muda."

Bernard, Darren, dan Kelly membungkuk pada Marcus.

"Terima kasih atas kebaikan yang sudah Anda berikan pada mendiang ayah dan kakek kami, Tuan. Anda sangat berjasa pada kehidupan kami. Kami tidak akan melupakan jasa dan kebaikan Anda. Izinkan kami membalas semua kebaikan Anda dengan bergabung bersama pasukan cucu Anda," kata Bernard.

"Kalian harus melakukan yang terbaik."

Marcus meninggalkan ruangan bersama Bernard, Darren, dan Kelly untuk berbincang-bincang.

Samuel melenggang pergi karena ingin kembali bertemu dengan cucunya.

Xander menjelaskan mengenai pengamanan kediaman utama pada para pengawal utama, terutama setelah putranya lahir.

Satu per satu meninggalkan ruangan, kecuali Miguel dan Mikael.

"Mikael, mulai sekarang kau akan menggantikan posisi Miguel," ucap Xander.

Mikael sontak terkejut, terdiam selama beberapa waktu. Ia masih merasa bersalah karena dirinya yang paling bertanggung jawab untuk keselamatan Evan Krest dua bulan lalu. Sampai saat ini, ia terkadang masih menyalahkan dirinya sendiri dan dihantui kegagalannya.

Selama dua bulan lamanya, Mikael berlatih keras di bawah bimbingan Miguel. Ia merasa selalu dekat dengan kematian ketika berlatih. Tugas yang diberikan Xander adalah tugas yang sangat berat. Ia ragu dan takut jika tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.

Miguel menoleh pada Mikael sekilas.

"Mikael," panggil Xander.

"Baik, aku menerimanya, Tuan." Mikael membungkuk singkat.

"Mulai hari ini, kau akan menjalankan misi panjang yang sudah kita bicarakan sebelumnya," ucap Xander.

"Baik."

Xander tidak menjelaskan pada Mikael mengenai misi panjang Miguel. Setelah tidak ada yang dibicarakan, ia menemui Lizzy dan putranya.

"Jangan jadi pengecut. Kau menunjukkan dengan jelas jika kau ketakutan dengan tugas barumu." Miguel berjalan keluar dari ruangan utama.

Mikael mengikuti dari belakang.

"Tuan Xander memilihmu karena dia percaya pada kemampuanmu. Kau harus membuktikan jika pilihan Tuan Xander tidak salah. Selain itu, jangan membuatku malu menganggapmu sebagai putraku.”

"Aku mengerti." Mikael mengepalkan tangan erat-erat. "Tugas apa yang diberikan Tuan Xander padamu?"

"Kau bisa menganggapku sudah mati ketika kau tidak melihatku di rumah ini besok pagi." Miguel meninggalkan Mikael, berhenti ketika melihat Mikael tengah menatap Kelly yang sedang menemani Bernard dan Darren berbincang dengan Marcus.

"Kau harus mengungkapkan perasaanmu pada wanita itu secepatnya sebelum kau menyesalinya seumur hidupmu."

Mikael mengalihkan pandangan ketika Kelly menoleh ke arahnya. Ia merasa latihan keras dengan Miguel tidak semenyeramkan dibanding berbicara jujur pada Kelly.

Bab 2

"Tuan, semuanya sudah siap. Kita bisa berangkat kapan pun," ujar Govin.

"Aku mengerti."

Xander menuruni tangga dengan langkah tenang. Para pengawal berjalan di depan dan belakangnya. Setelah Sebastian memberikan seluruh tanggung jawab padanya, ia dituntut untuk bekerja lebih baik.

"Bagaimana dengan Bernard, Darren, dan Kelly?" tanya Xander ketika sampai di lantai bawah.

"Bernard akan bergabung dengan kita secepatnya, sedang Darren dan Kelly masih harus mengikuti beberapa pemaparan."

Xander bertemu dengan Bernard di teras rumah. "Kau tampak cocok dengan pakaian itu, Bernard."

"Terima kasih, Tuan." Bernard mengangguk. Sudah menjadi kesepakatan jika ia akan memanggil Xander dengan sebutan Tuan saat bertugas, terkecuali jika ia dan Xander berbincang secara pribadi.

Xander mendekat pada mobil yang sudah terparkir di depan teras, mengawasi sekeliling. Miguel sudah pergi sejak pagi buta untuk menjalankan misi panjang yang sangat penting.

"Mikael, aku mengandalkanmu," ujar Xander sebelum memasuki mobil.

"Aku mengerti, Tuan." Mikael membantu Xander menutup pintu mobil. Setelah Miguel pergi, ia yang akan menggantikan posisi ayahnya sebagai pelindung sekaligus penyerang Xander.

Rombongan mobil mulai meninggalkan kediaman utama. Lydia melihat dari balkon kamar.

"Ini akan jadi awal yang baru untuk Xander. Ia harus mengambil tugas ini dengan menjalankannya dengan baik."

"Waktu terasa sangat cepat berlalu. Aku masih menganggap Alexander sebagai bayi kecilku. Tanpa kusangka dia memberiku seorang cucu tampan. Meski aku tidak hadir di masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa Alexander, tapi kita akan menemaninya saat merasakan masa-masa sulit ke depan," sahut Lydia.

Lydia bergegas memasuki kamar ketika mendengar cucunya menangis. Ia selalu tampak sibuk setelah putra Xander dan Lizzy itu hadir, menjadi lebih cerewet dari biasanya.

Beberapa menit kemudian, Xander tiba di kediaman utama Ashcroft. Ini akan jadi pertemuan pertama setelah lima bulan lamanya ia berlatih di tempat lain.

"Semua sudah berada di dalam, Tuan," ujar Govin.

Xander merapikan penampilannya sesaat. Ia cukup tegang dengan pertemuan kali ini.

Xander menunggu di depan pintu selama beberapa waktu. Ketika pintu terbuka dari dalam, beberapa pengawalnya masuk lebih dahulu, lalu disusul olehnya dan pengawal lain.

Xander melihat seluruh anggota Ashcroft berbaris di sisi kiri dan kanannya. Ia tak menoleh sedikitpun dan lebih fokus pada kursi di atas panggung.

Hampir semua keluarga Ashcroft tampak terkejut ketika melihat Xander.

"Bukankah Xander terlihat sangat berbeda?" bisik Jasper pada Dalton dan beberapa sepupunya yang lain.

"Kau benar, Jasper. Fisik Alexander menjadi lebih besar dan lebih kekar, disusul kulitnya yang agak coklat. Dia seperti sudah berpergian ke tempat yang sangat jauh," sahut Dalton.

"Tapi, bukankah kita seringkali melihatnya berada di Universe Corporation dan di tempat lain? Apa mungkin selama ini sosok itu adalah sosok palsu?"

Dalton, Jasper, dan keluarga Ashcroft mulai berjalan menuju meja masing-masing.

Darius mengamati anggota keluarganya. "Suasana ini benar-benar terasa sangat canggung."

Hal serupa juga sedang Evelyn rasakan. Ia sangat terkejut ketika melihat yang sangat berbeda.

Waktu berputar dengan cepat hingga hubungan mereka yang dekat berakhir seperti orang asing seperti sekarang.

Evelyn mengelus perutnya, menggenggam tangan Darius.

Xander dan anggota keluarga Ashcroft menikmati makan siang dengan kesunyiaan. Beberapa anggota keluarga Ashcroft saling melirik satu sama lain.

Dalton dan Jasper merasakan aura yang sangat berbeda dari Xander bahkan hanya dengan melihatnya dari jauh sekalipun.

Makan siang selesai dalam waktu lima belas menit kemudian.

Seluruh anggota keluarga sontak berdiri ketika Sebastian dan Marcus memasuki ruangan utama dengan pengawal masing-masing.

"Kakek menginap di rumah Sebastian kemarin. Dia tampak ceria ketika pulang. Aku yakin sudah terjadi sesuatu di sana." Jasper berbisik.

Dalton menoleh pada Xander, berdecak. "Acara ini benar-benar membuatku sangat muak."

Sebastian dan Marcus duduk di atas panggung. Xander dan seluruh anggota keluarga Ashcroft kembali duduk.

"Aku mengumpulkan kalian karena aku memiliki informasi yang sangat penting hari ini," ucap Marcus.

Sebastian berdiri dari kursi. "Mulai hari ini, aku akan menyerahkan tampuk kekuasaan sebagai pewaris keluarga Ashcroft pada putraku Alexander."

Xander seketika berdiri dan seluruh anggota keluarga Ashcroft menoleh padanya.

"Aku sudah memikirkan hal ini dengan baik dan dengan berbagai pertimbangan. Sebelum mengumumkan keputusan ini, aku sudah berdiskusi dengan ayahku sampai akhirnya dia menyetujuinya. Aku memutuskan keputusan ini dengan penuh kesadaran tanpa paksaan siapapun," lanjut Sebastian.

Beberapa anggota keluarga Ashcroft tampak kesal dan tidak sepakat, tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk berbicara. Setelah kekalahan mereka dalam pertarungan beberapa bulan lalu, disusul keputusan Franco, Fabian, dan Felix yang sepenuhnya mengakui Sebastian sebagai pewaris pengganti Marcus, ditambah pengawasan ketat yang dilakukan oleh pasukan Sebastian, mereka merasa tidak leluasa bergerak meski pada dasarnya kehidupan mereka tampak baik-baik saja.

Dalton menatap penuh kebenciaan Darius. Permusuhannya semakin membesar meski Tessa sudah mewanti-wanti agar berdamai.

Xander menaiki panggung, menghadap seluruh anggota keluarga Ashcroft. Ia mendapatkan pisau berukiran naga dari Marcus yang menandakannya sudah sah sebagai pewaris.

Xander maju selangkah setelah Sebastian memberi tanda. "Ini adalah hari pertama aku bertindak sebagai pemimpin keluarga Ashcroft. Aku tahu bahwa kita sudah melewati hari-hari penuh kebencian, amarah, perpecahan dan dendam yang mungkin belum sembuh hingga saat ini, tapi mulai saat ini aku berharap kita bisa menjalani kehidupan sebagaimana sebuah keluarga."

Xander bisa melihat wajah kesal dari sebagian anggota keluarga Ashcroft. "Untuk bisa kembali menyambut ikatan yang sudah lama terputus, dibutuhkan kepercayaan antara masing-masing pihak. Untuk itu, aku akan memberikan kepercayaan pada kalian untuk mengelola setengah dari proyek bisnis yang sedang aku bangun di negara Caldora."

Hampir semua anggota keluarga Ashcroft terkejut. Mereka langsung berbincang satu sama lain. Xander dan Sebastian tersenyum.

"Keluarga kita sebelumnya belum pernah memiliki sebuah proyek bisnis besar di negara Caldora. Ini adalah kesempatan bagus bagiku dan kalian semua untuk melebarkan sayap dan di saat yang sama membina hubungan dengan baik."

"Bagaimana jika kami menolak?" tanya Darius.

Hampir semua anggota keluarga Ashcroft terkejut. Masalahnya mereka belum pernah memiliki kesempatan sebagus ini di negara Caldora.

"Kalian tidak memiliki alasan untuk menolak tawaran ini." Xander tersenyum.

Keluarga Ashcroft saling berbisik, berbincang. Mereka tentu tidak bisa menolak tawaran ini karena sudah bisa menebak besarnya keuntungan yang akan mereka dapatkan.

Xander lebih dahulu berbicara saat melihat Dalton yang akan kembali berbicara. "Semua proses akan dilakukan dengan sangat profesional."

Dalton menggertakkan gigi ketika melihat anggota keluarga yang lain sibuk berbincang satu sama lain.

"Dalton, kita tidak memiliki alasan kuat untuk menolak proyek ini," kata Jasper.

"Alexander ingin membuat kita semua merasa bergantung padanya. Dia sedang melakukan penjajahan pada kita. Aku akan menolak penawaran kerja sama ini."

"Suaramu tidak akan didengar oleh yang lain. Lihatlah dan bukalah matamu lebar-lebar."

Xander tersenyum saat keluarga Ashcroft setuju dengan penawarannya. Rencananya berhasil.

Pertemuan usai setelah berbincang mengenai proyek kerja sama. Sebastian meninggalkan pertemuan lebih dahulu.

"Aku akan sangat menantikan hasil kerja kalian," ucap Xander pada Dalton dan Jasper.

Xander meninggalkan pertemuan, melirik singkat pada Evelyn, tak berkata sepatah kata pun pada wanita itu. Ia tidak memiliki tempat untuk masa lalu sedikit pun.

Di tempat berbeda, Miguel baru tiba di sebuah tempat.

Bab 3

Xander tiba di kediaman utama beberapa menit kemudian. Meski meninggalkan rumah sebentar, ia benar-benar rindu dengan putranya.

Saat memasuki kamar, Xander melihat Lydia tengah memangku putranya. Pemandangan ini benar-benar pemandangan yang begitu menenangkan.

"Kakekmu dan anggota keluarga Hillborn akan berkunjung hari ini. Mereka ingin melihat anggota baru keluarga kita." Lydia tersenyum.

"Kapan mereka akan datang?" tanya Xander seraya mengikuti Lydia keluar dari ruangan. Ia harus sedikit menahan rindu karena Lizzy harus menyusui putranya.

"Mereka sudah berada di Royaltown. Kemungkinan mereka akan tiba beberapa menit lagi." Lydia duduk di sofa. "Bagaimana dengan pertemuanmu dengan keluarga Ashcroft, Alexander?"

"Semua berjalan dengan baik. Mereka sepakat untuk bekerja sama dalam proyek bisnis di negara Caldora. Hanya Dalton yang tampak menolak, tapi dia tidak memiliki kawan yang mendukungnya."

Lydia menghembus napas panjang. "Alexander, aku sebenarnya khawatir dengan keadaan kita, terutama keadaan putramu. Entah mengapa bayangan masa lalu terus menghantuiku. Aku takut jika kejadian naas itu kembali terulang."

Xander menatap pintu kamar. "Aku juga merasakan hal yang sama. Untuk itu, aku melakukan penjagaan dengan sangat ketat.

Sampai saat ini, keluarga Ashcroft masih belum tahu jika aku sudah menikah dan memiliki putra. Mereka tidak memiliki kekuatan apapun lagi untuk melakukan pemberontakan, terlebih setelah Franco, Fabian, dan Felix mengakui status pewaris paman di hadapan keluarga Ashcroft."

Xander menjeda sejenak. "Selain itu, Edward, Caesar, Franklin, dan yang lain juga diawasi sangat ketat oleh pasukanku. Kita bisa melihat aktivitas mereka dengan lebih jelas, terlebih setelah kita memberi tugas pada mereka untuk mengelola proyek di Vistoria, Havreland, dan Lytora."

Lydia menyentuh tangan Xander. "Hal bisa saja terjadi meski kita sudah berencana sesempurna apapun, terlebih tidak adanya Miguel di sisi kita. Aku mengakui kemampuan para pengawal kita, tetapi mereka tetap memiliki keterbatasan."

"Aku mengerti kekhawatiranmu, Bu. Aku pastikan akan menjaga keluarga kita dengan sebaik mungkin."

Xander memejamkan kata sesaat, mengelus tangan Lydia. Ia sudah melakukan pengamanan sebaik dan sesempurna mungkin. Ia tidak akan membiarkan kejadian naas di masa lalu kembali terulang untuk kedua kali.

Keluarga Hillborn tiba beberapa menit kemudian. Inara dan beberapa anggota keluarga wanita tampak antusias. Mereka langsung memasuki kamar. Terdengar jeritan dan decak kagum ketika melihat secara langsung putra Xander dan Lizzy.

Xander berbincang dengan Morgan, Donald, Garrick dan yang lain. Matthias, Daxon, dan yang lain ikut hadir. Mereka mengutarakan kebahagiaan mereka.

Suasana rumah terasa sangat hangat dengan obrolan, doa, dan harapan sampai akhirnya tiba di sebuah momen di mana nama Leonel disebut.

"Sampai saat ini, Leonel masih belum bisa kembali melihat. Ayahnya berusaha untuk mencari donor," ujar Xander.

"Aku masih merasa bersalah karena terlambat mengeksekusi Leonel. Aku seharusnya melakukannya dengan cepat," sahut Morgan.

Xander berlatih di bawah bimbingan Bernard. Ia masih memakai pemberat atas perintah Bernard. Latihan berlangsung dengan panas.

"Aku tidak boleh terlalu santai karena sekarang semua berada dalam kendali dan tanggung jawabku. Aku harus menjadi kuat setiap harinya."

Semua berkumpul di meja makan untuk makan malam. Xander masih membersihkan diri. Ketika keluar, ia melihat Lizzy tengah menyiapkan baju untuknya.

"Aku minta maaf karena terlalu sibuk dengan putra kita."

Xander memakai pakaian, mengecup pelan kening Lizzy. "Aku tidak masalah dengan hal itu. Kau memang harus bertanggung jawab dengan putra kita. Katakan apapun yang kau butuhkan.”

Xander dan Lizzy pergi ke ruang makan bersama putra mereka. Kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat.

Di tempat berbeda, Mikael tengah berada di halaman belakang kediaman utama, memandang ruangan di mana suara obrolan dan teriakan terdengar. Ia tidak mendapatkan informasi apapun dari Xander, Govin maupun Miguel mengenai tugas Miguel hingga kini.

Mikael menghembus nafas panjang. Ketika ia akan berjalan, ia melihat Kelly berjalan dari arah sebaliknya. Pria itu itu segera berbalik, mengambil jalur lain.

"Apa kau sedang menghindariku?" tanya Kelly sambil berkacak pinggang. Suasana sedikit santai sehingga ia tidak perlu terlalu kaku.

Mikael seketika berhenti, melirik Kelly. "Tidak."

Kelly tertawa. "Kau tampak dingin dan sangat kaku, tapi kau memiliki sisi romantis yang membuatku mulai memperhatikanmu. Bagaimana jika kita berjalan-jalan disekitar taman?"

"Kau bisa melakukannya sendiri. Aku memiliki pekerjaan yang penting sekarang." Mikael berjalan.

Kelly berjalan di samping Mikael. "Kau tentu tahu kalau penjagaan sudah sangat ketat dan sebagian pengawal sedang beristirahat."

Mikael dan Kelly berjalan-jalan di halaman. Darren terkejut saat melihat hal itu, tetapi memilih untuk tetap melakukan tugasnya.

Suasana sangat hening antara Mikael dan Kelly. Kelly mulai bosan dan berniat pergi. Akan tetapi, Mikael tiba-tiba berhenti, menghadap ke arahnya dengan tiba-tiba.

Mikael teringat dengan pesan Miguel yang memintanya untuk segera memilih wanita yang akan menjadi istrinya. Ia tidak pernah dekat dengan wanita manapun meski ia hidup di jalanan yang keras dan bebas. Ucapan Miguel terkesan ucapan selamat tinggal baginya.

"Aku ingin meminta maaf jika tindakanku membuat risih. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku sampai aku memotretmu secara diam-diam."

Kelly tersenyum dan hal itu membuat Mikael salah tingkat meski di saat yang sama berusaha untuk tenang.

"Dibanding hal itu, aku ingin mendiang kakekmu. Aku adalah meminta maaf atas meninggalnya orang yang paling bertanggung jawab dalam pengaman kakekmu saat itu. Andai saja aku tidak lengah, mungkin kau tidak akan kehilangan kakekmu."

Kelly mematung sesat. "Aku, ayahku, dan Darren tidak pernah sekalipun menyalahkanmu. Baik kau dan pasukanmu sudah melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Aku, ayahku, dan Darren bisa melihat kesungguhanmu. Meninggalnya kakekku adalah sebuah takdir yang tidak dihalau oleh siapa pun.”

"Setidaknya aku bisa lega setelah mengatakan hal ini padamu."

Mikael dan Kelly kembali berjalan dalam diam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa yang kau suka dariku?" tanya Kelly tiba-tiba.

Mikael seketika terbatuk, terdiam agak lama. Jantungnya serasa akan berpindah ke kerongkongan. "Kau tampak berbeda ketika fokus pada pekerjaanmu. Hal yang utama adalah karena kau mengingatkanku pada ibuku. Dia sosok tangguh meski perlakuannya tidak terlalu baik padaku."

Kelly menyentuh dadanya yang mulai berdebar. Ia tidak tertarik lada Mikael pada awalnya, tetapi semua berubah ketika ia mengetahui jika pria itu selalu memotretnya diam-diam.

"Aku tidak keberatan jika kita saling mengenal lebih dekat." Kelly menahan malu.

"Be-benarkah?"

"Aku tidak keberatan, tapi ayahku sepertinya punya pendapat lain. Jika kau memang menyukaiku, kau harus berbicara padanya lebih dulu."

Kelly meninggalkan Mikael yang tercenung di dekat danau. "Aku tiba-tiba saja berdebar. Aku pasti sudah gila karena berbicara tidak masuk akal."

Mikael tersenyum. Ia seperti memiliki jalan untuk bisa mendapatkan Kelly. Akan tetapi, ia memilih dinding kokoh yang harus dirinya taklukan, yakni Bernard yang tengah menatapnya dingin saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!