Dimas Arthama Jaya adalah CEO Muda sekaligus Pewaris Tunggal dari Group Arthama Jaya. Dimas mengalami kecelakaan pesawat ketika melakukan perjalanan bisnis yang telah dijadwalkan satu bulan yang lalu bersama Asisten Pribadinya yang bernama Edo tidak menyadari jika itu adalah hari terakhir mereka bersama.
Edo yang pertama kali mengetahui ada masalah pada Pesawat yang mereka tumpangi setelah pergi ke arah Kokpit Pesawat menemui Pilot untuk mengganti tujuan mereka segera meminta Dimas yang saat itu sedang mengerjakan pekerjaannya didepan Laptopnya untuk menghentikan semua aktifitasnya lalu segera memakai parasut dan melompat dari Pesawat tersebut.
"Tuan, anda harus segera memakai parasut ini dan segeralah lompat." ucap Edo khawatir.
"Tidak! Apa kau sudah gila?" tanya Dimas heran.
"Saya tidak gila Tuan. Saya serius. Anda harus segera memakai ini lalu lompat." ucap Edo sekali lagi.
"Tidak! Katakan dulu padaku apa yang terjadi?" tanya Dimas yang kebingungan.
"Waktunya tidak cukup untuk menjelaskan semuanya Tuan. Demi keselamatan Tuan, saya mohon pakailah ini." pinta Edo.
Dimas yang kebingungan tidak bergerak sedikit pun dari tempat duduknya dan memilih mengabaikan Edo. Edo yang tidak bisa diam saja terus meminta Dimas untuk menuruti perkataannya. Namun Dimas yang awalnya masih bersikeras meminta penjelasan akhirnya mengalah dan menuruti perkataan Edo.
Edo yang tidak menganggap Dimas hanya sebagai Bos dan Tuannya tapi juga penyelamatnya tidak bisa melihat Dimas meninggal begitu saja. Edo yang berhutang nyawa karena telah diselamatkan saat hampir tenggelam di danau ketika masih kecil pun berjanji pada dirinya sendiri akan terus mengabdi pada Dimas dan bahkan bersedia mengorbakan apapun demi Dimas.
"Baiklah aku akan memakainya tapi kau juga harus memakai parasut juga. Lalu, kita keluar dari Pesawat ini bersama." ucap Dimas.
"Tentu saja Tuan." ucap Edo.
Edo yang tau jika di dalam pesawat itu hanya memiliki satu parasut yang artinya hanya akan ada satu orang yang selamat memilih berpura-pura menuruti perkataan Dimas dan mengorbankan dirinya sendiri.
"Tuan, anda turunlah duluan. Saya akan segera turun setelah anda. Saya harus mengendalikan pesawat ini terlebih dahulu agar Pesawat ini tidak terjatuh. Setelah anda keluar dari Pintu itu, saya akan segera meninggalkan tempat ini dan berlari menyusul anda." ucap Edo pada Dimas.
"Baiklah. Ingat kau harus segera lari setelah aku keluar." ucap Dimas.
"Pasti Tuan." ucap Edo.
Dimas pun bergegas memakai parasut dan berlari ke depan pintu keluar sementara Edo berlari ke arah Kokpit Pilot untuk mengendalikan Pesawat tersebut.
Edo yang tau jika salah satu dari mereka harus tetap tinggal di atas Pesawat untuk mengendalikan pesawat itu karena Pilot yang bertugas mengendalikan Pesawat ternyata telah meninggal karena keracunan dan pesawat tersebut bahkan tak memiliki sistem pilot otomatis sehingga Edo memilih untuk mengorbankan nyawanya demi keselamatan Dimas.
Edo pun menyingkirkan mayat Pilot itu dan menarik kemudi Pesawat. Lalu dengan sekuat tenaga mengendalikan pesawat tersebut lalu menekan tombol untuk membuka pintu kelur yang untungnya tidaklah rusak.
"Aku harus bisa mengendalikan pesawat ini agar Tuanku bisa selamat." gumam Edo.
Kraakkk
(Suara Pintu Pesawat terbuka)
Setelah mengetahui pintunya terbuka, Edo pun segera berteriak dan memberikan kode kepada Dimas untuk segera keluar.
"Tuan! Sekarang!" teriak Edo.
Dimas yang mendengar perkataan Edo pun segera melompat dari dalam Pesawat. Dimas yang tidak terbiasa dengan terpaan angin yang sangat kencang pun berteriak.
"Aarrgghhh!" teriak Dimas.
Dimas yang awalnya terkejut dengan cepat mengendalikan fikiran dan tubuhnya lalu menarik kaitan parasut yang ada di punggungnya dan dalam sekejap parasut itu pun mengembang dan melayang di langit.
Edo yang telah melihat Dimas keluar dari Pesawat itu pun tersenyum bahagia karena telah berhasil melakukan tugas terakhirnya dengan baik.
"Tuan, anda harus bisa selamat dan hidup dengan bahagia. Jangan sia-siakan pengorbananku ini." gumam Edo.
Tidak lama kemudian, Pesawat itu pun mengeluarkan suara yang sangat keras yang menandakan bahwa Pesawat tersebut telah mencapai batasnya.
Edo yang mencoba untuk mendaratkan Pesawat itu dengan aman ternyata tak bisa mengendalikannya lagi hingga terdengar ledakan yang sangat besar dari bagian belakang pesawat tempat bahan bakar Pesawat tersebut berada yang mengakibatkan Pesawat itu pun menukik tajam dengan baling-balingnya terjun bebas ke tanah sehingga membuat Pesawat itu pun berputar-putar di udara.
Edo yang tau jika dirinya tidak akan bisa selamat pun pasrah dan duduk di kursi pilot dengan tenang sambil mengingat kembali kenangan-kenangan bahagia saat dirinya masih menjadi Asisten Pribadi Dimas.
"Kata orang jika kita tiba-tiba mengingat kenangan bahagia ataupun sedih di detik-detik terakhir. Itu artinya hidup kita benar-benar tidak akan lama lagi." ucap Edo menghela nafas.
Pesawat pun terus berbunyi tiada henti dan lampu yang ada di sekitar kokpit pun terus berkedap-kedip tiada henti.
"Selamat tinggal Tuanku!" ucap Edo sambil tersenyum.
Dalam hitungan detik pesawat itu pun menabrak tanah lalu meledak dengan ledakan yang sangat besar hingga membuat semua orang yang disekitarnya terkejut dan berlarian ke lokasi.
Sementara itu, Dimas yang awalnya berfikir jika Edo telah keluar dari Pesawat yang meledak itu pun tersenyum lega tapi saat dirinya memanggil-manggil Edo dan tak ada jawaban membuat Dimas menjadi khawatir.
Dimas pun menoleh ke belakang dan mencari-cari keberadaan Edo tapi tak menemukan apapun. Dimas yang sadar jika Edo masih berada di dalam Pesawat itu pun berteriak dengan sangat keras dan memanggil-manggil nama Edo berulang kali tapi percuma saja karena tidak akan ada seorang pun yang bisa mendengarnya karena gaya gravitasi disekitarnya.
Dimas yang sadar jika Edo telah tiada pun terdiam dan menyesali kebodohannya yang langsung menurut dan tidak memeriksa lagi apakah Edo benar-benar memiliki parasut untuk dirinya.
"Bodoh! Bagaimana bisa kau sebodoh ini? Bagaimana bisa kau tidak mengeceknya kembali?" teriak Dimas pada dirinya sendiri.
Dimas yang merasa sangat sedih dan menyesal tak bisa menahan tangisnya.
"Maafkan aku! Maaf maafkan aku!" ucap Dimas berulang kali.
Ketika Dimas sedang menyesali yang telah terjadi tiba-tiba ada angin kencang yang berhembus ke arahnya dan membuat parasut yang dipakainya terbang tak tentu arah.
Parasut itu pun membawa Dimas terbang ke tengah hutan dan tersangkut di atas Pohon Pinus. Dimas yang masih sadar setelah tersangkut pun mencoba melepaskan diri dari Parasut tersebut dan tak disangka ternyata dirinya pun terjatuh dari atas Pohon Pinus yang sangat tinggi.
"Aaarrrgghhh!" teriak Dimas.
Dimas yang terjatuh dari tempat yang sangat tinggi pun tak bisa menjaga kesadarannya dan akhirnya pun jatuh pingsan.
#**Bersambung#
Jangan Lupa Like, Komen dan Vote ya..
🥰😊😍😘
Terima kasih**
Suara ledakan pesawat yang sangat besar telah mengundang banyak orang datang untuk melihat termasuk warga disekitar, Polisi, Pemadam Kebakaran dan bahkan banyak wartawan yang datang meliput.
Polisi yang berfikir mungkin ada korban lain yang selamat di sekitar tempat jatuhnya Pesawat terbang itu pun menggunakan anjing pelacak untuk mencari.
Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya polisi mendapatkan informasi bahwa ada seseorang yang terjatuh dari atas pohon di dalam hutan setelah tersangkut dari Parasut yang dipakainya.
Polisi dan wartawan yang mengetahuinya bergegas mencari tau akhirnya ditemukan seorang Pria muda yang tergeletak di atas tanah dengan luka di sekujur tubuhnya.
Polisi pun segera mengevakuasi korban dan segera membawanya ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Setelah mengetahui identitas korban, Polisi pun segera memberi tau Keluarga korban tentang kondisi Dimas saat ini.
Pak Antoni yang merupakan Kepala Pelayan dari Keluarga Arthama Jaya mengambil alih tugas meluarga karena Dimas sudah tidak memiliki orangtua lagi meskipun dirinya masih memiliki Paman dan Bibi. Pak Antoni datang menjemput Dimas bersama Dokter Keluarga lalu memindahkannya ke Rumah Sakit terkenal di Ibukota dengan Helikopter Pribadi.
Wartawan yang juga ada di lokasi kejadian saat itu segera merekam kejadian itu dan menjadikannya berita utama karena setelah diketahui bahwa korban adalah seorang CEO Muda sekaligus Pewaris Tunggal dari Arthama Jaya Group yang menjadi orang terkaya di Asia.
Semua stasiun televisi dan berita-berita online menjadi terkejut dan heboh dengan berita itu karena tidak hanya mengetahui bahwa Seorang CEO Muda yang kaya raya mengalami kecelakaan Pesawat tapi juga diketahui bahwa Asisten Pribadinya meninggal dan terjebak di dalam Pesawat hingga tidak menyisakan apapun.
Dimas yang tak sadarkan diri selama beberapa hari setelah kejadian itu pun tidak mengetahui apapun yang terjadi bahkan Dimas tidak tau jika Keluarga Pamannya sedang berusaha menyuap Anggota Dewan dari Perusahaan Arthama Jaya Group untuk memihak padanya.
Pak Antoni yang sibuk mengurus Dimas yang terluka bahkan tidak bisa melakukan apapun lagi setelah mengetahui bahwa Keluarga Paman telah mengakuisisi Perusahaan sehingga membuatnya memiliki saham yang lebih besar daripada Dimas.
Guntur Arthama Jaya dan Istrinya, Selena Arthama Jaya yang telah menunggu momen ini dengan cepat dan rapi membuat Keluarganya menjadi Pemilik Perusahaan Arthama Jaya Group dan Putranya, Heru Arthama Jaya sebagai Pewaris Tunggal Arthama Jaya Group menyingkirkan Dimas dari Posisi yang selama ini menjadi miliknya.
Pak Antoni yang telah berusaha mengambil alih Perusahaan itu kembali ketangan Dimas ternyata mendapatkan balasan yang tidak terduga. Pak Antoni pun dilaporkan kepolisi atas tuduhan sebagai otak dari Kecelakaan yang dialami Dimas.
Pak Guntur yang merupakan Paman Kandung Dimas memanipulasi bukti yang ada sehingga membuat Pak Antoni yang menjadi Pelakunya. Pak Guntur yang tidak terima jika Dimas masih memiliki orang-orang yang dapat dipercayainya memilih untuk menghabisi semuanya karena Pak Guntur ingin sekali melihat kehancuran Dimas.
Dimas yang akhirnya sadar keesokan harinya pun menjadi sangat terkejut saat dirinya tak bisa menggerakkan kakinya. Dimas yang sangat terkejut pun berteriak dengan sangat keras sehingga membuat Dokter dan Perawat yang berjaga segera datang ke ruangannya.
Dokter dan Perawat pun segera membawa Dimas menggunakan kursi roda lalu melakukan tindakan pengecekan menggunakan Sinar X-Ray untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.
Setelah beberapa jam berlalu, Dimas yang telah selesai melakukan Pemeriksaan dikembalikan lagi ke kamarnya. Dimas diberikan sebuah obat yang membuatnya menjadi sangat mengantuk hingga akhirnya tertidur dengan lelap.
Keesokan harinya, Dimas yang sangat penasaran akan penyakitnya meminta Dokter dan Perawat segera memberikan hasil Periksaannya tapi karena hasilnya belum keluar Dokter dan Perawat meminta Dimas untuk tetap istirahat dan bersabar.
Dimas yang ingat tentang Pak Antoni yang telah membantunya selama sakit pun bertanya pada Perawat yang berjaga. Perawat itu tidak mengatakan apapun sehingga membuat Dimas semakin penasaran. Dimas yang merasa bosan pun meminta dihidupkan televisi tapi Perawat itu menolak dengan alasan jika dirinya masih memerlukan istirahat yang cukup.
Dimas yang memang merasa belum terlalu pulih pun mengangguk setuju dan segera meminum obat yang diberikan oleh Perawat itu. Setelah meminumnya, Dimas merasa sangat mengantuk dan akhirnya tertidur.
Setelah beberapa jam berlalu, Dimas yang tertidur pun terbangun karena mendengar ada seorang wanita yang telah paruh baya berbicara dengan seorang pemuda dan sepertinya mereka adalah ibu dan anak.
Dimas yang ingin sekali melihat siapa orang yang sedang berbicara di samping tempat tidurnya itu pun ternyata tidak bisa membuka mata dan mengatakan apapun bahkan Dimas merasa seluruh tubuhnya menjadi sangat kaku sehingga sangat sulit untuk digerakkan yang membuat Dimas hanya bisa diam mendengarkan sambil menerka-nerka siapa orang yang sedang bicara itu.
"Bagaimana? Apa kau sudah mengetahui hasilnya?" tanya Bu Selena.
"Sudah, Bu." jawab Heru senang.
"Cepat katakan! Bagaimana?" desak Bu Selena.
"Dimas di vonis Dokter tidak akan bisa berjalan lagi disebabkan benturan keras yang diterima oleh kakinya. Saat ini Dimas telah menjadi orang lumpuh." ucap Heru.
"Benarkah itu? Bagus sekali. Ibu sangat senang mendengarnya." ucap Bu Selena.
Dimas yang berdiam di ranjangnya pun tidak bisa menerima semua yang telah didengarnya. Dimas yang diam saja dari tadi ternyata telah bisa menebak jika orang itu adalah Bibi dan juga Sepupunya, Heru Arthama Jaya.
'Apa? Aku lumpuh! Tidak bisa! Aku pasti bisa berjalan lagi. Aku tidak mau menjadi orang cacat!' ucap Dimas dalam hati.
Ketika Dimas sedang tenggelam di dalam fikirannya sendiri, Dimas merasakan adanya aura membunuh dan mencengkam yang sangat pekat di sampingnya yang membuat Dimas bersyukur jika saat ini dirinya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Tentu saja, Bu. Sekarang kita habisi saja dia. Aku sudah tidak sabar lagi melihatnya mati di tanganku ini." ucap Heru.
"Tenanglah. Kau tidak boleh melakukan itu. Saat ini semua media sedang menyorotinya dan jika dirinya diketahui meninggal karena dibunuh maka Keluarga kita akan menjadi sorotan semua orang." bujuk Bu Selena.
"Tapi Bu. Aku tidak ingin melihatnya lagi di depan mataku. Aku sangat membencinya. Dia merebut semua perhatian, pujian bahkan posisi yang sangat aku inginkan. Aku selalu kalah darinya dan telah bersumpah pada diriku sendiri jika suatu saat aku akan bisa merebut semuanya dan membuatnya menjadi sampah yang tidak berguna." ucap Heru penuh dengan dendam.
"Bukankah sekarang kau telah menjadi pemenangnya? Sementara dia telah kalah." ucap Bu Selena.
"Ibu benar. Aku lah pemenangnya sekarang dan dia lah pecundangnya." ucap Heru dengan tawa yang sangat keras.
Setelah puas menghina Dimas, Heru dan Bu Selena pun pergi dari ruangan itu dengan wajah senang dan bahagia.
Dimas yang mendengar perkataan Heru menjadi sangat marah dan ingin sekali memukul wajah Heru hingga babak belur dan menangis hingga membuat Heru harus bersujud lalu memohon ampun padanya.
'Sial! Awas saja! Akan aku balas semua perbuatan kalian!' ucap Dimas dalam hati penuh tekad.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya Dimas perlahan dapat membuka matanya dan bergerak kembali meski harus tetap bersabar hingga kondisinya benar-benar sehat kembali.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik dengan tubuh yang tinggi dan sexy datang. Wanita itu memakai pakaian yang sangat mini sehingga membuat beberapa bagian tubuhnya menonjol dan terlihat dan membuar semua orang yang melihat tidak akan bisa berhenti menatapnya.
Tookk...Tookkk...Tokkkk
(Suara Pintu)
"Apa aku boleh masuk?" tanya wanita cantik.
#**Bersambung#
Jangan Lupa Tekan LIKE, KOMEN, VOTE..
🥰😍😘😚
Terima kasih**
Dimas yang baru saja ingin menjawab pertanyaan tidak menyangka jika wanita itu langsung masuk tanpa persetujuan terlebih dahulu. Dimas yang mengetahui siapa yang datang tidak mempermasalahkannya bahkan merasa sangat senang.
Dimas tidak menyangka jika wanita yang datang adalah Kekasihnya sendiri. Wanita yang telah dipacarinya selama beberapa tahun terakhir datang menjenguknya dan membuat Dimas yang awalnya sedih menjadi ceria kembali. Wanita itu tidak lain adalah Clara Priscilia yang merupakan seorang Beauty Vlogger yang sangat dikagumi banyak orang karena kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya.
"Clara! sayang!" ucap Dimas terkejut.
Clara yang melihat Dimas terbaring di atas ranjang Rumah Sakit membuatnya merasa tidak nyaman.
Tak lama kemudian, Perawat pun datang bersama seorang Dokter. Perawat tersebut datang membawakan sebuah berkas dengan lembaran-lembaran kertas di dalamnya. Dimas sudah bisa menebak apa isi kertas itu karena dirinya telah mendengar semuanya dari Bu Selena dan Heru.
Dokter dan Perawat itu ingin membacakan hasil dari Pemeriksaan Dimas tapi setelah melihat ada orang lain disana pun segera melihat ke arah Dimas seolah meminta persetujuan. Dimas yang mengerti pun mengangguk setuju.
Clara yang sebenarnya telah tau apa yang akan dikatakan oleh Dokter dan Perawat itu berpura-pura tidak tau dan hanya duduk diam mendengarkan di sofa di pojok ruangan Rumah Sakit itu.
"Maafkan kami Pak Dimas. Berdasarkan hasil dari Pemeriksaan X-Ray anda kemarin. Anda mengalami Kelumpuhan yang disebabkan karena benturan yang sangat keras pada kaki anda." ucap Dokter.
"Tidak! Saya masih bisa sembuhkan, dok?" tanya Dimas khawatir.
"Itu bisa saja terjadi jika anda mengikuti terapi yang kami berikan." ucap Dokter.
"Benarkah itu Dok. Kira-kira berapa lama aku harus menjalani terapi itu Dok?" tanya Dimas semangat.
"Mungkin sekitar 3 bulan, Pak Dimas." ucap Dokter.
Dimas yang sangat senang karena dirinya masih memiliki harapan untuk sembuh dan dapat berjalan kembali seperti semula.
Setelah memeriksa keadaan Dimas, Dokter dan Perawat itu pun keluar dari ruangan dan hanya menyisahkan Clara dan Dimas berdua saja.
Clara yang mendengar perkataan Dokter itu menjadi tidak senang karena dirinya ingin sekali jika Dimas lumpuh selamanya dan tidak akan bisa berjalan lagi lalu menjadi orang yang tidak berguna.
"Sayang, apa kau mendengarnya tadi? Aku pasti dapat sembuh dan berjalan lagi." ucap Dimas senang.
"Berhenti memanggiku sayang!" tegas Clara kesal.
Dimas yang bingung dengan nada bicara Clara pun terdiam. Dimas yang merasa jika Clara adalah wanita yang baik hati dan lembuh lembut tidak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.
"A-Apa maksudmu sayang?" tanya Dimas bingung.
"Aku ingin kita putus!" ucap Clara tanpa ekspresi.
"Apa? Tidak!" teriak Dimas.
Dimas yang telah sangat senang mendengar dirinya dapat berjalan kembali tiba-tiba menjadi sangat terkejut karena dirinya sama sekali tidak mengetahui alasan dari wanita yang selama ini dicintainya meminta putus darinya.
"Aku tidak perduli, kau setuju atau tidak. Aku sudah mengatakannya jadi terima saja." ucap Clara berbalik.
"Tidak! Aku tidak bisa menerima permintaan putusmu yang sepihak ini. Apa salahku? Kenapa kau tiba-tiba meminta putus?" tanya Dimas yang bingung.
"Ini oclbukan hal yang tiba-tiba. Aku sudah ingin putus darimu sejak lama. Aku selama ini tidak mencintaimu dan aku hanya memanfaatkanmu. Aku mencintai orang lain." ucap Clara.
"Apa? Tidak mungkin! Bagaimana kau bisa begitu tega mengatakan itu padaku di saat seperti ini?" tanya Dimas marah.
"Tega? Mungkin benar! Itu semua karena aku tidak perduli padamu." ucap Clara berjalan ke pintu.
Ketika Dimas sedang mencoba menahan kepergian Clara tiba-tiba pintu Ruangan itu pun terbuka dari luar. Dimas yang melihat seorang Pria Muda yang tidak asing lagi baginya masuk membuat amarahnya memuncak.
"Lama sekali! Apa kau tidak bisa lebih cepat lagi?" tanya Heru kesal.
"Maafkan aku sayang. Sekarang telah selesai, kita bisa pergi sekarang." ucap Clara dengan senyum menggoda sambil merangkul lengan kanan Heru.
Dimas yang sudah bisa menebak semuanya merasa masih harus mendengar semua kenyataan itu secara langsung meskipun dirinya tau jika kenyataan itu pasti sangat menyakitkan.
"Tunggu! Apakah dia orang yang kau cintai itu?" tanya Dimas ragu.
"Agh, kau belum mengatakan semuanya sayang." ucap Heru dengan tatapan meremehkan yang diarahkan kepada Dimas.
"Aku malas mengatakannya. Lagipula itu tidak penting." ucap Clara santai.
Heru yang mendengar penjelasan Clara mulai berfikir untuk membuat Dimas semakin terpuruk dan terjatuh. Heru memutuskan untuk menceritakan semua yang telah mereka berdua lakukan dibelakang Dimas tanpa sepengetahuannya.
"Benar. Aku lah Pria yang dicintainya selama ini. Sebenarnya aku dan Clara telah menjalin hubungan satu bulan lebih awal sebelum kau mengenalnya. Apa kau tau? Aku lah yang meminta Clara untuk menggodamu dan membuatmu jatuh cinta padanya." ucap Heru.
"Tidak mungkin!" teriak Dimas tidak percaya.
Clara yang melihat Dimas tidak percaya pun berinisiatif untuk membantu Heru mengatakan yang sebenarnya.
"Apanya yang tidak mungkin? Semuanya tentu mungkin terjadi. Aku tidak mencintaimu sama sekali. Aku hanya menyukai uangmu saja tapi sekarang kau tidak memiliki apapun lagi." ucap Clara.
"Apa maksudmu?"tanya Dimas.
"Ah, kau pasti belum tau rupanya. Posisimu sebagai CEO di Perusahaan Arthama Jaya Group telah digantikan oleh ayahku dan statusmu sebagai Pewaris Tunggal dari Arthama Jaya Grouo telah menjadi milikku." ucap Heru bangga.
"Kau!" teriak Dimas marah.
Dimas yang marah pun mencoba menggenggam kerah baju Heru dan menghajarnya tapi karena kakinya yang lumpuh akhirnya Dimas pun terjatuh dari ranjang rumah sakit. Heru dan Clara yang melihatnya pun tertawa bahagia.
"Pria miskin, cacat dan tidak memiliki apapun sepertimu tidak pantas memilikiku." ucap Clara berjalan keluar pintu bersama Heru.
Dimas yang mendengar perkataan Clara menjadi marah dan murka. Dimas tidak menyangka jika wanita yang selama ini dicintainya berhati busuk dan hanya menginginkan hartanya saja.
Lalu, tiba-tiba Dimas mengingat tentang Pak Antoni yang sudah beberapa hari tidak terlihat. Heru yang mendengar gumaman Dimas yang menyebut nama Pak Antoni pun segera berbalik arah meninggalkan Clara sendiri.
"Apa kau merindukan Tua Bangka itu? Aku akan memberitaumu sesuatu jika Tua Bangka itu saat ini sedang membusuk di dalam penjara dan sebentar lagi akan dihukum mati karena telah dituduh melakukan Percobaan Pembunuhanmu yang mengakibatkan satu orang meninggal." ucap Heru.
"Tidak! Pak Antoni tidak mungkin melakukan itu!" teriak Dimas menyangkal.
"Tentu saja pelakunya bukanlah Tua Bangka itu. Apa kau ungin tau siap?" tanya Heru dengan senyum jahatnya.
"....." Dimas diam.
"Kecelakaan Pesawat itu adalah hasil perbuatan ayah dan ibuku yang merupakan Paman dan Bibimu." ucap Heru berbisik di telinga Dimas.
Dimas yang mendengar perkataan Heru tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dimas pun mengeluarkan kata-kata kasar dan makian berulang kali kepada Heru tapi Heru yang tidak perduli malah tersenyum senang lalu berjalan keluar meninggalkan Dimas sendiri.
"Ayo kita pergi sayang." ucap Heru pada Clara lalu merangkul pinggangnya dan berjalan keluar ruangan.
'Ternyata semua ini adalah perbuatan dari paman dan bibiku. Padahal selama ini aku sangat menghormati dan menghargai mereka. Tidak disangka ternyata mereka yang merencanakan kematianku.' ucap Dimas dalam hati.
Dimas yang tidak bisa kehilangan orang yang dipercayainya lagi pun mencoba menghubungi Kantor Polisi dan mengatakan jika Pak Antoni bukanlah pelakunya tapi Paman dan Bibinya.
#**Bersambung#
Jangan Lupa Tekan LIKE, KOMEN, VOTE..
🥰😍😘😚
Terima kasih**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!