Selepas pulang kuliah entah kenapa sore itu menjadi sore yang cukup melelahkan bagi Mikayla. Bagaimana tidak, jadwal kuliah hari ini membuatnya berpikir keras, terlebih lagi hatinya juga cukup lelah melihat sosok cowo yang dia sukai sering terlihat didekati para gadis-gadis cantik yang terbilang mencari perhatiannya.
Mikayla atau biasa dipanggil Kayla adalah seorang gadis ceria yang saat ini berusia 20 tahun. Kayla anak periang, rendah hati dan juga sangat menyayangi orangtuanya. Sampai hal yang menurut orangtuanya baik dia pun akan menurutinya, tapi dibalik itu semua dia bisa menjadi sosok yang berbeda jika ada orang yang membuatnya tak nyaman.
"Hati dan pikiran kenapa harus samaan begini lelahnya" keluh Kayla sembari membaringkan tubuhnya diatas kasur.
"Permisi masuk ya" ijin Anggara memasuki kamar adiknya itu tanpa mengetuk pintu.
Anggara adalah kaka laki-laki Mikayla yang berusia 27 tahun dan dia sudah bekerja disebuah perusahaan. Anggara memiliki sikap dewasa namun jika ada hal yang perlu dia tau dia akan segera mencari tau.
"Tau kan cara ketuk pintu?" tanya Kayla sedikit jutek, Kayla adalah sebutan nama singkat dari Mikayla dan itu diciptakan oleh kakanya.
"Tau, tadi kaka udah ketuk pintu kamu ga jawab ya udah kaka langsung masuk aja. Ada yang mau kaka tanyain soalnya kaka penasaran liatnya" jawab Anggara sambil tersenyum manis.
Kayla mengerutkan dahinya, entah apa yang membuat kakanya itu penasaran.
"Penasaran soal apa?"
"Belakangan ini kaka sering banget liat keluhan dari muka kamu, kamu kenapa? pasti bukan soal tugas kuliah kan?"
Sebenarnya Kayla sedikit malas menjawab pertanyaan kakanya itu, rasa lelah yang dirasanya sekarang seolah ingin dibuang jauh dengan terlelap dalam tidur.
"Aku cape ka, lain waktu ya aku jawab. Bisa kan keluar dari kamar aku sekarang?" pinta Kayla dengan lembut.
"Ya udah kamu istirahat, tapi jangan terlalu dipendem ya. Kalau mau cerita kaka siap dengerin" ucap Anggara yang dijawab dengan anggukan kayla.
Tanpa disadari Kayla langsung terlelap dalam tidurnya rasa lelah membuatnya merasa mengantuk dan semoga rasa lelah itu bisa hilang saat ia bangun nanti.
***
Papa, mama dan Anggara menunggu Kayla dengan tak sabarnya karna jam makan malam sudah lewat beberapa menit dari jam makan biasanya, Anggara bermaksud menyusul Kayla tapi terlambat karna Kayla sudah berada dihadapannya.
"Kamu tumben terlambat, biasanya paling absen duluan kalau soal makan" ledek Mama Adira. mama paling sabar dan paling tenang menghadapi karakter anak-anak nya.
Dengan senyuman tanpa menjawab pertanyaan Mama Adira Kayla pun duduk bersama dengan keluarganya dan menikmati makan.
"Kuliah kamu gimana ? lancar kan?" tanya papa Dito.
"Pasti cape ya banyak tugas, semangat ya" Mama Adira memberi semangat.
"Makasih ma" ucap Kayla dengan nada ceria walau sejujurnya hatinya sedang tak begitu ceria.
"Pinternya anak Mama, Anggara juga ya" puji Mama Adira sambil memandang ke arah Anggara karna ia takut anak pertamanya itu akan iri pada Kayla dengan ucapannya.
"Ya udah, lanjutin makanannya kalau udah selesai langsung istirahat" perintah Papa Dito.
"Iya pa" Anggara dan Kayla menjawab bersamaan.
Walaupun Papa Dito mempunyai wajah serius dan nada bicaranya tegas tapi sebenarnya ia orang yang paling perhatian terutama pada anak-anaknya. Keluarga Kayla memang bukan berasal dari kalangan berada, Papa Dito hanya mempunyai beberapa usaha sembako dan usaha itu menjadi ladang pencarian nafkah.
***
Disela-sela waktu sarapan pagi Kayla yang pagi itu terlambat bangun begegas pergi tanpa memakan sarapannya sedikitpun. Jadwal kuliah pagi membuatnya harus cepat-cepat sampai dikampus.
Diperjalanan didalam mobil Kayla tak henti-hentinya melihat jam ditanganya berharap waktu bisa berjalan lambat tapi mustahil dirasa karna semakin dia sering melihatnya semakin waktu bergerak lebih cepat.
Sesampai dikampus ia pun bergegas berlari kecil menuju kelas dan harapannya saat itu kelas belum dimulai. Dan setiba didepan pintu kelas Kayla begitu terperangah melihat kelas dalam keadaan kosong.
"Kenapa kosong? aku ga salah jadwal kan? tapi beneran ko pagi ini ada kelas" gumam Kayla dengan wajah kebingungan.
"Dddaaaaarr......." sebuah suara mengangetkan Kayla. Ya siapa lagi yang mengangetkan Kayla kalau bukan dua sahabatnya Kirana dan Yasmin. Mereka bersahabat dari masih berseragam putih abu. Sebuah keberuntungan bagi mereka bertiga masih bersama bahkan sampai bisa kuliah ditempat yang sama.
"Kalian ya bikin kaget tau" protes Kayla sambil mencubit kecil dua sahabatnya itu yang dibalas dengan sebuah tawa jail.
"Lo ngapain sih diem didepan kelas gini? ah pasti lo ga cek handphone kan? jadi kaya orang bingung gini" ledek Yasmin dengan gaya melipat kedua tangannya.
"Emang ada info apa? tadi aku kesiangan bangun jadi ga sempet cek handphone" tutur Kayla pada dua sahabatnya.
"Kayla cantik, Pak Hardi pagi ini ijin ga masuk" ucap Kirana dengan santainya.
"Hahhhhh... ada apa dengan pagi ini, udah bangun kesiangan sampe kampus dosennya ga masuk pula ahhhh" keluh Kayla.
"Kita kekantin aja yuk, daripada lo ngeluh gini mending makan dikantin kali ini gue yang traktir" ajak Kirana yang seketika membuat dua sahabatnya itu heran mendengarkanya.
Dikantin kampus
"Ini mba Kirana pesanannya, 3 porsi nasi goreng dan minumannya" ucap Mba Nina salah satu penjual makanan dikantin.
"Makasih Mba"
"Yas, kamu lupa ga hari ini ada hari spesial apa? soalnya aku ngerasa hari ini ya hari biasa aja" tanya Kayla pada Yasmin.
"Mungkin dia lagi jatuh cinta kali" tebak Yasmin sambil memainkan handphonenya.
"Kenapa bisa tepat banget tebakan lo yas" ucap Kirana.
"Jadi kamu beneran lagi jatuh cinta? sama siapa? anak kampus kita? jurusan apa? atau dia senior kita?" tanya Kayla bertubi-tubi.
"Ga ada hubunganya sama orang-orang dikampus kita" ucap Kirana sambil melahap makanan didepannya.
"Terus siapa?" tanya Yasmin dan Kayla bersamaan.
"Dia atasan sekaligus temen Kak Rafa, kemarin gue dateng ke kantor Kak Rafa buat minta jatah jajan mingguan dan disana gue ketemu pangeran ganteng parah ya bisa disamakan sama oppa Hyun bin lah kegantengannya"
"Sejak kapan lo tau oppa Hyun bin? bukannnya yang lo tau oppa Didi?" ledek Yasmin.
"Oppa Didi itu kakek gue, rese banget sih lo pada" ujar Kirana yang dibalas tawa dari sahabatnya.
Mereka bertiga berbincang-bincang dengan asiknya sampai sebuah suara handphone milik kayla mengalihkan obrolan mereka.
"Stttt, mama aku telpon. jangan berisik" pinta Kayla pada sahabatnya.
"Ya ma ada apa?"
"Kamu udah selesai kuliah?"
"Udah selesai ko Ma kebetulan hari ini dosenya ga ada, kenapa?"
"Cepatan pulang ya, ada hal penting yang mau Mama sama Papa bicarain"
"Soal apa?"
"Pokoknya pulang sekarang ya , Mama tunggu bye sayang"
Telpon pun terputus. Kayla merasa ada yang aneh dengan sikap Mamanya karna tidak seperti biasanya Mamanya meminta kayla untuk segera pulang.
"Aku pulang duluan ya" pamit Kayla sambil merapihkan barang-barangnya.
"Emang ada apa?" tanya Yasmin.
"Gak tau, katanya ada hal penting yang mau dibicarain"
"Jangan-jangan mau dijodohin lagi" gumam Yasmin yang tak sadar didengar Kayla.
"Aku denger ya, jangan so tau deh"
"Kan gue coba tebak-tebak aja"
"Tapi kalau beneran gimana?hah, ga kebayang kalau loe bakal terjebak sama perjodohan. Apalah arti mencintai Vano kalau akhirnya perjodohan lah yang memutuskan akhir cinta itu" ucap Kirana meledek.
"Apaan sih, bahas yang mengada-ada. Kalian bakal seneng gitu kalau aku beneran dijodohin?"
"Ya ga apa-apa, kalau seandainya beneran lo dijodohin ya tandanya jodoh lo memang dia" tutur Yasmin.
"Udah ah kalian berhalusinasi mulu dari tadi" protes Kayla.
"Kita kan cuma bercanda"
"Udah ah aku pergi dulu. bye"
"Bye"
Entah kenapa sepanjang jalan menuju tempat parkiran Kayla memikirkan ucapan sahabatnya. Mana mungkin orangtuanya menjodohkannya dengan seseorang yang tak dicintainya.
Tapi Kayla menepis pikiran itu, lagipula perjodohan dizaman sekarang mana mungkin masih ada. Pikir Kayla.
***
VISUAL TOKOH
Kayla
Dirga
Yasmin
Kirana
Anggara
Vano
Pak Tedi sudah berdiri siap menunggu kedatangan mikayla diparkiran kampus. Pak Tedi adalah supir terpercaya papa Dito yang sudah bekerja selama beberapa tahun ini.
"Maaf pak, nunggu lama ya" ucap Kayla yang disambut senyum oleh Pak tedi.
Didalam mobil Kayla tampak sibuk melihat pemandangan dibalik jendela. Dipandanginya barisan pohon hijau disekitaran jalan dan aktivitas orang- orang yang tengah bekerja merapihkan helai dedauan yang terjatuh dijalanan. Tiba-tiba mobil terhenti dan Pak Tedi pun segera mengecek kondisi mobil. Kayla yang mulai jenuh diam didalam mobil memutuskan untuk keluar.
"Apa ada yang rusak Pak?" tanya Kayla
pada Pak Tedi yang sedang sibuk mengecek kondisi mobil.
"Iya non, saya barusan sudah menghubungi montir langganan Bapak untuk memperbaiki, non Kayla apa mau saya pesankan taxi? sepertinya butuh waktu cukup lama untuk memperbaikinya"
"Ga perlu Pa . Kayanya aku mau nunggu sambil makan bakmi disana. Soalnya belum sempet makan tadi dikampus. Pak Tedi sudah makan belum?"
"Sudah non"
"Kalau begitu, aku kesana dulu ya pa kalau selesai cepet telpon ya pak"
"Baik non"
Seporsi bakmi sudah tersaji didepan mata tanpa lama-lama Kayla menyantap bakmi itu dengan lahapnya. Wajar saja tadi pagi dia tak sempat sarapan bahkan dikampus pun Kayla hanya menikmati 2 sendok nasi goreng traktiran kirana.
Dimeja sebelah sepasang kekasih mengalihkan fokus makan Kayla. Bagaimana tidak kekasih lelaki yang ia lihatnya itu sedang asik mengeluh tiada hentinya.
"Kamu kenapa ajak aku ketempat makan gini sih, kamu kan direktur perusahaan masa makan ditempat begini. Harusnya kita tuh makan direstoran mewah bukan disini,malu dong sama penampilan kamu" keluh wanita manja itu namun lelaki itu mengacuhkan keluhannya.
Dilihat dari penampilan mereka berdua memang berasal dari kalangan atas namun tak semestinya sikap wanita itu mengeluh dengan seenaknya tanpa bersyukur dengan apa yang dia dapat. Pikir Kayla.
20menit sudah berlalu. Pak Tedi mengabari kayla bahwa mobil sudah selesai diperbaiki. Kayla pun bergegas pulang karna Mama Adira dan Papa dito sudah menunggunya.
Tiba dirumah Kayla berlari kecil memasuki rumah dan seketika pandangannya terfokus pada sosok lelaki paruh baya teman dekat Papa Dito yaitu Pa Adnan. Papa Dito yang sudah menyadari kedatangan Kayla menyuruhnya untuk menyapa teman baik papanya itu. Kayla pun bergegas menghampiri untuk memberi salam.
"Halo om " sapa Kayla sembari mengecup punggung tangan Pak Adnan.
"Hai kayla. gimana kabar kamu?"
"Baik om"
"Makin besar kamu makin cantik ya, pasti banyak yang antri untuk jadi pujaan hati kamu" puji Pa Adnan yang membuat Papa Dito tertawa.
"Om bisa aja. Pa aku kekamar dulu ya" pamit Kayla.
"Pasti dia sudah punya pacar ya? tidak mungkin kalau sampai tidak punya" tanya Pak Adnan saat Kayla sudah berlalu pergi.
"Kau bisa saja, tapi aku tidak mengijinkan dia pacaran dengan siapapun dulu"
"Kenapa?"
"Aku takut nanti dia patah hati karna mendapatkan laki-laki yang tidak baik"
"Oh begitu. Tapi apa kau akan mengijinkan Kayla berpacaran kalau lelaki itu adalah pilihanku?"
"Maksudmu? memang siapa pilihanmu yang ingin kau jodohkan dengan kayla"
"Anakku"
"Anakmu? maksudmu Dirga"
"Benar. Sebenernya aku sudah merencanakan ini sejak lama. Aku sudah mengenal Kayla sejak kecil ya walau kita beberapa tahun tidak bertemu tapi aku yakin dia anak baik patuh dan juga cantik"
"Memang benar"
"Jadi apa kau setuju dengan rencana ku? karna aku sangat menyukai Kayla, jadi aku ingin menjadikan dia menantuku"
"Aku bingung harus menjawab apa. Karna aku tak ingin memaksa Kayla soal jodohnya tapi aku juga tidak mau jika Kayla mendapat laki-laki yang tidak baik"
"Maka dari itu kita jodohkan saja mereka"
"Nanti aku bicarakan dengan istriku dulu. Tapi sebelumnya aku ingin bertanya, apa kau nanti tidak malu jika mempunyai besan yang bukan dari kalangan bisnis seperti ku? aku hanya pemilik toko sembako saja"
"Siapa yang peduli soal itu. Aku hanya ingin Dirga mendapat yang terbaik untuk mendampinginya"
"Baiklah aku mengerti"
"Duh asik banget ngobrolnya. Ini cemilannnya" ucap Mama Adira menyajikan cemilan pada suami dan sahabatnya itu.
"Pa apa Kayla sudah pulang" tanya Mama Adira pada Papa dito.
"Sudah, sekarang dia ada dikamarnya"
Mereka bertiga akhirnya melanjutkan obrolan. Dan setelah berbincang lama Pa Adnan pun memutuskan untuk pamit pulang.
***
Makan malam itu hanya diiringin suara sendok dan garpu. Tak ada obrolan ringan yang biasa terhiasi, Papa Dito dan Mama Adira saling adu pandang mereka bingung harus memulai obrolan mereka darimana.
flashback on
"Mah, Papa berencana akan menjodohkan Kayla dengan Dirga" ucap Papa Dito memulai obrolan. seketika Mamah Adira yang tengah asik menonton tv langsung memandang kearah papa dito.
"Papa apa sih main jodoh-jodohin anak kita segala. Mamah gak setuju, anggara aja belum nikah Pa"
"Papa juga tau, tapi ini kan hanya rencana aja. lagi pula kita belum tanya Kayla apa dia mau atau gak terima perjodohan ini"
"Papa ini gak modern banget sih pikirannya, jelas pasti Kayla nolak lah"
"Mama jangan asal ngomong kan belum tentu Kayla nolak"
"Terserah Papa aja, tapi kalau Kayla nolak Papa gak boleh rubah keputusan dia"
"Liat nanti aja"
"Pa, kalau Anggara tau soal ini gimana ya perasaan dia? pasti dia sedih"
"Mama baperan banget sih, Anggara kan laki-laki dia udah dewasa kalau dia ngerasa sedih berarti pertanda dia itu harus cepet-cepet nikah"
"Tapi Anggara punya pacar gak ya Pa? Mama jadi khawatir sama anak bujang Mama"
"Bujang tua maksudnya"
"Ih Papa anak sendiri kok diledek bujang tua sih"
"Maaf bercanda. Ya udah nanti malem kita tanya soal perjodohan dulu sama Kayla trus nanti kita bahas soal Anggara"
"Hmm"
flashback off
Disela makan malam Papa Dito berencana akan membahas soal perjodohan dengan Kayla namun saat Papa Dito akan memulai pembicaran Kayla dengan cepat bertanya soal keberadaan kakanya yang tak ikut makan malam bersama mereka.
"Ka Anggara kemana ma? kenapa gak ikut kita makan?"
"Kaka kamu masih ada kerjaan dikantornya, mungkin sebentar lagi pulang"
"Oh"
"Kay, kamu belum punya pacar kan?" tanya Papa Dito membuat Kayla tersedak dan langsung menenguk minumannya.
"kenapa Papa nanya itu? jelas belum punya, kenapa? emang Papa mau ijinin Aku pacaran?"
"Iya"
"Serius?" Kayla begitu antusias dengan ucapan Papanya.
"Dengan syarat Kamu harus terima perjodohan Papa"
"Apa? perjodohan?" Kayla mencoba mencerna ucapan Papa Dito, dia tak menyangka ucapan sahabatnya itu benar-benar nyata saat ini.
"Kamu mau kan? namanya Dirga, dia anak om Adnan. Papa yakin kamu pasti suka"
"Daripada aku harus terima perjodohan ini lebih baik aku gak pacaran" tolak Kayla dengan tegas.
"Tuhkan mama bilang apa, anaknya pasti nolak" ucap Mama Adira dengan senyuman kemenangan.
"Anak sama ibu sama aja. Papa itu mau Kayla dapat laki laki yang baik, dijodokan bukan berarti Kayla harus cepat nikah, kan bisa pengenalan dulu" terang Papa Dito.
"Papa tau darimana kalau dia baik? kan belum tentu kenyataannya baik" tanya Kayla.
"Papa sudah bertemu dia beberapa kali, dan dia anak yang baik"
"Terus ka Anggara gimana? harusnya kan papa pikirin ka Anggara karna sampai sekarang kak Anggara belum nikah juga" protes Kayla dengan membahas kakanya agar dia bisa menghindari ide aneh Papa Dito tentang perjodohannya.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau, Papa tidak memaksa" tutur Papa Dito dengan sebuah kesedihan dan berlalu pergi.
Salah satu hal yang paling tidak bisa dilihat Kayla adalah melihat orangtuanya bersedih. Sebenarnya dia tak ada niat untuk membuat Papanya itu bersedih, sejujurnya Kayla tidak mau dijodohkan walaupun lelaki itu anak sahabat Papanya tapi tetap saja perjodohan ini tak adil untuknya. Apalagi sekarang ini hatinya sedang berlabuh mencintai seseorang walau Kayla harus mencintai orang itu dalam diam.
Haruskah dia menerima perjodohan ini? atau dia harus berjuang soal hak atas kehidupan cintanya?
Pukul 11 malam, Kayla keluar kamar menuju dapur mengambil minum untuk melepas dahaga. Dilihatnya Anggara tengah menyantap makanan dimeja makan, Kayla pun berjalan untuk menghampiri.
"Kaka udah pulang?" tanya kayla sembari duduk dihadapan kakanya.
"Udah. Kenapa bangun? laper?"
"Engga, cuma mau minum aja"
"Oh"
"Hhmm.. Kak" sahut Kayla dengan gugup.
" Apa? ada apa? ada yang mau kamu bicarain?"
"Papa sama Mama belum bilang sama kaka?"
"Bilang soal apa?"
"Perjodohan. Mama sama Papa mau jodohin aku sama anak sahabatnya"
"Serius?"
"Iya. Aku kan gak mau Ka, apalagi kalau seandainya perjodohan itu kearah pernikahan. Aku belum siap"
"Kamu tenang aja, Mama sama Papa pasti punya alasan sendiri mau jodohin kamu, dijodohin juga bukan berarti kamu harus cepet-cepet nikah"
"Iya kah?"
"Iya. Kaka kan belum nikah masa kamu duluan yang nikah, gak mungkin kan?"
"Iya juga ya"
"Kamu istirahat sana, kaka juga mau istirahat soalnya besok pagi kaka ada rapat nanti kita bahas lagi"
"Siap bos. aku ke kemar ya, night kak"
"Hhmm"
Perjodohan? Dalam hati Anggara, semoga saja itu hanya rencana Papa yang hanya ingin membuatnya cepat-cepat menikah. Karna sejujurnya sampai saat ini dia belum bisa menemukan tambatan hatinya.
***
Hari itu jadwal kuliah selesai dengan cepat. Kayla dan kedua sahabatnya memutuskan untuk makan dikantin sebelum mereka pulang. Disaat mereka tengah makan seseorang menghampiri mereka. Dan orang itu adalah Vano cowo yang selama ini Kayla suka.
DEG...
Jantung Kayla berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia tak menyangka cowo yang selama ini dia sukai hari itu bisa dia lihat dengan leluasa. Entah ada keajaiban apa hal itu bisa terjadi pada seorang Vano yang menghampiri dengan sendirinya.
"Boleh gabung? hari ini kursi dikantin penuh, gak masalah kan gue duduk disini? kursinya kosong kan?" tanya Vano pada Kayla. Kebetulan mereka duduk dimeja yang terdapat empat kursi jadi otomatis masih ada satu kursi yang tersisa dan Vano meminta ijin untuk mendudukinya.
"Boleh kok duduk aja" ucap Yasmin sambil tersenyum menatap Kayla.
Kayla yang melihat sahabatnya itu sedang tersenyum padanya langsung memasang ekspresi sedikit kesal. Bagaimana tidak, mereka berdua segaja mengijinkan Vano untuk bergabung agar Kayla mendapat kesempatan dekat dengan pujaannya itu. Mereka tak tau saja kalau sebenarnya Kayla sedang merasa jatungnya berdetak lebih kencang seperti sedang lari maraton. Dan yang membuat Kayla berdegub kencang karna Vano duduk tepat disampingnya.
"Kayanya temen kita yang satu itu lagi salah tingkah deh dari tadi makananya cuma di mainin aja, pasti nafsu makannya jadi ga beraturan tuh" bisik Yasmin pada Kirana sambil tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya.
"Gue bikin lo ga nyaman ya?" tanya Vano pada Kayla. Karna sedari tadi Kayla hanya memainkan makanannya saja.
Pandangan Kayla menatap wajah itu dengan intens, ini pertama kalinya mereka saling beradu pandang.
"Ga kok" Kayla menjawab dengan terbata bata.
"Terus kenapa makanannya gak dimakan?"
"Ini dimakan kok" Kayla langsung melahap makanannya.
"Gue sampai lupa, kita belum pada kenalan kan? gue Vano, nama kalian siapa? ga baik kan kita makan bareng tapi ga saling tau nama dan kenal" ucap Vano memandangi Kayla dan sahabatnya bergantian.
Vano memang salah satu cowok yang cukup dikagumi para cewe. Dibalik wajahnya yang tampan dia juga memiliki sifat yang baik dan juga ramah. Dan yang membuat Kayla jatuh hati padanya itu adalah senyum Vano. Ya senyuman Vano memang manis dan Kayla menyukai itu.
"Gue yasmin"
"Gue kirana"
"Dan lo?" tanya Vano pada Kayla yang tengah sibuk dengan kegugupannya.
"Yah? ohh.. aku Mikayla kamu bisa panggil aku Kayla"
"Seneng bisa kenal kalian" ucap Vano dengan melebarkan senyumannya.
Mereka pun kembali fokus memakan makanan masing masing dan tak lama sesosok wanita datang menghampiri mereka berempat.
"Vano aku cari kamu kemana mana, temenin aku kesalon yuk" rengek seorang cewe yang bernama Tiara. Ya dia adalah wanita yang paling terdepan untuk urusan mendapat hati Vano namun Vano selalu mengacuhkan kehadirannya.
Sebenarnya Vano bukan tipe cowo yang ingin kasar pada cewe tapi jika cewe itu sudah menggangunya lebih dari sewajarnya dia akan bertindak tegas.
"Sorry sebentar lagi gue ada kelas lo bisa pergi sendiri kan? oh dan satu lagi, mulai sekarang lo gak usah deketin gue lagi karna sekarang gue udah punya cewe" tegas Vano dengan nada sedikit tinggi.
"Bohong, udah deh gak usah bohong sama aku. lagian siapa sih cewe yang bisa dapetin hati kamu? belum ada kan?" tanya Tiara kekeh.
"Lo ga liat cewe disebelah gue ini siapa? kenalin, dia Kayla pacar gue" ucap Vano sambil memandang wajah Kayla.
Ucapan vano seperti menguncang hati Kayla. Entah kenapa pengakuan itu terasanya nyata didengar bahkan Yasmin dan Kirana yang mendengar ucapan vano seketika mendadak terdiam seribu bahasa. Kayla mencoba tenang dan mencoba menyadari bahwa ucapan Vano itu hanyalah sebuah hindaran dia dari Tiara. Dan benar saja, seketika pandangan Vano berubah menjadi tatapan yang seolah meminta Kayla untuk mengikuti tujuannya membohongi Tiara.
"Kamu becanda kan van?"
"Lo tanya aja sama orangnya langsung"
"Jadi lo benaran pacar Vano?" tanya Tiara memastikan.
"Iya" jawab Kayla berbohong.
"Lo udah dengerkan? jadi mulai sekarang lo ga perlu lagi deketin gue, gue ga mau hubungan gue sama Kayla tergangu gara-gara kehadiran lo"
Mendengar peringatan dari Vano dengan cepat Tiara bergegas pergi bersama rasa kecewanya. Vano yang sudah tak lagi melihat sosok Tiara pun segera meminta maaf karna telah melibatkan Kayla untuk membohongi Tiara.
"Maaf ya tadi gue terpaksa bilang kalau loe pacar gue"
"Iya ga apa-apa, tapi kenapa harus bohong begitu? Tiara kan cantik kenapa kamu malah nolak dia?" tanya Kayla memberanikan diri karna rasa penasarannya.
"Cantik kan bukan berarti gue harus suka sama dia. Gue cuma gak suka aja sama cewe yang terlalu agresif"
"Ohh..."
"Gue boleh minta no handphone kalian bertiga gak? ya buat silaturahmi aja kan kita udah jadi teman sekarang" pinta Vano.
"Boleh ko" ucap Kirana.
Vano pun mencatat satu persatu no handphone Kayla dan dua sahabatnya. Setelah selesai Vano pun pergi pamit.
"Gue pamit pergi ya. Makasih buat tempat duduk dan bantuannya. Bye"
"Bye"
Kayla terus memandangi kepergian Vano sampai pemilik hatinya itu tak tampak lagi dipandangan mata. Kirana dan Yasmin yang melihat sahabatnya itu lantas dengan segaja mengebrak meja untuk menjaili Kayla.
"Fokus amat sih liatinnya, awas lo makin diliatin makin jadi membara buat memiliki" ledek Kirana pada Kayla.
"Percuma juga kalau suatu hari miliki dia"
"Kenapa percuma? lo nyerah suka sama dia?" tanya Yasmin heran.
"Kalian lupa? aku kan dilarang punya pacar"
"Iya juga ya"
"Tadi gimana perasaan lo waktu Vano bilang kalau lo pacar dia didepan Tiara? lo pasti seneng kan?" ucap Kirana penasaran.
"Seneng campur sedih dan berdosa"
"Maksudnya? coba jelasin maksud dari semua rasa itu" pinta Kirana pada Kayla.
"Pertama, aku seneng karna ternyata Vano gak punya perasaan sama Tiara. Yang kedua, sedihnya pengakuan pacar itu cuma pura-pura dan yang ketiga aku ngerasa berdosa karna harus bohong sama Tiara kalau aku pacaran sama Vano. Emang kalian pikir aku bakal bahagia gitu karna kejadian tadi?"
"Sorry kita berdua kan cuma tanya aja gimana perasaan lo"
"Lo jangan marah donk" rengek Yasmin pada Kayla yang memasang wajah sedih.
"Iya maafin kita lah" lanjut Kirana memohon.
"Aku ga marah sama kalian kok. Ada hal yang bikin aku dilema aja sekarang. Dan itu bukan soal Vano" ucap Kayla.
"Terus apa?" tanya Kirana.
"Papa mau jodohin aku sama anak sahabatnya"
"Seriusan?" tanya Kirana dan Yasmin bersamaan.
"Iya. Aku bingung aku pengen tolak tapi aku juga ga bisa liat Papa sedih karna keputusan aku. Aku harus gimana?"
"Gue bingung kasih pendapat. Tapi kenapa ga lo kenalan dulu aja sama cowo itu, siapa tau dia ganteng" ucap Yasmin.
"Yasmin. Lo apa sih bukannya kasih pendapat baik malah ngurusin kegantengan cowo itu" protes Kirana.
"Ya gue kan cuma mau kasih saran aja. Setau gue kan Kayla anak baik yang berbakti sama orangtuanya, ya kenapa gak coba aja terima perjodohan ini dulu. Toh orangtua Kayla juga udah mempertimbangkan untuk kebaikan anaknya, masalah kedepannya berlanjut atau engga ya biar pencipta yang mengatur, bener kan?" tutur Yasmin.
"Bener juga sih. Tapi yang menjalani kan Kayla, gue yakin ini pasti gak adil buat dia. Gue aja yang dengernya ngerasa ga adil apalagi Kayla, padahal ada hati yang harus diraih tapi apalah arti memiliki jika perjodohan menghalangi untuk mencintai" ucap Kirana.
"Kalian berdua kenapa mendadak bijak begini sih? udahlah, ini urusan aku. Tapi makasih ya buat saran kalian berdua, kalian emang sahabat aku yang paling the best"
Kayla memeluk kedua sahabatnya itu dengan eratnya. Rasa sedih dan bimbang seolah bisa teratasi dengan kehadiran mereka. Ya, sebelum Kayla meminta saran pada sahabatnya itu Kayla memang sudah memutuskan untuk menerima perjodohan itu. Karna menurut Kayla bahagia orangtuanya juga bahagia untuknya.
Tapi apakah ini keputusan yang benar? apakah aku bisa menerimanya atau bahkan bisa mencintainya? sungguh hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan itu semua. Dan Anggara? apa dia bisa menerima keputusan aku tanpa melukai hatinya? semoga saja Anggara mendukung keputusan ini.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!