NovelToon NovelToon

A Shining Smile

Prolog

Tersenyumlah....

14.00 WIB

tok...tok..tok

"Iya, tunggu sebentar!" jawab seorang wanita dari dalam rumah yang mewah.

ceklek...terbukalah pintu itu terlihatlah wanita paruh baya dengan wajah terkejut.

"Bulan anak, Ibu!" ucap wanita itu dengan keras setelah melihat siapa yang datang.

"Ibu..." ucapku sambil memeluknya. Tak hanya Ibuku yang terkejut aku juga senang akhirnya bisa bertemu dengan orang yang aku sayangi.

Namaku Bulan Rasya umurku 18 tahun aku 2 tahun tinggal di Australia. Hari ini aku kembali ke Indonesia, walaupun keluarga kaya tapi hidup aku biasa sama seperti lainnya. Dan aku kalau manggil nyokap dengan sebutan Ibu.

"Bulan,ini benar kamu nak?" ucap Ibu masih tak percaya.

"Bu, Bulan gak disuruh masuk dulu nih?" ucapku.

"Yaampun Ibu lupa saking senangnya," ucap ibuku gembira.

"Kamu mau minum apa Lan, Ibu buatin ya?" tanya Ibu kepadaku. "Enggak usah Bu, Bulan gak haus kok entar ambil sendiri aja," jawabku.

"Rumah kok sepi sih, Bu?" ucapku sambil menoleh kanan kiri.

"Pembantu pada pulang kampung sayang," jawabnya.

"Kamu cerita sama Ibu kenapa kamu bisa disini bukannya kamu sekolah di Australia?" tanya Ibu penasaran.

"Iya Bu, Bulan pulang karna mau nemenin Ibu disini Bulan gamau Ibu kesepian dan kecapean ngurusin cafe."

"Kata Ratih Ibu sakit emang sakit apa, Bu?"

"Ibu cuma kecapean aja. Gimana sekolahmu disana?" tanyanya.

"Bulan udah mutusin mau lanjut sekolah SMA disini." jawabku.

"Kalau itu sudah keputusan kamu Ibu juga gak bisa ngelarang kamu."

"Makasih ya Bu, oh iya Bulan bawa oleh-oleh dari Australia lho, Bu." ucap Bulan sambil mengeluarkan barang yang dibelinya.

"Makasih ya sayang." ucap Ibuku senang.

"Yaudah kamu istirahat dulu, entar main kerumah Ratih pasti dia senang kalau kamu kesana." ucap Ibu.

"Iya Bu, aku udah kangen banget sama dia," jawabku sambil berjalan ke lantai dua kamarku.

Dalam kamar aku seneng lihat kamar tertata rapi sama seperti dulu sebelum aku ke luar negeri gak berubah sama sekali rasanya aku rindu banget sama kamar ini lama gak pulang.

"Ahhh!! Tidur dulu lah entar aja beres-beresnya capek," ucapku sendiri sambil merebahkan tubuhku ke kasur.

**Kediaman keluarga Arman

Laki-laki itu menggeliat baru bangun dari tidur siangnya namanya Revan Armanio putra kedua keluarga Arman dia bersifat cuek dan dingin sebenarnya dulu dia anak ceria tapi satu tahun lalu Nia kekasihnya meninggal karena penyakit kanker otak dengan bersamaan dia tau ternyata Nia juga selingkuh dengan kakaknya Yaitu Arjuna Armanio setelah tau kakaknya selingkuh, Arjuna langsung memutuskan pindah ke Australia untuk menenangkan diri beberapa saat.Dari situlah Revan sifatnya berubah 180° dan juga dingin kepada keluarganya termasuk Arjuna kakaknya.

Ting sebuah pesan singkat dari teman sekaligus sahabatnya Toni.

"Kumpul yuk, gue tungguin di basecamp." ucap Toni melalui pesannya.

"Oke gw siap dulu sekarang," balas Revan setelah membalas pesan itu dia langsung bergegas mandi.

DiRuang Keluarga

"Assalamualaikum?" ucap Juna yang baru pulang dari Australia.

"Wallaikumsalam, Arjuna yaampun kamu pulang? Kenapa gak bilang sama Mama dan Papa?" jawab Mira menoleh kearah pintu dengan terkejut karna anak satunya ini tidak mengabari jika dia mau pulang.

"Arjuna pengen buat kejutan untuk Mama sama Revan, lagian aku udah ngabarin Papa sebelumnya." ucap Arjuna sambil melirik papanya yang sedang minum kopi.

"Astaghfirullah, Pa kok gak kasih tau Mama sih kan kalau Papa kasih tau Mama bisa masakin Arjuna." ucap Mamanya.

"Itu kemauannya Arjuna sendiri, Ma." jawab Papa santai dengan wajah gembira.

"Gimana kuliah kamu Arjun?" tanya Papa

"Baiklah Pa, tapi Juna mau lanjutin disini aja gamau jauh-jauh." jawabku sambil duduk.

"Lo udah pulang?" ucap Revan dingin setelah dia tahu siapa yang datang dengan berjalan turun dari tangga.

"Revan ubah sikap dinginmu itu!" ucap Heri dengan pelan tapi sedikit membentak.

"Dia itu kakakmu Arjuna." sambungnya lagi tapi aku acuh karna mereka gak pernah ngerasain yang aku rasain saat ini.

"Udah jangan berantem terus Mama pusing liatnya. Kapan kalian bisa akur lagi seperti dulu?" ucap Mama.

"Van ubah sikap dinginmu itu, Kakak tau kamu masih marah sama Kakak dengan kejadian satu tahun lalu. Kakak minta maaf Kakak dulu gak mikir dulu sebelum mau melakukannya." ucap Arjuna dengan nada bersalah.

"Jangan bawa masa lalu, gw gasuka kalo lo ngomongin itu lagi didepan gw, apalagi lo sendiri yang melakukan kesalahan itu," ucapku dengan sedikit marah.

Heri dan Mira hanya bisa diam karna di tak mau ikut dalam urusan masa lalu anaknya itu walaupun dia ingin anaknya bisa berdamai.

"Ma, Pa, Revan mau keluar sama temen-temen." pamit Revan pada Mama Papanya dan acuh pada Arjuna.

"Jangan pulang malem Van entar kamu temenin Mama belanja!" ucap Mama.

"Iya ma ntar Revan temenin telfon aja ntar." ucapku sambil pergi.

Tringg...tringg hp Revan bunyi dilihatnya Derrick yang telfon lalu diangkatnya.

"Woi lama banget sih lo kita dah nungguin daritadi nih!!!" teriak Derrick diseberang telfon.

"Otw kesana." ucap Revan singkat dengan nada kesal.

Sampai basecamp Revan langsung masuk kedalam ternyata temannya sudah menunggunya daritadi. Tapi dia tidak merasa bersalah dan langsung duduk disebelah Toni.

"Lama banget sih lo, kita udah jamuran disini!" ucap Derrick sebal.

"Biasa ada pertunjukan dulu," ucapku santai sambil memainkan ponsel.

"Lo berantem sama bokap lo?" ucap Hidan yang duduk disamping Derrick.

"Arjun pulang." jawabku singkat.

"Apaa...?" jawab mereka bareng karna kaget, gw hanya diam gak ngejawab mereka. Teman-temannya tau kalo hubungan antara Arjuna dengan Revan tidak baik jadi, mereka tidak berani komentar.

Setengah jam basecamp itu hening tak ada yang berani mebuka pembicaraan.

"Apa sifat gw keterlaluan ya?" akhirnya Revan membuka mulutnya.

"Menurut kalian gimana?" sambungnya lagi.

"Bukannya lo sendiri yang melakukan itu semua." jawab Toni.

Revan tampak berfikir dalam pikirannya dia bingung apa sifatnya sangat keterlaluan.

"Mau kemana lo? Maen cabut aja lo." tanya Toni penasaran.

"Cafe." jawabnya singkat sambil menaiki mobil Ferrarinya. Mereka semua mengendarai mobilnya menuju cafe.

**Di Cafe

"Pesan apa, Mas?" tanya pelayan cafe itu sambil memberikan menu yang dipegangnya.

"Pesen apa kalian? Gw yang traktir." tanya Revan sambil membalikan menu itu.

"Ini cafe baru buka ya, Mbak?" tanya Hidan pada pelayan yang sedang mencatat makanan yang dipesan temannya itu.

"Iya Mas, baru buka dua hari lalu." jawab pelayan itu.

"Lo mau pesen apa?" tanya Derrick.

"Steak sama orange jus ya mbak!" ucapku pada pelayan itu.

"Eh Van bukannya hari ini tepat tanggal kematiannya Nia yang ke setahun ya?" tanya Hidan.

"Hm gw udah kesana semalem." jawabku santai sambil main game. Mereka yang mendengarnya pun hanya melotot gak percaya apa yang diucapkan sahabatnya itu.

"Emang gw kalian yang nggak berani datang ke makam malam-malam." ejekku pada mereka.

"Maaf mas ini pesanannya."

"Oke thanks ya." jawab Toni dengan senyuman khasnya.

"Jangan bilang Lo suka sama pelayan itu?" tanya Derrick.

"Cantik dia hahaha." ucapku sambil tertawa.

"Do not talk too much!!" perintah Revan dengan dingin.

"Santailah!!!" jawab Toni. Merekapun menikmati hidangan itu.

***

"Habis ini mau kemana?" tanya Toni selesai makan.

"Gw langsung cabut aja mau temenin Mama belanja." jawab Revan sambil membuka dompet.

"Okedeh, ntar malam jadi kumpul kan?" tanya Derrick.

"Jadilah." jawabku.

"Nih bayar, gw cabut dulu." ucapku sambil berjalan keluar cafe.

Dalam mobil Revan menuju tempat yang dikirimkan oleh mamanya itu. Sampai tempat dilihat Mamanya berdiri menunggunya.

"Ma, nungguin lama?" tanyaku.

"Enggak baru sampai Mama." jawab Mira.

"Mau beli apaan, Ma?"

"Mama beli Matcha Cake. Entar ikut Mama kerumah temennya Mama ya Van sekalian." ajak Mama dan aku hanya menuruti kemauannya aja.

Setengah jam kemudian

"Udah ma? Adalagi yang mau dicari?" tanyaku lagi.

"Gaada yuk pulang!" ajaknya.

"Ini mau kemana lagi, Ma?" tanyaku sambil mengendarai mobil.

"Ke jalan ini, Van." jawabnya. Aku hanya mengikuti arahan Mama aja.

**Like yah♥️

Episode 1

16.00 WIB

"Tok...tok..tok, sayang bangun udah sore katanya mau ke rumah Ratih?" ucap Mira dari luar kamar.

Aku yang mendengar suara ketukan pintu hanya bisa menggeliat enggan untuk bangun.

"Sayang...." ucap Mira kembali.

"Ceklek..iya Bu, Bulan udah bangun kok! Ini udah melek," ucapku sambil menguap.

"Cepet mandi sana bentar lagi ada tamu. Jangan tidur lagi!!" perintah Ibu, aku cuma nurut dan masuk.

"Gila udah sore aja," gumam ku dalam hati setelah melihat jam dinding.

...***...

Mobil Revan sampai dihalaman rumah yang besar. Revan cuma ngikuti Mama-nya dari belakang.

"Ma, Revan nungguin dimobil aja," tanyaku.

"Ihh, enggak kamu harus ikut Mama masuk."

"Assalamualaikum."

"Wallaikumsalam, bentar." teriak seorang dari dalam.

"Eh Mira, apa kabar?" tanya pemilik rumah.

"Baik dong haha. Ini kenalin anak kedua ku." dengan segera Mira mengedipkan matanya agar aku mengenalkan diri.

"Revan, Tante." ucapnya dingin dan Vera pun tahu betul sikap anaknya Mira.

"Mari masuk." ajak Vera.

"Kalian mau minum apa biar aku buatin?" tanya Vera pada Mira dan Revan.

"Gausah repot-repot, Ver. Kamu duduk manis disini aja." ucap Mira.

"Rumah besar sepi banget sih Ver?" tanyaku.

"Pembantu pada pulang kampung jadi sepi." jawabnya.

Merekapun berbincang-bincang dengan senang, tapi tidak untuk Revan dia seperti patung dia bosan harus mendengarkan percakapan kedua orang tua itu.

"Bu...koper kecil aku tadi dimana?" teriak Bulan dari lantai dua dia gak tau kalau ada tamu.

"Ibu..." panggilku lagi.

"Aduh Bulan jangan teriak gaenak sama tamu Ibu!" ucap Ibu dengan gemas.

"Maaf." ucapku dengan cengiran setelah tau ada tamu.

"Mira kenalin ini anak perempuan aku." ucap Ibu pada temannya.

"Pasti kamu Bulan Rasya kan?" tebak Mira.

"Iya tante saya Bulan. Pasti ini Tante Mira kan" ucapku sambil menyalami tangannya. Aku mengenalnya dua tahun lalu saat Tante Mira berkunjung ke Cafe ibu.

"Kamu masih inget aja. Ini anak Tante." ucapnya sambil melirik anaknya itu.

"Revan." ucapnya. Dingin banget kaya vampir aja batinnya bulan ngeri.

"Bu, kok gak bilang kalo ada tamu? Malu nih Bulan udah teriak-teriak," bisikku pada Ibu.

"Kamu yang lupa tadi, Ibu kan udah bilang kalo ada tamu." jawab Ibu membela diri.

"Udah jangan pada bisik-bisik." ucap Tante Mira.

"Oiya kamu bukannya SMU di Australia kok ada dirumah?" tanya Mira pada Bulan.

"Iya Tan, Bulan pengen nglanjutin SMA disini aja sama bantuin Ibu usaha Cafe." ucapku dengan senyuman manis.

"Nih cewek senyumannya manis sama seperti Nia saat hidupnya dulu." Revan melihat senyumnya Bulan teringat akan dia bersama Nia dulu.

"Rencana mau lanjut SMA mana?" tanyanya lagi.

"Emm...dimana aja yang penting bisa sekolah, Tan." jawabku sambil berpikir.

"Kalo gitu gimana kalo lanjut di SMA yang sama kayak Revan, gimana kamu mau?"

"Gimana Lan kamu mau sekolah yang sama disitu?" tanya Ibu.

"Boleh deh aku mau." jawabku

"Nanti Revan yang bakalan antar jemput kamu," Revan yang mendengar ucapan Mamanya kaget. Mama kira aku supirnya apa batin Revan sebal.

"Enggak usah Tante bulan bisa bawa mobil sendiri." tolak ku cepat.

"Tante boleh minta tolong sama kamu sayang?" tanyanya.

"Minta tolong apa, Tante?" tanyaku balik.

"Tante kalo lihat kamu itu kayak gaada beban pikiran sama sekali bawaannya kamu selalu tersenyum happy gitu." ucap Mira, aku yang mendengarnya pun bisa tersenyum saja.

"Lagipula senyum kan ibadah Tante meski hati Bulan sedang gabaik juga tetep senyum aja biar orang tau kalo kita tuh baik-baik aja." ucapku sambil mengingat kejadian satu tahun lalu tak terasa air mataku jatuh begitu saja.

"Bulan kamu kenapa?" tanya Vera pada bulan.

"Gaapa Bu, kelilipan tadi."

"Pasti dia inget sesuatu sampai nangis gitu. Ngapain gw ngurusin tuh cewek gw aja juga banyak masalah." batin Revan.

"Maafin Tante ya."

"Gapapa Tan, tadi Tante mau minta tolong apa sama Bulan siapa tau aku bisa bantu?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kamu bisa bantuin Tante untuk mengubah sikap Revan? Sama Tante mau kamu perhatiin Revan layaknya pacar kamu. Bisa kan?" ucap Mira sambil memandangku.

"Tante tadi bilang apa? Mengubah sikap sama perhatikan anak Tante layaknya pacar?" Bulan berharap dia hanya salah dengar.

"Iya. Tante yakin kalo Revan dekat sama kamu mungkin dia bisa tersenyum sama kayak dulu. Dan juga kalo kamu perhatikan dia bisa jadi hatinya bisa mencair, kamu mau ya bantuin Tante?"

"Emang gw apaan suruh perhatiin dia? Pacar juga bukan. Tapi gimana ini?" ucapku sendiri dalam hati.

"Apaansih Mama ngapain nyuruh dia merhatiin gw segala." batin Revan kesal.

"Gimana sayang?" desak Mira pada Bulan dia berharap kalo anaknya bisa kembali seperti dulu.

"Iya Tante insya Allah Bulan bisa ngelakuin itu semua." tanpa sadar Bulan mengiyakan. "Elah nih mulut ngapain iya segala sih." gerutuku dalam hati.

"Nih cewek ngapain iya segala sih."batin Revan kesal.

"Makasih ya Bulan kamu mau bantuin Tante."

"Mira tapi itu kalo Bulan bisa kalo nggak gimana?" tanya Ibu.

"Kalo ada usaha pasti bisa, Ver." ucap Mira meyakinkan.

"Masalah sekolah nanti Tante urus semuanya, besok kamu tinggal dateng aja ke sekolah."

"Makasih ya Tante, tapi seragam Bulan gaada Tan gimana?"

"Kamu pakai seragam yang buat sekolah kamu dulu aja. Besok Revan yang akan mengurus masalah itu semua." ucapnya.

"Kenapa harus gw lagi coba?" Revan menggerutu dalam hati.

"Sekali lagi makasih ya, Tan." jawabku.

"Kamu mau kemana Revan?" tanya Mira pada Revan yang tiba-tiba berdiri.

"Tante Vera, saya boleh bicara berdua sama anak Tante nggak?" ucapnya meminta izin.

"Boleh kalian bisa bicara ditaman belakang." ucap Ibuku mengizinkan.

"Ikut gw!!" bisiknya sambil menarik tanganku.

"Semoga aja Bulan bisa membantu Revan untuk melupakan masa lalunya." ucap Mira dalam hati.

Taman belakang

"Lepasin tangan gw, sakit tau." ucapku sambil meringis.

"Sorry." ucap Revan dingin.

"Gw kira Lo gabisa ngomong, sorry." ucapku sambil duduk.

"Lo bilang apa? Gw gabisa minta maaf, gw itu masih bisa bertanggung jawab." ucapnya sambil duduk samping Bulan.

"Siapa yang nyuruh duduk?" ucapku nyolot.

"Ini kursi untuk duduk kan?" jawabnya santai.

"Lo ngapain mau merubah sikap gw, lo itu bukan siapa-siapa gw ngapain di iyaiin segala?" sambung Revan lagi sambil menatap tajam mataku.

"Lo kira gw juga mau gitu? Tapi kalo gw bisa merubah semua sikap lu gimana?" ucapku sambil tersenyum santai.

"Gamungkin bisa." ucapnya santai.

"Gw bakalan buktiin kalo gw bisa ngelakuin itu semua."

"Oke gw tunggu." tantang Revan.

"Oke deal." ucapku sambil mengulurkan tangan.

"Oke." ucapnya sambil memegang tanganku.

Setelah bicara empat mata mereka kembali ke ruang tamu.

"Gimana udah bicara?" tanya Mamanya Revan padaku.

"Udah Tante dia mau." ucapku sambil mengedipkan mata.

"Gw bakal pastiin kalo lo bisa senyum kembali seperti yang di inginkan Tante Mira tadi." batinku sambil tersenyum.

"Vera kayaknya udah malem kita pulang dulu ya." pamitnya.

"Nanti kita ketemuan lagi ya kalo longgar." ucap Ibuku.

"Iya aku pastiin bisa ketemu lagi." ucapnya.

"Bulan, Tante pulang dulu ya besok pulang sekolah kamu ikut Revan kerumah ya."

"Iya Tante besok aku kerumah Tante pasti." jawabku.

"Revan pamitan sebelum pulang" bisik Mira pada anaknya. Revan hanya menghela nafas panjang.

"Tan, saya pamit pulang." ucap Revan dingin.

"Gw pulang." ucapnya padaku sambil matanya menatapku tajam.

"Hati-hati ya." ucapku sambil memegang bahunya.

"Gausah sok akrab, lo." bisiknya.

"Biarin." bisikku kembali.

***

Sampai mobil Revan membuka mulutnya bicara tentang yang dibahasnya tadi.

"Ma, ngapain sih tadi minta tolong sama cewek itu?" ucapku dengan nada nggak setuju.

"Bukannya kamu juga mau." jawabnya.

"Sampai kapan kamu harus mengingat kejadian yang udah terjadi Revan? Dan kapan kamu bakalan melupakan itu semua? Siapa tau juga bulan bisa masuk kedalam kehidupan kamu."

"Itu gak akan terjadi." ucap Revan cool. Mira yang mendengar hanya diam sampai kapan anaknya bisa menerima kenyataan itu.

Episode 2

*Ruang Makan*

"Bulan kamu yakin bisa mengubah Revan anaknya Tante Mira?" tanya Vera pada Bulan yang sedang asyik menyantap makanan.

"Biar waktu aja yang menjawab, siapa tau juga Bulan bisa merubahnya kembali seperti dulu." jawabku yakin.

"Kamu jadi ke rumah Ratih kan?" tanyanya dan aku hanya mengangguk mengiyakan.

Mereka menikmati makan malam bersama dengan tenang. Setelah makan malam Bulan minta izin kerumah Ratih sahabatnya.

"Bu, Bulan ke rumah Ratih dulu yah entar kemaleman lagi." pamit Bulan.

"Kamu bawa mobil apa jalan kaki?"

"Emm jalan kaki aja kan dekat. Rumahnya gak berubah kan Bu?" ucapku sambil membuka pintu.

"Enggak kok masih sama. Titip salam sama Ayahnya Ratih ya." teriak ibuk.

Saat jalan ke rumah Ratih dia bertemu dengan orang yang aneh yang sedang duduk di pinggir jalan dan menghampirinya.

"Hai Neng mau kemana atuh?" tanya dia dengan memegang kepalanya.

"Mau ke depan sana tuh." jawabku santai sambil tetap jalan.

"Mau ditemani sama Abang gak, Neng?" tanyanya lagi.

"Kalo mau nemenin boleh kok." jawabku sambil mencopot sandal dan ku arahkan ke mukanya.

"Abang tau ini apa?" tanyaku dan kulihat dari raut wajahnya dia tampak kebingungan.

"Kalo Abang mau nemenin aku ini sandal bakalan melayang ke kepala kamu. Mau??" sambung ku.

"Jangan dong Neng, nih kepala ada fungsinya lho." ucap dia dengan mengelus kepalanya sendiri.

"Fungsinya apaan?" tanyaku balik dengan penasaran.

"Buat memikat para wanita cantik kayak Neng cantik ini." Bulan yang mendengarnya hanya menggeleng kenapa ada makhluk hidup yang seperti dia hidup lagi.

"Udah deh sana pergi jangan ganggu kalo nggak..!!!" ancamku padanya dan dia hanya mengangguk dan lari terbirit-birit.

"Ada-ada aja." aku menggerutu sambil kembali jalan. Sampai rumah Ratih aku langsung mengetuk pintu rumahnya.

"Tokk....tokk...tokk... Assalamualaikum" ucapku dengan keras. "Assalamualaikum" ucapku kembali dan terbukalah pintu rumah itu.

"Wallaikumsalam tunggu sebentar..." ucap seorang laki-laki.

"Mencari siapa ya, Mbak?" tanya Om Wishnu ayahnya Ratih.

"Om, ini Bulan anaknya Bu Vera inget gak Om? Yang dulu temennya Ratih." ucap Bulan pelan. Mungkin ayahnya Ratih lupa pada dirinya karna udah lama gak ketemu dan juga Bulan yang sekarang udah berubah dengan rambut yang pirang jadi lebih sulit untuk mengenali sosok dirinya.

"Astaghfirullah, Bulan toh. Kapan baliknya? Mari masuk." ajak Wishnu.

"Iya Om makasih. Bulan nyampe tadi sore. Bagaimana kabar Om Wishnu?" tanya Bulan sopan sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Alhamdulillah, Om baik."

"Alhamdulillah deh, Om." jawab Bulan tersenyum.

"Nak Bulan pasti mau ketemu sama Ratih?" tebak Wishnu. Bulan pun hanya mengangguk tanda iya.

"Ratih kemana, Om?" tanyaku.

"Ratih masih ke bengkel ambil mobilnya tadi, palingan bentar lagi udah pulang."

"Oh gitu, Bulan tungguin disini boleh kan Om?"

"Ya boleh masa suruh nunggu di perempatan jalan." ucap om Wishnu dengan bercanda.

"Kamu mau minum apa biar Om buatin?"

"Apa aja Om, Bulan mau."

Beberapa Menit Kemudian

"Assalamualaikum, ayah Ratih pulang." teriak Ratih dari luar.

"Wallaikumsalam." jawabku.

"Eh...Kamu bulan?" ucap Ratih kaget gak percaya.

"Udah pulang, Rat? Lama banget?" ucap Wishnu dengan membawa minuman.

"Iya yah. Yah ini Bulan temen aku dulu bukan sih?" tanyanya sambil mengucek matanya mungkin Ratih mengira bahwa mimpi.

"Ini gue Bulan masa lo lupa sih, Rat." jawabku.

"Astaga kapan lo pulang?"

"Tadi sore." jawabku singkat.

"Bulan Om masuk dulu ya, kamu ngobrol aja sama Ratih."

"Iya om makasih minumannya." Wishnu mengangguk tersenyum sambil berlalu pergi ke dalam.

"Gue kangen banget sama lo, lama banget kaga ketemu." ucap Ratih sambil memeluk bulan erat.

"Iya gw juga, lepasin dulu gue kaga bisa nafas nih." perintahku.

"Sorry hehe saking kangennya gue sama lo." ucapnya sambil cengengesan.

"Lo tau gak?" ucap Ratih.

"Kagak tau lah kan lo belum cerita mana gue tau." ucapku sebal ternyata Ratih sama kayak dulu gak berubah.

"Sejak lo pergi ke Australia hidup gue serasa sepi banget, gue gabisa hidup kalo gaada lo Bulan." ucap Ratih lebay.

"Oh berarti ini bukan Ratih Erina, dong?" ucapku sambil meminum teh.

"Maksud lo gimana?" ucapnya bingung.

"Katanya kalo lo gabisa hidup kalo gaada gw, berarti lo udah meninggal dong?" jawabku enteng.

"Astaghfirullah, Bulan lo tega banget sih?" ucap Ratih sambil memonyongkan bibirnya.

"Tuh bibir panjang banget Rat? Haha,"

"Lo mau balik kesana lagi?" tanya Ratih.

"Enggak."

"Berarti lo bakalan menetap disini dong?"

"Iya sekalian bantuin Ibu usaha cafenya dan mulai besok gue udah masuk sekolah di SMA Merah Putih" ucap Bulan memberitahu Ratih.

"Tunggu...tunggu kamu bilang SMA Merah Putih?" tanya ulang Ratih.

"Iya." jawabku singkat.

"Whattt, berarti kita sama dong sekolahnya." ucapnya sambil memelukku lagi.

"Aduh Rat, bisa gak sih gak peluk-peluk sesak nafas nih gue." ucap Bulan sambil mendorong Ratih.

"Etdah cuma peluk aja kaga boleh."

"Lo itu badan ramping sama kayak gue tapi kalo udah peluk rasanya gue itu dipeluk sama gorilla."

"Tega sama temen sendiri dikatain gorilla."

"Bercanda." ucapku sambil memainkan ponsel.

...***...

Disisi lain Revan mengendarai mobilnya menuju basecamp. Satu jam menyetir mobil Revan sampai di basecamp dan dia langsung masuk kedalam di lihatnya temannya sudah berkumpul tinggal Toni tapi dia sudah tau kalau tuh anak pasti pergi kencan bersama teman wanita SMA-nya.

"Woy Men, gue kira Lo gak bakalan dateng," ucap Derrick.

"Gue kan udah janji gak bakalan lupa juga," jawabku santai dan dingin.

"Toni mana kok gak ada?" tanya Revan sebenarnya tanpa bertanya Revan tau jawabannya.

"Biasa tuh anak kencan sama sih Gita junior kita itu." jawab Hidan sambil bermain game online.

"Kebiasaan." ucapku pelan.

"Van, PR dari Bu Ina udah lo kerjain belum?" tanya Derrick sambil membuka tasnya.

"Kenapa?" tanya Revan singkat.

"Nyontek dong gue, plisss lo kan baik banget, sekali aja boleh kan susah nih." ucap Derrick memelas.

"Mikir sendiri." jawabku dingin.

"Pelit amat sih lo, Van."

"Makanya punya otak tuh dipake, Rick" ucap Hidan sambil melemparkan kulit kacang.

"Kan lo tau otak gue kaga sepintar kalian." ucap Derrick sebal sama dirinya sendiri karna tak sepintar teman-temannya.

"Guys, gue dapet kabar bagus nih." teriak Toni dengan raut wajah yang berbunga-bunga.

"Apaan?" tanya Revan dingin.

"Santai lah, Van." jawabnya sambil duduk disebelah Revan.

"Kabar apaan?" tanyaku lagi.

"Besok bakalan ada murid baru, guys." ucap Toni.

"Tau darimana dia." batin Revan karna dia belum memberi tahu pada mereka kalau besok bakalan ada murid baru yaitu Bulan.

"Lo tau darimana?" tanya Derrick dengan menatap bukunya.

"Apasih yang nggak gue tau?"

"Cantik nggak?" tanya Hidan yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Gimana gak cantik keturunan bule dia rambutnya pirang asli Men." jawabnya girang.

"Mangsa baru lo, Ton." ucap Derrick yang disambut lirikan tajam dari Revan.

"Woi ngapain lo." tanya Toni takut pada Revan.

"Gapapa." jawabnya singkat.

...** 20.00 Rumah Ratih **...

"Kayaknya udah malam deh Rat, gue pulang dulu ya." ucapku sambil berdiri.

"Besok berangkat bareng ya?" tanya Ratih kepada Bulan.

"Kayaknya gausah deh, gue bawa mobil sendiri lo berangkat dulu aja." tolak bulan.

"Mana bokap lo gue mau pamit dulu masa iya langsung pulang gitu aja."

"Bentar gue panggil dulu." jawabnya.

"Om Wishnu, Bulan pamit dulu ya udah malem soalnya. Nanti Ibu nungguin," pamitku.

"Yaudah titip salam buat Vera ya."

"Iya om. Rat gue pulang dulu sampai besok bye." ucapku sambil berjalan keluar.

"Gue anterin ya?" tawar Ratih.

"Enggak usah, dekat kok. Mending lo masuk, tidur! See you tomorrow!"

"Hati-hati." teriak Ratih dan gue hanya tersenyum.

Likeee ya♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!