Nama ku Indira Necelia Mahatma lahir dari keluarga terpadang dikota Medan. Terlahir keluarga yang memiliki harta melimpah tidak membuat hidupku menjadi angku ataupun sombong. Keluarga besarku selalu mendidik kami menjadi anak yang baik dan tidak memandang orang rendah. Di sini aku dibesarkan hingga dewasa. Aku memiliki Ayah dan Bunda bahkan memiliki sepasang kakak kembar yang menyanyangiku. Umur ku dengan kakakku beda sembilan tahun.
Kini kak Neandro Mahatma bekerja di perusahaan Ayah untuk membantu mungkin akan menjadi CEO kelak. Sedangakan Kak Neandra Mahatma bekerja dirumah sakit yang dipimpin Bunda. Satu lagi, kadang orang tidak tahu bahwa kakakku memiliki saudara kembar karena mereka tidak pernah sekolah disatu sekolah hanya orang terdekat yang benar-benar tahu mereka saudara kembara identik.
Kini aku berumur tujuh belas tahun dan berada di kelas dua IPA satu disekolah tidak terlalu bergengsi di Kota Medan.Semasa SMA aku tidak pernah memperlihatkan diriku terlahir dari keluarga terpadang. Tidak ada satupun mengetahui rahasia tersebut, aku menutup rapat-rapat identitas diriku sebenarnya. Aku sering dipandang rendah sama teman-teman yang terlihat memiliki derajat tinggi bahkan yang biasa pun memandangku sama. Dasar, zaman sekarang orang memandang dengan penampilan yang bagus.
Aku tidak keberatan sama sekali harus menutup identitasku, keluarga juga mendukung. Entah, mungkin aku takut jika memiliki orang salah yang hanya ingin berkenal dengan ku karena status keluargaku. Itu semua sahabat SMP ratal teman yang menghiantiku bahkan pacar yang kukira mencintaiku karena sayang padaku tetapi tidak, mereka semua memandang harta yang selalu dibanggai mereka.
Mungkin ketika aku benar-benar miskin aku akan dicampakan. karena ingin memiliki sahabat yang benar-benar menerima aku apa adanya tanpa memandang kehidupan yang memiliki harta orang tua. Aku harus menuntup rapat-rapat semuanya hingga nanti sampai
semua terbongkar sendiri.
Aku tetap bersyukur berperan menjadi gadis sederhana ini. Ternyata tidak semua yang memandang kasta, ada satu orang yang ketemui. Ya itu adalah Tyas Permata sahabat dari kelas satu yang tidak memasalahkan kasta. Aku tahu dia orang berada tetapi dia tetap mau berteman dengan diriku yang kuakui sedang berperan menjadi orang kekurangan. Ada rasa menyesal telah membohongi dia, mungkin suatu saat dia akan marah ketika tahu aku menutup rahasia kehidupanku.
Kami sama-sama cantik, tapi saat ini dia yang cantik (ngarep hahahha). Wajahnya yang bisa dikatakan cantik dengan perawakan putih, terawat, memakai riasan diwajah tipis, pakaian yang terlihat bagus memperlihatkan dia adalah gadis cantik (mungkin ketika kakakku melihat dia akan setuju ada gadis cantik selain adeknya
ini). Jangan tanya aku, aku lagi berperan menjadi gadis sesederhana ini tidak mungkin berdandan.
Walaupun memiliki wajah cantik ternyata otak kami beda. Tyas yang memiliki IQ dibawahku, sedangkan aku memiliki IQ yang bagus. Mungkin itu alasan masih ada yang mau mengajak aku bicara di kelas biarpun tidak dekat seperti Tyas. Diluar kelas aku tidak dipandang hanya dianggap orang rendahan apalagi oleh geng Cabai dari kelas sebelah.
Mereka sering membully atau menghinaku, Tetapi aku tidak akan tinggal diam ketika bullyan yang terjadi berlebihan. Aku terbilang gadis yang keras kepala, pemberani, tidak takut dengan siapa pun. Makannya sampai sekarang aku bertahan dengan rahasia ini.
Disekolahku ternyata memiliki anggota geng cowok, kukira hanya cewek saja. Tetapi geng ini sedikit berbeda, geng cowok yang berandalan bahkan nakal di dalam sekolah ataupun diluar sekolah. Geng yang dipimpin oleh senior ku di kelas dua belas IPS empat, kelas yang paling ribut dan membuat onar. Disekolah tidak ada junior ataupun seangkatnya yang berani dengan anggota Geng yang bernama Hellboy.
Aku tidak terlalu mengenal geng Hellboy, bukan tidak berani tetapi aku tidak mau ada urusan dengan geng tersebut apalagi dengan pemimpinnya yang bernama Andris Matteo yang dikenal pembuat onar, playboy bahkan banyak para cewek-cewek yang ada dipenjuru sekolah ini menyukainya dan sebagian dari sekolah adalah mantannya. Salah sau mantan yang masih mengharap jadi pacarnya itu Dela Gracia ketua geng
cabai.
Mengapa tampak seperti Andris Matteo bisa jadi adam disekolah padahal masih banyak cowok maskulin di sini salah satunya Delvin Jaasir ketua osis yang ku lihat lebih baik daripada ketua geng tersebut. Aku bukan menyukai ketua osis walaupun aku tau dia selalu mendekatiku. Aku masih tidak bisa membuka hati ini mungkin goresannya belum kering.
********
Andris yang telah diganggu oleh junior itu membuat semua penghuni sekolah berlari melihat apa yang akan terjadi. "Kau cari mati telah berdiri dihadapanku!" Suara tegas dari Andris.
"Ma aaf bang, ak aku kee sini ma..."
Endri yang ada disebelah Andris langsung memotong ucapan junior tersebut.
"Bicara saja masih ngeja, sok berani berani hampir. Hantam saja dia bro!" Sahut Endri dengan semangat.
"Tunggu!" Teriak Delvin memberhentikan aksi hantam menghantam itu.
Semua mata melotot melihat keberani sang ketua osis yang merupakan musuuh bubuyutan gangster Hellboy termaksud musuh terbesar Andris di sekolah.
"Ini wilayah sekolah, kalian tidak boleh main bully. Ingat sekolah melarang pembullyan di sini."
Tanpa basa-basi Andris membubarkan Gengnya "Oke, kita bully diluar sekolah. Dan kalian berdua terutama kau yang berlagak ketua osis tunggu pembullyan kita. CABUT!!"
Aku melihat semua sudah bubar dari lapangan, dan Gangster Hellboy berjalan kearah ku bukan kearah gerbang sekolah.
"Dasar cowok arogan yang tidak punya hati sama sekali." Kataku pelan ketika mereka sudah lewat.
"Bilang langsung di depan orangnya!"
Dug! Jatuhku megapa bergoyang?
Ku dengar suara itu dengan jelas di kupingku, dan ternyata dia berada tepat disebelah kananku. Aku terdiam, mulut ini tidak berani berkata. Ingin rasanya kumaki dan tendang wajah arogannya itu.
"Indira kamu ngapain disitu, bel sebentar lagi masuk. Ayo masuk." Teriak Delvin.
Untung Delvin melihat ku dan menghampiri kalau tidak aku akan dimaki atau dihantam juga.
"Aku duluan." Sahutku pamit padanya tetap tanganku ditahan dan dia berbisik
"Jangan jadi pencundang yang berani memaki orang dibelakang." Katanya lalu menatap tajam wajah Delvin.
"Tipe kau ini. Sayang terlalu rendah."
Aku mendengar kata rendah, emang sehebat apa dirinya. Mantan yang kutahu hanyalah cewek yang tidak jelas untuk dijadikan pacar.
"Ra, dia tidak ngapain kamukan?"
"Oh tidak Vin. Kami hanya berpapasan saja. Aku kekelas iya."
"Ra, tunggu." Katanya yang menghentikan langkahku. "Nanti pulang sekolah barsama aku iya."
"Tidak bisa Vin, aku tidak mau merepotkan." Jawab Indira berusaha menolak dengan halus.
"Kan aku yang nawari, tidak merepotkan malah aku senang Ra.. Kuharap kali ini kamu mau pulang samaku Ra." Pinta Delvin dengan harapan.
"Lihat nanti iya Vin, kalau bisa ku kabari. Dan jangan memaksa diri Vin." Sahut Indira dengan lembut.
"Megapa kamu ti..."
Tenggg Tengggg
Bel bertanda masuk sekolah yang menyelamatkan diriku pagi ini.
"AKu masuk kelas duluan Vin, bel sudah bunyi." Aku langsung berlari dari hadapannya.
MANGSA BARU!!!
Indira berlari jauh secepat mungkin dari Delvin, bukan Indira membencinya tapi Indira tidak ingin memberi harapan padanya. Mungkin Indira egois selalu menutup hati ini, tapi sampai sekarang goresan luka masih basah. Indira harap nantinya akan sembuh sendiri tanpa harus merasakan tersakiti.
Cinta pertama dimasa SMP yang dihianti mantan pacar dengan mantan teman dengan memanfaatkan dirinya sebagai tumpuan uang mereka, terlalu sadis mungkin cara pikir mereka.
“Pufff, untung pak dedi belum masuk.” Kata Indira dalam hati ketika sampai dipintu kelas.
Indira melihat Tyas tidak ada dikursinya,Indira mencari dan menanyakan keberadan sahabatnya itu. Tenyata Tyas izin, dan kini Indira sendiri diruang kelas bahkan disekolah ini. Sial, sungguh hari menyedihkan hari ini. Tadi hampir berurusan dengan cowok arogan lalu kini Tyas tidak datang.
Pak dedi masuk ke kelas dan otomatis semua suara ataupun bisikan tidak terdengar sama sekali, semua menyadi hening. Pak dedi merupakan guru tergalak disekolah, sampai yang namanya Andris selaku ketua Geng Hellboy terkadang takut dengan pak dedi.
Pak dedi merupakan guru terpopuler semasa jayanya disekolah ini. Bukan dikenal dengan galak tapi memiliki berbagai macam untuk disegani siswanya. Pak Dedi merupakan guru favorit matematika Indira. Cara memberi materi, cara mengajarnya yang tidak membosankan ataupun monoton itu yang membuat Indira menyukai pak Dedi dan tentu jadi suka matematika.
Tak terasa bel istirahat berbunyi. Membuat teman sekelas berlarian keluar kelas, tidak ada satupun mereka yang mengajak atau pura-pura untuk menyapa tidak ada. Ingin kekantin kaki ini malas untuk berjalan kesana, ingin di dalam kelas sunyinya minta ampun (Takut ada wewek omel pula). Indira berjalan keluar kelas mencari udara segar ke taman belakang sekolah yang menjadi salah satu tempat favorit selain perpustakaan.
Indira duduk dibawah pohon besar yang ada ditaman tersebut lalu menatap ke atas. Melamun dan berkata sendiri pada diri sendiri. Langit aku iri padamu, kamu selalu ditemani berbagai macam mahluk cipta Tuhan. Tidak ada yang berani meninggalkanmu bahkan ketika kamu berubah menjadi gelap pun tetap ada yang selalu menemanimu salah satunya awan. Yang selalu disampingmu. Aku ingin sepertimu langit, mendapat teman yang selalu ada buatku. Mendapat kekasih yang menerima aku apa adanya dan tidak melukai hati ini. Apa setiap wanita selalu merasakan sakit hati?
“Hai, kamu sendiri?” Tanya lelaki itu menghampiri Indira.
Indira tersenyum melihat lelaki itu berjalan menghampirinya, Indira tidak ingin menjadi cewek sombong.
"Iya nih, Tyas sahabatku lagi tidak masuk sekolah. Kamu sendiri?” Sahut Indira sambil tersenyu.
“Aku malas ke kantin, tidak ada yang menarik disana.” Ujar lelaki itu.
Indira tertawa mendengar kata menarik, menurut Indira kantin menarik sangat menarik.
“Ada.” Sahut Indira cegegasan.
“Siapa?” Tanya lelaki itu penasaran.
“Makan sangat menarik, apalagi makan bersama teman makin menarik.” Sahut Indira.
“Kamu mau makan? Ayo kita bersama kekantin, aku juga lapar.” Dia menarik tangan Indira untuk berdiri.
Indira berusaha menolaknya. Tapi dia terus memaksa diri
“Plis jangan menolak terus ajakkan ku Ra.” Kata lelaki itu bermohon.
“Baiklah, buat kali ini aku tidak menolak ajakkan mu.” Indira berdiri dihadapnya dan tersnyum.
“Begitu dong." Sahut lelaki itu semangat.
Kami berjalan berdua di koridor sekolah, mata yang dulu tidak pernah memperhatikanku ketika jalan kini sedang memperhatikanku. Seakan sekarang mereka sedang bergosip siapa yang sedang berjalan sekarang. Mungkin karena sang gadis cupu berjalan dengan sang good boy sekolah ini. Aku tertawa dalam hati melihat reaksi mereka,seandainya aku bisa memotrek wajah-wajah oon mereka sebagai kenanganku. “
Tidak usah hiraukan mereka.” Kata lelaki itu yang sangat jelas dikuping..
“Aku tidak menghiraukan mereka, aku lagi menertawakan wajah oon mereka.” Kata Indira sambil tersenyum.
“Hahaha, kamu lucu.” Lelaki itu tertawa yang semakin membuat mereka memperhatikan gerak-gerik kami.
“Lah kok lucu sih? Kan benar kataku, cobalah lihat wajah-wajah mereka apalagi wajah cewek-cewek.” Sahut Indira meperhatikan mereka.
“Kamu tidak takut?” Tanya lelaki itu penasaran.
“Kenapa harus takut, aku tidak punya malasah sama mereka.” Sahut Indira dengan percaya diri.
Cewek yang berbeda. Tapi kenapa aku susah mendapatkan hatimu. Sedingin itukan hatimu sampai aku sebagai cowok baik tidak bisa mendapatkanmu. Apa aku kurang membutikannya. Batin lelaki itu.
“Hei, kamu melamun?” Kata Indira sambil mengibaskan tangan tetap do depan wajah lelaki itu.
“Tidak Ra, kamu duluan duudk,biar aku yang pesan makan. Kamu pesan apa?” Kata lelaki itu sambil berjalan kearah tempat makanan.
“Samakan saja biar cepat.” Sahut Indira dan berjalan mencari tempat kosong.
Indira mencari tempat kosong dengan tatapan penghuni kantin masih tertuju padanya. Tanpa memikirkan tatapan itu Indira berjalan diujung kantin tempat yang kosong. Indria melirik disembarang sana ternyata ada mata yang tertuju padanya, mata tajam seakan ingin memakan. Indira tidak ingin menatapnya, masa bodoh biarpun itu tatapan dari seorang Andris. Gangster Hellboy selalu berkumpul dikantin pojok sebelah kiri yang bebas merokok tanpa sepengetahuan guru. Dasar anak berandal.
Sambil menunggu lelaki itu Indira membuka HP dan mengirim pesan pada sahabanya. Tumben hari ini Tyas tidak memberitahu alasan tidak masuk sekolah. Tak menunggu lama pesan masuk, ternyata alasannya konyol yaitu tidak siap tugas pak Dedi dan takut mendapat hukuman berat.
“Ini makannya Ra.” Ucap lelaki itu yang membawa nampan.
“Makasi banyak Delvin. Ini semua gratiskan?.” Sahut Indira sambil mengambil makan dari nampan tersebut.
Ya lelaki itu ada Delvin yang selalu mengajak Indira tapi selalu ditolak Indira. Tapi kali ini Indira tidak berani untuk menolak untuk kesekian kalinya.
“Iya ini gratis Ra, makan yang banyak. Kalau mau nambah boleh kok, biar hari ini aku traktir kamu sepuasnya." Kata Delvin tersenyum.
"Benar gratis dan traktir sepuasnya nih? Kalau gitu aku mau pesan lagi nanti." Sahut Indira semangat, tentu semangat kalau dapat makan gratis.
"Silahkan kalau mau setiap hari kita kekantin bareng biar ku traktir tidak masalah Ra. Asal bisa semakin dekat samamu setiap harinya." Kata Delvin dari hati.
“Aku bercanda Vin, masa setiap hari di traktir itu namanya tidak baik." Jawab Indira.
"Gak bercanda Ra, aku serius." Kata Delvin dengan serius.
Indira tersenyum tanpa membalas ucap Delvin, kali ini perkataannya serius bukan lagi bercanda. Niatnya ingin bercanda tapi Delvin serius. Secepatnya Indira mengabiskan bakso ingin rasanya cepat-cepat kabur dari kantin bukan karena perkataan Delvin tapi juga ada tatapan tajam dari mata elang dari ujung kiri membuat Indira tidak nyaman berada dikantin.
“Kamu lapar banget iya Ra.” Delvin tersenyum melihat cara makan indira.
Aduh lupa di depan ada cowok bukan cewek. Aturan makan gaya yang santai dan cantik ini malah rakus. Ini semua gara-gara mata tajam sial itu, mengganggu saja. lirik Indira dalam hati.
“Iya aku lapar dan baksonya enak Vin." Kata Indira berbohong.
“Kalau tidak ada Tyas hubungi aku saja untuk menemanimu disekolah. Jangan sungkan iya.” Ajak Delvin.
"Nanti kamu sibuk osis dan kamu makan bareng sama temanmu Vin. Aku takut merepotkan apalagi menganggumu " Kata Indira yang merasa akan merepotkan.
"Tidak apa-apa, nggak setiap hari aku sibuk Ra. Lagian masa jabatanku mau berakhir dan aku nggak keberatan makan sama mu. Kalau sama teman sudah terlalu sering tapi samamu ini pertama kalinya dan aku harap hari ini bisa terulang lagi Ra. Ra, apa kita bisa ke kantin bareng lagi?" Pinta Delvin.
"Tentu bisa dan makasi ya Vin." Jawab Indira singkat.
"Aturan aku yang bilang makasi samamu Ra karena kamu mau bareng samaku dan tersenyum hari ini. Dan kalau kamu mau kita pulang bareng ya Ra." Sambung Delvin lagi.
"Nggak merepotkan nanti Vin?" Tanya Indira.
"Tentu tidak, malah aku senang bisa nganter kamu pulang Ra. Nanti aku nunggu di parkiran ya Ra." Kata Delvin tersenyum.
Indira hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil memakan bakso.
Bel sekolah dari tadi sudah berbunyi menandakan bahwa sekolah telah usai. Kelas sebelas IPA satu belum keluar dari kelas, terlihat siswa/i yang sudah ingin demo karena guru sejarah tadi tadi mengoceh tanpa mendengar bel telah berbunyi. Tidak ada yang berani untuk memberitahu pada guru gemuk itu. Mereka takut nanti Bu Silsi akan menceramahi mereka, bukan cepat pulang malah makin lama pulang.
Indira melihat chat masuk dari Delvin bahwa dia sudah menunggu diparkiran. Indira membalas dengan hati-hati.
📱Delvin:
Aku sudah di parkiran ya Ra.
📱Indira"
Bu Silsi masih ngoceh nih kalau mau duluan pulang nggak apa-apa Vin.
Tidak lama kemudian Delvin membalas belum semenit sudah ada notifikasi masuk, garcep amat tangan itu.
📱Delvin:
Nggak apa-apa Ra, aku nunggu kamu. Aku sudah janji pulang bareng samamu. Semangat Indira.
Indira melihat chat tersebut tersenyum kecil sangat kecil.
"Mungkin sudah saatnya aku membuka hati ini, toh Delvin baik dan terima aku apa adanya. Semesta jika ini petunjukmu beri aku jalan untuk menemukan pintunya." Gumam Indira dalam hati tanpa membalas chat Delvin.
“Bro itu bukannya Delvin. Ajar saja yok, kan tadi dia yang ganggu kita.” Kata Joy salah satu anggota gangster Hellboy dan teman dekat Andris.
Kebiasaan Andris dan Gangster Hellboy yang selalu lama keluar dari sekolah, tidak ingin rame-rame di parkiran ketika mengeluarkan kendaraan. Andris yang mendengar Joy dan melihat Delvin duduk di atas motornya dan mereka menghampir orang tersebut.
“Ada sang ketua osis yang sebentar lagi jadi mantan ketua osis nih guys.” Sahut Bayu duduk dekat Delvin.
Delvin sebentar lagi akan dilengserkan dari kedudukan ketua osis karena Delvin sudah kelas dua belas. Dimana sudah ada calon ketua osis tinggal menunggu waktu untuk pergantian priode. Delvin yang mendengar tidak berniat menjawab, malas ladeni geng tersebut.
“Nggak ada nyali dia bro. Kita gas saja, sudah nggak sabar nih.” Pancing Bayu sambil merangkul bahu Delvin.
Andris memberi kode agar membawa Delvin ke gudang sekolah biar tidak ada yang melihat acara permain mereka.
Andris dan geng Hellboy yang lumanya banyak dengan satu mangsa yang akan menjadi main mereka sudah tiba di gudang belakang sekolah. Andris memberi arahan pada anggotanya, ada yang sebagian menunggu diluar untuk memberitahu ada guru yang lewat dan sebagian mengikuti Andris ke dalam gudang.
“Ardi, kau yang kasih permain. Perintah Andris lalu menari kursi kosong dan duduk.
"Yang lain boleh ikutan, itu mangsa sangat berharga. Jangan sampai mati, kalau sudah puas kita cabut.” Kata Ardi pada anggota Hellboy.
Andris menjadi penonton sejati melihat pertunjukan anggota Hellboy. Andris tersenyum melihat musuh bebuyutannya menjadi permain gengnya hari ini. Jarang Delvin menjadi alat permainan mereka, tapi hari ini Delvin yang rela masuk kepermainan mereka.
Bug Bug Bug
Terdengar suara tinju dari anggota Hellboy, jangan Tanya tinju Hellboy sangat keras. Sebelum masuk ke gangster Hellboy harus ada test yang harus dilakukan kalau lulus bisa menjadi anggota gangster Hellboy kalau tidak lulus akan menjadi budak mereka.
Ardi yang puas menghantam Delvin menghampiri Andris yang duduk sambil memainkan HP. “Puas bro, jarang bisa buat Dellvin babak belur.”
“Cukup guys.” Perintah Andris dan anggotanya memberhentikan permainan mereka.
“Hari ini kita beri dia waktu untuk hidup. Kasihan dia belum selesai masa jabatannya.” Sambung Ardi yang terlihat sedang bersama dengan Andris.
Ardi merupakan wakil ketua gangster boy dan sahabat lama bahkan orang yang sangat mengerti Andris. Beda dengan Endri, Bayu, dan Joy mereka bertiga sahabat yang baru ditemukan saat kelas satu SMA.
“Hari ini kau masih hidup.” Kata Andris yang mendekati dan menarik dagu Delvin.
“Cuihh.” Delvin meludah. “Aku punya salah apa sama kalian ha!" Sabung Delvin yang sudah tidak berdaya.
“Salahkan diri kau. Jangan banyak bacot. Sekali lagi kau ikut campur nyawamu diambil sama mereka. Ingat.” Kata Ardi dengan tatapan tajamnya.
Dan Bayu menatap delvin dengan jijik. “Aturan bilang terimakasih sama teman-temanku. Dasar pecundang.”
"Hari ini kau beruntung. Kami kasih nafas buat pelepasan jabatan yang kau banggakan itu. Ingat jangan banyak bacot." Sahut Joy dan menendang kaki Delvin.
"Seru iya kalau ada permainan sebelum pulang. kapan-kapan cari permainan baru nih." Sambung salah satu anggota gangster Hellboy.
*****
Bu Silsi yang serius menerangkan merasa dikit aneh melihat suasana yang semakin hening, tidak ada suara tetangga sebelah. Bu Silsi melihat seisi kelas semua hening, dan melihat jam di HP yang sudah menunju pukul dua siang. Sudah setengah jam yang lalu ternyata bel.
“Sudah bel pulang iya nak?” Tanya Bu Silsi menghentikan kegiatan mengajarnya
“Sudah bu.” Jawab serempak siswa IPA satu.
“Kenapa nggak kasih tahu ibu nak.” Kata bu Silsi sambil merapikan barang di atas meja.
Tidak ada yang berani menjawab takut salah jawab mungkin. Bu Silsi melihat siswanya terdiam seakan mengerti dan memberi kode sama Juna ketua kelas untuk menutup pelajaran hari ini.
Setelah Juna memberi aba-aba untuk menutup pelajaran hari ini dan Bu Silsi keluar kelas buru-buru Indira berjalan menunju parkiran. Indira melihat HP tidak ada balasan dari Delvin. Sudah setengah jam Delvin menunggu, apa mungkin dia menunggu atau pulang.
Indira mengamati sekitar parkiran kosong hanya ada beberapa kendaraan yang tertinggal. Mata Indira tertuju pada motor beat hitam milik Delvin.Dan menelpon Delvin tapi tidak ada jawaban bahkan chat pun dari tadi tidak ada balasan.
“Itukan motor Delvin, berarti dia masih nunggu tapi dia dimana.? Dia kemana sih.” Gumam Indira.
Indira menyusuri koridor kelas, lapangan, perpustakan, kantin untuk mencari Delvin tapi tidak ada sesosok yang dicari, Indira teringat taman belakang sekolah mungkin dia disana. Indira berjalan kearah taman sekolah, berharap ada Delvin tapi matanya tertuju pada segerombal cowok di gudang belakang.
Indira melihat sebagaian anggota Gangster Hellboy berada di dekat gudang. Tidak mengiraukan segerombal cowok tersebut Indira tetap berjalan ketaman belakang sekolah tapi nihil tidak ada Delvin. Indira tetap berusaha menghubungi Delvin tetap juga tidak ada balasan. Merasa frustasi Indira pergi dari taman belakang dan melihat segerombal Gansgter hellboy keluar dari gudang.
Banyak sekali, ngapain mereka disana dan itu ada Andris. Gumam Indira melihat Gangster Hellboy keluar dari gudang.
Indira keluar dari persembunyiannya melihat Gangster Hellboy sudah menjauh dari padangannya. Karena rasa penasara, Indira berjalan mendekati gudang ingin melihat apa isi gudang tersebut. Tidak ada rasa takut ketahuan Gangster Hellboy yang ada rasa penasaran yang kuat. Dan betapa terkejutnya Indira melihat ada bayangan di dalam gudang.
Apa yang mereka lakukan digudang ini, kenapa gelap sekali. Indira mencari ceklekan lampu, dan terkejutnya melihat ada lelaki disana. Tuhan apa yang terjadi disini, dan Lelaki yang diikat tubuhnya, wajah babak belur, bahkan lelaki itu sedikit tidak berdaya lagi.
"Delvin, kamu kenapa ada disana?" Tanya Indira menghampiri Delvin dan menolong melepaskan ikatan tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!