NovelToon NovelToon

TERSIMPUL MERAH(BXB)

Bukan mimpi, bukan nyata

Hari minggu di pagi hari pada jam 07.38, sebuah tempat bernama Asrama disana satu kamar di isi 4 orang. Ada satu asrama yang penghuninya super duper berisik yaitu....
Asrama 108
Asrama itu di isi oleh 2 Anak IPA dan 2 anak IPS, aku bingung pengen bilang mereka pinter takut gak percaya tapi pengen bilang mereka bodoh, mereka gak bodoh-bodoh amat. BINGUNG WOI!
Ian chihaya
Ian chihaya
Woiii rejaaa!
Ian chihaya
Ian chihaya
lu lama gua tinggal sumpah yaa!
Ian Chihaya, keturunan jepang-inggris kelamaan di Indonesia hilang bule nya. Peroasting handal, kucing lewat aja di roasting sama dia (agak lain emang.) no bakso no life kalo kata dia, petakilan PARAH! agak protektif kalo masalah sayang, bisa lembut? bisa asalkan lu dianggap sama dia. Anak 11 MIPA 3
Areza Pangestu
Areza Pangestu
sabaaar njir! kaos kaki gua ilang wehh
Areza Pangestu
Areza Pangestu
kemana ya... padahal gua tadi taro di kasur dahh
Areza Pangestu, aslinya warna rambut dia warna putih tapi diganti sama dia sendiri fomo dia sama senja(keturunan rusia.) Tsundere PUARAHH! bocahnya terlalu denial kalo kata kita, galak diluar lembut didalam (kalo tahu celahnya sihh) blak-blakan banget jadi orang, pelupa (parah!!), gampang kesulut emosi(kesabarannya setipis tisu yang direndem) anak 11 IPS 2
Senja Dryden
Senja Dryden
etdah nyari kaos kaki doang lama banget, nyari kaos kaki apa nyari jodoh lu!
Senja Dryden(keturunan indonesia-belanda) warna asli rambut dia juga awalnya putih malah di cat jadi pink kata dia biar lucu (malah nyentrik banget woi) batrenya nihh orang gak akan pernah habis, selalu jadi powerbank anak squad, gampang banget akrab sama orang lain, 11/12 sama Ian, GAK DANGDUT GAK SENJA(itu kata dia) Asbun banget jadi orang (mulutnya kalo gak dijaga bikin ngakak) anak 11 MIPA 2
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
hei buta.... ITU DI SAKU LU KALO BUKAN KAOS KAKI APA!!
Rajash Aswangga panggil aja Ajash. wajahnya imut terus tenang gitu tapi jangan salah dia ini petakilan juga sama kayak yang lain, ibu bagi para squad, sarkas nya kebangetan hampir bikin satu Squad masuk BK karna dia ngesarkas ke guru. Anak 11 IPS 3
Senja Dryden
Senja Dryden
cuka bakso
Ian chihaya
Ian chihaya
DIEM LO!
Senja Dryden
Senja Dryden
Ehh... iya mangap
Areza Pangestu
Areza Pangestu
Ohiya... ya sorry namanya juga lupa
Ian chihaya
Ian chihaya
lebih ke buta sihh daripada lupa
Areza Pangestu
Areza Pangestu
monyet lo!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
Udah ayo buruan, kalo ketinggalan kereta harus nunggu lama lagi
Areza Pangestu
Areza Pangestu
sabar wehh!
*****
Mau tau gak mereka bakalan kemana? Mereka bakalan ke tempat sejarah mitologi Tiongkok awalnya itu tugasnya Rajash buat meneliti sebuah sejarah tapi ke-3 curut ini ngotot mau ikut dan berakhir mereka pergi ke sana ber-4
sesampainya di tempat tujuan mereka
Ian chihaya
Ian chihaya
gilaaa, keren banget njir
Senja Dryden
Senja Dryden
ehh, bapak lu ja/menunjuk ke arah patung koruptor yang lagi dibully oleh masyarakat lain
Areza Pangestu
Areza Pangestu
bapak gua udah lari, bodoh
Senja Dryden
Senja Dryden
Ohiya lupa sorry.... yatim pasif
Areza Pangestu
Areza Pangestu
yeee, babi lu ye
Ian chihaya
Ian chihaya
wehhh wehhh! naga wehh! /norak + nunjuk-nunjuk ke langit
Terlihat ada banyak sekali layang-layang khas Tiongkok yang lagi diterbangkan
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
(nyesel gua bolehin mereka ikut)
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/melirik ke arah sesuatu yang membuatnya tertarik
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
guys, mau kesana gak?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/menunjuk ke tepi danau dari jarak jauh terlihat seperti ada batu yang terikat sesuatu
Ian chihaya
Ian chihaya
hmm... kayaknya seru tuh
Senja Dryden
Senja Dryden
gas aja lahh!
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gua ikut dahh
mereka pun menuju ke tepi danau tersebut
Sebuah bongkahan batu yang sedikit besar dengan ikatan benang merah disekujur sisi batu tersebut, tidak presisi dan terlalu sederhana untuk dibilang seni
Senja Dryden
Senja Dryden
batu apaan nih... /mengitari batu tersebut untuk mencari sesuatu
Areza Pangestu
Areza Pangestu
unik juga yaa... ini seni pahat kahh?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
terlalu abstrak untuk dibilang seni pahat dan gak ada penyampaian pesan seni nya/sibuk memotret
Ian chihaya
Ian chihaya
terus ini apa dong?
:"wahai para anak muda... apakah kalian sangat penasaran dengan batu ini"
Ian chihaya
Ian chihaya
WOAHH MATI KAU!!/Kaget
Senja Dryden
Senja Dryden
SHETAN!!/ngibrit+meluk leher reza erat
Areza Pangestu
Areza Pangestu
SENJA GUA GAK BISA NAPAS!!/berusaha melepas pelukan senja
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
BANHSAT!/kaget
:"ahahaha... santai anak muda, saya hanya seorang nenek tua yang lagi singgah disini sebentar "
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
ehh?...
Senja Dryden
Senja Dryden
(kaget njir... dikata kagak kali ye)
nenek tua itu menatap mereka satu persatu sesuai urutan. Ian, ajash, senja lalu reza, nenek itu menatap mereka berempat dari ujung kaki lalu naik ke ujung kepala dengan tatapan tajam setelahnya ia memberikan sebuah senyuman kecil dan memberikan tepuk tangan yang sedikit meriah
nenek:"bersinar terang, sangat terang bahkan bintang pun iri pada sinar kalian"
Areza Pangestu
Areza Pangestu
maksud nenek?
Ian chihaya
Ian chihaya
ahh... ahahaha, iya pagi ini mataharinya terang banget ya? /canggung
Senja Dryden
Senja Dryden
Ian sokab...
Areza Pangestu
Areza Pangestu
ora nyambung yan
Ian chihaya
Ian chihaya
berisik dehh lu/bisik
nenek:"kalian tahu sejarah batu ini? "
secara kompak mereka mengatakan tidak dengan lantang namun tidak tegas
nenek itu terkekeh, ia menyuruh mereka berempat buat duduk didekatnya ke-4 pemuda itu nurut
nenek:"ini adalah batu benang merah, sebuah batu, benang dan cinta"
Senja Dryden
Senja Dryden
(ribet amat....)
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
saya punya pertanyaan
nenek:"ya, apa itu? "
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
kenapa batu sama benang merah itu dikaitkan dengan cinta?
Nenek itu tersenyum lembut ke arah Rajash seperti ia mengatakan kalo itu adalah pertanyaan yang dinanti-nantinya. Nenek:"mari kuceritakan awal mula sejarah ini terbuat "
Entah dari mana ditangan mereka sudah ada cemilan mereka masing-masing dan duduk manis di dekat nenek itu, bersiap untuk mendengar cerita yang buat mereka penasaran.
nenek:"Dahulu kala, sebelum dunia manusia dan dunia magis terpisah, langit dan bumi masih terhubung oleh jalinan cahaya. Di pusat alam semesta, terdapat seorang penenun takdir bernama Ekarida, seorang dewi buta yang hidup di antara bintang-bintang. Ekarida tidak bisa melihat dunia dengan matanya, tapi ia bisa “melihat” jiwa setiap makhluk hidup melalui benang-benang cahaya yang menghubungkan satu hati dengan hati lainnya. Ia duduk di atas singgasana dari awan kristal dan memegang alat tenun abadi, di mana ia menenun setiap benang nasib, cinta, kehilangan, kelahiran, dan kematian."
Senja Dryden
Senja Dryden
(pasti tuhh dewi dipanggil nya eka)
Areza Pangestu
Areza Pangestu
(namanya terlalu melokal gak sihh)
nenek:"Di antara semua benang yang ditenunnya, benang berwarna merah adalah yang paling tua dan kuat. Ia tidak bisa dipotong, dibakar, atau dihapus. Benang ini bukan sekadar simbol cinta, melainkan ikatan antara dua jiwa yang pernah saling menyelamatkan di kehidupan sebelumnya, meski mereka sendiri tidak mengingatnya. Benang merah takdir muncul hanya pada dua jiwa yang telah menyentuh titik paling gelap dari hidup mereka, dan masih memilih untuk kembali menyentuh cahaya, meski tak diberi janji balasan."
nenek:"Namun, pada zaman dahulu, ada seorang manusia yang melawan takdirnya sendiri, bernama Kaehler. Ia memaksa Ekarida untuk memutus benang merahnya karena ia membenci orang yang terikat dengannya. Kaehler merasa bahwa takdir terlalu kejam karena menyatukannya dengan seseorang yang membuat hidupnya sengsara. Karena itu, ia menciptakan Organisasi Pemutus Takdir, sebuah gerakan rahasia yang percaya bahwa "takdir adalah penjara" dan cinta seharusnya dipilih, bukan ditetapkan. Sebagai akibat dari pemberontakan ini, Ekarida murka dan menjatuhkan kutukan pelupa: manusia di zaman modern akan lupa bahwa mereka memiliki benang merah. Hanya mereka yang menyentuh ambang kematian atau emosi yang sangat dalamlah yang bisa melihat benangnya muncul. Sejak itu, benang merah tetap ada, tapi tersembunyi—hanya bisa dilihat oleh: Mereka yang hampir mati Mereka yang trauma berat Mereka yang bersentuhan dengan dimensi takdir seperti mimpi, luka lama dan lain sebagainya. "
Ian chihaya
Ian chihaya
woahhh.... keren ya sejarahnya
Senja Dryden
Senja Dryden
nugget gua abis, bagi dong ja/langsung mengambil potongan nugget dari tangan reza
Areza Pangestu
Areza Pangestu
tumben minta izin dulu, biasanya makanan udah di taro dalam mulut baru bilang
Senja Dryden
Senja Dryden
Eeee..... gak salah sihh
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
aku punya pertanyaan lagi
nenek:"boleh, bertanya lahh sesuka mu"
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
apa yang terjadi pada mereka yang memaksa memutuskan benang takdir selain diberikan kutukan pelupa
nenek:"mereka mati atau akan hidup didalam kesialan seumur hidup"
Ian chihaya
Ian chihaya
terus bagaimana cara memutuskan kutukan itu sendiri?
nenek:"hemm.... itu gampang, kau hanya perlu mencari jodoh mu atau mengingat-ngingat siapa yang kau bantu "
Senja Dryden
Senja Dryden
tunggu, kenapa kita harus mengingat seseorang yang kita bantu?
nenek:"ada dalam sejarah mitologi Tiongkok, catatan terakhir milik Ekarida dia menulis sebuah kalimat yaitu :Jika kau melihat benang di jarimu—jangan tanya siapa di ujungnya, tanyakan dulu: ‘siapa yang pernah kuselamatkan tanpa kusadari?' itulah yang dia katakan "
nenek:" dan juga jika kita melupakannya.... siapa yang akan menuliskan kisah mereka? setiap orang yang kau bantu adalah satu halaman yang tidak akan dibakar waktu, kalau kau mau mengingatnya"
Ian chihaya
Ian chihaya
ihh, keren banget
Areza Pangestu
Areza Pangestu
kalimat anda sangat unik ya...
nenek:"dan apakah kalian tahu... jari kelingking kalian sudah dikelilingi sebuah cahaya merah, tinggal menunggu saja waktu yang dekat "
dengan kompak mereka mengangkat jari kelingking mereka sejajar dengan wajah agar bisa melihat dengan jelas.
Senja Dryden
Senja Dryden
hah??
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
cahaya merah?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
mana nek... gak ada tuh/membolak-balik tangannya
Ian chihaya
Ian chihaya
terus nek-....
Angin tiba-tiba menggila, membuat mereka terpaksa memejamkan mata. Saat membuka kembali… bangku di depan mereka kosong. Tak ada jejak. Tak ada suara. Nenek itu... menghilang.
Senja Dryden
Senja Dryden
bangsat....
Areza Pangestu
Areza Pangestu
hilang....
Ian chihaya
Ian chihaya
itu tadi kita gak lagi ngomong bareng setan kan?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/menatap ke arah belakang yaitu tempat dimana batu tadi berada
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
//!?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
BATU NYA JUGA ILANG
Senja Dryden
Senja Dryden
/Reflek noleh ke belakang
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/2in
Ian chihaya
Ian chihaya
/3in
Ian chihaya
Ian chihaya
wehh lahh, setan beneran njir!! /kabur ke tempat ramai
Senja Dryden
Senja Dryden
yannn gua gak mau mati konyol!! /2in
Areza Pangestu
Areza Pangestu
belum kawin gua ya Tuhan!! /3in
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
tungguin woi! /4in
Tanpa mereka sadari, dari balik bayang pohon, seseorang mengamati mereka. Seorang wanita muda berdiri anggun, dengan telinga rubah di atas kepalanya dan sembilan ekor megah yang melambai di belakang pinggangnya. Tatapannya teduh… namun tak terbaca. Ia tersenyum tipis, lalu berbisik pelan—seakan hanya angin yang diminta mendengar: “Yang terikat oleh benang takdir, akan tersesat jika mencoba membakarnya. Yang berusaha lepas dari kutukan, akan menjelma kutukan itu sendiri.” Setelahnya, ia melangkah mundur, menembus kabut tipis di antara pepohonan. Dan menghilang. Begitu saja.
*****
BERSAMBUNG

mie instan lebih logis dari takdir

mereka kini berada di sebuah restoran bernuansa china
Senja Dryden
Senja Dryden
gila gak sih?
Ian chihaya
Ian chihaya
siapa? lu? gak usah nanya, udah dari dulu
Senja Dryden
Senja Dryden
monyet memang!
Senja Dryden
Senja Dryden
gua lagi ngomongin yang tadi, kalian percaya ama kata-kata nenek tadi?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gua sihh enggak yaa
Areza Pangestu
Areza Pangestu
soalnya ini lebih mirip kayak karangan orang gabut cok, palingan juga itu cuman efek sugesti doang
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
gak salah sihh... 9 planet, 1 benang. kayak semesta kurang kerjaan aja gituloh sampe ngatur jodoh gua pake benang
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
ntar nihh lama-lama gua nikah ama mesin jahit
Senja Dryden
Senja Dryden
ajash nikah sama mesin jahit, souvenir nya benang wol
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
shetan memang lu
Ian chihaya
Ian chihaya
masalahnya gini cok, kan jodoh ditentukan dari lahir nihh ya sedangkan gua milih pop ice rasa aja masih bingung
Ian chihaya
Ian chihaya
masa iya gua dikasih jodoh gratisan? gak sekalian tuhh dikirimin sama ongkirnya
Areza Pangestu
Areza Pangestu
kenapa disamain sama pop ice dahh? Ora nyambung njir
Ian chihaya
Ian chihaya
gak tahu, kepikiran aja mau nyamain sama pop ice
Areza Pangestu
Areza Pangestu
stress lu
Senja Dryden
Senja Dryden
tapi intinya kita tuhh kayak benang spool gitu? udah ditaliin sama semesta tinggal nunggu dijahit
Senja Dryden
Senja Dryden
gua lebih milih ngelawan sihh, kan gak lucu ternyata benang gua nyambung ke gagang panci
Areza Pangestu
Areza Pangestu
si bodat, gua tempeleng nihh ya
Angin tipis berhembus pelan. Suasana mendadak sunyi. Dan suara asing seperti “bisikan di dalam kepala” terdengar di waktu yang sama… “Lucu ya, kalian tertawa hari ini. Besok, semesta yang akan tertawa.”
seketika mereka terdiam dan menatap satu sama lain
Senja Dryden
Senja Dryden
teror apalagi ini...
Areza Pangestu
Areza Pangestu
mending awalnya gua gak ikut si ajash dahh
Ian chihaya
Ian chihaya
nanti gua tidur dikasur lu dong jash, gua gak berani tidur dikasur bawah
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
enggak dehh makasih, gua juga ogah nanti bantal gua di ilerin lagi sama lu
Ian chihaya
Ian chihaya
fitnah bae lu kayak abu lahab
pelayan:"permisi tuan-tuan sekalian, ini pesanan kalian maaf lama menunggu"
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
ahh terimakasih ya kak
pelayan itu pun pergi setelah menaruh pesanan mereka
Areza Pangestu
Areza Pangestu
sumpah, tiba-tiba banget gua gak nafsu makan
Ian chihaya
Ian chihaya
habis ini kita langsung pulang aja yuk? perasaan gua udah gak enak banget soalnya
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
jangan gitu yan, takut kenyataan masalahnya
Senja Dryden
Senja Dryden
udahlah wehh, palingan juga ke depannya baik-baik aja
Senja Dryden
Senja Dryden
gua jamin dahh
Areza Pangestu
Areza Pangestu
kalo besok ada masalah, taruhannya nyawa senja
Senja Dryden
Senja Dryden
serem njir! gua masih mau menikmati hidup cok!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
gak papa, katanya mau ke surga
Senja Dryden
Senja Dryden
Tapi gak gitu jugalah kocak!
Mereka melanjutkan makan siang dengan tenang. Meja yang semula penuh canda dan tawa, sebentar lagi akan berubah—bukan lagi riuh, melainkan sunyi. Bukan lagi hangat, melainkan dingin oleh kehampaan. Dan dari sanalah, penyesalan akan lahir… hasil dari perbuatan mereka sendiri.
Setelah puas berkeliling Museum dan taman, mereka kembali pulang dengan kereta. Lorong itu terasa lengang—kosong, seakan dunia hanya milik mereka berempat. Duduk berdampingan, perlahan rasa lelah merayap dan membuat mereka terlelap, saling bersandar di bahu satu sama lain. Hanya Ian yang masih terjaga, matanya menatap keluar jendela. Bayangan lampu kota yang berlari mundur di kaca, seolah menggambar garis waktu yang diam-diam menyeret mereka menuju takdirnya masing-masing.
Ian chihaya
Ian chihaya
(.....)
Di kaca jendela yang berembun, samar-samar muncul bayangan seorang pria. Jas putihnya kontras dengan gelapnya malam, kacamata di wajahnya memantulkan cahaya redup lampu kereta. Ia melambaikan tangan—gerakan sederhana, tapi terasa seperti panggilan. Di kelingkingnya, melingkar seutas benang merah tipis, berkilau bagai cahaya bintang yang terselip di langit kelam. Ian terdiam. Kelopak matanya ia pejamkan, lalu dibuka kembali, berulang kali. Namun bayangan itu tetap ada. Antara nyata atau ilusi, ia sendiri tak lagi yakin.
Ketika Ian kembali membuka matanya setelah berkali-kali meyakinkan diri, bayangan pria itu benar-benar lenyap dari pantulan kaca. Hanya sisa gelap malam dan kilatan lampu kota yang berlari mundur. Napasnya pelan, berat oleh rasa lelah… hingga akhirnya ia menyerah pada kantuk, bersandar tenang di bahu Reza. Tapi jauh di sudut pikirannya, tersisa satu pertanyaan yang berputar tanpa jawaban: siapa sebenarnya pria itu—dan kenapa benang merahnya terikat pada dirinya?
Sesampainya di Asrama
Senja Dryden
Senja Dryden
huahhh! capek!!/langsung merebahkan tubuhnya ke sofa
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
hehh! mandi dulu gak lo!/membuka jaketnya
Areza Pangestu
Areza Pangestu
hari ini yang piket makan malam gua sama lu, kan yan/membuka kulkas untuk memeriksa bahan-bahan didalamnya
Ian chihaya
Ian chihaya
//melamun didepan pintu
Areza Pangestu
Areza Pangestu
yan?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
//menoleh ke arah Ian dengan raut wajah khawatir
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
Ian, lu kenapa dahh?
Ian chihaya
Ian chihaya
//tetap tidak merespon
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/menatap ke arah reza
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/sebaliknya
BUKK!! Sebuah bantal sofa mendarat mulus di belakang kepala Ian.
Ian chihaya
Ian chihaya
SHETAN!!
Ian chihaya
Ian chihaya
siapa yang ngelempar?? /bersiap untuk menyerang balik
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/menunjuk ke arah senja
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/2in
Senja Dryden
Senja Dryden
ehehehe... maaf reflek
Ian chihaya
Ian chihaya
gigimu reflek! sakit sat! /membalas lemparannya
Senja Dryden
Senja Dryden
yaaa.... habisnya lu bengong terus ke pintu
Senja Dryden
Senja Dryden
kenapa? lu jatuh cinta sama pintu? wajar sihh dia kan setia menutup dan membuka dirinya untuk kita
Ian chihaya
Ian chihaya
awas lu ya sen, kalo ada PR mtk gak akan gua bantuin/pergi ke bagian dapur
Senja Dryden
Senja Dryden
gua masih ada ajash, iya gak oppa~/gelendotan ke lengan Ajash
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
najis, berhenti atau muka lu gua bekep pake ban sepeda
Senja Dryden
Senja Dryden
awww, atutt~
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
MANDI SONO!! /Melempar bantal ke arah senja
Senja Dryden
Senja Dryden
ehh... i-iya... iyaa! /pergi ke arah kamar mandi
Di kamar mandi yang penuh uap tipis, Senja bersiap melepas bajunya. Namun langkahnya terhenti ketika pandangannya tertumbuk pada kaca wastafel. Bukan hanya dirinya yang terpantul di sana. Ada sosok lain—seorang pria berbalut seragam pemanah, dengan busur di bahu dan anak panah menggantung di punggung. Wajahnya samar, seakan tertutup kabut tipis, tapi gerakannya jelas. Ia mengangkat tangan, melambaikan salam sederhana. Di kelingkingnya, terikat seutas benang merah yang berkilau halus… berdenyut pelan, seperti sedang hidup.
Mata Senja langsung melotot menatap kaca. Bayangan itu tersenyum tipis, bibirnya bergerak, mengucapkan kalimat samar namun jelas terdengar di telinga Senja: “Akhir yang indah akan terus berputar.”
Senja Dryden
Senja Dryden
Se... Se-SETANNN!????
Tanpa pikir panjang, bocah rambut pink itu langsung kabur keluar kamar mandi, setengah telanjang, handuk masih nyangkut di bahunya.
diluar
Areza Pangestu
Areza Pangestu
BERISIK, MONYET!!/melempar bungkus mie instan ke arah wajah senja
Senja Dryden
Senja Dryden
/menghindar dengan cepat
Senja Dryden
Senja Dryden
eitss... tidak kenaaa!!!
Areza Pangestu
Areza Pangestu
ngeselin banget njir/lanjut memasak makanan
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
apasih sen, berisik banget lu sore-sore/baru selesai menyapu lantai
Senja Dryden
Senja Dryden
tadi ada setan jash!
Ian chihaya
Ian chihaya
ahh, khayalan lu aja kali
Areza Pangestu
Areza Pangestu
tau nihh, tumben banget lu langsung percaya hal ghoib
Senja Dryden
Senja Dryden
MASALAHNYA INI GUA NGALAMIN SENDIRI!!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
yaudah bentar gua cek... /memasuki kamar mandi
Senja Dryden
Senja Dryden
/ngikutin ajash dari belakang
didalam
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
mana sihh setannya? /melirik ke sana dan kemari
Senja Dryden
Senja Dryden
tadi ada di kaca, jelas banget njir!!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
ehmm? Ora ada ahh
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
lu kecapean kali... biasanya orang kalo kecapean langsung ngehalu
Senja Dryden
Senja Dryden
iya kali yaa
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
nahkan, dahh sono lanjut mandi
Senja Dryden
Senja Dryden
ehmm... mandiin gua jash
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
NAJIS!!/keluar dari kamar mandi meninggalkan senja yang di dalam
Senja Dryden
Senja Dryden
ehehehe, canda jash/menutup pintu kamar mandi
Senja akhirnya memberanikan diri, membuka seluruh pakaiannya lalu menyalakan shower. Air hangat mulai membasuh tubuhnya, membuatnya sedikit tenang setelah kejadian barusan. Uap tipis memenuhi kamar mandi. Tapi… di antara kabut kaca yang mulai berembun, sebuah senyuman samar muncul. Senyuman itu terlalu lebar, menampakkan gigi taringnya dengan jelas. Dari pantulan kaca, terdengar bisikan lirih yang membuat bulu kuduk Senja berdiri: “Selamat ya~…” Kulit Senja langsung merinding setengah mati. Ia menggigil bukan karena dingin, melainkan karena ketakutan. Dengan wajah panik, ia buru-buru mempercepat mandinya—sampai kelihatan kayak orang lagi lomba mandi tercepat dunia.
Senja Dryden
Senja Dryden
(monyet.... monyet.... MONYEEEET!!)
setelah itu
Di meja makan, suasana mendadak damai. Masakan hasil kolaborasi Ian dan Reza tersaji rapi. Aroma gurihnya bikin perut siapa pun berontak minta diisi.
Senja, tanpa basa-basi, langsung menyendok porsi jumbo ke piringnya.
Senja Dryden
Senja Dryden
INI BARU HIDUP!!/Mulut udah penuh tapi tangan masih nambah
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/menggelengkan kepalanya heran melihat kelakukan senja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
habisin yaa, yang gak ngabisin bantalnya gua taro kecoa
Ian chihaya
Ian chihaya
psikotes njir..
Semua tampak normal. Hangat. Seperti keluarga kecil yang ribut tapi akrab.
Namun, di balik jendela yang sedikit terbuka, sepasang mata tajam memperhatikan mereka.
Seorang wanita muda berdiri di luar sana. Rambut panjangnya jatuh berkilau di bawah cahaya lampu jalan. Telinga rubah mencuat di atas kepalanya, dan sembilan ekor berbulu lebat menjuntai di belakangnya. Tatapannya dingin, kesal, seakan setiap tawa di meja itu menusuk hatinya. Dengan suara yang hanya bisa didengar malam, ia bergumam: “Kalian tidak percaya takdir? Oke… aku akan membuat kalian percaya.” Angin malam berhembus pelan, membuat tirai jendela berkibar. Tapi saat salah satu dari mereka menoleh sekilas, sosok itu sudah menghilang—meninggalkan hawa dingin yang samar.
Areza Pangestu
Areza Pangestu
.......
Senja Dryden
Senja Dryden
.......
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
.......
Ian chihaya
Ian chihaya
.......
Ian chihaya
Ian chihaya
angin gak sihh?
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
iya dehh, angin kayaknya/beranjak dari duduknya berjalan ke arah jendela lalu menutupnya rapat
Areza Pangestu
Areza Pangestu
kalau bukan angin?
Senja Dryden
Senja Dryden
ahh, orang paling
Ian chihaya
Ian chihaya
cukup ku kasih tahu kalo asrama kita ini dilantai 5
Senja Dryden
Senja Dryden
..... laper, ora ada lagi kahh ja?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
MASAK DEWEK SONO!!
Mereka pun melanjutkan makan malam dengan tenang. Suara sendok bertemu piring terdengar jelas, sesekali diselingi tawa kecil dan celetukan receh. Namun, di antara gurihnya makanan dan hangatnya suasana, ada sesuatu yang menggantung di udara. Entah kenapa, perasaan aneh itu muncul—seperti ada yang memperhatikan dari kejauhan.
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/berhenti mengunyah + melirik ke arah jendela tadi
Ian chihaya
Ian chihaya
/sempat mengerutkan keningnya tapi langsung berpura-pura bermain HP dibawah meja
sedangkan senja hanya cuek bebek, masih lahap makan sambil nyeplak
Senja Dryden
Senja Dryden
Ehh, kalo gua abis jangan ada yang nyolong makanan gua ya
Senja Dryden
Senja Dryden
nihh makanan kayak ada vibes apa yaa, kayak terakhir kali makan gitu
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/langsung melempar tatapan sinis ke arah senja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
lu tuhh bisa gak sihh makan dengan normal gitu
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gak usah pake acara ngeri-ngeriin gitu
Meski akhirnya mereka ketawa lagi, rasa curiga itu nggak benar-benar hilang. Ada bayangan samar di hati masing-masing, tapi mereka memilih menelannya bersama suapan terakhir malam itu.
BERSAMBUNG

Takdir? skip aja!

Pagi hari yang cerah dan damai… setidaknya untuk seluruh dunia, kecuali satu tempat bernama Asrama 108. Dari luar, bangunannya kelihatan tenang-tenang aja. Tapi coba deketin sedikit, suara ribut dari dalam bakal langsung bikin kamu mikir: ini asrama anak sekolah atau kandang hewan buas? Bahkan kalau kamu berdiri jauh sekalipun, teriak-teriakan mereka masih bisa tembus telinga, kayak konser gratis tanpa tiket.
Senja Dryden
Senja Dryden
halo guys~.... hari ini saya akan memperlihatkan seberapa canggihnya kamar mandi asrama kami/lagi live
Senja Dryden
Senja Dryden
nihh denger yaa, lampunya kalo dimatiin ada suara lohh/bersiap mematikan lampu kamar mandi
CTAAK!!
Areza Pangestu
Areza Pangestu
Monyeet!/teriak dari dalam kamar mandi
Senja Dryden
Senja Dryden
/menyalakannya lagi
Senja Dryden
Senja Dryden
nahhh, keren kan?
Senja Dryden
Senja Dryden
hm? mau lagi? okee... ~
Senja Dryden
Senja Dryden
/mematikannya lagi
Areza Pangestu
Areza Pangestu
Monyet memang!/teriak dari dalam kamar mandi untuk ke-2 kalinya
Areza Pangestu
Areza Pangestu
PERGI GAK LO!!
Senja Dryden
Senja Dryden
ehh... sistemnya ngamuk guys... kita udahan dulu yaa/mematikan livenya
Senja Dryden
Senja Dryden
/pergi ke arah dapur tanpa rasa bersalah
Awalnya Senja cuma niat ngintip dapur, penasaran sama apa yang dimasak Ajash dan Ian buat sarapan. Tapi yang dia dapet? Dua bocah itu lagi ribut kayak anggota DPR yang lupa kalau mereka cuma lagi masak
Ian chihaya
Ian chihaya
gua bilangin ya, DAUN bawang itu bisa bikin makanan lebih harum! /ngotot sambil ngibasin daun bawang kayak senjata
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
HARUM APAAN YAN! yang ada malah kayak pengharum mobil rasa sayur!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
BAWANG BIASA ITU KUNCI RASA YAN!! /nadanya udah kayak debat politik internasional
Senja Dryden
Senja Dryden
..... /cuma bisa melotot tak percaya apa yang ia lihat
Senja Dryden
Senja Dryden
gila ya... bikin sarapan doang udah kayak sidang paripurna
Senja udah kayak penonton setia di dapur, ngeliatin Ian sama Ajash yang lagi debat hidup-mati soal: bawang biasa vs daun bawang. Sampai dia nggak sadar kalau di belakangnya ada Reza baru kelar mandi, rambut masih basah digosok pakai handuk
sampai Reza nyeletuk
Areza Pangestu
Areza Pangestu
lu ngapain sihh?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
fokus amat.... udah kayak lagi ngeliat romeo and Juliet versi tukang sayur
Senja Dryden
Senja Dryden
MAMAK SHETAN!!/kaget setengah mati + reflek nyikut muka reza
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/langsung mundur ke belakang
Areza Pangestu
Areza Pangestu
INI GUA BODOH!!
Senja Dryden
Senja Dryden
/dengan enteng dia cuman tertawa kecil
Senja Dryden
Senja Dryden
sorry... kan Ora tahu/muka nya jelas tidak ada rasa bersalah
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/mendengus kesal
Areza Pangestu
Areza Pangestu
liatin apaan sihh lu?
Senja Dryden
Senja Dryden
liat aja sendiri/menunjuk ke arah dapur
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/ikutan ngintip
beberapa detik setelahnya, Reza hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
Areza Pangestu
Areza Pangestu
inimah bukan masak namanya tapi sidang kabinet
Senja Dryden
Senja Dryden
Anjir!/langsung ngakak
di dapur
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
YAUDAH KITA PAKAI DUA-DUANYA AJA GIMANA!
Ian chihaya
Ian chihaya
/terdiam sejenak
Ian chihaya
Ian chihaya
IDE BAGUS...!?
Senja Dryden
Senja Dryden
/tercengang
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/2in
Setelah debat panas yang hampir lebih panjang daripada drama Korea 16 episode, akhirnya dua “anggota sidang kabinet dapur”—Ian dan Ajash—memutuskan jalan tengah: pakai dua-duanya. Bawang biasa dan daun bawang.
Areza Pangestu
Areza Pangestu
anjirr yang bener aja...
Senja Dryden
Senja Dryden
inimah makan bawang pake nasgor
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gak salah pliss
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
JAAA, SEN!!
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
lu berdua ora ke dapur! gua gedig pake teplon!?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/langsung ke dapur
Senja Dryden
Senja Dryden
/2in
Hasilnya? Satu wajan nasi goreng yang aromanya bisa bikin seluruh isi bumi kebangun: wangi bawang biasa yang nendang dicampur sama daun bawang yang segar.
Mereka berempat pun akhirnya duduk di meja makan, menyerbu nasi goreng yang kelihatan overdosis bawang.
senja yang mulutnya masih penuh tapi bisa nyeletuk
Senja Dryden
Senja Dryden
inimah bukan nasi goreng lagi, tapi festival bawang internasional
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/melirik tajam ke arah senja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
lu bisa gak kalo makan tinggal makan, gak usah nge-asbun
Senja Dryden
Senja Dryden
gak bisa.... Wleeee! /menjulurkan lidahnya lalu lanjut makan
Areza Pangestu
Areza Pangestu
ngeselin banget bocah pink satu ini
Senja Dryden
Senja Dryden
/bodo amat dan lanjut makan
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/nyengir puas
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
nohkan lebih enak pake bawang biasa kata senja
Senja Dryden
Senja Dryden
.....
Senja Dryden
Senja Dryden
(pitnah njir, sejak kapan gua ngomong begitu)
Ian chihaya
Ian chihaya
hehh bodoh! nasi goreng tanpa daun bawang tuhh kayak manusia tanpa jiwa!
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gua heran dahh... kapan sihh lu berdua makan tanpa drama/menggaruk kepalanya
Setelah sarapan, mereka bersiap ke sekolah. Harusnya sih… berangkat dengan tenang, kayak murid normal pada umumnya. Ada yang naik motor, ada yang gowes sepeda, ada juga yang jalan kaki.
Mereka? PAKE MOBIL BAK. Iya, mobil bak beneran—yang biasanya dipakai ngangkut barang, sekarang diisi empat bocah absurd ini.
Ajash di kursi depan dengan gaya supir truk antar kota, sementara Ian, Reza, dan Senja duduk di bak belakang.
Senja Dryden
Senja Dryden
HIDUP MURID IPS DAN IPA!?/teriaknya dengan bangga
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/langsung narik ujung baju senja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
DUDUK! INI BUKAN DEMO YA, BODOH!!
Ian chihaya
Ian chihaya
/cuek bebek sambil memukul-mukul galon layaknya gendang
Ian chihaya
Ian chihaya
KAU TANGANKAN CINCIN!! KITA TERSENYUM INDAAAAAH~!?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/langsung gabung
Areza Pangestu
Areza Pangestu
NAMUN MENGAPA HATIKU.... TERUS MENANGIS ATAS NAMAMU!? /suaranya ngalahin toa sekolah
Sementara itu Ajash hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan rasa malu padahal dia juga mau ikutan.
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
gua bawa anak-anak atau badut keliling sihh...
Mobil bak pun melaju memasuki area sekolah, bikin semua murid yang dilewati bengong: ini murid sekolah atau rombongan karnaval dadakan?
Ajash akhirnya memarkir mobil bak itu di parkiran sekolah—parkiran resmi, padahal jelas-jelas itu bukan kendaraan siswa normal. Beberapa murid lain yang baru datang cuma bisa ngeliatin dengan tatapan bingung: “Ini sekolah atau pasar pagi sih?”
Senja Dryden
Senja Dryden
nanti istirahat di tempat biasa kan? /sibuk ngaca di spion mobil
Areza Pangestu
Areza Pangestu
iyaa, lu ngaca mulu kayak cakep aja
Senja Dryden
Senja Dryden
yeee, gua mahh cakep emang lo?
Areza Pangestu
Areza Pangestu
monyet lu...
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
gua kayaknya agak telat dikit, mau balikin buku perpus
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
lu duluan aja ja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gak ahh, ntar dikira orang gila kalo jalan sendirian
Ian chihaya
Ian chihaya
ihh, nyadar diri
Areza Pangestu
Areza Pangestu
memang setan lo!
Ian chihaya
Ian chihaya
/langsung ketawa
Areza Pangestu
Areza Pangestu
udahlah, ayo ke kelas
Areza Pangestu
Areza Pangestu
gua belum ngerjain pr
Senja Dryden
Senja Dryden
OHIYA GUA JUGA!! AYO YAN, MAPEL PERTAMA GUA GURU KILLER MASALAHNYA!?/langsung ngibrit sambil narik tangan Ian
Ian chihaya
Ian chihaya
SABAR MONYET! TANGAN GUA NANTI PATAH/ikutan lari karna tangannya ditarik senja
Areza Pangestu
Areza Pangestu
orgil... orgil
Areza Pangestu
Areza Pangestu
/pergi ke gedung IPS
Rajash Aswangga
Rajash Aswangga
/2in
Ian dan Senja menuju gedung IPA, sementara Reza dan Ajash ke gedung IPS.
Sebenarnya mereka masih satu angkatan, tapi… guru-guru punya keputusan bijak: kelas mereka sengaja dipisah. Alasannya simpel—kalau digabung, wali kelas bisa langsung resign hari itu juga.
Tapi lucunya, meskipun dipisah, kerusuhan tetap terjadi. Bahkan satu orang aja dari mereka udah cukup bikin kelas jungkir balik. Jadi kebayang nggak kalau empat-empatnya disatuin? Bisa jadi armageddon versi sekolah.
Di sisi Ian, ia duduk di bangku paling belakang dekat jendela. Bukan karena dia mau jadi karakter utama ala anime, bukan juga biar keliatan keren. Alasan simpel aja: biar gampang makan di tengah pelajaran
Meja belakang = warung pribadi.
Belum lima menit duduk, salah satu temannya mendekat.
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
bree breee!!
Ian chihaya
Ian chihaya
apaan sihh lo
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
lu udah tau gosip itu gak?
Ian chihaya
Ian chihaya
gosip paan?
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
yahh, masa lu gak tahu sihh?
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
dahal udah viral banget di fembes sekolah
Ian chihaya
Ian chihaya
lu lupa ya? gua punya x aja ora ada apalagi tau tentang gosip
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
yaelah, download makanya
Ian chihaya
Ian chihaya
malass~
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
ck... yaudah nihh, lu liat sendiri dahh/memberikan handphone nya
Ian membuka layar ponsel itu, masuk ke akun @yutaraschool. Biasanya akun ini isinya gosip receh ala-ala infotainment, kayak “Ketua OSIS ketahuan beli ciki pake kupon diskon” atau “Guru olahraga katanya jomblo akut.” Pokoknya bahan gibah gratis buat satu sekolah. Tapi kali ini beda. Bukan tentang murid baru, bukan tentang guru baru, bahkan bukan tentang fasilitas sekolah.
[INFO GOSIP SEKOLAH] Katanya, di dunia ini ada “Benang Merah Takdir” yang ngiket jari kelingking seseorang. Legenda bilang… ujung benang itu selalu terhubung sama jodoh lo. Lo bisa kabur sejauh apa pun, tapi benangnya bakal narik balik ke orang itu. Ada gosip, beberapa murid Yutara mulai ngalamin hal aneh—kayak liat kilatan cahaya merah di jarinya, atau ketemu orang asing yang tiba-tiba bikin mereka ngerasa… aneh. Coincidence? Atau beneran takdir? 😉 #YutaraGossip #BenangMerah
Ian chihaya
Ian chihaya
ini akun sekolah atau tentang majalah mistis?
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
yeee, sekarang murid-murid lagi pada ngomongin cok
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
lu percaya gak?
Ian chihaya
Ian chihaya
enggaklah, ngapain?
Ian chihaya
Ian chihaya
gak guna, mending makan kebab
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
yaelah, gak asik lu
Ian chihaya
Ian chihaya
asikin dong ganteng~/menatap genit ke arah zayden
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
/terdiam sebentar
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
najis...
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
ehh, tapi kalo ada benang merah dijari kelingking lu
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
gimana tuhh?
Ian chihaya
Ian chihaya
gampang... tinggal gua gunting, masalah selesai dehh
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
tapi katanya gak bisa diputusin
Ian chihaya
Ian chihaya
/mikir sebentar lalu jawab dengan wajah datar
Ian chihaya
Ian chihaya
udah kaya wifi sekolah dong? udah gua matiin tapi nyambung lagi
Zayden Arthayasa
Zayden Arthayasa
anjir, P'A/ketawa kenceng
Ian chihaya
Ian chihaya
/2in
Ian tertawa puas setelah melontarkan kalimatnya, wajahnya benar-benar santai seakan ramalan itu cuma lelucon murahan. Yang tidak ia sadari—di balik tawanya, di kelingkingnya sendiri sudah melingkar tipis sebuah benang merah. Halus, nyaris tak terlihat, tapi perlahan mengencang seakan menunggu saat yang tepat. Setiap kali Ian menertawakan takdir, benang itu seperti bergerak… makin erat, makin dekat. Ia tak tahu, ketidakpercayaannya justru sedang menuntunnya. Bukan menuju kebebasan, melainkan pada kesialan—dan akhirnya, pada jodoh yang bahkan kematian pun rela jadi perantaranya.
BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!