NovelToon NovelToon

Istri Muda

Lamaran

#1

"Sini, kamu."

Mama Laura menyeret paksa Claudia masuk ke kamar pribadinya, “Apa sih, Ma?! Aku mau pergi, nih!” protes Claudia seraya menghempaskan genggaman tangan Mamanya. 

“Dengar dulu, Mama mau bicara urusan penting,” bisik Mama Laura seolah-olah suaranya takut terdengar dari luar. 

“Urusan penting apa?” Claudia mengernyitkan alisnya karena penasaran. 

“Ada lamaran datang, dan Mama pengen Kamu yang menikah duluan daripada si anak sialan itu.” 

“Apaan sih, Ma, kan Mama tahu sudah lebih dari sepuluh tahun aku menjalin hubungan dengan Kanaka,” tolak Claudia. 

“Tapi cuma pacaran! Lalu kapan Kalian menikah? Belum ada kejelasan.” Mama Laura tak suka jika Claudia berhubungan dengan Kanaka, karena sejak dulu mereka hanya pacaran, dan lontang-lantung tidak jelas. Dan entah sudah sejauh apa hubungan mereka? Hanya mereka dan Tuhan saja yang tahu. 

“Ya memang kami belum siap menikah, lagian hubungan kami asik, kok. Pokoknya aku gak mau, biar anak sialan itu yang menikah duluan, palingan juga laki-laki tua dan peot.” Dengan sinis Claudia mengutarakan prasangkanya, sedemikian bencinya ia pada Nada, adik tiri yang suatu hari tiba-tiba dibawa pulang ke rumah oleh Tuan Emir Abrizam sendiri. 

“Eh, siapa bilang, kamu aja yang belum pernah lihat wajahnya.” Mama Laura mengambil beberapa foto kemudian mencari-cari foto pria yang akan dijodohkan dengan salah satu dari kedua putrinya. 

“Nih, tampan sekali, seusia Kamu, tapi sudah bergelar profesor.” 

Claudia menatap gambar yang di sodorkan sang Mama, tak lama kemudian ia tertawa terpingkal-pingkal. “Ma … kalo yang ini, sih, aku jelas gak mau, walaupun dia kaya tapi siapa yang mau seumur hidup terjebak dengan pria lumpuh.”

Setelah mengkhianati Kenzo, Claudia sama sekali tak menoleh kebelakang, termasuk tak lagi mencari tahu kabar terbaru tentang Kenzo. Dan Kenzo pun demikian, ia tak mempublikasikan perkembangan proses pengobatannya, satu-satunya yang tahu tentang kabarnya hanyalah, orang tuanya, dokter yang menanganinya, serta satu orang sahabat yang selama ini setia disisinya. 

“Apa?! lumpuh? Jadi dia pria cacat?!” pekik Mama Laura dengan suara keras. 

Claudia mengangguk, sementara tawa mama Laura semakin keras, rasanya sungguh melegakan ketika mengetahui bahwa putri tirinya akan terjebak dengan pria lumpuh seumur hidupnya. 

“Kalau begitu, biarkan anak haram itu menikah dengan si lumpuh, mereka memang serasi,” desis Mama Laura tak suka, senyum sinis menghiasi wajahnya, ia benar-benar membenci Nada yang tiba-tiba hadir di tengah keluarganya. 

•••

Malam yang telah disepakati itu pun tiba, Ayah Arjuna datang bersama istri dan anak sulungnya yang duduk di kursi roda. Walau ia dan istrinya tak setuju dengan sikap Kenzo saat ini, tapi, apa boleh buat karena ini adalah syarat mutlak dari Kenzo, jika kedua orang tuanya ingin melihatnya menikah dengan gadis pilihan mereka. 

Bisa dibayangkan betapa bahagia mama Laura manakala melihat sendiri, Kenzo datang dalam keadaan duduk diatas kursi roda yang didorong oleh ayah Juna sendiri. 

Kedatangan mereka disambut secara langsung oleh Nada beserta Papa, dan Mamanya, setidaknya itulah yang tertulis di Akta Kelahirannya yang baru. Dan ada satu anggota keluarga lagi yang ikut menyambut lamaran keluarga Dewanto malam ini, yakni Aric, dia juga adalah kakak tiri Nada. 

Berbeda dengan Mama Laura dan Claudia, Aric sangat baik dan ramah, pria itu benar-benar sosok kakak penyayang, dan satu-satunya orang di rumah yang sering mengajak Nada bermain, bercanda, bahkan juga mendengarkan uneg-uneg gadis itu. 

Bagi Nada, kehadiran Aric seperti penyejuk, di tengah suasana rumah yang selalu panas akibat perdebatan dan perselisihan yang entah kapan berakhir. 

Malam itu, Nada memakai gaun formal dengan desain apik, detail dan sentuhan kecil di gaun tersebut, membuat Nada terlihat semakin imut, padahal usianya sudah 22 tahun. Gaun itu adalah hadiah dari Aric khusus untuk acara pertemuan dua keluarga malam ini. 

Nada tak berekspektasi apa-apa ketika beberapa hari lalu, Papa Emir mengatakan bahwa datang sebuah lamaran untuknya. Dan ternyata dalam penglihatan Nada pria itu sangat tampan, dan sangat dewasa karena rentang 10 tahun usia mereka. 

Nada tak mempermasalahkan calon suami yang ternyata seorang penyandang cacat, kendati pria itu duduk di kursi roda, tapi ia adalah seorang dokter handal. Itu saja sudah cukup, yang lainnya entah seperti apa nanti setelah pernikahan, Nada tak terlalu ambil pusing, ia pun bahagia karena sebentar lagi bisa keluar dari rumah yang sudah seperti neraka baginya. 

“Nama Kamu siapa, Sayang?” tanya bunda Emira, yang sengaja duduk di dekat Nada, agar bisa melihat dari dekat, seperti apa calon menantunya. 

“Saya Nada, Tante,” jawab Nada, pelan tapi lugas tanpa keraguan. 

Bunda Emira tersenyum lembut, Dari perkenalan singkat ini ia mulai menyukai Nada, disamping karena Nada adalah putri dari Almarhum Febiola, sahabatnya. 

“Kamu, tak masalah dengan kondisi Kenzo?” tanya Bunda Emira ragu-ragu, pasalnya sudah kesekian gadis yang menolak manakala melihat kondisi Kenzo yang duduk di kursi roda. 

“Sama sekali tidak, Tante.” 

“Kenapa?” 

“Nada yakin, bagaimanapun kondisi Mas Kenz, Beliau akan bisa menjadi suami serta figur yang baik untuk Nada.” 

•••

Iring-iringan mobil dalam jumlah cukup banyak, mengalahkan banyaknya jumlah iringan kenegaraan, melaju meninggalkan megahnya halaman Geraldy Kingdom. 

Para tetua ada di barisan terdepan disusul kemudian anak dan cucu mereka, ada lebih dari 15 mobil, karena nampaknya lamaran Kenzo ini menjadi prosesi lamaran paling spesial, karena dihadiri seluruh keluarga lengkap, tanpa terkecuali. 

Hebohnya sudah pasti mengalahkan ramainya karnaval RT, namun yang terpenting adalah kesungguhan serta niat baik dari keluarga yang ingin serius meminang seorang gadis sebagai menantu baru di keluarga Geraldy. 

“Kamu grogi?” tanya Bunda Emira, yang hari ini memakai kebaya terbarunya. 

Kenzo tersenyum tipis. “Pasti, Bund.” Kenzo menggenggam erat telapak tangan sang Bunda. 

“Hari ini, genggaman tangan ini hanya milik Bunda, tapi beberapa jam lagi, dan seterusnya Bunda tak boleh lagi memonopoli anak Bunda.” 

“Kan masih ada aku,” gerutu Ayah Juna dengan nada agak cemburu. 

“Tuh, Ayah cemburu lagi, Bund,” kekeh Kenzo. 

“Ayah Kamu gak tahu rasanya melepas anak perempuan, sih, makanya ngomong begitu.” 

Kenzo mengusap punggung tangan Bunda Emira. “Aku tetap Anak Bunda, dan Bunda tetap yang utama bagi seorang anak laki-laki. Kami bertiga, Ayah, aku, dan Leon, sampai kapanpun, bagi kami Bunda tetaplah seorang Ratu di hati kami.” 

Bunda Emira mengusap pipi Kenzo, sebisa mungkin ia menahan diri, agar jangan sampai menangis di hari bahagia ini. 

###

ingpo tidak penting! hari ini 3 eps di 3 judul berbeda, isinya lamaran semua... othor sedang bahagia?

entahlah 🤓

Adik Tiri Mantan

#2

Setelah acara pembukaan, beberapa sambutan dari dua keluarga, kini acara berlanjut ke acara inti. 

Kenzo sudah berdiri berdampingan dengan Nada, sementara di sisi kanan dan kiri keduanya, ada kedua orang tua mereka. 

Bunda Emira tengah memasangkan cincin di jari manis Nada, kini berganti Mama Laura yang memasangkan cincin di jari manis Kenzo. 

Tepuk tangan menggema, setelah keduanya resmi memakai cincin pertunangan, dan dua keluarga sudah sepakat acara pernikahan akan diadakan satu bulan dari sekarang. 

Nada yang masih berstatus mahasiswi, hanya memiliki waktu saat itu, saat libur panjangan pergantian semester. Dan Kenzo tak keberatan, karena sehari-hari ia sibuk di Rumah Sakit, urusan cuti tentu bukan hal yang sulit, karena banyak rekan kerja yang bisa menggantikannya. 

“Maaf, Kami terlambat.” Suara itu seperti gelegar petir di siang bolong, seketika dada Kenzo bergolak penuh amarah, manakala melihat mantan kekasihnya berdiri tak jauh darinya. 

“Kenalkan, ini Kakaknya Nada, namanya Claudia.” Mama Laura segera memperkenalkan Claudia pada keluarga calon besannya. 

Jika saja bunda Emira pernah bertemu dengan Claudia, tentu wanita itu akan tahu kenapa raut wajah Kenzo tiba-tiba berubah menjadi dingin dan marah. 

Itu semua, karena kini di hadapannya berdiri dua orang pengkhianat dari masa lalunya. Keduanya berselingkuh ketika Kenzo sedang dalam masa-masa paling sulit dalam hidupnya. Lemah tak berdaya hanya bisa bergerak dengan bantuan kursi roda. 

Itulah sebabnya, mengapa Kenzo sengaja duduk di kursi roda, ketika pertama kali berkenalan dengan Nada, karena pria itu ingin menguji seberapa kuat mental gadis itu ketika dihadapkan pada calon suami cacat yang duduk diatas kursi roda. 

Tapi lihatlah kini, Kenzo remaja yang dulu berusaha keras bangkit dari keterpurukan, tertinggal di masa-masa awal perkuliahan. Kini bisa berdiri tegak dengan bangga, karena telah berhasil mengalahkan hambatan terbesar, bahkan mulai membuka hati pada gadis yang usianya terpaut jauh lebih muda dari dirinya. 

Tak kalah terkejut dari Kenzo, Claudia dan Kanaka pun terbelalak tak percaya. Dulu keduanya mengejek Kenzo habis-habisan, bahkan Claudia sangat antipati, ia tak mau memiliki kekasih seorang pria lumpuh, walau tak dipungkiri Kenzo berasal dari keluarga berada.

Karena itulah, Claudia segera menerima cinta Kanaka ketika pria itu menyatakannya, disamping itu, Kanaka juga berasal dari keluarga berada. 

“Kami saling kenal, Ma. Kenzo adalah teman sekolah Kami,” ujar Claudia dengan senyuman di bibirnya. “Iya, kan, Sayang?” Claudia memeluk erat lengan Kanaka. Sementara itu, Kanaka masih menatap Kenzo dengan tatapan mengejek, sejak dulu hingga sekarang. 

Kenzo tersenyum miring, jika dulu ia adalah anak baik, karena itulah ia diam tak membalas, tapi kini, ia punya segalanya yang bisa ia banggakan, ketenaran, kepandaian, kekayaan pribadi, wajah tampan nan rupawan, serta popularitas sebagai dokter bedah syaraf, yang kerap menjadi pembicara di salah satu media ternama Ibu Kota. 

“Baguslah, jika kalian sudah sama-sama kenal,” ungkap Mama Laura dengan senyum palsunya. 

Jelas saja, karena semula ia berharap Kenzo akan memilih Claudia putri kandungnya, tapi dasar Claudia bodoh, wanita itu hanya memandang fisik semata, karena itulah Claudia menolak, maka Nada putri tirinya yang akhirnya dijodohkan dengan Kenzo. 

••• 

Di rooftop Kenzo duduk termenung sambil menikmati kopinya, hari ini cukup santai, karena ia hanya menerima pasien rawat jalan dan visite. Jelang hari pernikahan, Kenzo sengaja mengurangi jadwal di ruang operasi. 

“Calon pengantin melamun aja, kayak gak kelihatan aura bahagianya?” ledek dokter Ghavin, sahabat Kenzo. 

Kenzo hanya tersenyum tipis sambil menyesap kopinya. “Kenapa lagi? Sepanjang pengetahuanku para pria akan bahagia tatkala ia akan menikah dengan istri muda. Kamu malah aneh, muram terus ntar makin bangkotan lo.”

Kenzo menoyor kening Ghavin, “Sialan.”

“Hahaha … mana sih, coba aku pengen lihat wajah calon istri muda-mu,” ujar Gavin penasaran. 

Kenzo mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan wallpaper benda pipih tersebut, sudah berganti dengan gambar dirinya beserta calon istri mudanya. 

“Weeiiizzz … udah jadi wallpaper nih, uhuuuiii!” ledek Gavin dengan wajah menyeringai. 

“Cantik banget, mana masih mahasiswi. Kaya punya sugar baby.” Kembali Ghavin mencandai Kenzo, agar sahabatnya tersebut mau bercerita. 

“Makin songong aja nih bibir.” Kenzo mencubit bibir Ghavin, namun ia tak sungguh-sungguh marah karena tahu jika Ghavin hanya bercanda. 

“Eh tapi beneran loh, mana imut banget wajahnya. Bisa-bisa Kamu kurung terus di kamar.” 

Kenzo kembali menoyor kepala Ghavin, “Teman sial, dari tadi main toyor-menoyor aja, masih kepake nih!” sembur Ghavin dengan wajah bersungut-sungut. 

“Lu pikir, gue pria mesum? Hah?!”

“Anj^^ir … begini nih kalo kelamaan jomblo,” gerutu Ghavin. 

“Ini bukan soal mesum atau nggak, Bro. Tapi sebagai orang yang udah menikah, dan tahu bagaimana rasanya tubuh pasangan, yakin 1000% pasti bini lu bakal lu gas pol terus.” 

Namun wajah Kenzo tetap datar, seolah-olah tak memiliki selera pada lawan jenis, akhirnya Ghavin pun menyerah. “Terserah lah, percuma aku bicara dengan frozen food sepertimu.” Ghavin pun menyesap kopinya. 

“Bukan itu inti masalahnya,” balas Kenzo kemudian. 

“Terus, intinya apa?”

“Aku baru tahu kemarin, kalau Nada adalah adik tiri Claudia.” 

Byurr!! 

Ghavin menyemburkan kopinya manakala mendengar nama Claudia disebut. “Si perempuan pengkhianat itu?” Ghavin berdiri dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. 

“Hmmm.”

Ghavin tertawa menatap awan yang berarak di angkasa, “Dari sekian banyak perempuan, kenapa harus adik dari Claudia?” 

Kenzo menggeleng lemah, “Aku pun tak tahu, karena satu-satunya alasan aku setuju dengan pernikahan ini adalah, karena Nada adalah satu-satunya gadis yang tidak memandang sebelah mata kepadaku, kendati ia tahu saat itu aku duduk di kursi roda.” 

“Kamu yakin, dia tulus?”

“Bunda yang meyakinkan aku, Bunda bilang, ada ketulusan di dalam sorot matanya.” Kenzo melempar paper glass nya ke tong sampah terdekat. “Kalau Bunda yang bilang begitu, mana mungkin aku tak percaya.” 

“Tapi perasaanmu padanya?” 

Kenzo menggeleng lemah, “Aku belum tahu,” ujarnya lemah. 

“Waduuhh … jadi apa tuh anak gadis orang? Jangan lu sakitin dia, ya?”

“Ya nggak lah!” jawab Kenzo tak terima. 

“Aku doain deh, semoga hatimu yang tertutup salju abadi itu segera meleleh.” 

Persiapan Pernikahan

#3

“Ibu … bacakan dongeng untukku.” 

Wanita berambut panjang itu tersenyum teduh, ia mengambil salah satu buku dongeng favorit putrinya. Kemudian mulai membacanya secara perlahan, di sela-sela kalimat yang ia baca, selalu ada saja hal-hal kecil yang Nada tanyakan. Namun wanita itu tak pernah marah, dengan sabar ia menjawab satu persatu pertanyaan tersebut. 

Ting

Tong

Suara bel pintu terdengar, “Tunggu sebentar ya, Ibu akan membuka pintu.” 

Nada mengangguk, sambil berusaha keras memejamkan mata selepas kepergian ibunya. Namun lama, sang ibu tak kembali, akhirnya Nada terlelap seorang diri. 

Ketika membuka mata, suasana rumah sudah ramai, ada pemadam kebakaran, dan juga polisi. Dan salah seorang kru pemadam kebakaran, menggendong Nada yang tubuhnya masih tertutup selimut. 

Nada tak tahu apa yang terjadi, namun sudut matanya tanpa sengaja melirik ke arah kamar Ibunya, di sana hanya terlihat wajah dan tangan ibunya yang menjuntai di sisi bath up. 

Tak ada yang berani memberitahukan apa yang terjadi, bahkan Nada sendiri seperti orang ling lung yang mendadak kehilangan kesadarannya. 

Hal terakhir yang diingatnya adalah, malam ketika Ibunya di vonis meninggal, ada orang yang datang bertamu, siapa orang itu, dan apa keperluannya? Entahlah. 

Nada membuka matanya, dengan keringat membanjiri wajah serta tubuhnya. Ia bermimpi, dan rasanya seperti berhalusinasi kembali ke malam dimana ibunya meninggal. 

Dan hingga kini Nada masih tak percaya jika ibunya meninggal karena bunuh diri, namun, polisi dan detektif yang bertugas saat itu mengatakan ada bukti-bukti yang menguatkan dugaan mereka. 

Nada meneguk air putih yang ada di atas nakas, sudah bukan hal aneh jika ia memimpikan peristiwa pahit itu, amat sering, bahkan terlalu sering. Dan biasanya setelah bermimpi, Nada tak bisa lagi memejamkan mata hingga pagi datang. 

Nada keluar dari kamarnya, ia melewati kamar mama Laura, terdengar pertengkaran antara wanita itu dengan ayah Emir. Entah apa yang mereka perdebatkan, karena sejak lama keduanya memang tak pernah rukun. 

Tempat paling tenang di rumah ini adalah duduk di tepi kolam renang, sepi, sejuk dan hanya ada suara hembusan angin malam. Tapi malam itu ia melihat Aric masih duduk di salah satu kursi santai, sambil menatap layar monitor. Rupanya pria itu masih sibuk dengan urusan pekerjaan. 

Nada menarik salah satu kursi malas, agar bisa duduk di dekat Aric. “Kenapa belum tidur?” tanya Aric. 

“Kantukku tiba-tiba hilang.” 

Aric meminggirkan laptop dari pangkuannya, tubuhnya berbalik menatap Nada dengan intens, tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi kening Nada. “Mimpi lagi, hmm?” 

Nada membuka mata, “Iya,” jawabnya lemah. 

“Perlu ke psikolog lagi?” tanya Aric. 

Nada menggeleng, sebagai tanda penolakan, “Sudah tidak separah dulu, mimpi ini hanya sesekali saja datangnya.” 

Aric meraih kepala Nada ke pelukannya, “Adikku sudah besar, Ya Tuhan,” desah Aric sementara telapak tangannya mengusap kepala Nada. “Bahkan sebentar lagi, tugasku di gantikan pria lain. Janji jangan pernah lupakan Kakakmu, oke?” 

Nada memukul pelan dada Aric, “Apaan sih, masa iya bisa lupa sama Kakak sendiri,” gumam Nada manja. Yah hanya Aric tempat ia bermanja, karena pria itu satu-satunya yang menganggap Nada benar-benar hadir di rumah besar orang tua mereka. Sementara papa Emir dan yang lainnya sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. 

“Syukurlah, Kakak akan sedih sekali jika Kamu benar-benar tak membutuhkan Kakak lagi.” 

“Boleh Kakak berpesan padamu?” lanjut Aric

“Pesan apa, Kak?” 

“Nanti setelah menikah, patuhi perkataan suamimu, kendati hal itu bertentangan dengan keinginanmu.” 

“Dih, pesan apaan tuh? Kalau dia nyuruh aku berenang, sementara aku takut pada kolam renang, gimana?” cetus Nada, iseng. 

Aric mencubit hidung Nada, “Sudah mau menikah, ternyata sifat nakalnya masih sama.” 

“Kakak, kapan akan menikah, masa Aku yang melangkahi Kak Aric?” 

“Mmmm entah, mungkin menunggu salah satu gadis cantik turun dari langit.” Tak kalah iseng dengan Nada, Aric pun tak pernah serius menjawab jika ditanya soal pernikahan. 

“Mungkin bisa diturunkan lagi standarnya, Pak? Turun dari angkot, atau dari gerobak misalnya?” 

Aric tak lagi menanggapi, justru mengalihkan ke hal-hal lain, asalkan Nada bisa melupakan mimpinya. 

•••

Jelang hari pernikahan. 

Sepasang mata Claudia menatap dengan tatapan tak suka ketika MUA melakukan treatment perawatan untuk Nada jelang hari pernikahannya, sebenarnya gadis itu sangat shock ketika melihat betapa tampan dan menawannya mantan kekasih yang dulu ia tinggal pergi. 

Sayangnya, kedengkian terlanjur melingkupi hatinya, dan lagi ia tak mungkin terlihat kalah di depan Nada, bisa-bisa anak ingusan itu tertawa puas karenanya. 

“Kamu bilang Kenzo cacat!” sentak mama Laura. 

“Ya memang dulu dia cuma pria cacat, Ma!” balas Nada. 

“Tapi sekarang, Kamu lihat sendiri, pria itu sangat gagah dan juga tampan, dan anak sialan itu yang berhasil menarik hatinya.” Tak kalah dengki dari Claudia, mama Laura pun seakan tak terima melihat Nada berbahagia. 

“Kanaka juga tampan, Ma.” 

“Tapi, tak juga mengajakmu menikah. Cobalah sesekali tanya padanya, Kapan Kalian akan meresmikan hubungan.” 

“Duh, apa sih, Ma? Kan aku sudah bilang, hubungan kami asik-asik aja kok. Nanti kalau sudah waktunya juga kami pasti menikah.” Ada keraguan dijawaban Claudia, karena Kanaka memang tak pernah mengungkit soal pernikahan. 

Haruskah menggunakan cara itu? Siapa tahu dengan hadirnya anak akan membuat Kanaka menyegerakan pernikahan. Claudia tersenyum puas ketika membayangkan rencananya, mau bagaimana lagi, jika hal itu tak ia lakukan maka selamanya hubungan pertunangan dengan Kanaka tak akan pernah berlanjut ke pelaminan. 

•••

Di keluarga Geraldy pun persiapan tak kalah heboh, baju-baju seragam mulai dibagikan ke masing-masing pemilik, karena banyaknya jumlah anggota keluarga, maka jangan sampai pakaian mereka tertukar. 

Sementara yang lain heboh dengan persiapan, ada dua bumil yang benar-benar enggan beranjak dari tempatnya. keduanya sibuk mengunyah kudapan karena sering merasa lapar. Dan sebagai suami siaga nan penyayang, Dean dan Danesh pun tak keberatan memanjakan istri mereka.

“Luna, bagaimana dengan toko bunga?” tanya Mommy Bella yang sedang memastikan rangkaian pengecekan tahap akhir. 

“Aman Mom, mereka sudah siap, tinggal kirim langsung ke lokasi acara.” 

Jika Luna bertugas mengurus bunga, maka Aya dan Naya bertugas memastikan hidangan yang akan menjadi sajian untuk memanjakan lidah para tamu undangan. “Makanan juga sudah oke, Mom,” cetus Aya sebelum mommy Bella bertanya kepadanya. 

“Pengantin pria, dimana?” 

“Masih di ruang operasi,” jawab Bunda Emira. 

Mommy Bella menghembuskan nafasnya, geram namun tak bisa marah, karena Kenzo sedang menjalankan kewajibannya sebagai dokter. “Bisa-bisanya H-1 masih di ruang operasi.” 

“Kakak Ipar seperti tak kenal keponakannya saja, Kenzo kan sama kayak Ayahnya.” 

“Lalu Leonardo? Mirip sepertimu?” sambung mommy Bella. 

“Tidak, mereka bertiga sama saja.” 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!