NovelToon NovelToon

Fake Marriage

Bab 1 : Pengkhianatan dan Pertemuan.

"Oh, jadi begini kelakuan kalian berdua dibelakangku. Bagus ya,"

Maura Anindya, gadis cantik berusia 23 tahun itu tersenyum smirk saat memergoki kekasihnya yang sedang bercumbu panas dengan sahabat baiknya sendiri. Dibalik sakit dihati yang sedang dia rasakan, Maura tetap menunjukkan wajah datarnya seolah dia tidak terganggu sama sekali dengan pemandangan yang sedang dia lihat.

Awalnya Maura tidak percaya saat salah seorang temannya memberitahukan jika pernah melihat Alex dan Rina jalan berdua dan memasuki sebuah hotel. Namun malam ini semua terjawab sudah, apa yang dia lihat adalah nyata, jika kekasihnya telah berselingkuh dengan Rina, wanita yang merupakan sahabat baik Maura sejak SMA. Kesetiaan dan ketulusannya selama dua tahun ini telah dibalas dengan pengkhianatan.

"Maura," Alex terkesiap saat melihat Maura sekarang sudah ada di ruangan VVIP sebuah klub malam yang menjadi tempat langganannya. Gadis itu sedang berdiri dengan kedua tangannya yang dilipat diatas perut. "Aku bisa jelaskan, ini..."

"Tidak perlu!" Maura mengangkat satu tangannya tinggi sejajar dengan kepala saat melihat Alex hendak bangun dari duduknya. "Apa yang kalian berdua lakukan sudah cukup menjadi jawaban buatku."

Rina nampak gugup, dia merapikan rambut dan pakaiannya yang yang sedikit berantakan karena ulah Alex, "Ra, ini cuma salah paham aja. Tadi kami tidak sengaja ketemu di sini dan terbawa suasana. Sungguh kami tidak ada hubungan apa-apa, Ra."

"Simpan saja omong kosongmu itu, Rin. Karena mulai hari ini kita bukan sahabat lagi." kata Maura dengan nada ketus. "Dan kamu bisa ambil sampah yang baru aku buang ini. Karena mulai saat ini juga aku dan Alex sudah tidak ada hubungan apapun lagi, kami resmi putus!" imbuhnya menegaskan.

"Apa-apaan kamu, Maura!" Alex yang mendengarnya merasa tidak terima dan bergegas bangun. "Kamu pikir aku barang yang bisa dibuang begitu saja!" ungkapnya penuh kekesalan.

"Oh jadi bukan barang? Lalu mau disebut apa? Sampah?" Maura tersenyum kecut.

"Maura, tolong hentikan ini. Ini hanya salah paham!" Alex mendekat dan meraih tangan Maura namun segera ditepis oleh gadis itu.

"Salah paham?" ulangnya pelan namun penuh penekanan. "Bagiku ini sudah cukup menjadi alasan bagi kita berdua untuk putus. Mulai sekarang jangan pernah ganggu aku lagi, Alex!"

Maura bergegas meninggalkan ruangan, Alex ingin mengejar namun ditahan oleh Rina. Wanita itu melingkarkan tangannya di lengan Alex dan mengangguk kecil.

"Biarkan saja Lex, percuma menjelaskan sekarang pada Maura, dia tidak akan percaya. Kita tunggu sampai emosinya mereda ya?" ujar Rina tersenyum hangat.

Sikap Rina yang pengertian dan selalu penuh kehangatan memang mampu membuat Alex merasa lebih nyaman. Dia menganggukkan kepala dan mengusap lembut kepala wanita itu.

...••••••••••••••...

Disalah satu restaurant mewah di pusat kota, Elvano Ferdinand tengah menikmati makan malam bersama Oma dan kedua orang tuanya. Diusianya yang sudah menginjak 28 tahun, Elvano masih tetap betah menjomblo. Hal itu membuat sang Oma terus memaksa Elvano untuk segera menikah demi meningkatkan reputasi keluarga mereka dimata publik sekaligus untuk memberikan keturunan.

"Jadi kapan kamu mau mengenalkan calon istri kamu pada Oma dan orang tua kamu, El?" disela-sela makannya wanita paruh baya itu bertanya pada sang cucu. "Kalau kamu tidak nikah-nikah juga, terpaksa Oma akan turun tangan dengan mencarikan calon istri untuk kamu."

Elvano mendesah panjang, "Oma, aku mau ikut makan malam disini bukan untuk berdebat, apalagi yang diperdebatkan masih tentang calon istri. Kalau aku sudah menemukan wanita yang tepat pasti aku akan langsung mengenalkannya pada kalian."

"Calon yang tepat? Apa kamu masih berharap pada wanita itu? Wanita yang sudah meninggalkan dan menyakiti hati kamu hanya demi karir?" sindir Oma Mia.

"Cukup, Oma." ucap Elvano pelan. "Aku tidak ingin membahas tentang itu sekarang."

"El benar, Oma." Andrew mencoba menengahi. "Biarkan El menentukan pilihannya sendiri, jangan dipaksa."

"Tapi apa yang dikatakan Ibu ada benarnya juga loh, Mas." ujar Rosa membela ibu mertuanya. "Kalau tidak dijodohkan, El pasti tidak nikah-nikah."

"Bu, bagaimana kalau kita buat sayembara jodoh saja untuk Elvano." Rosa memberikan masukan pada Oma Mia. Kedua wanita itu nampak antusias membasah soal sayembara jodoh yang akan mereka selenggarakan.

Elvano hanya bisa menghela napas panjang mendengar obrolan dua wanita yang merupakan Mama dan Omanya itu. Tiga tahun yang lalu dia memang sempat menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Karina. Namun sayangnya Karina memilih pergi untuk mengejar mimpinya dan berjanji akan kembali untuknya. Dan sampai sekarang Elvano masih menunggu Karina kembali untuk menepati janjinya itu.

Selesai dengan acara makan malam, Elvano memilih pamit undur diri dan meminta asistennya yang bernama Ryan untuk menjemputnya. Rosa dan Oma Mia memaksa untuk ikut pulang kerumah namun Elvano menolak dan memilih untuk pulang ke apartemen yang sudah hampir satu tahun ini menjadi huniannya. Elvano memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal di apartemen karena merasa bosan mendengar permintaan oma dan mamanya yang terus memaksanya untuk segera menikah dan melupakan Karina.

Mobil berwarna hitam itu melaju membelah jalanan kota yang sudah tidak begitu padat. Jalanan aspal yang licin karena hujan yang mengguyur kota sejak sore tadi membuat asisten Ryan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang demi keamanan dan kenyamanan tuan mudanya.

Bukkk...

Sebuah sepatu wanita melayang dan mengenai kaca depan mobil saat mobil yang mereka naiki melewati jalan pintas menuju ke apartemen. Asisten Ryan yang terkejut segera menghentikan laju mobilnya.

"Apa itu tadi, Ryan?" tanya Elvano.

"Saya juga tidak tahu, Tuan. Apa mungkin ada meteor jatuh ditengah hujan gerimis seperti ini," sahut asisten Ryan.

"Sebaiknya kita turun dan lihat, takutnya tadi kucing atau hewan apa yang melompat dan tertabrak mobil kita," ujar Elvano.

Kedua pria itu bergegas turun dari dalam mobil, mereka berjalan mengitari mobil untuk mencari benda apa yang menabrakkan diri ke mobil mereka tadi namun sayangnya tidak ada benda apapun yang mereka temukan.

Asisten Ryan membungkukkan badannya diatas aspal untuk melihat dibagian bawah mobil. Dan benar saja dia melihat satu buah flatshoes berwarna putih ada disana.

"Tuan, ini." asisten Ryan menunjukkan sepatu itu pada Elvano.

"Siapa yang melempar sepatu ke mobil kita?" tanya Elvano bingung.

"Saya juga tidak tahu, Tuan, mungkin orang iseng." jawab asisten Ryan. "Sebaiknya kita masuk ke dalam mobil dan segera tinggalkan tempat ini, Tuan. Bisa saja ini jebakan orang yang sengaja ingin merampok."

Elvano mengangguk setuju, orang-orang jahat memang sering memanfaatkan tempat yang sepi seperti ini untuk membegal para korbannya. Baru saja dia membuka pintu mobil, satu buah sepatu lainnya kembali melayang dan kali ini tepat mengenai kepala belakangnya.

Bukkk...

...

...

...

Bersambung....

Bab 2 : Rencana.

Begitu keluar dari klub malam, Maura melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan. Pengkhianatan yang dilakukan Alex dan Rina benar-benar membuatnya marah dan kecewa. Padahal dia juga yang sudah merekomendasikan Rina untuk bekerja di perusahaan Alex, tapi Rina malah menusuknya dari belakang dengan menjalin hubungan dengan Alex dibelakangnya.

"Dasar cowok brengsek! Cewek sialan! Memang cocok sih kalian berdua, sama-sama mesum!"

Maura tak henti-hentinya mengumpat sepanjang jalan. Rintik hujan gerimis bahkan tak membuatnya berhenti untuk menepi. Rambut dan dress pendek yang dia kenakan sudah mulai basah karena gerimis mulai lebat.

Maura melepaskan salah satu sepatunya dan melemparkannya sembarangan sambil berteriak kesal, berharap dengan seperti itu kekesalannya dapat sedikit berkurang. Sebisa mungkin dia sudah berusaha untuk tidak menangis tapi akhirnya air matanya lolos juga saat dia merasa tidak sanggup lagi untuk menahannya.

"Brengsek! Bajingan!!" kesal Maura.

Sepatu satunya lagi dia lepaskan, Maura melemparkannya lagi sembarangan. Namun dia terkejut saat sepatunya mengenai kepala seorang pria berpakaian formal yang hendak masuk ke dalam mobil.

"Mampus. Ngumpet dimana ini." Maura melihat sekelilingnya, sayangnya dia tidak menemukan tempat untuk bersembunyi apalagi jalanan yang dilewati sekarang cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang nampak berlalu lalang disekitar.

Sementara itu Elvano yang mendapatkan pukulan sebuah benda dikepalanya menghela napas panjang, matanya terpejam sesaat. Asisten Ryan segera menghampiri dan mengambil sepatu yang menimpuk kepala tuannya dari atas aspal, itu adalah sepatu yang sama seperti sepatu yang dia temukan dibawah mobil barusan.

"Tuan, ini sepertinya ada yang sedang coba-coba bermain dengan kita."

Asisten Ryan mengedarkan pandangannya ke sekitar dan melihat seorang gadis yang sedang berdiri dengan jarak sekitar lima meter dari mobil mereka, gadis itu terlihat panik dan tidak memakai alas kaki.

"Ini pasti milik Nona itu, Tuan." asisten Ryan menunjuk ke arah Maura.

Elvano menatap tajam pada Maura yang berupa-pura mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia merebut flatshoes itu dari tangan asistennya dan berjalan menghampiri Maura.

"Apa sepatu ini milikmu?" tanya Elvano dengan nada dingin sembari menunjukkan sepatu ditangannya.

"Oh," Maura menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berusaha bersikap tenang.

"Tadi aku kepeleset dan sepatuku terbang sendiri. Terimakasih sudah menemukannya." Maura mengambil alih sepatu dari tangan Elvano sembari tersenyum lebar.

Elvano menghela napas, lalu memperhatikan penampilan Maura dari atas sampai bawah. Pakaian gadis itu sudah sangat basah, bahkan dalamannya saja tercetak dengan jelas di dress putih yang dikenakan olehnya. Dengan terpaksa Elvano melepaskan jasnya untuk diberikan pada Maura.

"Pakai ini," ujar Elvano sambil mengulurkan jasnya pada Maura.

"Ah, tidak usah, terimakasih." Maura mengibaskan kedua tangannya menolak jas tersebut.

"Bukan itu maksudnya, tapi bra-mu tercetak dengan jelas," ucap Elvano dengan lugas, membuat Maura langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan.

"Dasar mesum!" pekiknya kesal.

"Aku hanya berniat untuk membantumu, kalau tidak mau ya sudah,"

Maura merebut jas itu dari tangan Elvano saat pria itu hendak menariknya kembali. Dia memakai jas itu untuk menutupi tubuhnya yang basah.

"Terimakasih," ucap Maura pelan.

"Dimana rumahmu? Biar aku antar pulang sekalian," tanya Elvano dengan nada dingin.

"A-aku tinggal di perumahan Puri Indah," jawab Maura.

Elvano kembali melangkahkan kakinya ke arah asisten Ryan yang masih berdiri di sisi mobil. Meskipun sempat ragu, Maura akhirnya berjalan mengikuti dibelakangnya dan naik ke dalam mobil bersama dengan pria asing yang baru dikenalnya.

Selama perjalanan tidak ada obrolan yang terjadi, hingga setengah jam kemudian mobil yang mereka naiki memasuki kawasan perumahan Puri Indah. Maura yang ingin menurunkan jasnya segera ditahan oleh Elvano, pria itu meminta Maura untuk menyimpan jas itu dan tidak perlu mengembalikannya.

Setelah mengucapkan terimakasih, Maura segera turun dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam hunian dua lantai begitu mobil yang mengantarkannya sudah pergi. Kedua orang tuanya yang sedang duduk-duduk santai diruang tengah menyambutnya dengan tatapan bingung saat melihat putri mereka pulang dalam keadaan basah kuyup.

"Maura, kamu kok hujan-hujanan? Nggak pulang sama Alex?" Sandra menghampiri putrinya yang sedang berdiri di bawah tangga.

"Nggak, Ma. Aku tadi dari toko bunga terus langsung pulang," jawab Maura yang terpaksa harus berbohong. "Aku kekamar dulu ya, Ma, Pa. Mau langsung mandi."

Sandra tersenyum dan mengusap wajah putrinya, "Ya sudah sana buruan mandi. Ingat jangan sampai sakit, minggu depan kan kamu sama Alex mau tunangan, jadi kamu harus jaga kesehatan."

Maura hanya menjawab dengan senyuman tipis, lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya dan langsung merendamkan tubuhnya didalam bathtub yang berisikan air hangat. Kedua orang tua dan kakak laki-lakinya memang sudah sangat menyukai Alex karena selama ini Alex menjadi sosok yang baik dimata mereka. Jika mereka tahu Alex sudah berselingkuh dengan Rina, mereka pasti akan sangat kecewa.

"Bagaimana caranya aku membatalkan pertunangan nanti, aku tidak mungkin melanjutkan pertunangan ini setelah mengetahui Alex dan Rina berselingkuh." gumam Maura.

...••••••••••...

Pagi ini, asisten Ryan buru-buru masuk ke ruang kerja tuan mudanya setelah mendapatkan telepon dari Oma Mia. Sebenarnya Oma Mia sudah menelpon Elvano sejak tadi, namun Elvano memilih mengabaikannya karena tahu Omanya itu pasti akan membahas tentang sayembara jodoh yang dibicarakan semalam.

"Tuan, Nyonya besar menelfon," beritahu asisten Ryan.

"Biarkan saja, aku sudah tahu. Oma dan Mama pasti ingin membahas tentang perjodohan dan pernikahan, aku tidak tertarik!" jawab Elvano tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

"Tapi kali ini urgent, Tuan." asisten Ryan memasang wajah serius. "Minggu depan Anda harus menghadiri acara gala dinner, dan Anda diwajibkan membawa pasangan kesana. Untuk menjaga reputasi perusahaan kita, apa tidak sebaiknya Anda mengikuti sayembara jodoh yang disiapkan oleh Nyonya besar supaya Anda bisa memilih pasangan untuk diajak ke gala dinner nanti,"

Jari-jarinya berhenti di atas keyboard saat mendengar penjelasan dari sang asisten, Elvano mengarahkan pandangannya pada asisten Ryan yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.

"Apa kamu punya solusi lain selain aku harus menuruti sayembara jodoh itu dan supaya aku terlepas dari acara perjodohan ini terus?" tanya Elvano dengan nada serius.

Asisten Ryan nampak berfikir keras, lalu sebuah ide muncul di benaknya. "Ada, Tuan. Kenapa Anda tidak coba melakukan pernikahan palsu saja dengan seorang wanita. Buat persyaratan yang sama-sama saling menguntungkan diantara kalian berdua, dengan begitu Anda akan terbebas dari acara perjodohan yang selalu dibahas Oma dan Ibu, Anda."

"Maksudmu aku harus melakukan fake marriage?" Elvano memastikan lagi.

"Benar, Tuan." angguk asisten Ryan.

"Tapi siapa perempuan yang mau diajak bekerjasama seperti itu?" tanya Elvano. "Kamu tahu sendiri aku selalu membatasi diri dengan wanita."

"Kenapa Anda tidak coba dengan gadis yang Anda temui semalam itu, Tuan. Sepertinya gadis semalam sedang terlibat masalah yang rumit. Jika tidak, mana mungkin dia berjalan sendirian malam-malam sambil hujan-hujanan seperti itu."

Elvano menaikkan kedua sikunya diatas meja, saling mengeratkan jari-jari tangannya untuk menopang dagunya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh asistennya ada benarnya juga, mungkin jika dia melakukan pernikahan palsu maka dia akan terbebas dari tuntutan Oma dan Mamanya yang terus memaksanya untuk segera menikah.

...

...

...

Bersambung...

Bab 3 : Penawaran.

"Lepaskan, Lex. Kita sudah sangat terlambat untuk berangkat ke kantor."

Alex tak menghiraukan ucapan Rina, dia semakin mengeratkan tangannya di pinggang wanita itu dari belakang, memeluk tubuh polos yang yang hanya ditutupi oleh selimut tebal.

"Sekali lagi ya, buat asupan vitamin supaya kerjanya semangat hari ini." Alex mencium leher Rina, memberikan gigitan kecil disana.

Rina membalikkan tubuhnya terlentang, mengusap lembut wajah Alex. "Apa menurutmu Maura sudah memberitahu keluarganya tentang kejadian semalam? Bagaimana jika pertunangan kalian dibatalkan?"

Alex meraih tangan Rina yang ada di pipinya dan mengecup punggung tangannya lembut. "Dia tidak akan berani macam-macam. Tanpa campur tangan keluargaku, perusahaan kecil milik papanya pasti sudah bangkrut dari dulu."

Perusahaan milik keluarga Alex memang sudah memberikan investasi yang besar kepada perusahaan milik keluarga Maura, hingga perusahaan itu kini bisa berkembang dengan pesat. Selain itu, Alex sebenarnya memang mencintai Maura, hanya saja dia juga butuh kesenangan, sementara Maura selalu menolak jika ingin disentuh. Dan Rina, wanita itu begitu pengertian dan mengerti apa yang dia butuhkan sebagai seorang laki-laki.

Alex kembali mengungkung tubuh Rina, mencium bibirnya dengan penuh nafsu, kembali melakukan pergulatan panas setelah hampir semalaman mereka melakukannya setelah keluar dari klub malam.

Jordan menghampiri putranya begitu melihat putranya menginjakkan kaki di kantor padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dan yang lebih membuatnya geram adalah putranya datang bersama dengan sekertarisnya yang juga ikutan datang terlambat ke kantor.

"Alex, apa-apaan ini? Ini sudah jam sepuluh, apa kamu tahu kalau kita ada meeting dengan klien penting siang ini!" tegur Jordan.

"Papa tidak usah berlebihan, meeting-nya nanti jam satu kan? Jadi aku belum terlambat." ujar Alex lalu berlalu masuk ke dalam ruangannya dengan diikuti papanya dibelakangnya.

"Kamu ada hubungan apa dengan sekertaris kamu itu?" tanya Jordan. "Ingat Alex, minggu depan kamu dan Maura sudah akan bertunangan. Papa tidak mau pertunangan ini sampai batal apalagi cuma gara-gara ulah kamu!"

Jordan dan papanya Maura adalah sahabat sejak SMA dan kuliah, sehingga saat mereka tahu anak-anak mereka menjalin hubungan, mereka sangat merestui dan berharap hubungan anak-anaknya langgeng hingga mereka bisa menjadi besan.

"Kami hanya atasan dan bawahan, papa kan tahu sendiri kalau Rina adalah sahabat Maura, jadi tidak mungkin aku sampai macam-macam dengannya," jawab Alex semeyakinkan mungkin.

Namun, Jordan tak sepenuhnya percaya, dia tahu ada hubungan spesial antara putranya dengan Rina. "Om Heru adalah orang yang sangat berjasa dalam hidup Papa, jadi kamu jangan banyak tingkah kalau masih ingin dapat warisan dari Papa!"

Pintu ruangan ditutup dengan sedikit keras. Alex menggebrak mejanya setelah papanya pergi. Setelah mengetahui jika Maura adalah putri dari Heru Prasetya, papanya selalu menjadikan warisan sebagai ancaman jika dia sampai memutuskan hubungan dengan Maura.

...••••••••••...

Meskipun hati dan pikirannya masih kacau, Maura tetap datang ke toko bunga seperti biasanya. Toko bunga itu adalah milik mamanya, namun sejak lulus kuliah enam bulan lalu, Maura mengambil alih dan mengelola toko bunga tersebut. Awalnya Maura ingin melanjutkan S2 di London, namun Alex melarangnya dengan alasan akan segera menikahinya, sehingga Maura terpaksa mengubur mimpinya itu dalam-dalam.

Namun setelah dia menuruti kemauan pria itu, sekarang Alex malah berselingkuh. Dan yang lebih menyakitkannya lagi yang menjadi selingkuhan Alex adalah Rina, seseorang yang sudah Maura percaya dan sudah dia anggap seperti saudara.

"Permisi,"

Suara seseorang membuyarkan lamunan Maura, gadis itu terkesiap dan segera berdiri ketika menyadari ada pelanggan masuk ke dalam tokonya.

"Eh, iya. Ada yang bisa saya ban..." Maura memperhatikan penampilan pria berjas yang kini sedang berdiri di hadapannya, wajah pria itu seperti tidak asing dimatanya.

"Maaf, apa Nona masih ingat dengan saya?" tanya pria itu yang adalah asisten Ryan.

"Kamu..."

"Saya dan tuan saya yang semalam mengantarkan Nona pulang," potong asisten Ryan dengan cepat.

"Oh, ya...ya... Aku sudah ingat." Maura mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi ada apa ya Anda sampai datang ke toko bungaku? Mau ambil jas tuanmu itu ya? Jasnya sedang aku laundry, nanti kalau sudah selesai pasti akan aku kembalikan. Anda bisa tinggalkan alamat atau nomor telepon saja disini biar nanti aku bisa menghubungi Anda untuk mengembalikan jas itu." Maura menyobek selembar kertas dan meletakkannya di atas meja.

"Tidak Nona, bukan itu tujuan saya datang kemari." ujar asisten Ryan sembari mengibaskan kedua tangannya. "Tujuan saya datang karena tuan saya ingin bertemu dengan Nona. Ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Nona."

"Hal penting?" gumam Maura dengan kening berkerut. "Apa dia mau minta pertanggungjawaban karena aku sudah melempar kepalanya dengan sepatu ya?"

"Mari Nona, tuan saya sudah menunggu didalam mobil."

Maura menyuruh seorang pegawainya untuk menjaga toko, lalu dia berjalan mengikuti asisten Ryan yang membawanya ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari toko bunganya. Maura masuk ke dalam mobil setelah asisten Ryan membukakan pintu mobil untuknya.

Maura menoleh ke arah Elvano. Pria itu mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan kemeja putih dan dasi yang elegan. Rambutnya yang hitam pekat terlihat rapi dan terawat, dengan gaya yang sesuai dengan kepribadiannya yang elegan. Wajahnya yang tampan memiliki garis-garis wajah yang tegas, dengan mata yang tajam dan berwarna coklat gelap yang memancarkan ketegasan.

"Jadi... berapa harga yang harus aku bayar untuk kejadian semalam?" tanya Maura.

"Harga? Harga apa?" Elvano menatap bingung pada gadis yang duduk di sebelahnya ini.

Reflek Maura langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada saat menyadari tatapan Elvano padanya, takutnya pria itu sedang menerawang dalamannya seperti semalam.

Elvano menghela napas panjang saat melihat tingkah Maura. "Jangan berfikir yang macam-macam, aku tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Kedatanganku kemari hanya untuk memberikan penawaran denganmu." imbuhnya dengan nada serius.

"Penawaran? Penawaran apa?" tanya Maura bingung.

"Aku tahu kamu baru diselingkuhi oleh kekasih kamu, apa kamu masih ingin melanjutkan hubungan yang sudah tidak sehat itu?" Elvano menatap Maura, lalu tersenyum tipis. "Minggu depan kamu akan bertunangan, apa kamu masih ingin melanjutkan acara pertunangan itu disaat kamu sudah mengetahui kekasihmu berselingkuh?"

Maura terlihat tidak senang mendengarnya, apalagi Elvano terlihat seperti tahu banyak tentang kisah percintaannya. "Kamu tahu apa? Jangan bilang kamu melakukan penyelidikan tentang aku?"

"Ya, benar." Elvano mengangguk. "Karena itulah aku ingin memberikan penawaran supaya kita bisa bekerjasama."

"Penawaran apa? Cepat katakan!"

Ada jeda sejenak sebelum menjawab, Elvano menatap Maura dalam-dalam, "Maura Anindya, jadilah istriku. Ayo kita lakukan pernikahan palsu."

...

...

...

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!