NovelToon NovelToon

Miliarder Dunia Streaming

Bab 1: Tusukan dari Belakang

“Siapa yang kasih kamu keberanian untuk nembak cewek terang-terangan begini? Kangen sama aku ya? Kalau nggak, keluar sana!”

Ruang Guru SMA Negeri 1 Jakarta, kelas XI.

Bu Ratna, wali kelas XI IPA 2, membentak Rizky Pratama.

Rizky menunduk, tak berani berkata apa-apa. Dari sudut mata, ia melirik Ayu Lestari.

Sepasang mata bulat berair, hidung mancung, bibir mungil seperti buah ceri—sulit menutupi kecantikannya.

Meski hanya memakai seragam sekolah, tubuh tinggi semampai Ayu tetap tampak anggun. Ia dikenal sebagai salah satu dari empat siswi tercantik di SMA 1 Jakarta.

Rizky sudah lama memendam perasaan padanya. Selama dua tahun terakhir, ia selalu berusaha mendekat, rela mengorbankan uang jajannya untuk membelikan Ayu hadiah dan kosmetik.

Malam tadi, Ayu sendiri yang menghubunginya lewat telepon.

“Rizky, kalau kamu berani nembak aku terang-terangan, aku mau kok jadi pacarmu.”

Mendengar itu, Rizky begitu gembira sampai tak bisa tidur semalaman. Meski agak malu, ia nekat melakukan siaran langsung untuk mengungkapkan cintanya, berharap Ayu benar-benar menerimanya.

Tak disangka, Ayu justru mengirimkan rekaman itu ke gurunya. Pagi-pagi, Rizky dipanggil bersama Ayu ke ruang guru.

Bu Ratna menggebrak meja.

“Sebulan lagi kalian ujian masuk perguruan tinggi, bisa nggak mikirin belajar dulu?”

“Bu, saya…” Rizky hendak menjelaskan.

Tapi Ayu sudah mendahului. Ia menatap Rizky tajam lalu berkata dengan wajah seolah merasa bersalah,

“Bu, ini bukan salah saya! Saya jarang ngobrol sama Rizky. Saya juga nggak nyangka dia tiba-tiba nembak saya begitu.”

Kata-kata itu membuat Rizky serasa tersambar petir. Padahal jelas-jelas Ayu sendiri yang memintanya semalam.

Ayu menunduk manja sambil berkata, “Bu, orang tua saya sudah lihat videonya. Mereka kira Rizky pacar saya. Saya bingung, Bu… saya jadi nggak bisa belajar, rasanya nggak mungkin bisa masuk universitas kalau begini.”

Melihat Ayu menangis, Bu Ratna buru-buru menenangkannya. Bagaimanapun, Ayu bukan hanya cantik tapi juga siswi berprestasi dengan peluang besar masuk Universitas Indonesia.

“Sudah, sudah. Tenang. Nanti ibu yang kasih penjelasan.”

Setelah menenangkan Ayu, Bu Ratna kembali menatap tajam ke arah Rizky.

“Rizky, lihat apa yang sudah kamu perbuat!”

“Aku… aku tahu salah, Bu…” Rizky hanya bisa menunduk.

Meskipun Ayu menusuknya dari belakang, ia tak punya bukti. Ia hanya bisa menahan sakit hati dan menerima tuduhan itu.

“Begini saja,” kata Bu Ratna. “Kamu kan suka live streaming? Malam ini bikin siaran langsung lagi. Di situ kamu minta maaf sama Ayu dan jelaskan hubungan kalian sebenarnya. Lalu videonya tempel di mading sekolah.”

“Hah?” Rizky terkejut.

Kalau sampai ditempel di mading, seluruh sekolah akan tahu pengakuannya ditolak! Ditambah lagi harus minta maaf, ia benar-benar akan jadi bahan tertawaan.

“Apa? Nggak mau? Kalau begitu, Senin depan saya panggil orang tuamu!” tegas Bu Ratna.

Rizky tak berani melawan, hanya bisa mengangguk.

Keluar dari ruang guru, ia menghentikan Ayu.

“Ayu… kenapa kamu nggak jelasin ke Bu Ratna tadi?”

Ia masih berharap, mungkin saja Ayu hanya terpaksa.

Namun ekspresi manja Ayu langsung berubah jadi jijik.

“Jelasin apaan? Siapa sangka kamu sebodoh itu, benar-benar nekat nembak aku?”

“Tapi… kamu yang bilang kalau aku nembak langsung, kamu mau jadi pacarku, kan?” Rizky bingung.

Ayu tersenyum sinis. “Itu cuma gara-gara aku kalah main truth or dare semalam. Serius amat?”

Perasaan Rizky serasa dihancurkan. Semua pengorbanannya selama dua tahun ternyata hanya bahan candaan.

Ayu mendengus, “Kamu pikir aku suka sama kamu? Lihat dirimu sendiri! Uang aja nggak punya, nekat ngejar aku? Lucu banget.”

Kata-katanya menusuk tajam. Rizky mengepalkan tangan, menahan rasa sakit.

“Tapi aku sudah habiskan semua tabunganku buat beliin kamu hadiah…”

Ayu menatapnya dingin. “Memangnya aku yang nyuruh? Banyak kok yang beliin aku hadiah, kamu siapa di antara mereka?”

Kata-kata itu seperti pisau yang mengiris hati Rizky. Ia sadar cintanya tak ada artinya.

“Aku bodoh karena suka sama orang kayak kamu. Mulai sekarang, kita selesai.” Rizky berbalik pergi.

Tapi Ayu masih sempat berteriak, “Jangan lupa malam ini kamu minta maaf di live streaming dan jelasin hubungan kita!”

Rizky menunduk, hatinya hancur. Kalau tak minta maaf, Bu Ratna pasti panggil orang tuanya. Tapi kalau iya, ia akan jadi bahan tertawaan satu sekolah.

Saat ia bimbang, tiba-tiba suara mekanis terdengar di dalam kepalanya.

【Sistem Live Streaming telah terikat.】

【Tuan rumah akan mendapat 10 juta rupiah setiap kali memperoleh satu pengikut.】

【Semakin banyak pengikut, level akan meningkat dan hadiah sistem akan terbuka.】

Host: Rizky Pratama

Level: Pemula

Pengikut: 0/1000

Kekuatan: 9

Kelincahan: 10

Daya Tahan: 10

Kecerdasan: 9

Semangat: 8

Rizky terbelalak. Ia benar-benar mendapatkan sistem?

“Satu pengikut \= 10 juta rupiah?”

“Hhh… seratus pengikut berarti satu miliar! Cepat sekali dibanding kerja apapun.”

Ia menelan ludah. Cara untuk mendapatkannya hanya satu: melalui siaran langsung.

Dan malam ini, ia memang harus live streaming…

Bab 2: Permintaan Maaf Langsung

Saat Rizky Pratama masih tenggelam dalam pikirannya, tiga teman sekelas lewat sambil menertawakan dia.

“Wih, Rizky jago juga ya, berani nembak cewek lewat live streaming?”

“Hahaha… padahal Ayu cuma main truth or dare semalam. Mana nyangka si bego ini bakal beneran nembak?”

“Ingat ya, malam ini kamu harus minta maaf sama Ayu langsung di live. Jangan sampai lupa, nanti kita nonton rame-rame.”

Rizky tersenyum tipis dan mengangkat bahu.

“Ya udah, pastikan kalian nongkrong di live streaming-ku nanti. Aku bakal minta maaf langsung.”

Dalam hati, ia tak menyangka gosipnya dengan Ayu menyebar secepat itu. Kini, ia memang tak punya pilihan selain menepati perintah guru.

Ketiga teman itu pergi sambil tertawa puas.

Tak lama, seorang gadis berdiri di hadapannya. Rizky menoleh dan melihat Nadia Putri, ketua kelas sekaligus siswi tercantik di SMA Negeri 1 Jakarta.

Alisnya rapi seperti lukisan, mata bening berbinar, kulit seputih susu, senyum manis—kecantikannya bahkan melampaui Ayu. Meski seragam sekolah tampak longgar, pesona tubuh mudanya tetap sulit disembunyikan.

Namun kali ini ada gurat khawatir di wajahnya.

“Nad… ada apa?” tanya Rizky.

Nadia menggigit bibir, lalu berkata cemas,

“Rizky, biar aku yang jelasin ke Bu Ratna. Soalnya masalah ini nggak sepenuhnya salah kamu.”

Sejak mendengar kabar, Nadia tahu Rizky tak pantas menanggung malu seorang diri. Ia tahu Rizky dulu anak yang rajin belajar, sering diskusi soal pelajaran. Sejak mengejar Ayu, barulah ia berubah jadi seperti sekarang.

Tapi Rizky hanya menggeleng. Ia tersenyum meski getir.

“Nggak usah. Semua ini salahku juga, dan aku yang harus bertanggung jawab. Lagi pula, aku juga ada urusan dengan live streaming ini.”

Ucapan kejam Ayu kemarin masih terngiang di kepalanya. Rasa sakitnya seperti duri yang terus menusuk.

Kalau mau dihormati orang lain, aku harus punya uang. Cuma itu jalannya.

“Tapi Rizky…”

“Sudah, Nad. Aku jadi sadar, Ayu nggak pernah suka sama aku. Live malam ini sekalian jadi penutup perasaanku buat dia.”

Mendengar itu, Nadia menghela napas lega. Ia sempat takut Rizky melakukan hal bodoh. Kini, melihatnya bisa bicara dengan tenang, hatinya sedikit tenang.

---

Malam hari sepulang sekolah, Rizky membawa tasnya ke sebuah warnet kecil di dekat rumah. Uang terakhir di sakunya, sepuluh ribu rupiah, ia gunakan untuk menyewa bilik pribadi.

Ia menyalakan ponsel, membuka aplikasi live streaming, dan bersiap memulai siaran. Akun yang ia pakai masih menggunakan nama asli, jadi mudah ditemukan oleh teman-teman sekolahnya.

Begitu siaran dimulai, ratusan penonton langsung membanjiri room-nya. Jumlah penonton cepat melonjak hingga lebih dari 300 orang—semuanya jelas cuma ingin menonton kesialannya.

Komentar menghujani layar:

[Berani-beraninya kamu nembak Ayu? Dasar nggak tahu diri.]

[Buruan minta maaf, jangan banyak alasan!]

[Rizky, sadar diri lah. Malu-maluin aja!]

Namun Rizky tetap tenang.

Di tempat lain, Ayu Lestari juga diam-diam masuk ke room dengan akun kecilnya untuk menyaksikan. Ia bahkan ikut mengetik komentar, menambah bahan ejekan.

Beberapa komentar lain juga berseliweran:

@CewekKepo: “Eh, bukannya Ayu sendiri yang nyuruh Rizky nembak live?”

@SungaiTenang: “Kalau disuruh nembak aja nurut, disuruh mati juga mau?”

@DewaKepo: “Hahaha, malu-maluin banget si Rizky ini.”

Nadia, yang sedang tiduran di rumah, sempat menuliskan komentar membela Rizky. Namun tak lama, ia malah diserang habis-habisan. Ia langsung ketakutan dan memilih diam.

Sementara itu, penonton room Rizky sudah mencapai lebih dari 500 orang. Ia menatap layar, lalu berdeham.

“Ehem… semuanya, tolong tenang sebentar. Malam ini aku live bukan buat cari ribut. Aku cuma mau minta maaf sama Ayu. Semua ini salahku, aku terlalu gampang percaya, dan bikin dia kena masalah. Mulai sekarang, aku nggak ada hubungan lagi dengan Ayu Lestari.”

Komentar makin deras, sebagian masih mengejek. Tapi Rizky menatap kamera dengan serius.

“Tapi aku percaya, setiap orang berhak mengejar cinta. Gagal bukan aib. Yang memalukan itu kalau kita nggak berani bangkit lagi.”

Nada suaranya meninggi. Ia menepuk dadanya penuh tekad.

“Makanya aku umumkan sekarang—hari Senin jam tujuh malam, aku akan nembak langsung siswi tercantik di sekolah ini, Nadia Putri, lewat live streaming! Semua orang boleh nonton!”

Room langsung meledak. Semua penonton kaget. Dua detik hening, lalu komentar deras menyerbu:

[HAHAHA Rizky, kamu gila?!]

[Baru ditolak Ayu aja udah kayak orang sakit jiwa.]

[Gila sih, tapi aku follow. Pengen lihat Senin nanti beneran apa nggak.]

Meski sebagian besar menghina, jumlah followers Rizky melonjak pesat. Dalam sekejap, ia sudah dapat 321 pengikut baru. Itu berarti, saldo sistemnya bertambah Rp3,21 miliar.

Rizky hampir nggak bisa menahan senyum melihat angka itu. Begitu mudahnya uang mengalir masuk.

Tentu saja, banyak yang tak percaya ia berani sungguhan nembak Nadia. Apalagi semua tahu Nadia itu pintar, cantik, dan dari keluarga kaya. Sosok sempurna yang dianggap tak terjangkau.

Ayu yang ikut menonton merasa panas hati. Komentar orang-orang yang memuji Nadia seolah menusuknya.

“Kalau aku juga dari keluarga kaya, aku juga bisa jadi primadona sekolah!” gerutunya sinis, lalu mengetik komentar dengan nada meremehkan:

“Ngaca dulu, Rizky. Kamu miskin begini, berani-beraninya nembak Nadia?”

Rizky malah menanggapi dengan tenang.

“Besok kan Sabtu. Aku bakal live lagi, sekaligus beli hadiah buat Nadia. Jadi jangan lupa tonton.”

Komentar makin deras mengejek:

[Hadiahnya apaan? Ikat rambut lima ribuan?]

[Hahaha, ngakak. Jangan bikin malu lah, Rizky.]

Namun Rizky tetap menutup live dengan senyum percaya diri.

“Jangan lupa follow, share, dan simpan. Sampai ketemu besok.”

Room pun berakhir.

Di kamarnya, Nadia menatap layar ponsel yang sudah gelap. Pipi putihnya merona merah.

'Apa Rizky benar-benar mau nembak aku hari Senin? Apa dia serius… atau hanya sekadar nekat?'

---

Bab 3: Kamu Benar-Benar Membelinya

Rizky Pratama pulang ke apartemen sederhana mereka dengan masih menenteng tas sekolah.

Di meja makan sudah tersaji berbagai lauk. Ibunya, Bu Ratna, baru saja melepas celemek dan menyambut hangat.

“Anakku sudah pulang. Ayo, makan malam dulu.”

“Baik, Bu.” Rizky segera mencuci tangan lalu duduk di kursi makan.

Ayahnya, Pak Surya, masih asyik menonton video pendek di ponsel. Sesekali ia tertawa kecil, lalu menoleh ketika anaknya datang.

Bu Ratna bertanya dengan nada khawatir, “Gimana sekolahnya hari ini?”

Menjelang ujian masuk perguruan tinggi, orang tua Rizky memang makin cemas dengan nilainya.

Rizky agak malu. Dulu di kelas 10 dia termasuk siswa berprestasi, tapi belakangan nilainya menurun drastis. Ia tak berani jujur bahwa sebagian besar waktunya justru ia habiskan mengejar cinta sepihaknya pada Ayu Lestari.

“Uh… nggak apa-apa, Bu. Lagi tahap review aja sekarang. InsyaAllah masuk universitas masih bisa,” jawabnya singkat.

Pak Surya menepuk bahunya. “Jangan terlalu tertekan, Nak. Belajar yang serius, tapi jangan lupa jaga kesehatan.”

Bu Ratna ikut menimpali sambil menyendokkan ikan goreng ke piring Rizky. “Benar kata Ayahmu. Besok Sabtu, kamu bisa istirahat cukup biar nggak drop.”

Rizky buru-buru menolak, “Eh… besok aku ada urusan, Bu. Harus keluar.”

“Apa itu?” tanya ibunya.

“Belajar kelompok di perpustakaan sama teman-teman,” jawab Rizky cepat.

Padahal sebenarnya besok ia harus siaran langsung lagi. Kalau tidak live, bagaimana mungkin ia bisa menambah penggemar? Bagaimana mungkin ia bisa menghasilkan uang?

Mendengar alasan anaknya, Pak Surya malah tersenyum bangga. “Oh, bagus. Uangmu cukup, Riz? Kalau kurang, Ayah bisa transfer lagi.”

“Tidak usah, Yah. Uangku masih ada kok,” Rizky buru-buru melambaikan tangan.

“Ya sudah. Kalau nanti kurang, jangan sungkan bilang, ya.”

Rizky mengangguk berulang kali. Dalam hati, ia merasa bersalah. Kedua orang tuanya hanyalah pekerja biasa dengan gaji pas-pasan, tapi mereka tak pernah pelit untuk dirinya. Sayangnya, dulu ia sering membohongi mereka, meminta uang dengan alasan belajar padahal dipakai membeli hadiah untuk Ayu Lestari.

Kini, setelah dipikir ulang, semua itu terasa bodoh.

Malam itu setelah makan, Rizky kembali ke kamarnya. Ia sudah punya simpanan uang tiga miliar rupiah dari sistem siaran langsungnya, tapi tentu saja ia tidak berencana memberi tahu orang tuanya. Bagaimana mungkin ia bisa menjelaskan asal-usul uang itu?

---

Keesokan paginya, kedua orang tuanya sudah berangkat kerja. Rizky bangun, mandi, lalu sarapan seadanya. Setelah itu ia menyalakan ponsel untuk bersiap melanjutkan siaran.

Begitu ruang live dibuka, penonton langsung membludak. Lebih dari seribu orang masuk menonton. Rupanya video permintaan maafnya di papan pengumuman kampus kemarin membuatnya viral.

Bahkan Ayu Lestari dan temannya, Nadia Putri, ikut masuk dengan akun cadangan mereka untuk mengintai.

“Rizky, bukannya kamu janji mau beliin hadiah buat Nadia hari ini? Sudah putuskan mau beli apa?” komentar seorang penonton.

Rizky tersenyum. “Aku belum putuskan. Kenapa nggak kalian yang kasih saran? Aku bakal beli sesuai rekomendasi kalian.”

Komentar bermunculan:

[Kasih Ferrari, biar makin mantap]

[Belikan vila sekalian]

Nadia jadi kikuk membaca komentar itu. Setelah ragu sejenak, ia akhirnya mengetik:

[Sebenarnya, nggak semua cewek matre kok. Yang penting ketulusan, bukan harga hadiah.]

Tapi komentar lain langsung menyindir:

[Eh, ini jangan-jangan akun fake Rizky sendiri? Kalau nggak mampu, ya bilang aja nggak mampu]

Nadia menggigit bibir, ingin membalas, tapi akhirnya menahan diri.

Rizky menatap komentar-komentar itu sambil tersenyum miring. Ketulusan? Kalau ketulusan cukup, apakah Ayu dulu masih akan menusukku dari belakang?

“Baiklah, teman-teman. Rumah atau mobil itu kan nggak masuk akal. Kita cari yang lebih realistis. Jam tangan, misalnya.”

Tiba-tiba Ayu menulis komentar dengan akun samaran:

[Cartier baru ngeluarin jam tangan wanita, bagus banget. Itu bisa jadi hadiah yang elegan sekaligus berkesan.]

Padahal dalam hati, dialah yang sejak lama mengincar jam tangan itu. Harganya lebih dari seratus juta rupiah, tentu ia tak mampu membelinya.

Rizky membaca komentar itu, lalu mengangguk. “Jam tangan, ya? Oke. Kalau begitu, kita beli sekarang. Perhatikan aku baik-baik.”

Penonton makin heboh. Ada yang tertawa mengejek, ada yang penasaran.

---

Tak lama, Rizky sudah tiba di butik Cartier di pusat perbelanjaan mewah Jakarta.

Seorang sales wanita dengan setelan hitam mendekat sambil tersenyum profesional. “Selamat datang, Mas. Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya mau lihat koleksi jam tangan wanita terbaru,” kata Rizky tenang.

Petugas itu mengambil sebuah jam mewah, lalu mulai menjelaskan panjang lebar: “Model ini desainnya simpel elegan, kaca safir, mesin kuarsa, cocok untuk wanita sukses…”

Rizky mengangkat tangan, memotong penjelasan. “Berapa harganya?”

Petugas sedikit terkejut. “Harga normal Rp138 juta, tapi sekarang diskon jadi Rp125 juta.”

Komentar penonton langsung meledak:

[Wkwkwk, mana mungkin dia mampu]

[Ayo, buktikan kalau benar-benar bisa beli]

Ayu yang sedang menonton dari kamarnya tersenyum sinis. Ia ingin melihat bagaimana Rizky dipermalukan kali ini.

Namun Rizky dengan santai mengeluarkan kartu bank. “Gesek saja.”

Petugas sampai terperangah, tapi segera menerima kartu itu dengan hormat. Tak lama kemudian, ia kembali dengan senyum sumringah. “Terima kasih, Mas Rizky. Mulai sekarang, saya pribadi akan jadi konsultan Anda di butik ini. Mau jam tangannya dibungkus kado?”

“Ya, bungkus saja.” Rizky mengangguk tenang.

Para penonton di live streaming terdiam.

[Gila, dia benar-benar beli?!]

[Dari mana dia dapat uang sebanyak itu?]

Ayu yang tadinya santai di tempat tidur langsung duduk tegak, matanya melotot ke layar. Rizky benar-benar punya seratus dua puluh lima juta?

Sementara itu, komentar demi komentar terus membanjiri layar. Ada yang mulai mengagumi, ada yang malah iri. Tapi satu hal jelas—Rizky baru saja membungkam semua yang meragukannya.

---

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!