"Kak, menikahlah dengan kak Nathan. Hanya kakak yang aku percaya." ucap Elvira.
"Enggak dek. Kamu pasti sembuh." ucap Elisa dengan isak tangis.
"Enggak kak." Elvira meneteskan air matanya.
"Vira.... Hah.. Hah.. Hah.." ucap Nathan dengan nafas tersengal. Mereka melihat ke arah Nathan.
"Aku datang sayang. Kamu pasti kuat. Kamu pasti sembuh." ucap Nathan dengan nafas masih tersengal.
"Kak Nathan, Vira mohon wujudkan mimpi Vira. Menikahlah dengan kak Lisa."
"Enggak sayang, kamu pasti sembuh. Kita sudah menyebar undangan. Satu minggu lagi kita menikah."
"Justru itu kak. Jangan buat keluargaku dan keluarga kakak malu. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi."
"Kakak harus janji menikah dengan kak Lisa. Aku yakin, kak Lisa akan membahagiakan kakak."
Mereka menangis tersedu-sedu melihat kondisi Vira.
"Ku mohon menikahlah kalian di hadapanku. Agar aku bisa tenang."
"Tapi..." Nathan menggantung ucapannya.
"Vira mohon kak."
Pada akhirnya Nathan dan Lisa menyetujui permintaan Vira. Nathan mengurus pernikahannya dengan Lisa secepatnya. Mengganti semua berkas yang sudah mereka masukkan sebelumnya. Vira ingin Nathan menikahi kakaknya secara resmi di hadapannya.
Dua hari kemudian, mereka menikah di hadapan Vira. Pernikahan mereka di saksikan keluarga dan saksi-saksi.
Kini mereka telah sah menjadi suami dan istri. Di luar dugaan mereka, 20 menit setelah Nathan dan Elisa menikah, kondisi Vira justru semakin drop. Hingga akhirnya, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Elisa dan Nathan menangis sejadi-jadinya. Terlebih orang tua Elisa dan Elvira. Mereka tak lagi bisa melihat wajah cantik putri bungsu mereka.
Tidak ada lagi keceriaan Elvira, tawanya, keberaniannya, kejahilannya, bahkan tak ada lagi Elvira yang selalu cerewet mengingatkan Elisa untuk melakukan segala hal.
Kecelakaan yang di alami Elvira sungguh tragis. Bahkan Elvira sempat koma selama dua minggu. Dia tersadar hanya selama beberapa hari.
Tak pernah terlintas dalam pikiran Elisa, bahwa ia akan menikah dengan Nathan. Jika bukan karena permintaan adiknya Elvira, ia tak akan mungkin menikah dengan pria itu.
Bukan karena Lisa tak mencintainya. Dia sangat mencintai Nathan bahkan jauh sebelum Nathan mengenal Elvira.
Nathan adalah teman sekampusnya dulu. Memang Nathan tak begitu mengenalnya saat kuliah dulu. Mereka mulai dekat sejak bekerja dalam satu perusahaan dan dalam satu divisi.
Sementara Nathan mengenal Elvira ketika Elvira sedang hang out bersama Elisa di salah satu mall. Elisa saat itu datang terlambat karena kemacetan lalu lintas.
Elvira sempat di ganggu oleh teman kampusnya. Sebenarnya Vira melawan mereka. Namun, karena ia sendiri dan mereka berlima, ia tak bisa menghadapinya dan berakhir dengan pertolongan Nathan.
Saat itulah, Nathan jatuh cinta pada Vira pada pandangan pertama. Saat Lisa tiba di sana, Nathan baru mengetahui jika Lisa dan Vira adalah saudara kandung.
"Vira..." panggil Lisa.
"Kak Lisa.." mereka berpelukkan.
"Kamu kenal pak Nathan?" tanya Lisa.
"Enggak kak. Tadi, kakak itu nolongin aku." jelasnya.
"Terimakasih pak udah nolongin adik saya." Nathan terkejut melihat Lisa.
"Kamu Elisa kan?" Lisa mengangguk. "Jadi ini adik kamu?" Lisa mengangguk lagi.
"Oh iya pak, kenalin ini Vira. Vira, ini atasan kakak pak Nathan." Vira dan Nathan berjabat tangan.
"Lis, kalo gak di kantor, jangan panggil saya 'pak' ya. Biasa saja." ucap Nathan.
"Terus?"
"Terserah kamu."
"Kakak aja ya." Vira memberi ide dan tersenyum dengan manis. Nathan terpana melihat senyum itu.
"Boleh." jawab Nathan setelah terdiam beberapa saat.
Elisa, memiliki sifat yang sebaliknya dari Elvira. Ia lebih pendiam, dan tak begitu bisa bergaul seperti Vira. Kesamaan mereka adalah sama-sama cantik.
Sekarang, wanita yang di cintai Nathan tak lagi ada di dunia ini. Nathan pun terpaksa menikahi kakak dari wanita yang di cintainya itu.
Nathan tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Banyak pertanyaan yang terlintas dalam benaknya. Tapi dari semua pertanyaan itu, satu jawaban yang pasti. Yaitu, TIDAK TAHU.
*****
"Nak, sekarang kau sudah menikah. Kau harus mengikuti kemana suamimu pergi. Kau tidak mungkin tinggal bersama ibu lagi." ucap bu Laras
"Tapi bu, kak Nathan tidak mencintaiku." ucap Lis dengan isak tangis.
"Tidak ada alasan Nak. Cinta itu, akan tumbuh dengan sendirinya. Layani suamimu dengan segenap hatimu, cintai dia. Kau mengerti kan?"
"Baik bu.." tangis Lisa semakin menjadi.
"Nak Nathan, ibu minta tolong. Jaga Lisa baik-baik ya. Tegur dia dengan cinta jika dia salah."
"Iya bu. Nathan akan berusaha dengan semampu Nathan. Kami pergi dulu ya bu." Nathan berpamitan.
Mereka mencium punggung tangan bu Laras dan pak William. Pak William yang diam sejak tadi, tiba-tiba berbicara pada Nathan.
"Nathan, jangan sakiti putriku. Aku tahu kau hanya mencintai Vira. Tapi Lisa juga putriku dan kakak dari Vira. Jangan karena kau tak mencintainya, lantas kau menyia-nyiakan nya. Sampai kapan pun, aku akan mengawasi mu." ucap pak William dengan nada sarkas.
"Saya mengerti pak."
"Lisa, sekarang hanya kau putriku. Jaga dirimu nak. Jangan biarkan dirimu di sakiti. Bapak dan ibu sangat mencintaimu. Bapak tidak ingin kehilangan anak bapak lagi. Buat bapak dan ibu bangga ya nak." nasehat pak William pada Lisa. Lisa memeluk pak William dengan erat dan tangisnya semakin kencang.
"Iya pak. Lisa akan dengar nasehat bapak dan ibu. Lisa pamit pak. Bapak dan ibu jaga kesehatan ya. Kalau ada apa-apa, segera hubungi Lisa." pak William dan bu Laras mengangguk.
Mereka melepas putri mereka dengan haru. Bahkan mereka tak rela jika Lisa harus menikah dengan pria yang tidak mencintainya.
Sementara itu, resepsi pernikahan mereka tetap di lakukan seperti tanggal yang sudah di tentukan. Tiga hari setelah Lisa pindah ke rumah Nathan dan orangtuanya.
Ada alasan mengapa begitu cepat Nathan memutuskan pindah. Nathan belum bisa merelakan Vira. Ia tidak ingin menangis terus menerus di hadapan mertuanya.
Seharusnya pernikahan Vira dan Nathan akan berlangsung 3 hari lagi. Dilanjutkan dengan resepsi pada malam harinya.
Namun semua di luar rencana. Meski kedua orang tua Nathan menerima kehadiran Lisa sebagai menantu, tidak dengan Nathan. Ia belum bisa menerima Lisa sebagai istrinya.
Dalam perjalanan ke rumah Nathan, Lisa hanya diam dan memandang jalan. Tak sedikit pun ada pembicaraan.
Sesekali, Lisa terlihat menarik nafas dan membuangnya. Memainkan jemarinya. Itu semua tak luput dari penglihatan Nathan.
Pria tampan itu, tak sedikit pun ingin mengajaknya berbicara. Lisa pun merasa canggung untuk bicara.
Hmmm... Kenapa nasibku seperti ini? Ini bukanlah pernikahan yang aku impikan. batin Lisa.
Aku tidak tahu bagaimana nantinya rumah tanggaku tanpa adanya cinta di antara kami. Jika bukan permintaan Vira, mungkin aku belum menikah. batin Nathan.
Satu jam sudah mereka bersama dalam mobil. Tetap saja keheningan yang tercipta. Mereka tiba di kediaman keluarga Nathan.
Mamah dan papah Nathan sudah menanti mereka di depan rumah.
*****
Jika kamu suka, jangan lupa like, vote, rate dan Komen ya. Buat akusemangat melanjutkan kisah ini.
Buat yang udah like, vote, rate dan komen, aku ucapkan terima kasih banyak.
Salam hangat,
_Ruth89_😘🤗
Mami dan papi Nathan, menyambut kedatangan Nathan dan menantu mereka.
"Selamat datang Lisa." ucap mamah Nathan. Lisa tersenyum.
"Terimakasih tante sudah menyambut Lisa."
"Jangan panggil tante sayang. Kamu harus panggil mami mulai sekarang. Sama seperti Nathan. Ya?" Nathan membawa semua barang Lisa ke kamarnya dan meninggalkan Lisa bersama orangtuanya.
"Iya mi." Lisa tersenyum.
"Menantu mami cantik sekali." Mami Nathan tersenyum ramah.
"Selamat datang nak. Papi harap kamu betah di sini."
"Terimakasih pi."
"Masuklah nak. Langsung ke kamar Nathan saja ya. Ada di lantai 2. Nanti kamu langsung ke kamar paling ujung sebelah kanan. Itu kamar kalian." jelas mami Nindya.
"Iya mi. Lisa masuk dulu mi." mami Nindya dan papi Gerry mengangguk.
Sambutan awal keluarga itu sangatlah hangat. Lisa merasa nyaman. Apa lagi, mami Nindya dan papi Gerry, sangat baik.
Hanya Nathan yang bersikap biasa. Semoga Lisa bisa memenangkan hati Nathan dan mempertahankan rumah tangganya.
Lisa mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Ia membuka handle pintu dan masuk ke dalam kamar yang sama dengan Nathan. Lisa terdiam di depan pintu. Ada kecanggungan yang tercipta.
Nathan sudah merebahkan dirinya di ranjang dan menutup matanya dengan sebelah lengannya. Kesan pertama yang di lihatnya adalah maskulin. Dari tata ruang, warna cat dalam kamar, sungguh dominan dengan warna hitam dan putih.
"Susun bajumu di lemari itu." perintah Nathan tanpa melihat Lisa. Lisa melakukan apa yang di perintahkan Nathan padanya.
Tidak ada penolakan dari Nathan. Justru Nathan mengizinkan Lisa berada di kamarnya.
Setelah selesai, Lisa menyusun make up serta skincare yang biasa dia gunakan di meja rias berdampingan dengan parfum dan deodorant milik Nathan.
Lisa melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan meletakkan peralatan mandinya juga berdampingan dengan peralatan mandi Nathan.
Tidak terasa, waktu sudah semakin sore. Lisa memutuskan untuk membersihkan dirinya. Ia mengambil baju ganti lebih dulu. Lalu Lisa segera membersihkan tubuhnya.
Ini adalah malam pertama mereka tidur dalam satu kamar. Meski mereka sudah menikah selama dua hari, namun dua hari yang lalu, mereka masih tidur terpisah.
Nathan tetap berada di rumahnya, sedangkan Lisa di rumah orangtuanya. Nathan hanya datang saat pemakaman Vira dan saat menjemput Lisa.
Berat bagi Lisa meninggalkan orangtuanya. Mereka secara langsung di tinggalkan kedua putri yang mereka sayangi. Vira yang harus kembali kepada sang pencipta, dan Lisa yang harus ikut dengan suaminya.
Lisa sudah selesai dan keluar dari kamar mandi. Ia melihat Nathan yang masih tertidur. Setelah Lisa menyisir rambutnya dan melakukan perawatan untuk kulit dan wajahnya, ia melihat Nathan masih terlelap.
Lisa duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Ia berselancar di dunia maya. Tanpa terasa, waktu sudah malam.
Kembali ia melihat fotonya bersama Vira. Hingga tanpa di sadari, air matanya mengalir tanpa bisa di tahan.
Begitu banyak kenangan yang di lalui nya bersama Vira. Hingga, Nathan terbangun dan terkejut melihat Lisa yang menahan tangisnya dan memegang ponselnya.
Nathan mengerti rasa kehilangan yang di alami Lisa. Sama sepertinya yang merasa kehilangan Vira. Nathan masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Ketika ia selesai, ia tak melihat keberadaan Lisa. Ternyata, pintu menuju balkon terbuka. Nathan segera memakai pakaian rumahan. Setelahnya ia melihat keadaan Lisa.
"Kenapa kau berada disini?"
"Aku hanya menghirup udara segar Kak."
"Ini sudah malam. Ayo turun, kita makan malam. Mami dan papi pasti sudah menunggu." Lisa hanya mengangguk.
Nathan sudah berjalan lebih dulu. Lisa mengikuti di belakangnya. Mereka menuruni tangga dan menuju ruang makan.
Di sana sudah ada orang tua Nathan. Lisa dan Nathan, duduk berdampingan. Nathan berada di depan maminya, dan Lisa di sebelah kirinya.
Lisa melayani suaminya layaknya seorang istri yang menyiapkan makan untuk suami. Ia bertanya apa yang ingin di makan Nathan dan mengambilkannya. Mamah dan papah Nathan hanya memperhatikan dan tersenyum melihat menantu mereka yang perhatian.
Mereka makan dalam diam. Hanya suara sendok, garpu dan piring saling beradu yang terdengar. Selesai makan, Nathan langsung menuju kamarnya.
Sementara Lisa langsung membereskan meja makan. Lisa sudah terbiasa melakukannya. Ia mencuci piring-piring kotor itu dengan cekatan.
"Lisa, tidak usah nak. Biar mbok Sumi yang membersihkannya."
"Enggak papa mi, kalo begini aja, Lisa masih bisa kok."
"Ya sudah." mami Nindya menyusul papi Gerry ke ruang keluarga.
Selesai mencuci piring, Lisa membuatkan dua cangkir teh untuk mertuanya. Ia membawakan mertuanya teh.
"Mi, pi silahkan tehnya." tawar Lisa.
"Ya ampun sayang, kenapa kamu repot-repot?" ucap mami Nindya
"Iya nak, sebaiknya kamu jangan melakukan ini. Takutnya Nathan marah." ucap papah Gerry. Lisa hanya tersenyum. Ia duduk di sofa di depan orang tua Nathan.
"Enggak mi, pi. Nanti biar Lisa yang bilang sama kak Nathan." jelas Lisa.
"Kalo gitu, Lisa ke kamar ya mi, pi."
"Iya sayang istirahat lah."
Lisa naik ke atas menuju kamar Nathan. Ia masuk dan melihat Nathan sedang memainkan ponselnya di tepi ranjang sambil menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Kakak belum tidur?" tanya Lisa.
"Sebentar lagi." ucap Nathan tanpa menoleh.
Dengan inisiatifnya sendiri, Lisa mengambil bantal dan selimut. Ia hendak tidur di sofa.
"Kamu mau ngapain?" tanya Nathan. Ia heran melihat Lisa membawa bantal dan selimut ke arah sofa.
"Aku mau tidur." jawab Lisa tampa menoleh ke arah Nathan.
"Kenapa disitu?" tanyanya lagi.
"Enggak papa kak. Lisa tahu diri kok." ucapnya.
Nathan tak dapat berkata-kata. Ia diam seribu bahasa. Ada sesuatu yang berdenyut di sudut hatinya yang tidak ia sadari. Lisa sudah merebahkan dirinya dan membelakangi Nathan. Tak butuh waktu lama bagi Lisa untuk terlelap. Mereka tidur secara terpisah selama beberapa hari.
*****
Hari resepsi pernikahan pun tiba. Karena bentuk tubuh Lisa dan Vira hampir sama, maka gaun yang sudah di fitting sebelumnya, tidak perlu di ganti. Baju itu di gunakan Lisa. Hanya foto yang terpajang yang di rubah dengan waktu yang singkat. Sementara inisial nama, masih sama.
Lisa di rias dengan sangat cantik. Pak William dan bu Laras pun sudah tiba dan menyambut para tamu undangan. Mami Nindya dan papi Gerry pun sudah ikut menyambut para tamu undangan.
Tidak berapa lama, masuk lah pengantin laki-laki dan wanita bersamaan. Semua mata tertuju pada Raja dan Ratu sehari itu. Sang pria yang tampan dan sang wanita yang sangat cantik.
Nathan sendiri terpesona saat melihat Lisa pertama kali akan memasuki ruang resepsi bersama. Mereka berdiri di atas pelaminan. Semua tamu undangan mulai menghampiri mereka dan memberikan ucapan selamat pada mereka.
Lisa menampakkan senyum yang sangat manis menciptakan senyum palsu selama pesta berlangsung. Pesta ini sangat meriah. Seperti inilah pesta yang di impikan banyak wanita.
Pesta ini memang impiannya, tapi tidak dengan Nathan. Ia merasa ini adalah mimpi terburuknya. Kenyataan yang ingin di abaikannya.
Sayang sekali, itu tidak bisa terjadi. Di mata semua tamu undangan, pesta ini adalah pesta terindah. Selain pengantinnya yang tampan dan cantik, ada dekorasi yang indah dan terlihat mewah.
Dari pemilihan warna memang terlihat bahwa ini pasti keinginan Vira. Sedikit berbeda dari pernikahan impian milik Lisa.
Resepsi telah usai. Kini lelah yang melanda tubuh mereka. Nathan lebih memilih pulang ke rumah di banding menginap di hotel tempat resepsi berlangsung.
Kedua orang tua mereka menyetujuinya. Mereka tiba pukul 12 malam. Nathan langsung masuk ke kamar meninggalkan Lisa yang masih kesulitan berjalan dengan gaun pengantinnya.
Lisa masuk saat Nathan telah selesai membersihkan diri dan memakai pakaian lengkap. Lisa masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu, sama seperti biasa, ia menuju sofa untuk istirahat.
Rasa lelah yang melanda, membuatnya semakin cepat terlelap. Sementara Nathan masih memainkan ponselnya. Membalas setiap chat yang masuk, serta membuka email.
Selesai dengan ponselnya Nathan ingin segera merebahkan dirinya. Matanya melihat ke tempat Lisa tidur. Ia menghampiri Lisa dan berjongkok memandangi Lisa
Cantik, tapi maaf hatiku hanya untuk Vira seorang.
Nathan membiarkan Lisa tidur di sofa. Dia mencoba memejamkan matanya. Sudah lebih dari tiga puluh menit, namun matanya tak juga terpejam. Akhirnya, Nathan mengangkat tubuh Lisa dan membaringkannya di ranjang.
Sebenarnya, Nathan tak tega membiarkan seorang wanita tidur di sofa. Setelah itu ia berbaring di samping Lisa. Tidak butuh waktu lama, ia terlelap.
Nathan tidak menyadari jika ia merasakan kenyamanan di dekat Lisa. Sementara Lisa sendiri, sedang membangun benteng dalam dirinya. Ia tak ingin tersakiti.
Sebelum Nathan mengenal Vira, Lisa sudah lebih dulu menyukainya. Hanya Lisa tak menunjukkannya di depan Nathan. Hingga dia tahu, dia sudah kehilangan Nathan.
Lisa mengalah demi kebahagiaan adiknya. Bagi Lisa, mungkin Nathan bukanlah takdirnya. Ia belum menyadari perasaannya sendiri.
*****
Matahari mulai masuk melalui celah jendela. Lisa mulai meregangkan otot-ototnya. Ia terkejut dan langsung membuka matanya.
Lisa berfikir bagaimana bisa ia berpindah ke atas ranjang. Ia melihat kesamping dan semakin terkejut bahwa Nathan tidur di sampingnya dan membelakanginya.
Apa yang terjadi, kenapa aku bisa pindah ke ranjang?
Ia melihat pakaiannya masih lengkap. Ia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Setelah itu, ia membangunkan Nathan.
"Kak, bangun udah siang." Lisa membangunkan Nathan.
"Lima menit lagi." ucap Nathan tanpa membuka matanya.
Lisa membuka gorden yang menutupi jendela kamar mereka. Nathan merasa matanya terlalu silau. Hingga ia terbangun dan membuka matanya.
"Udah bangun?" tanya Lisa
"Hmm..." Nathan masuk ke kamar mandi.
Lisa menyiapkan pakaian suaminya di atas ranjang. Lisa keluar dari kamar dan turun ke bawah.
Ia melihat mertuanya yang sibuk di menyiapkan sarapan bersama mbok Surti. Lisa menghampiri mertuanya itu dan berniat membantunya.
"Mau masak apa mi?" tanya Lisa.
"Kamu sudah bangun? Kenapa tidak istirahat lagi sayang?"
"Gak apa apa mi. Lisa juga mau bantu." mereka mulai menyiapkan sarapan bersama.
Tak lama, Nathan turun dan menuju ruang tamu. Di ruang tamu, papi Gerry sedang membaca koran.
"Nathan, ajak istrimu jalan-jalan. Atau kalian bulan madu saja."ucap papi Gerry begitu ia duduk di depannya.
"Hmmm.. Nathan belum bisa bulan madu pi, kerjaan Nathan masih banyak yang terbengkalai. Nathan sudah lebih dari seminggu gak ke kantor."
"Ya sudah, ajak jalan-jalan saja kalau begitu." Nathan tidak menanggapi.
"Ayo sarapan dulu." ajak mami Nindya.
Lisa duduk di samping Nathan. Seperti biasa, Lisa mengambilkan nasi dan juga lauk untuk Nathan dan dirinya. Mereka menikmati sarapan itu tetap dalam keheningan.
Selesai sarapan, Lisa membersihkan meja makan dan mencuci piring. Mbok Surti sudah sering melarangnya, namun Lisa tetap mengerjakannya. Lisa sudah selesai membersihkan dapur.
Lisa kembali ke kamar dan membereskan kamar. Ia mengganti seprei, sarung bantal dan juga bed cover. Lisa membawa semua pakaian kotornya dan Nathan serta seprei yang sudah ia ganti.
Ia turun kebawah dan bertanya pada mbok Surti dimana ia bisa mencuci pakaian kotor itu.
"Mbok, tempat cuci dimana ya?" tanyanya.
"Ada di belakang non." mbok Surti melihat Lisa membawa keranjang pakaian kotor.
"Sini non, biar si mbok saja yang ngerjain."
"Gak usah mbok. Mbok ngerjain yang lain aja. Ini biar Lisa yang ngerjain." ucap Lisa seraya tersenyum.
Mbok Surti membiarkan Lisa melakukan apa yang di inginkannya. Lisa menuju tempat cuci dan mulai mencuci pakaian kotornya dan Nathan.
Lisa sebenarnya terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga. Ia pernah tinggal jauh dari orangtuanya saat kuliah. Ia dan Nathan kuliah di Surabaya.
Tempat pertama yang mempertemukannya dengan Nathan. Bagai ditakdirkan bersama, mereka bertemu lagi di perusahaan yang sama dan divisi yang sama setelah 3 tahun tak bertemu.
Saat ini Lisa sedang berjibaku di dapur. Ia melihat ada beberapa bahan yang bisa di jadikan camilan. Ia berencana membuat kue bolu.
Sambil memanggang bolu yang sudah selesai di adon didalam oven, Lisa melihat cuciannya dalam mesin cuci. Mesin telah berhenti sempurna. Ia menjemur pakaian itu.
Selesai menjemur, Lisa kembali melihat bolu yang tadi ia oven. Sampai di dapur, waktu pemanggangan yang telah di pasang berbunyi. Ia mengangkat bolu itu dan mendinginkannya.
Ia membuat teh dan menaruhnya dalam nampan. Ia mengambil piring dan memotong bolu yang sudah matang itu lalu meletakkannya dalam piring.
Kebetulan mbok surti datang ke dapur.
"Mbok, papi dan mami ada di mana?" tanyanya.
"Ada di taman belakang non." jawab mbok Surti.
"Ya sudah, terimakasih ya mbok." Lisa membawa nampan itu ke taman belakang.
Tiba di taman, Lisa melihat mertuanya sedang berbincang dan memandang taman bunga di depan mereka. Sambil sesekali berfoto dan berselancar di dunia maya. Meski sudah berumur, Nindya tetap aktif menggunakan sosial media.
"Pi, mi, silahkan." sambil meletakkan nampan itu, Lisa mempersilahkan mertuanya memakan bolu dan meminum teh itu.
"Lisa, kenapa repot-repot sayang? Ini, bolu dari mana? Rasanya mami tidak membeli bolu?" kening Nindya berkerut melihat kue itu.
"Tadi Lisa iseng mi. Berhubung ada bahannya, Lisa bikin bolu deh." Nindya mengangguk dan mencicipi kue itu.
"Hmmm.. Ini enak sayang. Nathan pasti suka nih. Coba pi." Lisa tersenyum.
"Kalo gitu Lisa masuk ya mi." mereka mengangguk.
Nindya dan Gerry, sangat senang dengan kehadiran Lisa. Lisa sangat perhatian dan lembut. Bahkan cukup pandai membuat kue dan melakukan tugas seorang istri.
Nathan yang tidak melihat Lisa sejak beberapa jam yang lalu keluar dari kamar dan mencari keberadaannya. Ia bertanya pada mbok Surti.
"Mbok, Lisa mana?" tanya Nathan.
"Di taman belakang tadi den." mbok Surti menjawab.
Nathan membalikkan badan dan bertepatan Lisa masuk.
"Kamu darimana?" tanya Nathan saat netranya menangkap sosok Lisa.
"Dari belakang kak. Kakak ada perlu sama Lisa?" tanya Lisa heran. Karena ini pertama kalinya Nathan mencarinya sejak ia tinggal di rumah itu selama hampir satu minggu.
"Gak." Nathan menuju taman belakang meninggalkan Lisa. Lisa terdiam sesaat dan menuju dapur.
Lisa menyiapkan teh dan memotong kue bolu itu lagi dan meminta mbok Surti mengantarkannya pada Nathan. Sementara Lisa kembali ke kamar dan beristirahat.
"Mbok tolong anterin ini ke kak Nathan ya. Saya mau istirahat dulu."
"Iya, non." mbok Surti menerima nampan tersebut.
Mbok surti mengantarkannya pada Nathan dan masuk ke dalam lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!