NovelToon NovelToon

Evil Bodyguard

Bab 1 Zahwa Qarira Nazhira

Zahwa Qarira Nazhira, seorang gadis cantik dan pintar serta baik hati berprofesi sebagai Dokter Spesialis Jantung di salah satu Rumah Sakit terbesar di ibukota. Selain Dokter dia juga mengemban amanah sebagai CEO di perusahaan keluarganya. Persaingan bisnis dengan rival yang terkadang tidak sehat membuat dia membutuhkan seorang pengawal pribadi. Dan tanpa dia duga dia justru menaruh hati pada pengawal pribadi yang dia pekerjakan.

Liam Martin Robinson , seorang pria yang tampan dan gagah yang ditugaskan menjadi pengawal pribadi Zahwa Qarira Nazhira.

"Liam, apa aku salah jika aku mencintaimu? Kau tau Liam, saat bersamamu aku tidak pernah merasa kesepian. Aku mempunyai teman untuk sekedar mengobrol di rumah ini, walaupun kamu sendiri terkadang cuek dan dingin denganku. Tapi kenapa Liam? Kenapa tidak ada sedikit cintamu untukku? Apa kurangnya aku? "Monolog Zahwa sembari mengusap foto Liam yang diam-diam dia curi

Dua bulan Liam menjadi pengawal pribadinya, Zahwa seperti menemukan kembali keceriaan dalam hidupnya. Dia merasa ada seseorang yang akan melindungi dirinya terlepas dari perlakuan buruk dari kedua orang tuanya dan juga adiknya.

Terkadang Zahwa merasa bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya, karena sejak kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka lebih sayang ke adiknya, Zahwa pikir dengan dia mempunyai seorang pengawal pribadi dia akan merasa dilindungi dari perlakuan buruk orang tua dan adiknya. Nyatanya tidak, Liam sebagai pengawal pribadinya justru memperlakukan dia dengan buruk. Lebih buruk dari perlakuan orang tua dan adiknya, hanya karna terpengaruh omongan mereka.

"Aku tidak pernah menampar bahkan memukul Michelle tapi kenapa semua orang menuduh aku melakukan itu. Dan kau Liam, seharusnya sebagai pengawal pribadi kamu melindungiku atau kamu cari tau apa masalah dan penyebabnya. Hiks hiks hiks.."

Tapi, kenapa kamu sendiri justru ikut terpengaruh ucapan mereka. Bahkan kamu menyuruh orang untuk mencelakai aku, aku tau itu kamu Liam karena kamu mencintai Michelle kan? Jika itu keinginanmu akan aku kabulkan, aku akan pergi dari kehidupanmu dan semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi.. Hiks hiks.. "ucap Zahwa pada dirinya sendiri sambil terisak

Isak tangis dia terhenti karena ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok

Tok

Tok

"Masuk.. "sahut Zahwa dari dalam kamarnya sembari mengusap air mata di pipinya

Ceklek

(Pintu terbuka)

"Permisi Non, maaf ganggu.. "ucap Bibi Asih yang masuk ke kamar Zahwa

"Nggak kok Bi.. Ada apa Bi? "Jawab Zahwa sembari meletakkan beberapa foto Liam di laci nakas

"Itu Non, Non Zahwa dipanggil Tuan.. Disuruh ke ruang kerjanya sekarang.. "Ucap Bibi Asih yang dibalas anggukan kepala oleh Zahwa

Selang beberapa menit Zahwa menuju ruang kerja Papa nya.

"Ada keperluan apa sampai memanggilku? "Tanya Zahwa yang langsung mendaratkan bokong di hadapan Papanya

"Apa sopan santunmu sudah hilang? Tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan orang yang lebih tua darimu? "Balas seorang pria yang tak lain adalah Papa nya Zahwa

"Ck, untuk apa aku harus bersikap sopan kepada Anda Tuan Jodi Gunawan? Anda sendiri saja sudah tidak peduli denganku? Kau lebih sayang pada istri dan anak kesayanganmu itu yang tidak tau diri.. "ucap ketus Zahwa ke Papa nya

Muak Zahwa dengan sikap Papa nya yang tidak pernah membela dia di depan semua orang jika dia tidak pernah melakukan kesalahan. Benar atau salah di mata Papa dan Mama nya dia selalu salah, sejak kecil dia selalu mendapat perlakuan tidak adil dari kedua orang tua nya.

BRAKK

Jodi menggebrak meja kerja, namun Zahwa tidak kaget dia justru santai memainkan globe bola dunia di meja kerja itu dengan memutarnya.

"Kau..!! "Pekik Jodi yang mulai beranjak dari duduknya dan mengangkat tangannya ingin menampar Zahwa

"Shutt.. "Ucap Zahwa menaruh telunjuk di bibirnya..

"Jangan emosi Tuan, ingat Anda punya riwayat darah tinggi dan penyakit jantung.. Apa Anda mau dapat gelar Almarhum sekarang? "Ucap Zahwa dengan nada mengejek

Seketika itu tangan Jodi menggantung mendengar ucapan Zahwa. Dia kembali duduk di kursi kerjanya.

Zahwa hanya tersenyum smirk sembari masih memainkan globe bola dunia.

"Katakan ada apa kau memanggilku? "Tanya Zahwa kembali tanpa basa basi

Dengan santai Jodi meminta Zahwa untuk memberikan posisi CEO di perusahaannya untuk Michelle adiknya. Jodi mengatakan jika Michelle yang akan memimpin perusahaan itu, dengan alasan agar Zahwa biar fokus pada profesinya sebagai Dokter Jantung.

"Apa maksud Papa? Setelah perusahaan itu berkembang pesat karena usahaku, dengan entengnya Papa meminta aku memberikan posisi itu ke Michelle? Apa Papa yakin Michelle bisa memimpin perusahaan itu? Sedangkan selama ini dia tidak pernah ke perusahaan, yang dia tahu hanya menghamburkan uang dengan teman sosialita nya.. "ucap Zahwa dengan nada tinggi

"Zahwa, sekali ini saja Papa mohon.. Berikan pada Michelle ya.. "pinta Jodi ke Zahwa

Zahwa beranjak dari duduknya "Sekali saja Papa bilang? Sekali yang ke berapa Pa? "

Tanya Zahwa dengan wajah memerah menahan amarah.

"Baju, mainan yang Papa dan Mama belikan untukku aku berikan untuk Michelle.. Uang jajan yang Papa berikan untuk aku juga aku berikan untuk Michelle atas perintah Papa dan Mama, bahkan kasih sayang yang dulu Papa dan Mama berikan untuk aku sampai sekarang tidak pernah aku dapatkan.. "

"Apa karna aku hanya seorang anak angkat Pa? Jadi aku tidak berhak untuk itu semua? "

Ucap Zahwa dengan nada tinggi hingga dia terisak.

"Apa karna itu Pa? Aku pikir walaupun kalian adalah orang tua angkatku, kalian bisa menyayangi aku seperti anak kandung sendiri.. "Kenyataan nya tidak, ya memang dulu kau menyayangi aku sebelum Michelle lahir, tapi setelah dia lahir kalian tega mencampakkan aku bahkan beberapa kali kalian tega memukulku tanpa kalian tanya apa salahku.. "lanjutnya dengan nafas memburu dan air mata yang masih menetes

Apa yang diucapkan Zahwa memang benar adanya. Dalam hati Jodi dia memang mengakui dia telah salah selama ini dengan Zahwa, padahal Zahwa sangat menyayangi mereka. Tapi yang dia berikan kepada Zahwa hanya cacian, hinaan bahkan terkadang mereka berbuat kasar dengan memukul Zahwa.

"Zahwa, Papa minta maaf Nak.. "ucap Jodi sedikit bergetar

Zahwa beranjak dari duduknya menuju pintu, baru beberapa langkah dia berhenti.

"Apa permintaan maafmu itu untuk agar aku memberikan perusahaan itu kepadamu? "Tanya Zahwa yang masih berdiri membelakangi Papa nya

"Z-Zahwa.. P-papa --- "Jawab Jodi terjeda karena Zahwa kembali berucap

"Baik, kalau itu keinginan kalian.. Aku berikan perusahaan itu, asal dengan satu syarat.. "

Wajah Jodi seketika berbinar sewaktu Zahwa mengatakan akan memberikan perusahaan itu kepada dirinya, yang nantinya akan diberikan kepada putri kandungnya --- Michelle. Berbeda dengan raut wajah Zahwa yang sangat kecewa karena harus memenuhi keinginan Papa nya.

"Aku akan berikan perusahaan itu dengan syarat berikan aku uang sebesar 300 triliyun, tidak kurang tidak lebih.. Akan aku berikan perusahaan itu.. "ucap Zahwa yang membalikkan tubuhnya menghadap sang Papa

Dengan nada lembut namun penuh penekanan Zahwa mengatakan syarat itu yang mana membuat Jodi kembali naik pitam.

"Kau gila?! Darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu? Zahwa, ingat itu juga perusahaanku dengan entengnya kamu meminta uang sebesar itu?! "Ucap Jodi yang geram dengan syarat dari Zahwa

Melipat kedua tangannya di dada Zahwa berucap "Aku gila? Lalu kau sendiri apa Tuan Jodi?"

"Aku yang berjuang mati-matian membuat perusahaanmu itu yang hampir, oh bukan lebih tepatnya sudah bangkrut sampai aku meninggalkan profesi ku sebagai dokter. Aku yang ke sana kemari mencari investor agar mau kembali bekerja sama dengan perusahaanmu itu.. Sekarang kamu bilang aku gila? Harusnya kata itu kamu lontarkan untuk anak dan istrimu yang hanya pandai menghamburkan uangmu, bahkan dengan mudahnya mereka juga menggunakan uang perusahaan untuk bersenang-senang dengan teman sosialita nya.. "ucap lantang Zahwa panjang lebar

Terdiam. Kalah telak. Itulah yang dirasakan Jodi, dan sekali lagi apa yang dikatakan Zahwa itu benar.

"Bagaimana?! "Tanya Zahwa ke Jodi yang masih terdiam

Tidak ada jawaban dari Jodi, kemudian Zahwa berbalik badan menuju ke pintu untuk keluar.

Baru akan membuka pintu Jodi bersuara "Baiklah, aku terima syaratmu.. "

Zahwa menyunggingkan sudut bibirnya "Oke, transfer saja uangnya ke nomor rekeningku.. Anda tau kan? Jika tidak, silahkan tanya ke sekretaris atau asistenku.. "

Ucap Zahwa yang kemudian keluar dari ruang kerja Papanya.

"Maafkan Papa ya Zahwa.. "lirih Jodi yang tidak terasa meneteskan air mata nya.

Keluar dari ruang kerja Papa nya, Zahwa berpapasan dengan pengawal pribadi nya --- Liam

Dalam hati kecil Zahwa berkata mungkin ini saatnya dia mengatakan yang sebenarnya ke Liam.

"Bisa kita bicara sebentar? "

Bab 2 Rencana Jahat

"Liam, bisa kita bicara sebentar? "

"Ada apa Nona Michelle? "

Baru Zahwa akan bersuara mengajak Liam untuk berbicara, tiba-tiba Michelle datang menghampiri dirinya dan Liam di depan ruang kerja Papa nya.

"Kak Liam, bisa kita bicara sebentar? Aku mau minta tolong sama Kak Liam.. "ucap Michelle sedikit dengan nada manja ke Liam

Dan entah karena apa justru hal itu membuat Liam sangat senang. Dia bahagia jika Michelle mendekati dirinya, dia merasa jika Michelle juga mencintainya dirinya.

"Ada apa Nona Michelle? "Tanya Liam ke Michelle

"Hm, aku mau minta tolong anterin aku ke Mall.. Aku mau belikan hadiah buat Papa sama Mama, karena lusa kan Anniversary mereka.. Aku baik kan Kak Liam selalu ingat mereka, tidak seperti --- "ucapan Michelle terjeda

Namun, dia melirik ke arah Zahwa. Yang dilirik tidak menanggapi, Zahwa justru acuh berlalu meninggalkan dua makhluk yang sangat menyebalkan menurut dirinya.

"Tuh kan? Kak Liam lihat sendiri gimana Kak Zahwa? Dia memang egois.. "ucap Michelle mencoba memprovokasi Liam

Liam yang mendengar dan melihat sendiri sikap Zahwa semakin bertambah membenci Zahwa. Dia merasa sebagai Kakak harusnya Zahwa tidak bersikap seperti itu dengan Michelle. Dari yang dia tau selama ini Michelle lah yang selalu diperlakukan tidak adil oleh Zahwa, Zahwa lah yang selalu berusaha merebut semua nya dari Michelle padahal Zahwa hanyalah seorang anak angkat.

"Dasar perempuan tidak tau diri.. "geram nya dalam hati

Liam dan Michelle kemudian berjalan keluar. Sesuai dengan permintaan Michelle, Liam mengantarnya ke Mall untuk membelikan hadiah untuk orang tua nya.

Sementara itu di kamar Zahwa..

Dia mendudukkan dirinya di ranjang tempat tidurnya. Baru beberapa menit Bibi Asih datang menghampiri dirinya.

Zahwa Qarira Nazhira

"Permisi Non, boleh Bibi masuk? "Tanya Bibi Asih yang sudah di pintu kamar Zahwa

Dengan tersenyum dan mengangguk Zahwa menjawab "Boleh Bi, masuk aja.. "

Bibi Asih memberikan cokelat hangat kesukaan Zahwa, dengan senang hati Zahwa menerima dan meminumnya. Ketika selesai meminum segelas cokelat hangat itu, tak terasa air mata menetes di pipinya. Hanya Bibi Asih, orang di rumah ini yang sayang dengan dirinya.

"Terima kasih ya Bi, cuma Bibi di rumah ini yang sayang sama Zahwa.. "ucap Zahwa yang terisak

Dengan cepat Bibi Asih memeluk Zahwa, Bibi Asih adalah maid sekaligus pengasuh Zahwa. Sejak kecil kelahiran Michelle, Zahwa merasa tersingkirkan tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua nya. Hanya Bibi Asih yang tidak pernah berubah, dia masih menyayangi Zahwa hingga sekarang.

"Apa karna Zahwa anak angkat Bi, jadi Papa Mama tidak menyayangi Zahwa lagi? "Tanya nya ke Bibi Asih

Semakin erat Bibi Asih memeluk Zahwa, dan tanpa terasa Bibi Asih juga ikut menangis melihat keadaan Zahwa saat ini.

"Non, jika saya Tuan dan Nyonya masih hidup Non Zahwa tidak akan mengalami hal seperti ini.. "batin Bibi Asih yang mengingat orang tua kandung Zahwa

Bibi Asih melerai pelukan dengan Zahwa, dia mengusap air mata yang menetes di pipi Zahwa.

"Non, apa Nona Zahwa tidak mengingat apapun tentang masa kecil Non Zahwa? "Tanya Bibi Asih setelah mengusap air mata Zahwa

Zahwa hanya menggeleng, dia tidak ingat apa-apa tentang masa kecilnya. Dan entah sudah ke berapa kali Bibi Asih menanyakan hal ini. Namun, Zahwa tidak mengingat apapun memori di masa kecilnya. Yang dia ingat hanyalah perlakuan buruk kedua orang tua nya kepada dirinya.

"Bi, apa Bibi tau sesuatu tentang orang tua kandungku? "Tanya Zahwa yang merasa Bibi Asih merahasiakan sesuatu

Bibi Asih menoleh ke arah pintu, lalu dia beranjak dan menutup pintu itu.

"Non, sebenarnya apa yang dikatakan Tuan dan Nyonya jika Non Zahwa itu dari panti asuhan tidak lah benar.. "

Bibi Asih menceritakan sedikit masa kecil Zahwa, yang mana membuat Zahwa tercengang. Dia menangis mendengar cerita dari Bibi Asih.

"Apa Bibi tau siapa nama orang tua kandungku? "Tanya Zahwa sembari mengusap air mata nya.

"Nama mereka ---- "

"Zahwa.."

"Zahwa Qarira Nazhira.. "ucap seorang laki-laki yang tidak lain adalah Liam.

"Ini fotonya, kali ini jangan sampai kalian gagal.. Besok kalian bawa wanita itu ke markas, aku mau memberi dia pelajaran karena dia telah berani membuat masalah dengan wanita ku.. "ucap Liam penuh amarah

Pada saat Liam mengantar Michelle ke Mall, mereka diserang oleh beberapa orang yang tidak mereka kenal. Orang-orang itu hampir saja melec3hkan Michelle, beruntung Liam bisa menyelamatkan Michelle dari serangan orang-orang itu.

Flashback On

"Kak Liam, tolong..! "Teriak Michelle yang sedang dipegang lengannya oleh dua orang preman bertopeng

Salah satu preman itu bahkan merobek baju Michelle dan hampir melakukan pel3cehan. Melihat kejadian itu Liam yang sedang menghajar preman lain beralih menolong Michelle dari preman yang akan mulai melec3hkan Michelle.

Baku hantam pun terjadi, akhirnya preman-preman itu tumbang. Sebelum preman itu tumbang, preman itu menyebut satu nama yang membuat Liam naik darah.

Liam bergegas menghampiri Michelle dan memakaikan jas nya untuk melindungi tubuhnya. Mereka pun berlalu meninggalkan beberapa preman yang terkapar.

Yang tidak Liam sadari, Michelle memberi kode acungan jempol ke salah satu preman itu saat berjalan membelakangi mereka.

Flashback Off

"Berani macam-macam dengan Michelle, kau tanggung sendiri akibatnya Zahwa.. "ucap Liam penuh amarah hingga menggertakkan rahangnya

Liam Martin Robinson

Kembali ke kamar Zahwa

"Jadi itu nama mereka Bi? "Tanya Zahwa yang mendapat anggukan kepala dari Bibi Asih

"Apa Bibi tau dimana makam mereka? "Aku mau ziarah ke makam mereka, setidaknya aku sudah tau orang tua kandungku walaupun mereka sudah tiada.. "Tanya Zahwa kembali dengan mata berkaca-kaca

"Iya Bibi tau, nanti kita ke sana sekalian juga Bibi mau ziarah ke makam mereka.. Sudah lama Bibi tidak ziarah ke sana.. Hm, tapi Non --- "ucapan Bibi Asih terjeda

"Tapi apa Bi? "Tanya Zahwa yang melihat Bibi Asih seperti ketakutan

Selama ini Jodi dan istrinya melarang Bibi Asih mengatakan yang sebenarnya tentang siapa orang tua kandung Zahwa. Tapi hati kecil Bibi Asih tidak tega, karena sedari kecil Zahwa selalu mendapat perlakuan tidak adil dari orang tua angkatnya. Dan mungkin ini saatnya Zahwa harus mengetahui siapa orang tua kandungnya,meskipun mereka sudah tiada.

"Biar mereka nggak curiga nanti bilang saja Non Zahwa pengen ikut Bibi ke pasar, toh selama ini memang Non Zahwa juga kalau Bibi ke pasar pasti mau ikut kan? Asal kan nggak pas sibuk kerja? "Ujar Bibi Asih yang diangguki kepala Zahwa

Zahwa memeluk Bibi Asih lalu mengucapkan terima kasih ke Bibi Asih.

Selang beberapa detik pelukan mereka terlerai. Sebelum beranjak dari kamar Zahwa, Bibi Asih memberikan sebuah kalung dan cincin dari Ibu kandung Zahwa. Kalung dan cincin itu adalah hadiah dari orang tua Ibu kandung Zahwa atau lebih tepatnya Kakek Zahwa.

"Dipakai ya Non, Bibi harap dengan Non Zahwa memakai kalung dan cincin ini Non Zahwa segera bertemu dengan keluarga kandung Non Zahwa.. "ucap harapan dan doa Bibi Asih untuk Zahwa

"Apa jika nanti aku bertemu dengan keluarga kandungku, mereka akan menyayangi aku Bi? Apa mereka tidak membenciku atau memukulku? "

"Sudah dipastikan mereka akan membenci dan pasti memukulmu sampai mati..!!"

Bab 3 Pertemuan Pertama

"Sudah dipastikan mereka akan membenci dan pasti memukulmu sampai mati..!!"

"Oh bukan.. Bukan mereka tapi aku, aku yang akan memukulmu dan mengirimmu ke planet pluto.. "ucap seseorang dengan nada tinggi

Orang itu geram ke asisten pribadinya kenapa pekerjaannya semakin menumpuk. Bukan malah berkurang justru malah bertambah. Hal itu tentu membuat dia tidak bisa kembali ke Indonesia karena pekerjaannya yang semakin menumpuk.

Jika seperti ini dia tidak bisa bertemu gadis yang selama ini menganggu hati dan pikirannya.

"Maaf Tuan, memang ini beberapa berkas yang harus Tuan koreksi dan tanda tangani.. Kalau Tuan tunda lagi justru akan semakin menumpuk.. "ucap Asisten pria yang sedang geram dan kesal itu.

"Apalagi jika Tuan masih suka ke club bermain-main dengan wanita nggak akan kelar kerjaan ini.. "gumam Asisten itu yang bisa didengar oleh Tuan nya.

"Apa kamu bilang? "Tanya pria yang menatap tajam ke arah Asisten nya

"Tidak ada Tuan.. "ucap Asisten itu sembari menunduk

Theodore Lucas Johnson --- Pria yang sedang disibukkan dengan beberapa berkas laporan di depannya.

Dia adalah seorang CEO Johnson Group dan juga seorang cassanova yang tentunya hobby bermain dengan wanita-wanita malam di club. Perilaku buruk itulah yang membuat sang Papa mengirimnya ke luar negeri mengurus perusahaan cabang di sana. Harapan sang Papa dengan dia sibuk jadi tidak ada waktu lagi untuk bermain-main ke club atau wanita yang tidak jelas.

Padahal yang tidak semua orang tau dia sudah tidak bermain-main dengan wanita malam. Sejak satu tahun yang lalu dia bertemu dengan seorang gadis yang telah mengubah hidupnya, seorang gadis yang menolong dirinya di saat dia terluka karena serangan musuh.

Selain menjadi CEO, Theodore atau Theo adalah seorang bos mafia di dunia bawah yang ditakuti para musuhnya. Akan tetapi, malam itu mungkin hari sialnya karena dia terluka dan tertembak hingga hampir merenggut nyawa nya. Beruntung dia bertemu dengan seorang gadis yang menolong dirinya.

Satu tahun yang lalu.

"S-shit..! "Umpat Theo yang kehabisan peluru untuk menembak musuhnya.

Dia menoleh ke arah anak buahnya, dan sayangnya dia justru tertembak oleh pihak musuh.

"Aaa... "pekik Theo yang tertembak di lengan kanannya.

"Bos..!! "Pekik anak buah Theo yang melihat Bos nya terkapar.

"Aku tidak pa-pa.. Rocky, kamu dan yang lainnya segera bereskan mereka.. "ucapan Theo diangguki kepala oleh Rocky

Walau terkesan kejam tetapi Rocky mematuhi perintah Bos Theo, dia dan beberapa anak buah Theo meninggalkan Theo yang terluka bersimbah darah. Sebenarnya hal itu ditujukan agar Theo bisa menyelamatkan diri jadi Rocky dan beberapa anak buah yang lainnya berusaha menghalau Theo dari musuh yang mengincarnya.

Theo yang terluka bersimbah darah di lengannya mencoba berjalan dengan tertatih dan masuk ke salah satu mobil yang tidak terkunci yang mana terparkir di bassement sebuah club malam.

Baku tembak yang terjadi di basement sekarang berpindah keluar dari basement, karena para musuh sudah melarikan diri. Tak tinggal diam, Rocky dan lainnya mengejar mereka.

Di sebuah club malam

Suara dentuman musik memekikkan genderang telinga, lampu gemerlap membuat silau bahkan bisa saja membuat sakit mata jika ada orang yang tidak pernah menginjakkan di tempat yang penuh kemaksiatan ini.

"Ampun deh Papa, bisa-bisanya nyuruh aku jemput Michelle di tempat kaya gini.. Lagian ngapain itu anak kod0k pake dijemput segala palingan dia ngamuk nggak mau pulang bareng aku.. Haish, demi jadi anak yang baik coba aja deh.. "gerutu Zahwa yang sudah berada di club malam

Padahal tubuh dan pikirannya sudah lelah karena mengikuti seminar kesehatan yang menguras tenaga. Pengen cepet pulang biar bisa rebahan, akan tetapi di tengah perjalanan akan pulang ke apartemen dia ditelepon Papa nya untuk menjemput adiknya di sebuah club malam.

Terkadang Zahwa heran, kenapa Papa nya mengijinkan Michelle buat bermain di tempat seperti itu. Jangankan ke club malam, ke taman kota saja Zahwa jarang. Papa dan Mama nya selalu menyuruhnya belajar dan belajar. Ya, Alhasil ada benarnya juga sekarang dia sudah menjadi seorang Dokter Spesialis Jantung di salah satu rumah sakit terbesar di ibukota.

"Michelle.. "panggil Zahwa yang menepuk bahu Michelle yang sedang berjoget dengan teman pria nya

Michelle yang merasa ditepuk bahunya menoleh ke arah Zahwa. Dia memasang muka sebal karena merasa diganggu Kakaknya.

"Apaan sih Kak? Mau nyuruh aku pulang bareng? Ogah..! Aku mau pulang sama Hendrik.. "ucap Michelle dengan nada ketus

Zahwa menghela nafas, belum dia bertanya sudah dapat jawaban dari adiknya.

"Ya udah kamu kabari Papa dulu aja, tadi dia nyuruh Kakak jemput kamu.. Bilang kalau kamu mau pulang sama Hendrik, biar Papa nggak khawatir..! "balas Zahwa tak kalah ketus

"Iya iya..! Udah sana pulang..! "Ucap Michelle ketus mengusir Zahwa

Dalam hati Zahwa tanpa disuruh pulang pun, dia akan pulang dari tempat terkutuk ini. Mending rebahan di kamar daripada bermain di tempat seperti ini, begitu ucap Zahwa dalam hati.

Melangkah keluar dari club malam, Zahwa menuju basement dimana mobil dia terparkir. Sebelum masuk ke mobilnya dia menelpon sang Papa, dia mengatakan jika Michelle tidak mau pulang bersamanya. Dia mau pulang bersama Hendrik pacarnya, Zahwa sendiri pulang ke apartemennya. Dia lebih memilih tinggal di apartemen daripada di rumah Papa nya.

Dia masuk dan melajukan kuda besi nya di tengah malam dengan suasana yang cukup lenggang dan sepi.

"Ishh.. "

"Ishh.."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!