NovelToon NovelToon

Warm Your Heart

Basabasi

Hi semua!

Aku mau memperkenalkan novel baruku yang berjudul Warm Your Heart.

Menceritakan persahabatan antara laki-laki dan perempuan sejak jaman sekolah (ah basi Thor udah banyak yang kayak gini). Hmmm... moon maap ya aku gak suka novel yang biasa-biasa aja, yang kebanyakan jual mimpi takut kalau jatuh sakit.

Jadi aku mau bikin novel yang ngena banget di hati. Bukan buat baper tapi buat kita akan merasa 'kok gue banget ya' atau 'kok sama sih sama sih sama kisah gue?' atau 'ih ini mah curhat, kok mirip banget kayak kisah nyata?'

Hmm... gak bisa dipungkiri semua novel yang aku buat terinspirasi dari kisah nyata semua. Terlalu banyak mendengar curhatan orang membuat daya imajinasi aku sayang kalau disia-siakan. Oke, next kita bahas novel ini ya.

Pemeran Utama:

Kamidia Lestari

(Kok pemeran utamanya biasa banget, yang lain dong. Kayak Suzy atau Shin Min Ah atau Thalia Rosalinda Ayamoor ayamopor... ). Kalo ceritanya yang cakep-cakep melulu bisa buntu idenya Author. Kan idupnya udah sempurna gak cocok kalau menderita lagi, ya gak? Sekali-kali kita ceritain yang biasa aja tapi personalitynya bagus, baik dan banyak hikmah yang bisa kita ambil. Amin.

Kamidia ini memang gak cantik jelita. Biasa aja. Yang membuat Ia berbeda dibanding yang lain adalah kepribadiannya. Kamidia terkenal tomboy padahal dalam dirinya tuh feminim abis. Kepintaranntmya yang membuat banyak orang terpana dan menyukainya. Hmm... sekaligus memanfaatkannya. Hmmm.... apalagi ya? Nanti spoiler lagi kalau diterusin.

Bagas Perdhana

l

Wuiiihhh cowoknya ganteng tuh Thor. Emang sengaja kok. Ini cowok emang cocok meranin jadi Bagas Perdhana yang ganteng namun sayang playboy akut.

Gimana? Sama aja kan kayak novel lain? 😅😅😅

Pokoknya tetep setia terus ikutin novel ini biar tau kejutan-kejutan apa aja yang ada di dalamnya. Ada sedikit bumbu misterinya dan ada sedikit fantasi dan kekonyolan didalamnya.

Itu siapa lagi Thor? Ganteng Anet deh.

Hmm... ini kisah misterinya. Maksudnya misteri tuh gak dikeluarin sekarang. Nanti gitu. Kayak ban serep yang selalu nangkring dibelakang mobil Jeep bertuliskan Nu Green Tea. Namanya juga ban serep, dipake kalau ada perlunya, kalau gak ada bisa gawat juga. Tapi Ban serep juga bisa jadi Ban utama loh alias bisa jadi pemeran utama juga loh. Ah apa sih Thor ribet amat. Pokoknya nama dan siapa si Ban Serep ini masih dirahasiakan. Oke. Jangan sebut-sebut dulu. Belum waktunya keluar.

Berlatar belakang tahun 2000an. Jadi 20 tahun yang lalu ya. Bukan flash back tapi memang ceritanya dimulai dari tahun 2000an. Jangan minta cepet-cepet beralih ke jaman sekarang ya. Jangan. Ngerusak inspirasi Authornya aja.

Jadi nikmatin aja. Santai. Jangan lupa, vote dan likenya yang buanyak. Kalau vote dan likenya sedikit berarti nih novel kurang oke jadi akan Author stop dengan ending seadanya. Makanya kalau oke langsung vote yang banyak, ok?

Jangan lupa yang belum baca novel aku yang lain judulnya Pernikahan Keduaku dan Namaku Ayu yuks monggo sekalian dibaca. Udah kenapa Thor ngomongnya... Mm... ini gak bisa di save kalau belum 500 kata. Moon maaf ya kalau dipanjang-panjangin sama Authornya. Soalnya klo foto doang gak ada penjelasannya gak seru.

Bab 1

Tahun 2001

Kamidia Lestari. Anak bungsu pasangan Bapak dan Ibu Budi yang berbeda dari kedua kakak-kakaknya. Tubuhnya kurus dan tinggi. Pada jaman itu disebut dengan istilah Junkies alias jangkung kurus item nuaaajiss.

Ami, begitu Kamidia biasa dipanggil. Anak yang dianggap berbeda dibanding kedua kakaknya. Kakak pertamanya sudah menikah dan memiliki anak yang hanya berbeda 6 tahun saja dengan Ami.

Loh kok jarak umurnya jauh banget. Jadi tuh Ami lahir karena 'kebobolan' tau kan maksud 'kebobolan' itu apa? Proses kebobolan terjadi manakala Bapake sudah yakin kalau Mamake gak bakalan hamil eh dengan sengaja menyemprotkan ribuan calon presiden di malam yang hujan itu, eh ternyata ada sebiji yang nyangkut dan akhirnya tekdunglah itu Mamake.

Bukan hanya kakak pertama Ami yang kecewa karena saat Ia SMA harus menimang bayi. Note, bayi Mamanya. Alias adik kandungnya sendiri. Jadilah Ambarwati (nama kakak pertama Ami) selalu menggerutu setiap melihat Ami.

Masa SMA Ambar selalu menutupi keberadaan Ami. Ia takut kalau sampai ketahuan teman sekolahnya maka akan diledekkin karena udah gede masih aja minta dibuatin adek. Ini adalah dendam kesumat Ambar pada Ami yang dimulai sejak Ami lahir.

Dendam kesumat Ambar berikutnya adalah hubungan percintaanya yang ditentang dengan keras oleh Bapak Budi. Ambar harus pacaran secara sembunyi-sembunyi jangan sampai ketahuan Bapak Budi.

Ketika hubungan Ambar akhirnya direstui, Bapak Budi pun mengajukan syarat. Kalau mau mengajak Ambar keluar malam minggu harus mengajak Ami. Lah coba itu bayangkan, pacaran ngajak anak umur 5 tahun ke bioskop? Ami sih seneng-seneng aja karena ditraktir Buavita rasa jambu sebagai upah dirinya harus anteng dan diem selama di bioskop.

Tapi penderitaan Ambar sudah berakhir setelah akhirnya Bapak Budi merestui dan menikahkan dirinya dengan laki-laki yang dulu amat ditentangnya. Ambar pun pindah rumah.

Sekarang hanya tinggal Ami dan Kakak laki-laki satu-satunya kesayangan Ibu Budi. Setelah Ambar, ternyata ada juga yang dendam kesumat atas kelahiran Ami. Ia adalah Akbar.

Akbar adalah anak laki-laki kesayangan Ibu Budi. Ibu Budi bahkan secara terang-terangan membeda-bedakan kasih sayangnya terhadap Akbar dibanding anaknya yang lain.

Akbar awalnya merasa aman. Ia jadi anak bungsu sekaligus anak laki-laki kesayangan. Namun kelahiran Ami membuat Akbar menjadi 'bontot gak jadi'. Rasanya gak enak. Kayak gimana ya, hmm... kayak mau bersin udah gatel di hidung udah tinggal hacim tapi gak jadi. Kesel. Jadilah Ami bulan-bulanan keegoisan Akbar.

Kalau Ibu Budi dengan terang-terangan membedakan anak-anaknya, beda dengan Bapak Budi. Bapak Budi justru gelap-gelapan membedakan anaknya. Diam-diam Ia suka memberikan uang untuk modal Ambar berumah tangga. Ia juga suka diam-diam memberi tambahan uang jajan untuk Ami. Pokoknya jangan sampai Ibu Budi dan Akbar tau deh.

Ami yang baru duduk di bangku SMP itu ikut sarapan bersama Bapak Budi. Ami yang memiliki kecondongan mengikuti gaya hidup orang Jepang yang bangun tidur langsung sarapan sampai lupa mandi pun langsung menyendok nasi di piringnya.

"Cuci muka dulu, Mi. Jorok banget anak perempuan itu belek masih nongkrong di mata udah nyendok nasi aja." omel Ibu Budi.

Bapak Budi hanya melirik sekilas sambil masih menikmati sarapan hanya dengan ikan asin gabus yang Ia comoti sedikit demi sedikit dan sisanya untuk sarapan besok. Ia tak peduli dengan keributan pagi ini, Ia meneruskan sarapannya karena harus segera berangkat kerja sebelum kesiangan.

Dengan masih setengah sadar Ami pun berjalan menuju kamar mandi dan mencuci tangan serta mukanya lalu kembali lagi ke meja makan. Sekolah Ami jaraknya hanya 10 menit berjalan kaki. Ami mengambil sepotong tempe goreng dan ikan cue yang Ia makan dengan nikmat dengan nasi panas.

Itulah bedanya orang susah dengan orang kaya. Orang kaya sarapan dengan keju dan daging ham. Orang susah mah pakai ikan asin dan tempe. Gimana mau pintar coba? Tapi jangan salah, Ami adalah anak yang cerdas.

Sejak umur 5 tahun Ami sudah pandai menghapal nama menteri di kabinetnya Bapak Presiden Soeharto. Ia pun terkenal di lingkungan rumahnya sebagai si hapal nama menteri. Setiap yang bertemu dengannya selalu bertanya: "Ami, nama mentri perekonomian siapa?" dan semua selalu terpukau dengan kecerdasannya.

Bapak Budi kalau jalan bareng dan melihat Ami banyak yang nanya begitu amatlah bangga. Putri bungsunya amat cerdas. Di usia sekecil itu sudah hapal nama menteri.

Ami baru saja selesai sarapan. Berbarengan dengan Bapak Budi yang akan berangkat ke kantor. Jangan ditanya naik apa, jawabannya adalah naik patas. Jaman dulu disebutnya Patas bukan Bus.

Ami mengambil handuk dan hendak mandi namun si empunya dendam kesumat, si bontot gak jadi langsung ngepot kayak Valentino Rossi dan menyalip langkah Ami langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Aa Akbar rese banget sih! Ami udah telat nih." Ami pun menggedor-gedor pintu kamar mandi yang sudah ditutup rapat oleh Akbar.

Ibu Budi yang habis merapihkan bekas sarapan Ami pun berkata. "Emang enak. Makanya bangun tidur langsung mandi ini anak gadis langsung aja sarapan. Jadi diserobot deh sama si Akbar."

Memang ya unsur pilih kasih Ibu Budi begitu kentara. Padahal Ami tahu Ia yang sengaja membangunkan Akbar saat Ami asyik sarapan. Bak dua sejoli mereka pun bekerja sama membuat Ami telat.

Ami hanya bisa menunggu dengan pasrah sampai Akbar keluar setengah jam kemudian dengan wajah tak ada dosa.

"Kebiasaan banget sih kalau orang lagi mandi digedor-gedor!" lah malah Akbar yang ngomelin Ami. Tak mau menanggapi perkataan Akbar, Ami pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mandi kilat 5 menit kelar.

Ami terburu-buru berlari sampai ke sekolah. Waktu sudah jam 7 kurang 10 menit. Ia harus ngebut kalau tidak Ia akan dikunciin sama Pak Kumis, satpam sekolahnya.

Tepat jam 7 kurang 5 menit Ami masuk dengan selamat melewati penjagaan super ketat Pak Kumis. Ia pun mengatur nafasnya dan mengibaskan pelan baju sekolahnya agar ada angin yang masuk.

Hari ini adalah hari pertama Ami masuk sekolah dan menempati kelas 3 yang berada di lantai 3 juga. Rambut Ami yang dipotong amat pendek seperti potongan laki-laki membuat teman yang dulu sempat sekelas dengannya pun terpukau tidak percaya.

Semua pasang mata menatap ke arah Ami. Ami yang biasanya berambut panjang sampai ke pinggang namun datang dengan rambutnya yang dipotong amat pendek. Ami memang terkenal satu sekolah karena kepintarannya. Wajar kalau seisi kelas menatapnya seakan sudah kenal lama padahal Ami gak hapal siapa mereka.

Ami mencari kursi kosong, kebetulan ada salah seorang cewek cantik yang Ia kenal lumayan akrab dan menawarinya duduk bareng.

"Sini, Mi. Bareng gue aja duduknya." ujar Ratna si cantik dan sexy yang membuat banyak laki-laki demen banget dekat dengannya.

"Bener nih? Gak ada yang duduk di sini?" kata Ami berbasa-basi.

"Gak ada. Udah duduk aja."

"Yaudah." Ami pun menaruh tas nya di pinggir kursi kayu. Ia memandang sekilas keadaan sekitar. Di depannya teman sejak Ia kelas 1, Feby dan di belakangnya ada Widi dan Samuel. Posisi tempat duduk pas banget sejajar pintu masuk dan berada di tengah-tengah.

Ami mengenali sebagian anak-anak di ruangannya. Selain pernah satu kelas juga mereka anak-anak yang lumayan terkenal. Ibaratnya cowok-cowok ganteng di sekolahnya berkumpul disini.

Ada Richard, mantan pacar sahabat masa kecil Ami yang ganteng tapi terkenal bloonnya ampun-ampunan. Aryo, bisa dibilang Indro Warkop jaman masih muda dan masih ada rambutnya. Ups... sekarang kayaknya masih ada juga sih tapi sedikit. Widi, si wajah anak baik-baik tapi terkenal suka PHP anak orang. Dion, si blasteran yang medok ngomong logat Jawanya.

Krincing... krincing... suara gantungan kunci terdengar sedang menuju ke lantai atas dari bawah tangga. Sekarang lagi jamannya mengumpulkan beraneka gantungan kunci dan disangkutkan di tas. Semakin banyak semakin keren.

Semua mata tertuju ke arah pintu karena suara krincingan dari gantungan kunci terdengar menuju kelas Ami. Wali kelas belum masuk ke dalam kelas jadi semua fokus melihat siapa yang datang.

Dengan santainya pintu kelas pun dibuka. Inilah pertama kalinya Ami mengenal seorang Bagas Perdhana. Senyum memukau milik Bagas tertuju kepada setiap orang yang memandangnya.

"Hi semua!" sapa Bagas dengan santainya. Tak memperdulikan bahwa dirinya sudah terlambat masuk kelas.

Bagas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Matanya pun tertuju pada si cantik Ratna yang duduk bersama Ami si pintar. Bagas melihat Widi yang duduk bersama Samuel dan berjalan menghampirinya.

Bagas menepuk bahu Samuel. "Minggir lo! Gue mau duduk disini." Entah pesona apa yang Bagas miliki sehingga membuat Samuel langsung menurut dan pindah tempat duduk.

⚘⚘⚘⚘⚘ Bagaimana pembukaannya? Lumayan gak? Ini baru basa-basi basi loh. Bakal ada yang lebih seru dan tentunya gak nyangka deh jalan ceritanya gak ketebak banget. Makanya vote dan like yang banyak, oke? ⚘⚘⚘⚘⚘

Bab 2

"Wuidih... gantungan kunci lo makin banyak aja nih." Widi langsung menyambut kedatangan teman sebangku yang sudah memaksa teman sebangku sebelumnya pindah dengan seenak udelnya sendiri. Widi dan Bagas sebelumnya pernah satu kelas jadi mereka sudah akrab sebelumnya.

"Yoi. Coba mana sini punya lo. Kita coba ukur ya beratan mana gantungan kunci punya lo apa punya gue." Bagas menadangkan tangannya meminta gantungan kunci milik Widi lalu membandingkan berat antara miliknya dan Widi.

"Ah masih kalah punya gue sama punya lo. Ntar gue beli lagi ah di depan sekolah biar bisa ngalahin punya lo." Bagas mengakui kekalahannya dari Widi.

"Ya jelas gue menang. Kan kemarin emak gue pulang kondangan bawa gantungan kunci 10 biji. Dasar emak-emak ya, doi ngerampok apa kondangan. Orang-orang dikasih sebiji eh Dia minta 10. Pas emak gue gak liat, langsung gue bawa kabur aja deh. Mantep gak tuh?" pamer Widi.

Ami hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar percakapan kedua orang di belakangnya yang menurutnya amat tidak berbobot tersebut. Ami menghela nafasnya. Tidak habis pikir bagaimana kedua orang yang menurutnya rada-rada bloon bisa begitu populer di kalangan para cewek.

Bagas sepertinya baru menyadari siapa yang duduk di depannya. "Eh ada si cantik Ratna." sapanya dengan lembut dan penuh godaan.

Ami sudah menduga kalau Ia tidak akan dianggap keberadaannya oleh Bagas. Apalah Dia jika bersebelahan dengan Ratna yang cantik dan sexy itu?

"Ih baru sadar lo kalau gue duduk di depan lo?" ujar Ratna yang sedang asyik memandang dirinya dari cermin bulat yang Ia selalu bawa.

"Sadar kok. Cuma tadi enggak ngeh aja kalau ternyata Ratna kok makin cantik aja sih?" gombal Bagas.

Setengah bibir Ratna terangkat. Walau tak mau mengakui namun gombalan Bagas lumayan membuat hatinya senang juga.

Acara saling menggoda antara Ratna dan Bagas terhenti karena wali kelas kami sudah datang.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Pak Ade.

"Selamat pagi, Pak."

"Kalian pasti sudah kenal siapa saya. Karena saya terkenal tentunya."

Kepedean Pak Ade disambut dengan Huuuuuu seisi kelas dengan kompak.

"Nah... itu. Dengan kalian kompak begitu berarti kalian beneran kenal saya. Oke yang belum tau nama saya Pak Ade. Saya akan menjadi wali kelas 3-5. Kalian tau kan saya orangnya asyik kalau gak diusik. Santai kalau gak dibantai. Kalau kalian baik-baik, saya juga akan baik-baik. Kalau kalian nakal, hmmm.... go to the hell aja deh!" ucapan Pak Ade disambut dengan tepukan tangan tanda hormat kami.

Ami tersenyum senang memiliki wali kelas yang terkenal asyik dan gaul dengan anak muridnya tersebut.

"Seperti biasa, hari pertama sekolah adalah pemilihan ketua kelas, wakil, sekretaris dan bendahara. Silahkan ajukan siapa yang cocok untuk mewakili kalian."

Suasana kelas pun langsung riuh. Semua seakan saling menyebutkan calonnya. Setelah pemilihan suara yang sesuka hati anak-anak di kelas akhirnya terpilihlah Fajar yang sudah terbiasa jadi ketua kelas sejak dulu. Yang tidak disangka adalah terpilihnya Ami sebagai sekretaris kelas. Ami saja bingung tugasnya apa.

Ami punya firasat. Tahun ini akan menjadi tahun paling beda dalam hidupnya. Tahun Ia akan menemukan keasyikan dan keseruan masa sekolah yang tidak pernah Ia nikmati sebelumnya.

******

Ami membuka sepatu warrior miliknya dan melemparkan kaus kaki dengan asal. Tidak memasukkannya ke dalam sepatu. Ibu Budi yang melihat kelakuan anak bungsunya langsung teriak 8 oktaf dengan full speed berisi ceramah panjang lebar.

"Aaaamiiiiiii! Taro sepatu yang bener. Kaus kaki juga. Kalau kotor masukkin ke mesin cuci! Jangan digeletakkin aja sembarangan!"

Ami yang baru mau masuk ke dalam kamar mundur perlahan. Selain tomboy, Ami juga males. Males mengotori tangannya. Ia menjepit kaus kaki dengan jari kakinya dan menyelipkan ke dalam sepatu. Ibu Hajah Budi kalau titahnya gak dikerjakan bisa panjang urusannya. "Masih bersih. Baru ganti tadi pagi. Besok aja gantinya."

"Nah gitu dong. Yang rapi naruhnya. Sana ganti baju dan sholat, abis itu baru makan siang. Ibu masak terong balado tuh!"

"Iya." Ami masuk ke dalam kamar dan meletakkan tasnya diatas meja belajar. Ia mengambil baju santainya yakni celana pendek dan kaos oblong lalu mengganti seragam sekolahnya.

Rumah kalau siang hari memang sepi. Hanya ada Ibu Budi dan Ami. Ibu Budi biasanya lagi setrika baju di ruang tamu. Akbar masih belum pulang sekolah.

Ami mencuci tangannya hendak makan siang. Badan Ami memang kurus tapi nafsu makannya besar. Seharian di sekolah membuatnya lapar. Walaupun sudah jajan mie ayam dan es teh manis tetep aja kurang.

Ami makan siang dengan lahap di ruang tamu. Hanya di waktu sianglah Ia bisa dengan tenang menonton TV sebelum si setan Akbar datang dan merebut remote Tv dan menguasainya sendiri.

"Bukannya sholat dulu baru makan eh malah kebalik." gerutu Ibu Budi.

"Udah laper. Ntar gak konsen sholatnya." kata Ami beralasan.

"Bisa banget alesannya. Awas aja sampe gak sholat!" ancam Ibu Budi.

Ibu Budi sepertinya tahu apa yang Ami rencanakan. Benar saja, Ami sehabis makan bukannya langsung ngambil wudhu eh malah diam-diam mengambil radio dari dalam kamar Ibu Budi.

Dengan mengendap-endap Ami membawa masuk radio ke dalam kamarnya. Seperti sudah feeling, Ibu Budi langsung berteriak sambil setrika baju. "Bukannya langsung sholat malah nyetel radio. Sholat dulu sana!"

Dasar Ami badung, Ia tetap saja mengacuhkan omongan Ibu Budi. Ia mengambil colokan radio dan hendak memasukkannya dalam stop kontak. Posisi stop kontak yang berada di belakang lemari membuatnya harus meraba-raba letak stop kontak tersebut. Malang baginya, bukan pinggiran stop kontak yang Ia pegang tapi malah besinya. Tiba-tiba......

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....." teriak Ami dengan kencang.

"Kenapa?" Ibu Budi langsung berlari menuju kamar Ami dan melihat Ami sedang memegang tangannya dengan pandangan kaget.

"Kesetrum." jawab Ami masih syok.

Ibu Budi bukannya khawatir malah tersenyum. "Syukurin. Siapa suruh disuruh sholat malah nyetel radio. Makanya kalau orang tua ngomong tuh dengerin. Udah sana ambil wudhu. Untung aja gak kenapa-kenapa!" Ibu Budi pun melenggang pergi meninggalkan Ami yang masih bengong.

Ami langsung berlari menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Ia kali ini kapok tidak sholat tepat waktu.

Ibu Budi tersenyum melihat ulah anak badungnya tersebut. Harus kena hukuman dulu tuh anak baru mau sholat. Dasar anak jaman sekarang, udah gak takut sama dosa dan Tuhan.

******

Jam 5 sore. Ibu Budi sudah rapi dan memakai lipstik merah kesukaannya. Air teh manis panas sudah tersedia di meja makan. Ia pun duduk di teras depan rumahnya menunggu pulangnya Pak Budi dari kantor.

Dimanakah Ami berada? Ami juga gak mau kalah. Ia juga menunggu Pak Budi pulang kerja. Menunggu buah tangan yang biasa Pak Budi bawa.

Dari kejauhan sudah terlihat Pak Budi sedang berjalan kaki membawa plastik lumayan besar. Wajahnya lelah sehabis bekerja namun melihat anak dan istrinya menyambut kedatangannya rasa lelah pun menguap hilang.

Ia memberikan plastik buah tangannya pada Ami yang langsung memeriksa apa barang bawaan yang Pak Budi bawa. Masih hangat. Ami mencium baunya, ternyata martabak keju.

"Asyikkk! Martabak keju!" Ami pun meloncat kegirangan memasuki rumah. Receh sekali arti bahagia buatnya. Hanya dengan dibawakan pulang martabak saja sudah bahagia.

Ibu Budi tersenyum menyambut kedatangan Pak Budi. Tangannya terjulur ingin mencium tangan suaminya yang sudah lelah mencari uang demi menghidupi keluarganya.

Bapak Budi hanyalah tamatan SR alias Sekolah Rakyat. Kemampuannya menjadi teknisi listrik membuatnya menjabat sebagai kepala teknisi di salah satu kedutaan besar di Jakarta.

Walau tak pernah mengenyam bangku kuliah namun Ia mampu membiayai anak-anaknya sekolah tanpa perlu merasa kekurangan. Bahkan Ia membantu meminjamkan uang untuk kuliah keponakan Ibu Budi.

Pak Budi meminum air teh yang masih hangat setelah mencuci tangannya terlebih dahulu. Ami sibuk memindahkan martabak ke piring dan mengambil bagian paling ujung dan paling besar untuk dirinya sendiri. Mumpung Akbar belum tau, kalau tahu pasti akan diambil Akbar.

Satu pantangan yang tak boleh dilakukan adalah membicarakan tentang uang saat Pak Budi baru pulang kerja. Haram hukumnya. Harus menunggu Pak Budi selesai mandi dan pulang sholat maghrib dari masjid dulu baru boleh. Kalau tidak, alamat akan disembur atau diocehin duet maut Ibu dan Bapak Budi.

******

Selepas sholat maghrib, Ami memakai baju tangan panjang yang kebesaran dan memakainya. Tak lupa memakai celana milenium kesayangannya. Celana milenium memang sedang tren pada masanya. Ia pun pergi ke rumah sahabatnya, Nani.

Nani sudah kenal dengan Ami sejak kelas 1 SMP. Mereka satu pengajian dan mulai akrab sejak itu sampai bersahabat. Biasanya sepulang sekolah Ami selalu mampir ke rumah Nani. Berlatih gitar dan bernyanyi. Ya sambil curhat juga.

Nani tidak cantik, namun banyak laki-laki yang menyukainya. Bahkan gebetan Ami pun sukanya sama Nani. Ami bak pungguk merindukan bulan, berharap suatu hari nanti gebetannya akan melihat kepada dirinya dan bukan pada Nani. Tapi sampai kapan?

Kesalahan Nani hanya satu. Nani terlalu memberikan harapan palsu pada Ami. Nani selalu membesarkan hati Ami dan berkata kalau gebetan Ami sebenarnya menyukai Ami dan menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan cintanya. Ami pun percaya. Ami menelan bulat-bulat setiap harapan yang Ia dengar, tanpa Ia sadar kalau Ia hidup dengan terlalu banyak berharap.

⚘⚘⚘⚘Sudah Bab 2 nih. Kita mulai lebih dekat ya dengan karakter Ami. Jangan lupa like dan vote tentunya. Oke?? ⚘⚘⚘⚘⚘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!