NovelToon NovelToon

Water Teapot

Damn he's hot

Sebelum baca please, pencet tanda 👍🏻

jangan lupa komen juga yah, please... Tinggalkan jejak kalian, nanti aku mampir balik kok ❤️

•••

Dari balik kubikel tempat Taca bekerja dia memperhatikan Kania yang berlari kecil kearahnya sambil tersenyum manis.

"Kenapa,Ka. Abis menang lotre?" tanya Taca yang kebingungan melihat ekspresi Kania yang secerah lampu bohlam.

"Tacaaaaa... tadi gue ketemu Mr.CEO," ujar Kania sambil duduk di kubikelnya yang terletak disamping kubikel Taca.

" Damn, he's hot."

(Si•l dia benar-benar sexy)

"Oh..really?" ujar Taca sambil lalu. Taca kembali menekuni pekerjaannya. (Oh... yah?)

"Astaga Taca, please. CEO kita tuh ganteng banget trus dia tuh jarang banget bisa kita liat dikantor ini," cerocos Kania sambil mengoyangkan bahu Taca, berjuang untuk mengalihkan perhatian Taca dari pekerjaannya.

"Kamu tau ngak. Dia itu blesteran Indonesia-Italy. Kebayangkan gantengnya kaya apa?" cerocosan Kania makin menjadi.

Taca yang sudah pusing karena pekerjaannya mengurus perjanjian kontrak kerja untuk pegawai baru hanya bisa tersenyum. Dia maklum karena hampir semua wanita dikantor ini mengidolalan CEO perusahan ini. Akan tetapi selama Taca bekerja di perusahan ini belum pernah Taca melihat batang hidung bosnya itu. Ya... bosnya itu tidak pernah ada ditempat, jadi jangan salahkan Taca yang tidak pernah melihat sosok Mr. CEO perusahaannya tersebut. Tapi, banyak orang yang bilang bila CEO-nya tersebut sangat tampan dan bermata biru.

"Ka... hari ini kita jadi ngerayain ulang tahunnya Jules?" tanya Taca mengalihkan pembicaraan Mr.CEO dari Kania.

"Astaga... hampir lupa," ujar Kania sambil memukul dahinya.

"Jadi dong, lo ikut kan? Awas aja kalau ngak, gue delete semua berkas perjanjian di komputer lo!" ancam Kania sambil memicingkan matanya.

Taca langsung memegang bahu Kania sambil tersenyum "So... pasti gue ikut, Ka. Gue butuh penyegaran setelah berkutat dari perjanjian-perjanjian ini..!” ujar Taca sambil menunjukan bertumpuk-tumpuk file dimejanya.

•••

Adipati Berutti hanya menatap nanar kearah luar jendela kantornya. Menatap gedung-gedung tinggi, yang membentang. Sekali lagi dia menghela napas, memasukkan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru.

Baru kemarin dia pulang dari Canada, bertemu dengan kolega-koleganya di sana, membicarakan kemajuan bisnisnya yang kian hari kian menggurita. Ada kepuasan tersendiri bagi dirinya diumur yang baru menginjak 32 tahun tapi dia sudah mampu menjadi pengusaha sukses. Tapi, saat ini ada yang membuatnya pusing. Keinginan papanya benar-benar membuat kepalanya ingin pecah. Yah, papanya memintanya cepat menikah dan memiliki cucu. Sulit? Tidak tentu saja tidak banyak wanita yang mengantri untuk menjadi Mrs. Berutti.

Tapi masalahnya dari semua wanita tersebut, tidak ada yang membuat Adipati tergugah, dia bosan dengan wanita-wanita yang bersama dengannya, dia membutuhkan wanita yang berbeda. Tapi, diapun bingung apa yang dicarinya.

"Adi... jangan lupa bulan depan, ulang tahun Om Gio," ujar Juan membuyarkan lamuna Adipati.

Adipati langsung menatap Juan, layaknya dilempar oleh bom nuklir. Adipati baru sadar kalau waktunya makin menipis. Ayahnya hanya memberika waktu tiga bulan, untuk Adipati membawa calon istri kehadapannya dan tanpa Adipati sadari dua bulan sudah dilewatinya dengan sia-sia.

"Gimana ini?”

"Iya, gimana? Mau gue siapin kuburan dimana?" canda Juan sambil membrowsing nama-nama taman pemakaman elite di Jakarta.

"San Dieg• Hill• bagus nih,Bro," ujar Juan yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Adipati.

"Berisik,lo...!?” hardik Adipati sambil memelototi sahabat satu-satunya itu.

"Lo, juga jomlo kan. Lapuk pula, inget umur lo 38 tahun,Bro..!!" Adipati mengingatkan umur sahabatnya itu, yang memang lebih tua 6 tahun dari dirinya.

"Beda, Bro. Kalau gue, orang tua gue udah dalam tahapan pasrah. Sudah menyerahkan segala keputusannya sama gue. Lah elo?" tukas Juan sambil tersenyum.

"Arghh... tau lah, gue pusing. Kita ke tempat biasa aja lah. Bisa gila gue lama-lama kalau gini," Adipati langsung beranjak dari kursinya.

"Sure, jam 11. Ditempat biasa... perlu gue ajak Becca?" tanya Juan.

Becca FWB (friends With Benefit) Adipati. Wanita berbadan sexy yang selalu menemani Adipati di malam-malamnnya. Tidak ada cinta di antara mereka hanya nafsu dan kepuasan sexsual semata, Adipati hanya memberikan semua keinginan Becca akan benda-benda mahal yang dia inginkan dan sebagai balasannya, Adipati mendapatkan tubuh Becca.

"No, gue lagi males sama Becca, ngoceh mulu tiap ketemu. Minta dinikahin," jawab Adipati sambil lalu.

"Nah, tuh si Becca mau lo kawinin. Bawa aja ke acara ulang tahun Bokap lo," Juan memberikan ide dan langsung di balas pelototan dari Adipati.

"Pintu keluarnya disana," ujar Adipati sambil menunjuk pintu dihadapannya, mencoba untuk emngusir Juan secara halus.

•••

"Ka... kita ketemu di lokasi aja yah," ujar Taca sambil melirik ke arah jam di dinding kantornya, yang tepat menunjukan angka 16.00 WIB.

"Gue, mau pulang dulu masalahnya. Gue mau mandi dulu, gerah gue sumpah.”

Sudah setahun Taca hidup di kota Jakarta, mengadu nasib di ibukota. Tapi, sampai detik ini Taca masih belum bisa beradaptasi dengan udara Kota Jakarta yang super duper panas.

"Haiz... bilang aja mau dandan dulu biar makin cetar membahana," ujar Kania sambil membereskan barang-barang dimejanya.

Acara ulang tahun Jules memang bukan main-main. Diadakan di sebuah club ekslusif di Jakarta. Tidak banyak orang yang bisa datang kedalam club tersebut. Jules memang pegawai biasa di perusahaan tersebut, tapi kekasihnya bukan anak orang biasa di Indonesia, sehingga suatu anugrah untuk beberapa pegawai di kantor yang diundang ke acara ulang tahunnya.

"Hahahhaa... gue masih mau jomblo dulu," ujar Taca sambil memberikan senyuman termanisnya untuk Kania.

"Alah... bohong banget."

Kania menatap Taca, Taca gadis cantik berkulit kuning langsat, bermata bulat juga berambut hitam panjang. Hampir semua lelaki di perusahaan ini, mencoba merebut perhatiannya. Tapi, tidak ada satupun yang mampu membuat Taca tertarik.

"Bener, Ka... gue nggak sangup membayangkan, bakal dijailin segimananya calon gue, kalau ketemu keluarga gue....”

Taca langsung mengingat Ayahnya dan kedua Kakaknya dikampung. Tiba-tiba ada rasa kangen di dada Taca kepada keluarganya itu. Taca berjanji akan menelepon Ayahnya besok.

"Nggak mungkin disuruh nguras laut juga ‘kan?” canda Kania sambil berdiri dari kursinya dan bersiap untuk pulang.

"Hmm... kayanya kalau diliat dari kelakukan bapak gue sih bakal kejadian deh."

"Ngaco lo."

Taca hanya tersenyum kecil sambil mengingat kejadian masa lalu, dimana Taca membawa pacar pertamanya kerumah dan Taca tinggal karena disuruh kakaknya beli kopi ke warung. Disaat sampai kembali di rumahnya, pacarnya sudah tidak ada lagi batang hidungnya. Hanya, tampak Kakak pertamanya mengunakan pakaian taekwondo.

Semenjak itu Taca bersumpah tidak akan mengajak pacarnya kerumah. Kecuali, seorang lelaki yang bener-bener mau menikahinya.

"Taca, gue duluan yah. Ketemu di acara aja, oke," ujar Kania sambil mencium pipi kanan dan kiri Taca, kemudian meninggalkan Taca sendirian yang masih membereskan meja kerjanya.

•••

Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...

Add ig author yah storyby_gallon

Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️

Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...

Salam sayang Gallon

Queen Jules

Sebelum baca please, pencet tanda 👍🏻

jangan lupa komen juga yah, please... Tinggalkan jejak kalian, nanti aku mampir balik kok ❤️

•••

"Let's the party begin...!" teriak Jules sambil mengangkat gelas tequilanya ke atas. Setelah teriakan Jules berakhir, seketika itu lagu Bangarang by Skrillex menghantam telinga Taca. (Mari kita mulai pestanya.)

Beberapa rekan kerja Taca langsung menggila, lampu-lampu langsung berubah warna dengan cepat. Taca yang sesungguhnya bukanlah anak metropolitan, langsung menyerngitkan matanya dan kaget mendengarkan musik yang membahana.

Tidak banyak yang tahu kalau Taca hanya gadis dari suatu desa kecil di daerah Cisarua Jawa Barat. Dimana Taca yakin 100% bila dia sebutkan nama desanya, kawan-kawannya akan menyerngitkan dahinya.

Karena itu, Taca selalu malas bila ditanya dimana kampung halamannya. Karena dia malas menjelaskan lokasi desanya. Walhasil, bila ada yang bertanya dimana kampung halaman Taca, Taca hanya bilang Bandung.

Taca juga bukan gadis malam, masa kuliahnya dia habiskan dengan belajar. Taca mendapatkan beasiswa full disalah satu Universitas swasta di Bandung. Yang mau tidak mau membuat Taca harus fokus belajar untuk mempertahankan IPK-nya.

Jadi, ini pertama kalinya Taca ke club malam. Pertama kalinya Taca melihat wanita-wanita dan para pria melebur menjadi satu di bawah lampu yang berkelap kelip dan musik yang memekakkan telinga.

Taca cuman bisa menyerngit dan kebingungan. Bingung apa yang harus dilakukan disana. "Ca, elo ngak minum?" tawar Jules yang melihat Taca celingukan.

"Hah... apa Jules? Nggak kedengeran, lo ngomong apaan?” teriak Taca.

"Nih, minum," Jules memberikan segelas Tequila. “minum aja, Ca. Bebeb aku yang bayarin."

Taca dengan cangung mengambil gelas dari tangan Jules. Dengan cepat Taca meneguk minuman tersebut, tanpa tau apa isinya. Seketika rasa panas menjalar di kerongkongan Taca.

"Anjrit, naon ieu ?" jerit Taca yang tanpa sadar mengeluarkan Bahasa ibunya.

(Anjrit, apaan ini ?).

"Apa coba ?" goda Kania yang tiba-tiba saja sudah duduk disamping Taca sambil membawa gelas berisikan margarita.

"Ini, apaan sih Ka? Rasanya aneh banget pahit!?”Taca meringis menatap gelas kosong di tangan kanannya.

Kania mengambil gelas kosong dari tangan Taca, kemudian mencium gelas tersebut. "Ini tequila, Ta."

"Itu pahit, Ta, mending coba ini.” Kania menyodorkan gelas berisikan air berwarna merah. "ini wine lebih enak."

Taca mengambil gelas dari tangan Kania dan mulai mengesapnya sedikit. Merasakannya terlebih dahulu. Dia tidak mau kecolongan seperti tadi.

"Taca, liat itu si Jules," ujar Kania sambil menunjuk Jules yang sedang meliukkan tubuhnya gila-gilaan sambil dikelilingi pria-pria berwajah rupawan. Sesekali Jules mencium salah satu pria yang ada.

"Lah, bukannya Jules udah punya pacar yah? Kok dia masih mesra-mesraan sama orang lain?" tanya Taca polos, yang langsung dijawab oleh tawa Kania.

"Please, Ta. Yang selama ini dibilang cowonya Jules itu cuman Sugar Daddy, Ta," ujar Kania disela tawanya.

"Udah bukan rahasia umum kalau Jules itu simpenan beberapa orang penting dan gosipnya Jules juga simpenan Mr. CEO."

Bruh....

Tanpa sadar Taca menyemburkan winenya "Eh buset... digilir maksudnya ?".

"That's why Jules have a nicknames. Queen Jules hahaha," jawab Kania sambil menuangkan kembali wine ke gelas kosong Taca.

(Itulah, kenapa Jules punya julukkan, Ratu Jules hahaha.)

•••

"Di, elo inget Jules?" tanya Juan.

Adipati yang sedang meminum vodkanya langsung terdiam, berusaha mengingat seseorang bernama Jules.

"Nope."

(Nggak)

"Really, loe ngak inget sama sekali ?" ujar Juan, kaget dengan daya ingat sahabatnya ini.

"Shoud I?”

(Aku harus inget?)

"For God's sake (Demi tuhan)... elo beneran ngak inget? Jules cewe yang elo kencani selama dua bulan. Cewe yang kerja dibagian marketing perusahan kita. Yang lo 'pake' gila-gilaan. Lo bahkan nyekap dia di apartement elo sama dua hari..!"

Adipati langsung tersenyum mendengar penjelasan Juan. Dia mulai mengingat Jules, gadis hypersex yang pernah mengisi ranjang di apartementnya. Sex gila-gilaan yang mereka lakukan masih terpatri diotaknya. Tapi, setelah melakukannya hanya ada perasaan hampa dihati Adipati.

"Gue inget, kenapa? Lo mau sama dia?" tanya Adipati lagi sambil menyebarkan pandangannya kesekitar club. Manik biru matanya langsung menangkap sosok yang membuat darahnya berdesir. Sosok wanita mengunakan dress pendek berwarna merah.

Dress yang lebih cocok dipakai ke office daripada ketempat seperti ini. Tapi, semuanya termaafkan dengan wajah cantik wanita tersebut atau lebih tepatnya buah dada montok yang tampak malu-malu mengintip dari balik belahan bajunya.

Tanpa sadar Adipati menahan napasnya, imajinasinya mengalir liar pada saat melihat wanita tersebut.

"Bumi, pada Adipati," panggil Juan menyadarkan Adipati dari fantasinya. "Loe, dengerin gue ngak? Liat, apaan sih?".

"Hah... iya gimana... Jules ‘kan, kenapa dia?"

"Hadeuh... Jules lagi ulang tahun, tuh dia disana," tunjuk Juan kearah Jules yang sedang asik dengan para lelakinya.

"Loe ngak mau gabung sama mereka?" olok Juan.

"Sinting... kagak lah, gue bosen sama Jules. Basi," ujar Adipati sambil menyalakan rokoknya.

"Gue lebih demen sama cewe itu," tambahnya sambil menunjuk wanita berbaju merah yang sedang duduk di meja sebelah.

"Gila, mata elo tuh yah. Klo liat barang bagus beda. Kenceng sinyalnya." Juan terkekeh.

Adipati hanya tersenyum mendengarkan kicauan Juan dan kembali larut dengan musik yang sangat memekakkan telinga, sambil sesekali melambaikan tangan pada orang-orang yang menyapanya.

Saat ini Adipati ingin diam dibagian bawah club, tidak masuk ke lounge vvip miliknya. Dia sedang ingin berbaur dengan orang-orang biasa versinya. Dia ingin rileks dan mungkin saja dia menemukan calon istri ‘kan.

(Gembleng ya kali nyari istri di club malem *tepok jidat).

•••

Taca yang dari tadi masih kebingungan,mulai menikmati tempat tersebut. Wine yang diberikan oleh Kania benar-benar membantu Taca rileks, bahkan tadi Kania memberikan sesuatu yang membuat dirinya lebih rileks lagi. Tak terasa tubuhnya mulai mengikuti irama lagu yang dimainkan DJ.

Tanpa Taca sadari dia sudah menggerakkan badannya mengikuti irama lagu Beat Down by Angger Dimas. Tangan kanannya masih memegang gelas wine yang sudah kembali terisi penuh. Entah sudah gelas keberapa yang saat ini Taca minum.

Kepala Taca mulai pusing, kesadaran Taca mulai hilang sedikit demi sedikit. Taca berjuang untuk mempertahankan kesadarannya. Tapi, sulit. Tanpa Taca sadari dia ingin kekamar mandi.

'Toilet, aku mau pipis' batin Taca sambil berjalan sempoyongan kearah toilet club tersebut. berjuang untuk berjalan kearah pintu Toilet dan sesampainya dilorong toilet. Taca merasakan pusing yang makin terasa menggedor kepalanya.

Taca menyandarkan badannya ke dinding disamping kanannya. Mengatur napasnya dan berjuang mengembalikan kesadarannya namun nihil. Rasanya semuanya makin berputar.

Makin parahnya Taca merasa sangat panas, iya Taca merasa sangat-sangat panas. Rasanya dia ingin membuka semua bajunya, saking merasa panasnya.

Taca terduduk lemas, Ia berusaha mengipasi badannya, mencoba mendinginkan badannya yang makin terasa panas. Beberapa orang berlalu lalang didepannya, tapi tidak ada satupun yang menolongnya. Jangankan menolongnya, meliriknya pun tak ada.

"ARGHGGG," erang Taca kesal sambil melemparkan sepatunya. Rasa panas membuat Taca hilang akal.

Brukk..

"Maaf, nona bisa lebih berhati-hati dengan sepatumu...”

•••

Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...

Add ig author yah storyby_gallon

Jangan lupa comment,like and vote yah ❤️❤️ Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...

Salam sayang Gallon

Man...

Sebelum baca please, pencet tanda 👍🏻

jangan lupa komen juga yah, please... Tinggalkan jejak kalian, nanti aku mampir balik kok ❤️

•••

"Maaf, nona bisa lebih berhati-hati dengan sepatumu?"

Taca langsung menatap sumber suara dihadapannya. Matanya mengerjap beberapa kali. Tiba-tiba kesadarannya kembali, mata Taca mengerjap-ngerjap.

'Damn, he's hot' batin Taca

(Sial, dia sexy)

Lelaki itu langsung berjongkok di sebelah kaki Taca, kemudian memakaikan kembali sepatu Taca.

"Sexy leg, by the way," ujar lelaki itu lagi sambil mengusap kaki Taca. (Ngomong-ngomong kaki yang sexy)

Taca yang dari tadi diam saja langsung terkesiap, ada sensasi mengelitik di bagian bawah perutnya. Taca mengigit bagian bawah bibirnya menahan suara di bibirnya.

Melihat Taca mengigit bagian bawah bibirnya lelaki itu langsung tersenyum. "And beautiful lips to. I really want to..." lelaki itu berkata sambil mendekatkan bibirnya ke arah bibir Taca.

(Dan bibir yang cantik, membuat aku ingin...)

Hal pertama yang Taca sadari adalah mata biru lelaki didepannya. Demi tuhan mata biru lelaki itu benar-benar mampu menghipnotis Taca, membuat Taca tak mampu bergerak sama sekali, seakan mata itu menghipnotis Taca untuk diam.

Bibir lelaki itu makin dekat ke arah bibir Taca dan akhirnya melakukan penukaran saliva dengan Taca memberikan kenikmatan yang tidak pernah Taca rasakan sama sekali. Rasa manis dari bibir lelaki tersebut membuat Taca menginginkan bibir itu dengan lebih lagi.

Taca membalas lelaki itu membuka mulutnya, dan memberikan akses tak terbatas kepada lelaki tersebut. Mengizinkan lelaki tersebut menjelajahi bibir Taca.

Taca mengalungkan tangannya di leher lelaki itu, dengan cepat Taca mendekatkan tubuhnya ke lelaki tersebut, meminta lebih banyak lagi dari lelaki itu.

Merasa Taca memberikan izin, lelaki tersebut mulai mengigit bibir bagian bawah Taca, kemudian memiringkan kepalanya membuka akses lebih lagi kebibir Taca, dikecup bibir bagian bawah Taca.

Lelaki tersebut menurunkan kecupannya kearah leher Taca, mengecupnya perlahan di bagian leher samping Taca. Memberikan bukti kepemilikan di leher jenjang milik Taca.

"You, like it, babe."

(Kamu menyukainya, Sayang)

"More, please," rengek Taca sambil meremas rambut lelaki itu. Taca benar-benar kalut, napasnya tersengal-sengal, rasanya dia ingin menerjang lelaki itu. (Lebih lagi, kumohon)

Kenikmatan itu terus berlangsung hingga...

"HEI..."

Mendengar teriakan tersebut, lelaki bermata biru tersebut menghentikan aksinya. Membuat Taca tersadar, dia langsung mendorong lelaki di depannya, kemudian bangkit dengan susah payah.

Lelaki itu langsung terjengkang kebelakang, akibat dorongan Taca.

"Sorry, gue mau ke toilet," ujar Taca sambil masih sesekali tersengal karena suasana tadi. Taca buru-buru berlari kedalam kamar mandi. Meningalkan lelaki bermata biru tersebut yang masih duduk terdiam.

•••

Setelah Wanita tersebut pergi, Adipati hanya mampu mengerjapkan matanya. Menatap wanita tersebut masuk ke kamar mandi.

"Ngapain lo, tadi?"

Adipati langsung berdiri dan memperbaiki polo shirt miliknya, juga memperbaiki celananya benar-benar sesak.

"Juan... astaga ada apa, sih?" hardik Adipati kesal sambil mengusap wajahnya.

"Ngak ada kerjaan apa? Bukannya lo tadi mau ke tempat Jules?" tanya Adipati lagi.

"Udah, tadi gue kesana. Gue udah janjian juga sama Jules ditempat biasa.” Senyum bahagia terbit di wajah Juan, membayangkan hal apa saja yang bakal dilakukan olehnya nanti bersama Jules.

"Terus, kenapa elo ganggu gue tadi...!" dengan geram Adipati menonjok lengan Juan.

"Really, Di gue tahu elo mau ngapain. Tapi, kalau gue ngak nyadarin lo tadi, lo mau ngelakuin disini?" ujar Juan sambil merentangkan tangannya.

"Apa kata dunia, Di? Seorang Adipati Berutti Making Love in the hallway of a nightclub ?"

(Seorang Adipati Berutti melakukan hubungan suami istri di lorong club malam?)

'Sialan’ batin Adipati, dia benar-benar tidak sadar akan hal tersebut. Wanita tadi benar-benar membuat dirinya tidak berpikir panjang. Masih jelas diotaknya desahan napas wanita tadi, dan jangan lupa rasa dua bukit kembar miliknya yang sangat pas digenggaman tangannya.

"You have VVIP room, do it in your room, Bro," ujar Juan lagi sambil tersenyum dan beranjak pergi meningalkan Adipati.

(Kamu punya kamar VVIP, lakuin disana, Bro)

"Iya, lo bener. "

Juan menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke arah Adipati.

"Tapi, masalahnya itu cewe udah kabur dan lo tau. Celana gue sekarang sesak.” Adipati mengutuki dirinya sendiri.

Juan menatap Adipati dengan tatapan 'Are you kidding me?’ (Kamu bercanda denganku?)

"Tadi dia bilang mau kekamar mandi kan. Go... follow her. Ini juga Kamar mandi khusus Vip kan," ujar Juan sambil mengedipkan matanya. (Ayo... ikutin dia)

Setelah mendengar penjelasan Juan secerca senyuman langsung berlabuh di mulut Adipati.

•••

'Astagaaaa... tuhann, sadar.' Taca langsung menguyur wajahnya dengan air dingin dari keran air dihadapannya.

'Gue gila kayanya.' batin Taca sambil mengigit bibir bagian bawahnya.

Taca masih berusaha meredakan nafsunya. Tapi, sumpah demi apapun bukannya reda, nafsu Taca makin tinggi. Rasa panas lagi-lagi menjalar ditubuhnya.

"Arghh... astaga kenapa ini? Apa ini gara-gara obat tadi?" ucap Taca sambil mengingat obat yang diberikan Kania.

Tadi Kania bilang obat itu bakal bikin lebih rileks. Taca akui. Setelah meminum obat tadi dia menjadi lebih rileks dan mulai menikmati semuanya. Tapi, dia tidak menyangka efeknya membuat badannya panas dan yang lebih parahnya membuat bagian bawah tubuhnya basah.

Taca kebingungan sendiri dengan tubuhnya, seumur hidup dia tidak pernah merasa seperti ini. Badan panas, bagian bawah tubuhnya basah dan yang paling parahnya lagi dia benar-benar mendamba laki-laki tadi.

Taca melihat sekeliling toilet, berbeda dengan toilet biasanya, toilet di club ini sepi, bersih dan ada sofa di dalamnya. Sofa tersebut berwarna putih bersih. Taca langsung duduk di kursi tersebut berharap pikirannya kembali jernih.

Tapi...

Kepala Taca makin pusing, Taca diam memegangi kepalanya yang makin pusing. Double Impact dari red wine dan entah obat apa yg diberikan Kania padanya tadi benar-benar membuat Taca kebingungan sendiri dengan tubuhnya.

"Ehem..."

Suara dehaman menyadarkan Taca, Taca langsung menatap sumber suara dihadapannya dan terkesiap. Taca mengerjapkan matanya menahan sesuatu di perutnya. Napasnya memburu.

"Kamu..."

"Yah..." Adipati berjalan mendekat ke arah Taca. Kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Taca. "Shall we conti..."

(Bisa kita lanjut...)

Belum selesai Adipati menyelesaikan ucapannya Taca mendekati Adipati, mengikis jarak antara bibir mereka berdua, Taca mengalungkan lengannya dileher lelaki tersebut, dan terus mencium Adipati.

Adipati tercekat dan kaget dengan tindakan yang dilakukan Taca. Kekagetannya tidak berhenti disana, Adipati terkaget-kaget saat Taca berbisik ditelinganya.

"Yes.. do it here, please," rengek Taca sambil menatap manik mata biru Adipati. (Ya, lakuin disini, Tolong)

Mata biru Adipati membulat mendengar ucapan Taca, yang menurutnya sangatlah sexy. Seumur hidup dia menjadi playboy belum pernah dia menemukan, wanita seliar ini.

"Are you sure?" (Kamu yakin?) Adipati bertanya sambil mengusap bibir Taca dengan jempolnya. 'Damn,she had a good kisser and for god sake her lips make me turn on.' batin Adipati sambil menahan hasratnya. (Sial, dia adalah pencium ulung dan demi tuhan bibirnya benar-benar menggairahkan)

Adipati sadar sebentar lagi pertahanannya akan jebol dan tidak akan bisa dibendung sama sekali.

Dan...

"Yes, i need yo..."

(Ya, saya membutuhkan ka...)

Dan seketika itu juga pertahanan Adipati jebol...!!!!

•••

Terima kasih sudah membaca maaf klo masih banyak typo...

Add ig author yah storyby_gallon

Jangan lupa comment,like, kasih bintang, kasih tau juga orang-orang satu kampung buat baca karya author and vote yah ❤️❤️

Comment yang banyak, author suka keributan hehehe...

Salam sayang Gallon

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!