"Bu saya mau mengantar makan siang untuk mas Dedi boleh saya pinjam motornya Ani sebentar?"
"Jangan nanti kalau ada apa-apa memangnya kamu bisa tanggung jawab? Itu motor kesayangan Ani dia tidak mau motornya tergores apalagi nabrak. Naik ojek saja sana."
"Ya sudah saya pamit kalau begitu assalamualaikum."
Wanita setengah baya mertua Amira tidak menyahut. Dia melengos sambil melanjutkan membaca novel online di hp nya.
"Bang ojek bisa antar saya bang?"
"Bisa neng, mau kemana?"
Amira tidak menyahut dia langsung naik diboncengan motor tukang ojek yang mangkal diujung jalan gang rumah mertuanya.
"Abang tahu tempat dealer motor ga bang?"
"Motor bekas apa motor baru neng?"
"Dealer motor baru bang."
"Oh kalau itu mah tidak terlalu jauh dari sini neng. Mau kredit motor neng?"
"Enggak mau beli cash kalau bisa langsung bawa pulang."
"Itu sudah keliatan didepan neng dealernya."
Tukang ojek menghentikan motornya dan Adelia membayar ongkos ojeknya lalu masuk ke dalam dealer motor melihat-lihat motor yang baru yang di pajang.
"Ada yang bisa saya bantu mbak? Sambut seorang marketing dengan ramah."
"Saya mau motor keluaran terbaru yang paling bagus dan paling mahal."
"Ini motor h*nda jenis ADV 160 ready stock saat ini warna hitam dan merah."
"Saya ambil yang dipajang ini saja bisa saya bawa pulang sekarang? Saya mau beli cash."
"Baik mari saya antar ke kasir, nanti akan saya bantu mengurus surat-suratnya."
Amira mengeluarkan kartu debit black card miliknya dan menyelesaikan pembayaran motor yang baru dibelinya.
Tanpa membuang waktu dia ke pabrik tempat suaminya bekerja. Saat itu suaminya sedang berjaga di post depan. Suaminya adalah security di pabrik milik ayahnya tapi Amira merahasiakannya dari keluarga suaminya.
"Akhirnya kau datang juga dek. Mas sudah kelaparan nunggu makan siang."
"Maaf hari ini aku tidak membawakan bekal makan siang mas. Biasa keduluan tukang rampas makanan. Kakakmu selalu saja mengambil makanan yang sudah kumasak."
"Motor siapa itu yang kau pinjam dek? Sepertinya motor baru."
"Ini motorku mas baru kubeli dari dealer dekat rumah. Nanti sore kita jalan-jalan ya mas."
"Kenapa membuang uang untuk motor baru dek. Mas kan sudah punya motor walaupun motor lama."
"Itu kan motormu mas kau pakai setiap hari. Kalau aku ingin bepergian kan juga perlu motor."
"Ya sudah terserah kamu saja dek. Yang penting kamu bahagia. Maaf mas belum bisa membelikan apa yang kamu butuhkan."
"Aku pulang dulu ya mas. Nanti sore kita makan diluar saja malam ini aku tidak memasak."
'baiklah hati-hati dijalan."
Motor Amira kembali membelah jalanan menuju tengah kota. Jarak tempat suaminya bekerja berada di pinggir kota jauh dari rumah mertuanya.
Sesampainya dirumah dia melihat kakak ipar dan mertuanya sedang berada diteras menikmati rujak mangga muda yang buahnya dipetik langsung dari pohon mangga dihalaman rumah mertuanya.
"Assalamualaikum." Amira mengucapkan salam tanpa berminat untuk nimbrung. Tapi langkahnya tertahan oleh pertanyaan dari kakak iparnya.
"Motor siapa itu yang kamu pinjam, sembarangan pinjam motor orang kalau rusak uang adikku untuk membiayai kerusakan motor orang."
"Itu motorku sendiri kok baru saja kubeli di dealer dekat rumah."
"Haaa....dapat duit darimana kamu beli motor baru yang paling mahal lagi. Adikku pasti kesulitan bayar cicilan per bulannya dasar istri tidak tahu diri."
"Aku beli motor itu cash ini buktinya. Lihat sendiri kwitansinya." Amira menyodorkan bukti pembayaran motor barunya.
Mata kakak iparnya membelalak melihat angka nominal yang tertera di kwitansi itu.
"Kurang ajar, kau pasti menguras semua tabungan adikku. Pantas saja dia ga mau kasi aku uang untuk perayaan ulang tahun anakku Minggu depan."
"Aku membeli motor itu pakai uangku sendiri. Sesenpun suamiku tidak ada kontribusinya."
"Darimana kau dapat uang hah. Kau itu istri pengangguran mana mungkin punya uang."
"Uang darimana itu bukan urusanmu ya mbak. Yang penting ini uang halal dan milikku sendiri. Tabunganku bahkan sudah aku miliki jauh sebelum aku bertemu dan menikah dengan adikmu."
Amira melangkahkan kaki menjauh dari mertua dan iparnya yang masih diam mematung sambil terbengong.
Amira masuk kekamarnya dan menguncinya dari dalam. Wanita bertubuh sintal berkulit kuning langsat itu mengganti pakaiannya dengan baju rumahan lalu merebahkan tubuhnya diatas bed nya.
“Paling tidak aku bisa istirahat sebelum memasak makan malam.”
Baru saja matanya terpejam telinganya terganggu oleh kegaduhan diluar kamarnya. Sepertinya itu suara Ani dan ibu mertuanya. Tumben mereka ribut.
“Ah sudahlah itu bukan urusanku.”
Tapi tak urung suaranya sangat mengganggu. Amira memutuskan keluar dari kamar untuk mengambil jemuran di belakang untuk disetrika.
“Nah gara-gara ini nih Ani jadi uring-uringan.” Ibu mertuanya menunjuk sambil melotot.”
“Ada apa bu?” tanya Amira tidak mengerti.
“Gara-gara kau beli motor baru Ani jadi minta motornya diganti dengan yang baru. Kau ini sejak datang selalu saja bikin masalah.”
“Saya beli motor kan memang butuh untuk transportasi saya sendiri. Lagipula saya pinjam motor anggota milik keluarga ini juga ga boleh.”
“Tapi kenapa harus yang baru dan harganya mahal. Beli second yang biasa dan murah kan juga bisa.”
“Suka-suka saya dong bu duit-duit saya.”
“Dasar menantu geblek, sukanya menghamburkan uang untuk kebutuhan yang tidak penting. Uangnya untuk ditabung demi masa depan kan bisa atau dipakai membantu biaya ulang tahun cucuku kan bisa daripada uang dibuang-buang untuk kepentingan diri sendiri dasar egois.”
“Cucu ibu bukan tanggung jawab saya kali bu dia kan punya orang tua. Ayahnya juga kerja. Biaya ultahnya ya suruh minta sama bapaknya.”
“Dia itu keponakan suamimu ya wajarlah dia harus bantu kebutuhan keponakannya.”
“Ya sudah minta saja sama suamiku.”
“Kemarin aku minta katanya dia ga punya uang gajian masih seminggu lagi. Pasti kau yang menyimpan uang adikku kenapa tidak kau berikan saja uang adikku untuk biaya ulang tahun anakku lusa.”
“Uang gaji suamiku sudah menipis untuk biaya makan seminggu. Bukankah tiap hari kau juga menikmati gaji adikmu dengan selalu mengambil makanan yang baru selesai ku masak. Secara tidak langsung itu juga salah satu bentuk bantuan kan. Mbak Erna jadi hemat uang belanja. Sementara aku harus pandai-pandai mengatur uang belanja supaya cukup untuk 2 rumah tangga.”
“Kau ini pelit dan perhitungan sekali.”
“Bukan pelit mbak tapi harus hemat supaya gaji suamiku cukup untuk hidup kita semua selama sebulan.”
“Aku bisa membantu membuatkan kue ulang tahun untuk Dinar sebagai hadiah ulang tahunnya. Aku jamin bagus dan enak. Hanya itu yang bisa aku tawarkan.”
“Baiklah aku terima bantuan mu tapi awas ya kalau tidak enak.”
“Bu bagaimana dengan motorku? Aku mau motor seperti punya mbak Amira.”
“Duh ini lagi. Motormu kan masih bagus dan belum lunas lagi cicilannya kenapa harus ganti.”
“Aku ga mau ada yang motornya lebih bagus daripada motorku.”
“Mir bagaimana kalau motormu dipakai adikmu dan kau pakai motor Ani?”
“Oh ho….tidak bisa begitu. Pakai motor masing-masing. Ani masih SMA belum bisa menghasilkan uang ga sepantasnya pengangguran gede in gengsi.”
“Enak saja mengatakan anakku pengangguran memangnya kamu bukan pengangguran?”
“Saya kan ibu rumah tangga punya suami yang menafkahi. Tiap hari juga banyak yang saya lakukan. Memasak, bersih-bersih, mencuci dan menyeterika baju seluruh penghuni rumah ini.”
“Aku seorang pelajar mbak tugasku cuma belajar.”
“Belajar kok tidak naik kelas?”
“Kau jangan kurang ajar.”
“Ani sudah kamu masuk sana, tidak usah mempermasalahkan motor lagi. Yang penting motormu bisa dipakai sekolah itu sudah cukup. Ibu ini seorang janda ga bisa kalau dituntut harus memenuhi segala keinginan mu. Kamu harus mengerti.”
Ani menghentakkan kakinya sambil mendengus sebal. Gadis remaja itu membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan bantingan yang mengagetkan ibunya.”
Amira meneruskan pekerjaannya menyeterika baju semua penghuni rumah, ini adalah hal baru bagi wanita yang baru menikah satu bulan yang lalu.
Semua dijalaninya dengan ikhlas karena ini adalah pilihan hidupnya. Jatuh cinta pada laki-laki yang berasal dari kelas menengah kebawah dan keluarganya ternyata toxic.
Amira merasa bersyukur mengikuti nasehat orang tuanya untuk menyembunyikan identitas dirinya sehingga dia tahu wajah asli dari keluarga suaminya.
Semua baju sudah selesai diseterika dia membawa baju miliknya dan suaminya sedangkan milik ibu mertua dan adik iparnya ditumpuk di meja seterika untuk mereka ambil sendiri.
Amira melanjutkan pekerjaannya didapur. Diawali dengan merebus telur sambil meracik bumbu-bumbu dan memotong daun genjer, menggoreng tempe dan tahu. Menghaluskan bumbu dengan Chopper kemudian menumisnya lalu memasukkan tahu dan tempe kedalam bumbu kemudian membumbuinya dengan kecap ikan, saus tiram, lada, gula dan garam. Telur yg sudah matang direndam dalam air dingin sebagian dia simpan dialmari sebagian dikupas dan ditaruh piring dan disimpan didalam lemari lalu dikuncinya.
Tepat saat makanan sudah disajikan di meja makan kakak ipar tertuanya datang dan mengambil lauk dan sayur yang dia buat.
“Jangan banyak-banyak mbak yang lain belum makan.”
“Ini tempe tahu Balinya pedas tidak?”
“Iya aku buat pedas karena aku dan suamiku suka makanan pedas.”
“Kamu ini bagaimana sih anakku kan ga bisa ikut makan kalau pedas.”
“Ya masak sendiri dong biar sesuai dengan seleramu. Kalau mau gratisan ya ambil tanpa banyak bacot.”
“Kamu kurang ajar sekali dengan kakak ipar.”
“Mbak juga lancang mengambil makanan orang tanpa permisi banyak mulut lagi.”
“Ini dibeli pakai uang adikku.”
“Dan aku istri sah adikmu yang wajib dia nafkahi. Sedangkan kakak kandungnya adalah kewajiban suaminya bukan adiknya.”
“Dah lah aku pulang daripada tensiku makin tinggi ketemu perempuan macam kamu.”
Wanita gembul itu melangkahkan kakinya sambil menghentak-hentakkan dilantai sambil mulutnya bersungut-sungut.
Setelah kakak iparnya pergi Amira membuka lemari dapur dan mengeluarkan telur yang sudah dikupas kemudian dicampurkannya kedalam masakan Bali tahu dan tempe.
“Huh enak saja udah gratisan minta makan enak. Cukup jatahmu tahu tempe dan sayur saja.” batin Amira.
Suara motor memasuki halaman rumah mertuanya membuat hati Amira terlonjak gembira. Dengan cepat wanita muda itu membuka pintu dan takzim pada suaminya.
“Mas sudah pulang. Bersih-bersih dulu bang begitu selesai aku buatkan kopi dan pisang goreng.”
Amira mengeluarkan adonan tepung berisi pisang dan menyiapkan penggorengan.
Amira membuat teh di teko besar, dan kopi untuk suaminya. Gorengan pisang diberi toping keju dan coklat meses serta di kucuri susu kental manis.
“Ibu, Ani ayo sini minum teh ini ada pisang goreng untuk menemani sore kita.” Dengan cekatan Amira mengambil piring kecil lalu menyajikan pisang gorengnya dengan rapi seperti di cafe lalu memberikannya pada suami, ibu mertua dan adik iparnya. Dia menyajikan tehnya dalam cangkir yang cantik.
“Aduh seperti tamu saja.” Mertuanya tertegun dengan sikap menantunya.
“Dirumahku kami biasa minum teh sore sambil berbincang. Tidak ada salahnya juga kalau dibiasakan disini. Sambil nonton TV, ngobrol bisa mempererat hubungan keluarga.”
“Ah benar juga. Kata ibu mertuanya sambil mencuil pisang goreng itu dengan garpunya lalu memakannya. Matanya terbelalak.
“Ini enak sekali Mir, sungguh ibu baru kali ini makan pisang goreng seenak ini.”
“Hmmm….” Ani tidak berkata apa-apa tapi mulutnya terus mengucap “hmm” sambil mengangguk-angguk.
“Mbak Mira aku boleh nambah nggak?”
“Boleh dong, ambil sendiri gih.”
“Kopimu enak sekali dek. Sepertinya ini bukan kopi seperti biasanya. Strong banget.”
“Betul mas, itu memang kopi yang spesial. Mulai besok aku akan menyajikan kopi yang berbeda-beda. Tolong kau beri nilai semua kopiku ya mas.”
“Boleh Ani cicip kopinya mas?”
“Nih dikit aja ya.” Jawabnya sambil menyodorkan cangkir kopinya ke mulut adeknya yang maju mendekatinya.
“Benar enak sekali, kopi apa ini mbak? Sepertinya bukan kopi yang dari warungnya bu Sutinah.”
“Bubuk kopinya aku beli dipasar. Kemudian aku racik dengan rempah-rempah khusus.”
“Kalau begitu bisa irit uang ngopiku. Tiaphari ngopi dirumah saja karena kopi racikan istriku adalah kopi terenak didunia.”
“Kau memang pintar memasak Mir. Ibu cocok dengan masakanmu.”
“Tidak rugi kan mas Dedy memiliki istri sepertiku?”
“Kalau sudah tidak ada yang mau nambah aku bawa ke kamar ya pisang gorengnya buat teman Ani belajar kalau diluar terus bisa-bisa disikat mbak Erna.”
Ani buru-buru membawa pisang goreng itu kekamarnya. Saat ia keluar dari kamarnya mbak Erna sudah berdiri didepan pintu.
“Kalian sedang apa? Kok seperti ada tamu saja ada minuman dan makanan kecil.”
“Kami memang sedang minum teh dan makan pisang goreng.” Jawab bu Yani mertua Amira.
“Lah pisang gorengnya mana?”
“Sudah habislah.” seru Ani dari kejauhan berdiri didepan kamarnya sambil melipat tangannya.
“Dih kalian benar-benar rakus.”
“Memang pisangnya cuma sedikit kok, bukankah sebagian besar pisang hasil panen dari kebun belakang lebih banyak untuk keluarga mbak Erna ya?”
“Tapi kan itu untuk dijual.”
“Ya sudah berarti jangan minta pisang jatah kami.”
“Erna setiap kali ada kamu selalu saja ribut ibu sedang nonton drakor. Pulanglah bukankah kau tadi sudah mengambil lauk disini?”
“Ibu kok ngusir anaknya sendiri sih.”
“Sudahlah pulang sana.”
Huh awas saja kalau lainkali tidak menyisakan makanan untukku. Erna bersungut-sungut dalam hati sambil melangkahkan kaki keluar dari rumah itu.
“Ani kau tidak jadi belajar? Awas ya kalau kamu tidak naik kelas lagi ibu jual motornya dan kamu langsung kerja aja nggak usah kuliah.”
“Iya Bu ini Ani mau belajar.” Gadis itu memutar tubuhnya lalu masuk kedalam kamarnya.
“Mas jadi jalan-jalan tidak?”
“Naik motor mas ya. Motor barumu kan belum ada surat-suratnya nanti kalau ketilang gimana?”
“Iya ya. Ya sudah kapan-kapan aja mas. Makan yuk semua sudah aku siapkan. Ibu ga makan?”
“Nanti saja Mir bareng Ani, ibu masih kenyang makan pisang goreng tadi.”
“Baiklah ayo mas.” Dedy mengikuti istrinya ke ruang makan.
Mereka berdua makan tanpa banyak bicara dan setelah selesai mencuci peralatan yang mereka pakai. Mereka berdua diteras sambil menikmati suasana malam itu.
Halaman rumah mertua Amira cukup luas ada pohon mangga dan sawo. Ibu mertuanya termasuk rajin menanam bunga sehingga halaman yang cukup luas itu tampak asri. Disebelah rumah mertuanya ada rumah kecil yang dibangun untuk rumah tangga kakak iparnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!