Hujan rintik-rintik mengiringi langkah kaki mereka menuju tempat pemakaman umum. Semua berpakaian serba hitam.
Mewakili rasa duka yang mendalam atas kepergian Aisha, kakak perempuan yang sangat Nayra sayangi. Satu-satunya kakak yang dia miliki di dunia ini.
Nayra mencoba untuk tegar menghadapi kenyataan pahit ini. Tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari pelupuk matanya. Nayra mencoba mengikhlaskan kepergian Aisha, agar jiwa kakaknya tenang di alam sana.
Rombongan telah sampai di area pemakaman. Nayra mengayunkan langkahnya dengan berat menuju tempat peristirahatan terakhir kakaknya. Seketika titik-titik air yang turun dari langit pun berhenti.
"Alhamdulillah ... hujannya sudah berhenti, ayo segera kita makamkan!" seru seorang laki-laki.
Selamat jalan Mbak Aisha ..., ucap Nayra dalam hati.
Jenazah Aisha pun dimakamkan. Sampai detik ini Nayra masih bisa menahan tangisnya agar tidak tumpah. Namun begitu jenazah Aisha selesai dikebumikan, Nayra tidak dapat membendung air matanya lagi. Tangisnya pecah. Dia jatuh terduduk di samping pusara kakaknya.
"Mbak Aishaaaa ... jangan tinggalin Nayra Mbak!" seru Nayra di Sela isak tangisnya.
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang memeluk Nayra dari samping, kemudian mengusap-usap pundaknya dengan lembut. Nayra sontak menghentikan tangisnya dan memutar kepalanya ke arah orang yang memeluknya itu. "Alina."
"Sabar ya, Nay! Allah lebih menyayanginya Kak Aisha. Jangan meratapi kepergiannya, ya! Kasihan dia," ucap seorang gadis yang bernama Alina.
Nayra pun menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan Alina. Perempuan yang tidak lain adalah adik ipar sekaligus sahabat baiknya.
"Lihatlah Kak Rama! Dia saja bisa tegar mengantar kepergian Kak Aisha," desis Alina sambil menatap wajah kakaknya.
Nayra pun menoleh ke arah laki-laki yang berdiri tegak di depan pusara istrinya. Wajahnya memancarkan sejuta kesedihan. Namun tidak ada setetes air mata pun yang keluar dari pelupuk matanya. Rama hanya fokus memandang pusara Aisha.
Kenapa ada laki-laki setegar dia di dunia ini? Padahal dia baru saja kehilangan istri yang sangat dicintainya. Apa dia hanya bersandiwara di depan semua orang? Nayra bertanya dalam hati.
Setelah membacakan doa untuk arwah Aisha, rombongan pun berangsur meninggalkan area pemakaman. Kini hanya tinggal Nayra, Alina, Rama dan Pak Syamsul di tempat itu. Rama masih bergeming. Dia menatap pusara istrinya dengan penuh kesedihan.
"Ayo kita pulang, Nay! Kasihan ibu kamu di rumah. Sudah beberapa kali beliau pingsan," ajak Alina.
Mengingat ibunya di rumah, Nayra pun sontak berdiri lalu melangkah meninggalkan pemakaman. Alina terus mendampinginya.
"Rama, ayo kita pulang!" seru Pak Syamsul kemudian.
"Papa duluan saja! Rama masih ingin di sini menemani Aisha," sahut Rama tanpa memandang ayahnya. Kepalanya masih tertunduk memandang pusara Aisha.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama! Kasihan bayi kamu. Pasti dia sangat mrmbutuhkan ayahnya."
"Iya, Pa."
Pak Syamsul pun beranjak meninggalkan Rama sendirian di sana.
Saat semua orang sudah pergi, bulir-bulir kristal bening pun berjatuhan membasahi kedua pipi Rama. Dia sudah tidak mampu membendungnya lagi. Ternyata betul apa yang dipikirkan Nayra. Rama hanya berpura-pura tegar di hadapan semua orang. Padahal dialah orang yang paling rapuh.
Aisha, kenapa begitu cepat kau meninggalkan aku? Bagaimana aku menjalani hidup tanpamu, Aisha? Rasanya aku ingin mati saja bersamamu.
***
Malam itu, Rama, Alina, Nayra dan Bu Aini menunggu di depan ruang operasi dengan cemas.
Ya Allah, semoga Aisha dan bayi kami selamat. Aku mohon selamatkanlah mereka ya Allah ...' doa Rama yang diucapkannya berulang kali dalam hati.
Dia berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Sementara Alina, Nayra, dan Bu Aini duduk berdampingan di kursi. Mereka pun mencemaskan Aisha yang tengah berjuang untuk melahirkan bayinya ke dunia ini.
Satu jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Semua mata tertuju ke arah pintu itu. Keluarlah seorang suster, lalu berteriak, "Ayah bayi?"
"Iya, saya Sus," sahut Rama menghampiri suster itu.
"Silahkan masuk Pak! Bayi Anda sudah lahir," ucap suster itu sembari menyunggingkan senyuman di bibirnya.
"Alhamdulillah ya Allah," ucap Rama sembari menengadahkan kedua tangannya di depan dada.
Rama tersenyum lega begitu melihat bayi perempuannya telah lahir dengan selamat dan sehat. Rasa haru menyeruak ke dalam dadanya saat pertama kali ia menggendong malaikat kecilnya. Dia pun melantunkan azan ke telinga bayinya, kemudian mengecup kedua pipinya dengan lembut.
"Bagaimana Nak Rama? Apa cucu ibu sudah lahir?" tanya Bu Aini begitu melihat Rama keluar.
"Alhamdulillah bayinya sudah lahir, Bu. Dia cantik sekali seperti Aisha," sahut Rama sambil tersenyum.
"Alhamdulillah," seru Bu Aini, Nayra, dan Alina.
"Selamat ya Kak. Kak Rama sudah jadi ayah sekarang. Dan aku jadi tante," ucap Alina senang.
"Selamat ya Mas," ucap Nayra.
"Makasih Alina, Nayra," sahut Rama.
"Lalu bagaimana dengan Mbak Aisha, Mas?" tanya Nayra.
"Kata suster Aisha baik-baik saja. Tapi kita belum bisa melihatnya karena dia masih terpengaruh obat bius."
"Alhamdulillah," ucap semuanya.
"Terima kasih ya Allah, Engkau telah mendengarkan doa-doa kami" imbuh Bu Aini.
Setelah menunggu selama beberapa jam, akhirnya Aisha dipindahkan ke ruang rawat. Rama dan Bu Aini sudah menunggu di depan pintu ruang rawat sejak tadi. Alina dan Nayra sudah pulang karena jam besuk sudah habis. Mereka akan kembali besok pagi.
"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" Rama mengecup lembut kening Aisha.
"Perutku rasanya sakit banget Mas, semenjak obat biusnya hilang."
"Sabar ya, Sayang! Ada aku di sini. Aku akan selalu ada di sampingmu untuk menjagamu."
"Iya Aisha, kamu harus kuat demi bayi kamu." Bu Aini memberi semangat kepada putrinya.
Sebelum melahirkan Aisha diketahui mengalami preeklamsia, kondisinya tidak memungkinkan untuk segera melahirkan. Menurut dokter yang menangani, preeklamsia yang dialami oleh Aisha tergolong berat dan ketika itu trombositnya sangat rendah.
Dihadapkan pada situasi yang sulit, Aisha tidak bisa berpikir terlalu banyak. Belum lagi kondisi psikologisnya turut terpengaruh. Sementara Rama berpikir agar operasi caesar dijalankan ketika kondisi istrinya sudah benar-benar kuat. Namun saat itu tiba-tiba Aisha kejang yang merupakan efek preeklamsia, sehingga sudah tidak ada pilihan selain operasi.
Preeklamsia memang lebih mungkin terjadi pada kehamilan pertama. Dalam kondisi sehat, biasanya ibu hamil yang mengalami preeklampsia akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan waktu. Hal ini dilakukan guna mencegah komplikasi serius pada ibu dan janin dalam kandungan. Terlebih pasokan nutrisi pada janin menjadi terganggu karena preeklampsia membuat plasenta menjadi abnormal.
Semula operasi berjalan lancar dan dokter yang menangani juga merasa senang karena baik ibu maupun bayi berhasil diselamatkan. Hasil pemeriksaan setelah operasi caesar juga menunjukkan kondisi napas dan jantung ibu, maupun bayi terbilang bagus. Selain itu, kekhawatiran akan pendarahan berlebih saat operasi juga tidak terjadi.
Pada saat itu, tidak pernah terlintas atau terbayang di benak mereka kalau Aisha akan pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Namun nyatanya takdir berkata lain. Ketika dini hari, kondisi Aisha mulai menurun. Dia mengalami komplikasi dari preeklampsia yang mengarah ke HELPP Syndrome. Organnya banyak yang kena karena itu. Kurang dari dua puluh empat jam setelah operasi, Aisha mengembuskan napas terakhirnya.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ....................
Notes :
Wajib tekan LIKE dan berikan komentarnya setelah membaca ya! Sebagai bentuk dukunganmu terhadap penulis dan novel ini. Makasii 😊
Waktu terus bergulir. Rama masih berdiri menatap gundukan tanah yang masih basah di depannya. Otaknya berputar kembali mengingat saat-saat Aisha mengembuskan napas terakhirnya.
Malam itu hanya Rama dan Bu Aini yang menunggu Aisha di ruang rawatnya. Mereka tidak bisa tidur semalaman karena dini hari kondisi Aisha tiba-tiba memburuk. Ia mengalami komplikasi dari preeklamsia yang mengarah ke HELPP Syndrome, yaitu komplikasi serius akibat tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Sindrom HELLP yaitu :
H \= hemolysis (pemecahan sel darah merah).
EL \= elevated liver enzymes (fungsi hati menurun).
LP \= low platelets counts (trombosit rendah).
HELLP Syndrome biasanya berkembang sebelum minggu ke-37 kehamilan, namun dapat terjadi segera setelah melahirkan. Banyak wanita yang didiagnosis dengan preeklamsia sebelumnya. Gejalanya termasuk mual, sakit kepala, nyeri perut, dan pembengkakan.
Pukul tujuh pagi, suster masuk ke ruang rawat Aisha sambil menggendong bayi.
"Pak, Bu, ini bayi kalian. Kami sudah memandikannya. Tolong segera disusui ya, Bu!" Suster meletakkan bayi itu ke dalam box bayi.
"Terima kasih, Suster," ucap Rama dan Aisha. Suster pun tersenyum, lalu beranjak pergi.
"Anak Papa udah cantik." Rama menggendong bayinya, lalu menciumi kedua pipinya yang gembul. Aisha tersenyum senang melihat Rama yang dengan luwesnya menggendong putrinya.
"Mas Rama, kasih nama bayi kita Kyara ya, Mas! Aku suka banget nama itu," desis Aisha.
"Iya, Sayang. Aku juga suka nama itu," sahut Rama.
"Kyara ... anak Papa, minum susu dulu ya, Sayang ya!" Rama meletakkan bayinya di samping Aisha untuk disusui. Dengan menahan sakit di bagian perutnya, Aisha pun memiringkan tubuhnya untuk menyusui bayinya.
Baby Kyara menyusu dengan kuat. Rasa haru menyeruak ke dalam sanubari Aisha saat pertama kali ia menyusui bayinya. Air matanya pun meleleh seketika.
Mungkin ini yang pertama sekaligus *terakhir kalinya Mama menyusui kamu, S*ayang, gumam Aisha dalam hati, kemudian mengecup kening putrinya.
Selesai menyusui, Aisha pun menciumi wajah bayinya dengan lembut. Seolah-olah dia tidak akan bisa melihatnya lagi. "Sayang, semoga kelak kamu tumbuh menjadi anak yang sholehah, cantik dan pinter."
"Aamiin," sahut Rama.
"Mas, tolong letakkan kembali Kyara ke dalam box bayinya!" pinta Aisha. Rama pun menuruti permintaan istrinya.
"Mas Rama, sini Mas!" Aisha meraih tangan suaminya, lalu menggenggamnya dengan erat.
"Aku minta maaf ya, Mas, kalau selama ini aku punya salah sama Mas Rama. Aku titip Kyara ya, Mas. Tolong jaga dia baik-baik!" ucap Aisha getir.
Rama hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali. Air matanya sudah mengalir deras membasahi kedua pipinya.
"Aku mohon jangan nangis, Mas! Kamu kelihatan jelek banget kalau nangis." ucap Aisha sambil memaksakan senyumnya.
"Jangan pergi Aisha, jangan tinggalkan aku sendiri! Aku sangat membutuhkanmu," ucap Rama sambil menggelengkan kepalanya dengan air mata yang masih berlinang.
Rama memeluk tubuh Aisha dengan erat. Aisha tak kuasa menahan air matanya lagi. Tangisnya pecah di pelukan suaminya. Namun secepat kilat dia menyekanya.
Kamu nggak boleh nangis! Senyumlah Aisha! Kamu harus pergi dengan bahagia! gumamnya dalam hati.
"Mas tolong panggilkan Ibu!" pinta Aisha kemudian. Rama pun melepaskan pelukannya, kemudian menyeka air matanya.
"Iya, akan ku panggilkan. Tunggu sebentar!" Rama bergegas keluar memanggil ibu mertuanya.
Aisha sudah tau umurnya tidak akan lama lagi. Dia berusaha tetap tersenyum di saat-saat terakhirnya, untuk menguatkan seluruh anggota keluarganya. Padahal dalam hati Aisha sangat sedih karena dia tidak bisa merawat dan membesarkan bayi perempuannya. Dia juga sedih karena harus meninggalkan suami yang amat dicintainya. Namun Aisha tidak kuasa melawan takdir Tuhan.
"Aisha!" seru Bu Aini, kemudian memeluk putri sulungnya dengan air mata yang berderai. "Bagaimana keadaanmu, Nak? Kamu baik-baik saja kan? Kamu nggak akan ninggalin Ibu kan, Nak?"
"Jangan menangis Bu! Aisha nggak pa-pa. Ibu harus kuat ya! Dimana Nayra Bu?"
Bu Aini meleraikan pelukannya. "Nayra belum sampai. Mungkin sebentar lagi. Tadi Ibu sudah menghubunginya."
"Bu, Aisha minta maaf sama Ibu kalau selama ini Aisha punya salah. Maaf kalau selama ini Aisha belum bisa membahagiakan Ibu."
"Apa yang kau katakan, Nak? Jangan bicara seperti itu! Kamu anak yang baik. Selama ini kamu selalu berusaha untuk membahagiakan Ibu."
Aku bisa merasakan, seolah-olah malaikat maut sudah semakin dekat dan bersiap untuk mencabut nyawaku. Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi, pikir Aisha.
"Mbak Aisha!" seru Nayra setelah membuka pintu. Napanya terengah-engah karena habis berlari dari tempat parkir sampai ke ruang rawat kakaknya.
Aisha dan Bu Aini menoleh ke arah pintu. Nayra langsung berhambur menghampiri kakaknya. Disusul oleh Rama, Alina dan kedua orang tua mereka.
"Mbak Aisha baik-baik saja kan, Mbak? Aku takut sekali waktu Ibu meneleponku tadi. Kata Ibu kondisi Mbak Aisha ngedrop dan Mbak Aisha mau bertemu denganku. Ada apa Mbak? Aku mohon jangan menakutiku!" desah Nayra dengan panik.
"Nay, Mbak Aisha minta maaf ya, kalau selama ini Mbak punya salah sama Nay," ucap Aisha lirih.
"Apa yang Mbak Aisha katakan? Jangan menakutiku Mbak!" Air mata Nayra sudah jatuh membasahi kedua pipinya.
Aisha menatap seluruh anggota keluarganya satu per satu.
"Mama, Papa, Alina ... Aisha minta maaf ya, kalau selama ini Aisha ada salah sama kalian. Maaf kalau selama ini Aisha belum bisa menjadi menantu yang baik untuk Mama sama Papa."
"Jangan bicara begitu, Kak! Kak Aisha nggak punya salah kok sama Alin. Alin yakin Kak Aisha akan baik-baik saja," sahut Alina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya Aisha, berjuanglah demi bayi kamu ini," imbuh Bu Maya sambil menggendong cucunya.
"Iya Aisha, Papa yakin kamu pasti akan baik-baik saja," imbuh Pak Syamsul.
Aisha hanya memaksakan senyumnya menanggapi ucapan Alina dan kedua mertuanya.
"Nayra," desis Aisha.
"Iya, Mbak," sahut Nayra.
"Mbak Aisha titip Kyara ya, Nay. Tolong kamu rawat dan besarkan dia! Anggap dia seperti anak kandungmu sendiri! Mbak yakin, kamulah orang yang paling tepat menjadi ibu sambung bagi Kyara. Mbak nggak mau orang lain yang menjadi ibunya. Mbak hanya mau kamu Nay."
Semua yang ada di ruangan itu terkejut mendengar ucapan Aisha.
"Mbak Aisha ngomong apa barusan Mbak?" tanya Nayra.
"Mbak mohon Nay, menikahlah dengan Mas Rama setelah Mbak Aisha nggak ada."
"Aisha! Ngomong apa kamu? Tolong tarik kembali ucapanmu itu, Aisha!" seru Rama.
"Mas, Aisha mohon, nikahilah Nayra demi anak kita Mas!"
"Nggak Aisha, aku nggak mau!" ucap Rama sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aisha mohon Mas, penuhi permintaan terakhir Aisha! Biar Aisha bisa pergi dengan tenang," desak Aisha sembari memelaskan mukanya yang sudah pucat. "Nay, Mbak Aisha mohon, penuh permintaan terakhir Mbak, ya!"
"Lailahailallah ..." Aisha menarik napas panjang setelah itu ia pun mengembuskan napas terakhirnya. Kedua matanya tertutup untuk selama-lamanya. Sontak semua orang berteriak histeris.
"Aisha ... jangan tinggalkan aku, Aisha!" Rama mendekap tubuh istrinya dengan erat.
"Mbak Aishaaa ... jangan pergi Mbak!" seru Nayra sambil menggoncang-goncangkan kaki kakaknya.
"Aishaaa ... Aishaaa!" seru Bu Aini. Lalu tiba-tiba seluruh pandangannya menjadi gelap.
"Ibu!" Nayra memekik saat melihat ibunya pingsan.
"Alina, cepat panggil dokter!" seru Pak Syamsul. Alina segera pergi memanggil dokter.
Tak lama kemudian dokter datang, lalu memeriksa kondisi Aisha. Sementara para suster memberikan pertolongan pertama kepada Bu Aini.
"Maaf Pak, Bu, pasien sudah meninggal dunia," ucap Pak Dokter.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un," ucap semua orang seraya menitikkan air mata.
"Suster, tolong catat waktu kematiannya!" titah Pak Dokter.
"Baik, Dok," sahut suster.
"Yang sabar ya, Pak, Bu. Saya permisi dulu." Dokter pun beranjak meninggalkan ruangan itu. Sementara suster melepas semua kabel dan selang yang terhubung ke badan Aisha, kemudian menarik selimut hingga menutup sekujur tubuhnya.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG....................
Notes :
Jangan lupa tekan LIKE dan komentarnya setelah membaca!
Terima kasih .... 😊
Saat Nayra, Alina dan Pak Syamsul sampai di rumah, mereka mendengar suara tangis bayi.
"Oeeekk... Oeeekkkk...."
"Sepertinya itu suara baby Kyara" ucap Alina.
Nayra bergegas mencuci tangan dan kakinya, lalu masuk ke rumah dan menghampiri baby Kyara yang saat itu sedang digendong oleh Bu Maya di ruang tamu.
"Tante, biar Nayra yang gendong"
Bu Maya menyerahkan baby Kyara kepada Nayra. Nayra pun menggendongnya dan berusaha menenangkannya.
"Cup cup cup sayang... jangan nangis lagi ya... anak cantik..."
Baby Kyara tiba-tiba langsung diam begitu digendong oleh Nayra. Alina, Bu Maya dan Pak Syamsul tersenyum lega.
"Sepertinya memang Nayra lah orang yang tepat untuk menjadi ibunya Kyara" ucap Pak Syamsul.
"Iya Pa. Lihat saja, Kyara langsung diam begitu digendong sama Nayra. Tadi aja Mama sampai kewalahan karena Kyara nangis terus" Bu Maya menimpali.
"Iya Nay, kamu sangat cocok jadi ibunya Kyara" imbuh Alina.
Nayra diam saja mendengar ucapan mereka bertiga. Nayra tidak tau harus bilang apa. Sebenarnya Nayra sudah punya pacar, namanya Aditya. Mereka sudah satu tahun berpacaran tanpa sepengetahuan semua orang karena Bu Aini melarang Nayra berpacaran. Aditya adalah senior Nayra di kampus.
"Em, ibu saya dimana Tante?" tanya Nayra berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ibu kamu sedang istirahat di kamar. Tadi dia sudah minum obat. Kasihan ibu kamu. Dia pasti sangat terpukul dengan kepergian Aisha"
"Kalau begitu Nayra ke kamar dulu. Nayra mau menemui ibu. Permisi Tante, Om, Alina"
Nayra pun beranjak menuju kamar sambil menggendong baby Kyara. Nayra perlahan membuka pintu kamar kemudian masuk. Nayra melihat Bu Aini sedang tertidur pulas karena pengaruh obat. Nayra pun duduk di samping ibunya dan menatap wajah ibunya. Tanpa terasa ada butiran air bening jatuh dari pelupuk mata Nayra.
'Ibu... ibu pasti sangat terpukul karena kehilangan mbak Aisha. Nay juga sedih Bu. Kita sudah kehilangan ayah dan sekarang kita kehilangan mbak Aisha' ucap Nayra dalam hati.
'Sekarang Nay cuma punya ibu'
Nayra pun menyeka air matanya lalu keluar meninggalkan ibunya di kamar.
Nayra menaiki anak tangga menuju kamar utama untuk menidurkan baby Kyara ke dalam box bayinya. Lalu tiba-tiba saja Rama masuk ke kamar. Rama terkejut saat melihat ada Nayra di dalam kamarnya. Begitu juga dengan Nayra.
"Maaf Mas Rama, aku cuma mau menidurkan Kyara"
"Iya nggak pa pa, makasih Nay"
Kemudian Nayra beranjak keluar dan kembali ke kamarnya. Rama menghampiri bayinya dan sejenak menatap wajah bayinya yang sedang terlelap.
'Kasihan kamu sayang, kamu baru saja melihat dunia ini tapi kamu harus kehilangan mama kamu'
Lagi-lagi Rama menangis sambil membelai lembut kepala bayinya.
'Ya Allah, kenapa ini semua harus terjadi padaku? Kenapa tidak Kau ambil saja nyawaku sekalian?'
***
Bi Surti sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Sementara Pak Syamsul, Bu Maya dan Alina sedang duduk di sofa ruang tengah sambil berbincang-bincang.
"Alina kamu panggil kakak kamu, Nayra dan Bu Aini. Ajak mereka semua ke sini. Papa mau bicara sama mereka"
"Baik Pa"
Alina pun bangun kemudian melangkah menuju kamar Nayra dan Bu Aini.
Tok.. Tok.. Tok..
Alina mengetok pintu kamar mereka beberapa kali.
Ceklek!
"Alina, ada apa?" tanya Nayra setelah membukakan pintu.
"Papa menyuruh kamu dan Bu Aini menemuinya di ruang tengah. Katanya ada sesuatu yang harus dibicarakan"
"Baiklah sebentar lagi kami ke sana"
"Okey jangan lama-lama ya!"
Setelah itu, Alina naik ke lantai atas untuk memanggil kakaknya.
Tok.. Tok.. Tok...
Alina mengetok pintu kamar Rama yang terbuka. Rama menoleh ke arah sumber suara.
"Masuklah Alina!"
"Kak Rama, Papa menyuruh Kak Rama turun menemuinya di ruang keluarga. Katanya ada sesuatu yang perlu dibicarakan"
"Masalah apa?"
"Alin kurang tau Kak. Kak Rama cepat turun ya!"
"Ya sudah sebentar lagi Kakak turun"
Alina pun keluar dan kembali ke ruang tengah. Nayra dan Bu Aini sudah duduk di sana. Tinggal menunggu Rama. Tak lama kemudian Rama datang. Rama terkejut melihat semuanya berkumpul di sana.
"Ada apa Pa? Kenapa semua ngumpul di sini?"
"Duduk Rama! Papa mau bicara sama kalian semua"
Rama pun duduk.
"Ada masalah apa Pa?" tanya Rama dengan penasaran.
"Rama, Nayra... sebaiknya kalian segera menikah!"
"Apa?" teriak Rama dan Nayra seraya membulatkan kedua matanya.
"Tapi Pa, Aisha baru saja meninggal. Kita masih berduka. Apa pantas kita membicarakan pernikahan saat ini Pa?"
"Papa tau kita masih berduka atas kepergian Aisha. Tapi Papa kasihan melihat cucu Papa. Dia butuh seorang ibu, Rama"
"Papa kamu betul Rama. Kasihan Kyara. Dia butuh figur seorang ibu" Bu Maya menimpali.
"Rama bisa membayar baby sitter untuk merawat Kyara Pa, Ma. Lagi pula Rama juga nggak mau menikah lagi. Rama hanya mencintai Aisha"
"Rama, ini bukan soal cinta. Papa hanya kasihan pada Kyara, cucu Papa. Tapi keputusan ada di tanganmu. Lagi pula sebelum meninggal Aisha berpesan agar kamu menikahi Nayra. Papa rasa Aisha benar, hanya Nayra yang pantas menjadi ibunya Kyara"
"Sebenarnya Nayra juga belum siap untuk menikah sekarang Om, Tante. Lagi pula Nayra juga masih kuliah di Jogja. Nayra mau menyelesaikan kuliah Nayra dulu" imbuh Nayra.
"Nayra, kamu bisa melanjutkan kuliahmu di Jakarta setelah menikah nanti" Bu Maya menimpali.
"Nak Rama, Ibu rasa Nak Rama harus memenuhi permintaan terakhirnya Aisha. Biar jiwanya tenang di alam sana" Bu Aini menimpali.
"Iya Kak Rama, menikahlah dengan Nayra. Alin pasti senang sekali kalau Nayra menjadi bagian dari keluarga kita" imbuh Alina.
Rama tidak tau lagi harus menjawab apa. Semuanya seolah mendesaknya untuk menikahi Nayra.
"Aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini. Tolong beri aku sedikit waktu"
"Baiklah Rama. Papa akan kasih kamu waktu untuk berfikir. Tapi jangan lama-lama. Kasih jawabannya segera sebelum kami kembali ke Bogor"
"Kamu juga Nayra" seru Pak Syamsul.
"Iya Om"
"Sekarang ayo kita semua makan malam dulu!" seru Bu Maya.
Semua pun berdiri dan melangkah menuju meja makan. Bi Surti sudah menyiapkan semuanya di meja makan. Mereka pun makan malam bersama.
"Oeeekkk... Oeeekkkk..."
Tiba-tiba terdengar suara baby Kyara yang menangis dengan kencang. Nayra langsung meletakkan sendoknya kemudian berdiri dan berlari naik ke lantai atas. Rama pun berdiri dan menyusul Nayra.
Nayra masuk ke kamar lalu cepat-cepat menggendong baby Kyara.
"Cup cup cup... kamu kenapa sayang?"
Baby Kyara langsung berhenti menangis begitu digendong sama Nayra. Rama pun lega setelah bayinya berhenti menangis.
'Nayra... kamu belum pernah menikah dan punya anak, tapi kamu begitu luwes menggendong bayi. Lihatlah Kyara, dia langsung diam begitu kamu gendong' batin Rama.
"Mas Rama, boleh nggak kalau malam ini Kyara tidur sama aku?"
"Iya Nay. Biar aku bawakan susu dan perlengkapan Kyara"
Nayra pun membawa Kyara ke kamarnya di lantai bawah. Sementara Rama mengambilkan susu dan perlengkapan Kyara dan mengantarnya ke kamar Nayra.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG.................
Jangan lupa tekan LIKE dan komentarnya setelah membaca... Tengkyu 😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!