NovelToon NovelToon

JOHAN HAWWA

PROLOG

Malam semakin hampa sejak Zohan disini, tidak seperti yang ku bayangkan pada siang tadi, tepatnya pada saat resepsi pernikahan kami, ya memang ku akui tindakannya tidak salah, mengingat bagaimana cara yang kuperbuat agar bisa menikahinya.

Sepuluh tahun berteman dan selama itu pulalah aku jatuh hati dan memendam perasanku padanya, tidak ada satupun yang tahu bahwa selama ini orang yang paling bisa dia ajak bicara ini adalah orang yang sangat teramat mencintainya.

Kami pertama bertemu sepuluh tahun yang lalu ketika usiaku tujuh belas tahun. Ayahku yang saat itu mengidap penyakit yang tidak bisa di sembuhkan oleh medis berobat ke seorang kiyai pendiri pondok pesantren terkenal di wilayahnya, yaitu ayah Zohan sendiri.

Selama masa pengobatan, Aku, ibu, juga ayah tinggal disana, di lingkungan pesantren. sejak saat itulah aku perlahan-lahan berubah menjadi gadis yang paham dengan agama, dan merubah seluruh hidup megahku yang penuh dengan huru hara menjadi gadis mandiri dan taat beragama.

Selama pengobatan ayah, aku juga pindah sekolah di pesantren itu dan menduduki kelas dua belas dimana kelas yang kutempati adalah kelas putri paling terbaik, dan disana pula aku bertemu sahabat yang sangat ku sayangi bernama Bilqis Ashari. Perempuan yang mengambil semua bentuk keindahan, siswi paling beradab, juga paling berilmu, keimanannya kuat, juga paras yang menawan, ku akui dia adalah bentuk perempuan yang pantas untuk di kagumi, berteman dengannya adalah hal yang paling menggembirakan untukku pada saat itu.

Dengan segala keindahannya, Bilqis selalu di gandeng-gandengkan dengan nama Zohan, yang menurut orang mereka adalah pasangan yang sangat serasi kelak.

Hingga pada suatu hari, ketika kiayi mengunjungi tempat tinggal kami dalam proses penyembuhan ayah, Zohan ikut, diantara para santri yang mengkawal kiayi, laki-laki berpeci hitam dengan hiasan berwarna emas di pinggirnya, hidung mancung dan kulit putih, mata bening yang sayup-sayup menatap teduh, tampak mencolok, sebelum kiayi memperkenalkan putranya itu, aku sudah sadar bahwa itu adalah Zohan.

dan dari pertemuan itu kami menjalin persahabatan, menurut pengakuannya padaku aku adalah satu-satunya kawan perempuannya, dan itu membuat telingaku sedikit naik, tanpa tahu justru ikatan persahabatan itu yang paling tidak ku inginkan di kemudian hari.

_____

Aku membuka mata perlahan, Tidurku tidak nyenyak, sedikit terganggu dengan suara-suara yang muncul dari orang di sebelahku, dia adalah suamiku sendiri, Zohan.

Ku pandang punggung gagah yang berbaring membelakangi ku, melihat cahaya putih kebiru-biruan itu sangat jelas dia sedang memainkan ponselnya, Aku perlahan mengamati apa yang sedang ia lakukan dengan gawainya, sebuah suara perempuan yang sedang mengaji, suaranya sangat lembut dan merdu terdengar dari ponsel itu.

Apa dia sedang mendengarkan murottal?

Pikirku dalam hati, namun, setelah ku perhatikan lagi suara itu seperti tidak asing. dan benar saja, Zohan sedang menghubungi kekasihnya yang tidak lain adalah sahabatku dulu, Bilqis.

Aku memutar badan membelakanginya, kegelisahan mulai menyelimuti kepala, membuatku marah, tentu saja aku cemburu. Ini adalah malam pertama pernikahan kami tetapi suamiku malah menghubungi wanita lain.

Meski aku sekuat karang, hatiku tidak bisa tidak terluka oleh kejadian itu, air mataku mengalir, Ku usap ujung netra dengan jemariku, Akan ku tahan sekuat mungkin, Zohan tidak boleh tahu aku selemah ini.

HATI YANG MERINDUKAN TUANNYA

Zohan

Dernyitan ranjang lama, menjadi pertanda bahwa Hawwa sudah terbangun dari tidurnya, Hela nafasnya yang gelisah membuatku yakin bahwa dia sedang tidak baik-baik saja dengan apa yang terjadi saat ini.

Aku bisa merasakan Isak tangisnya yang teramat dalam, menyaksikan aku menghubungi Bilqis, kekasihku. kami bicara via telepon semalaman, untuk mengurangi rasa rinduku pada hati yang merindukan tuannya.

Untuk Hawwa aku tidak peduli pada hati dan cintanya, terlepas apa yang ku lakukan pada malam pertama pernikahan kami. Aku benar-benar tidak peduli.

Kalau dia adalah perempuan yang kucintai mungkin aku bisa mengerti perasaannya, tapi sayang dia adalah perempuan yang saat ini sangat kubenci.

Bagaimana tidak, dengan segala kelicikannya, Dia mampu membuat keluargaku bertekuk lutut di hadapannya, termasuk aku yang sekarang tanpa daya harus menikahinya–meninggalkan kekasihku yang sedang menempuh pendidikannya di Mesir.

Sama seperti ku kekasihku Bilqis melanjutkan pendidikannya di luar negri, bedanya aku menimbah ilmu di eropa sedangkan Bilqis di Mesir, Dia memperdalam ilmu agama dengan segala kerja kerasnya. Tahun ini akhirnya dia bisa menyelesaikan studinya disana, sesuai janjiku kepadanya kami akan menikah setelah ia selesai s3 dan melanjutkan membina pondok pesantren ayahanda yang saat ini sedang dalam masa puncaknya.

Hanya tinggal satu haun lagi, aku bisa mewujudkan impian kami yang telah terangkum sejak tammat pemondokan sembilan tahun lalu, namun semua rencana itu lenyap karna seorang wanita.

Hawwa hadir dalam kehidupan ku sepuluh tahun lalu, entah mengapa aku sangat suka kepadanya, dia adalah teman perempuan ku satu-satunya, Kawan yang sudah ku anggap seperti Saudari sendiri.

Keluarga Hawwa sangat tajir, ayahnya yang saat itu memiliki banyak sekali perusahaan, mendadak sakit, sakit yang sangat aneh. Ayahanda Menyebut penyakit itu berkaitan dengan santet, guna-guna dan sebagainya, wallohu aklam. Beberapa tahun berobat akhirnya ayah hawwa berangsur pulih, dari kejadian itu keluargaku dan keluarga Hawwa menjadi sangat dekat, keluarganya yang kaya raya selalu membantu pondok pesantren hingga sekarang.

Bahkan biaya-biaya Lulusan santri yang ingin berkuliah di luar negri di tanggung oleh keluarganya, termasuk Bilqis.

Namun kebaikan keluarnya dianggap hutang, dan sebagai gantinya, aku harus menikahi perempuan itu.

Tentu saja aku menolak, Aku memiliki gadis yang ingin aku nikahi, Bilqis Ashari, dia adalah standar wanita Sholehah yang harus menjadi istriku, tidak mungkin aku menurunkan standar itu dan menikahi wanita seperti Hawwa. Dan lagi pula hatiku hanya untuk Bilqis saja, dan tidak akan terbagi.

_______

Aku menggelar sejadah, sholat subuh sendirian karena Zohan tidak mau mengimami ku dan lebih memilih shalat di mesjid pesantren.

Dia mengimamiku sekali setelah ijab kobul kami selesai, dan dia berkata itu adalah pertama dan terakhir kalinya dia mau, aku hanya tersenyum mendengarnya, aku bisa memaklumi kemarahan yang ada di hatinya.

Kami menikah kemarin di pesantren dengan akad sederhana, tanpa pesta dan perayaan, bagiku itu sudah sangat cukup, karna yang penting bagiku hanyalah aku menikah dengan suamiku Zohan. dan Alhamdulillah Allah mengijabah semua doa-doa yang kupanjatkan selama ini.

Aku duduk di meja rias, menuangkan toner kepermukaan kapas, mengusap wajah giokku dengan perlahan, aku sedikit tersenyum melihat mata yang sedikit bengkak karena menangis tadi malam.

Sedikit lucu, Kenapa aku menangis dengan hal sesepele itu, bukankah aku sekuat batu karang. Yah aku memang sekuat itu untuk berada di posisi ini i, aku sudah menerima semua konsekuensinya sebagai istri yang tidak di cintai. Tetapi aku percaya Suamiku akan mencintai ku, Karna Allah maha membolak balikkan hati manusia.

TERIMA CINTAKU, HANYA ITU YANG PERLU KAU LAKUKAN.

Bisakah kau mencintaiku, seperti bagaimana engkau mencintai wanita itu, aku tidak meminta agar itu secepatnya, yang perlu ku lakukan hanyalah merayu, merayu cintamu kepada sang maha cinta.

******

Sebulan pernikahannya telah berlalu, namun tanda-tanda cinta belum muncul sedikitpun dari sang suami, ia sadar bahwa perasaan tidak bisa di paksakan. Namun ia sangat meyakini lambat laun Zohan akan mencintainya seperti yang semestinya.

Di subuh paling tak utuh, ia beranjak dari atas sejadah, baru saja ia menyelesaikan shalat sepertiga malam namun suara ngigauan dari Zohan membuatnya penasaran.

Ia tertawa kecil mendengar suara pria yang sangat di cintai itu, mengigau tengah malam itu terdengar sangat lucu.

Suara ngigauan Zohan sangat lantang tapi tidak jelas apa yang di katakan pria itu, membuat tangannya tidak bisa menolak untuk mengelus bibir tipis dan manis milik suaminya itu.

Cup.

Di kecupnya sekali dua kali, lantas tersenyum penuh kemenangan,“Hanya saat seperti ini aku bisa melakukannya.” Bisiknya pelan seperti sedang meminta ijin.

“Boleh kan aku memelukmu.” Tanyanya sekali lagi kepada pria yang tertidur pulas itu.

Tanpa pengijinan ia langsung memeluk suaminya itu dengan sangat erat, “Aku sangat mencintaimu.”

“Tapi aku tidak.” Jawaban yang tak pernah ia duga sebelumnya, tiba-tiba Zohan terbangun dan menyahut perkataannya begitu saja.

Ia terdiam sejenak, sedikit syok tapi sebisa mungkin ia tidak akan pernah membiarkan dirinya terlihat norak di hadapan suaminya itu.

“Tak mengapa, Aku tidak memintamu untuk segera mencintaiku, kau bisa melakukannya dengan perlahan-lahan.” Ujarnya dengan senyum tipis yang membuat wajahnya semakin karismatik.

“Sayangnya aku tidak merencanakan itu sebelumnya.” Zohan kembali bersuara menunjukkan perlawanan secara terang-terangan.

“Aku tidak mengharapkan rencanamu, karna aku mengandalkan Tuhanku.” ucapnya lugas dengan suara yang tegas.

Dan Zohan hanya bisa terdiam sejenak,

“Aku hanya tidak ingin kau kecewa Hawwa.”

“Aku tidak akan kecewa, karna sudah ku bilang Aku percaya kepada Tuhanku, Yang maha Cinta yang maha membolak balikkan hati manusia.”

Ia menggenggam jemari tangan Zohan dengan erat, kedua insan itu saling bertatapan untuk waktu yang cukup lama.

“Terima cintaku dengan pelan-pelan, hanya itu yang perlu kau lakukan.”

****

Jam tuju pagi, ia menyiapkan sarapan. Nasi goreng komplit dengan omlet telur kesukaan Zohan.

Setelah menikah, Kedua pasangan itu hanya tinggal berdua di dalam rumah yang cukup besar itu, tanpa asisten rumah tangga dan sejenisnya, benar-benar hanya mereka berdua.

Sama seperti yang ia rencanakan sebelumnya bahwa kehidupannya setelah menikah adalah tentang Zohan, melayani suaminya, menjadi sitri Solehah untuk pria itu.

Menyiapkan peralatan makan di atas meja, tangan mungilnya begitu lincah mempersiapkan semua sarapan pagi suaminya itu.

Dalam kurun waktu yang bersamaan Zohan pun turun dari lantai kamar mereka.

“Aku sudah menyiapkan sarapan sejak dini hari. Turun dan makanlah sarapanmu.”

“Tidak perlu, aku puasa hari ini.” jawab Zohan dan meninggalkannya begitu saja.

Ia terdiam sejenak.

“Tunggu.” lantas melangkah menghampiri pria itu. “Puasa apa?.” tanyanya. Karna ia tahu betul suaminya biasa puasa Senin Kamis selama ini, sedangkan hari ini adalah hari Jumat, dan lagi tidak ada hari besar dalam Islam yang menyunnahkan untuk puasa hari ini.

“Aku sedang membayar Najar, puasa tiga hari berturut-turut sejak kemarin. Kau makanlah. Aku harus kepondok sekarang.” Zohan menjawabnya tanpa ekspresi, ketidak sukaan tergambar jelas di wajah pria itu.

“Ya sudah hati-hati.” Ia menyalami suaminya itu.

“Nanti aku akan menyiapkan makanan untuk buka puasa.. Hati-hati Di jalan.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!