Hari itu, Airin begitu bahagia. Kekasih yang sudah tujuh tahun menemani nya, akan datang ke rumah dan melamar diri nya.
Semua persiapan telah dilakukan di rumah itu. Begitu juga dengan Airin. Ia bahkan rela menghabiskan seluruh uang tabungan nya untuk menjahit kebaya cantik dan juga memanggil penata rias terkenal ke rumah nya.
Namun satu hal yang masih membuat Airin bingung. Kekasih nya itu hanya mengatakan ingin datang ke rumah dan melamar, pada Ayah dan Ibu tiri nya.
Airin sama sekali tidak diberitahu tentang lamaran yang akan terjadi di rumah nya esok. Akan tetapi, Airin tidak ingin bertanya. Pasti lah sang kekasih hati ingin membuat kejutan untuk diri nya.
Hingga hari itu pun tiba. Airin sudah cantik dengan riasan dan juga kebaya milik nya. Keluarga besar sang kekasih juga sudah tiba.
"Eh, kamu mau kemana, Airin?" Tanya Ibu tiri nya saat tahu Airin akan keluar dari kamar nya.
"Airin mau melihat keluarga nya Arman, Bu."
"Tidak perlu. Kamu di dalam kamar saja. Nanti, ketika di panggil baru kamu keluar."
"Tapi, Bu."
"Sudah lah, Airin. Menurut saja."
Airin pun kembali ke kamar. Ia begitu senang dan tak tahu harus bagaimana mengungkap kan perasaan nya.
Ia terus menunggu di dalam kamar. Akan tetapi, setelah ia menunggu lama, tak ada satu orang pun yang memanggil nya.
Airin yang tidak sabaran pun langsung keluar dari kamar nya. Ia berjalan perlahan supaya tidak ketahuan.
Saat ia hampir tiba di ruangan yang ia hias sendiri, tubuh nya langsung terpaku. Di sana, Arman dan Meta adik tiri nya sedang bertukar cincin.
Airin langsung menghampiri mereka berdua dan tak peduli dengan pandangan semua keluarga besar Arman.
"Hentikan! Apa maksudnya semua ini? Arman, bukan nya hari ini kita akan bertunangan? Mengapa kau malah memasangkan cincin pilihan ku pada Meta?"
"Kak Airin? Apa kakak sedang bermimpi? Bang Arman hari ini datang untuk melamar ku. Bukan kakak. Lihat lah nama yang ada di sana."
Airin lagi-lagi dibuat terkejut. Tadi malam, ia sendiri yang mendekorasi ruangan itu. Dan mengapa, nama nya bisa berubah.
"Ayah, Ibu. Apa kalian bisa memberi Airin penjelasan? Airin dan Arman sudah berpacaran selama tujuh tahun. Dan kalian juga tahu itu."
"Airin. Maafkan Ayah. Arman memilih Meta untuk jadi istri nya. Bukan kamu, nak. Yang nama nya laki-laki itu, berhak menentukan pilihan nya. Toh kalian belum menikah."
"Ayah bisa setega itu sama Airin? Dan kamu Arman, mengapa kamu tak pernah jujur jika menyukai adik tiri ku. Aku tak perlu bersusah payah menyiapkan ini semua."
"Airin, maafkan aku. Aku bosan dengan mu. Kita putus, ya. Aku sudah menemukan gadis pengganti diri mu."
"Oke. Kita putus. Aku juga akan mencari pengganti diri mu saat ini juga."
Hahahahahaha
"Airin. Jangan begitu. Tak baik mencari pengganti ku dengan terburu-buru. Kamu tak akan bisa menemukan Pria mana pun saat ini." Ucap Arman dengan sombong nya.
"Tentu saja aku bisa. Kau! Ya, kau yang disana. Aku akan menikah dengan mu." Ucap Airin asal. Ia menunjuk seorang Pria yang duduk menyendiri di dekat pintu.
Bukan nya menjawab perkataan Airin. Pria itu dengan wajah seram nya, hanya menatap ta-jam ke arah Airin.
Perlahan, semua hening. Tak ada lagi yang berbicara. Seperti ada sesuatu yang membuat mereka terdiam.
"Apa kau yakin ingin menikah dengan ku?" Pria itu bicara dengan suara nya yang berat.
"Iya. Aku mau jadi istri mu."
Acara hari itu di bubar kan dengan cepat. Saat ini, mereka semua sedang berada di ruang keluarga. Di depan seluruh keluarga nya, Airin duduk dengan santai.
Arman pun masih di sana untuk melindungi Meta. Ia takut, Airin menyakiti calon istri nya itu.
"Airin, apa kau tidak tahu siapa laki-laki yang kamu ajak nikah tadi?" Tanya Arman.
"Aku tidak peduli siapa dia. Yang penting dia mau menikah dengan ku."
"Kamu gi-la, Airin. Dia adalah paman ku."
"Memang nya kenapa kalau dia paman mu? Nanti kamu harus memanggil ku bibi, Arman."
Hahahahahha
"Cih, tak sudi aku. Kamu memang sudah gi-la karena putus dari ku. Asal kan kau tahu, Airin. Paman ku Leo, adalah seorang narapidana. Ia pulang sebentar untuk menghadiri pesta pertunangan antara aku dan Meta."
Deg
Jantung Airin berdetak kencang. Bagaimana mungkin ia bisa salah tunjuk. Ia mengira, jika pria itu adalah salah satu tamu undangan yang hadir.
"Memang nya kenapa kalau dia narapidana? Sudah lah. Aku mau masuk ke kamar ku. Dan kau, Meta. Biaya yang aku keluarkan hari ini, harus kau bayar. Jika tidak,,," Airin pun meletakkan tangan nya di leher sambil mengan-cam adik tiri nya.
"Kamu tenang saja, Airin. Aku akan bayar semua hutang Meta pada mu."
"Baik. Hutang nya lima milyar. Cepat bayar sekarang!"
"Apa? Lima milyar? Apa kamu mau merampok?" Ayah nya Airin pun terkejut.
"Ayah. Anggap saja ini semua karena Meta sudah melangkahi ku. Ayah harus adil. Meta dapat suami, dan aku dapat uang. Beres, kan."
Demi gengsi nya, Arman langsung mengirimkan uang ke rekening Airin. Airin begitu senang karena mendapat kan uang sebanyak itu.
Ia pun langsung masuk ke dalam kamar dan merenung. Ia tatap wajah nya di depan cermin. Ia saat ini begitu sedih.
7 tahun memiliki hubungan dengan anak seorang pengusaha kaya. Tapi, laki-laki itu malah menyakiti nya.
Ia tak menyangka, Arman dan keluarga nya tega membohongi nya. Airin benar-benar menangis di dalam kamar.
Ia tahu. Ia rapuh. Namun di depan para pengkhianat, ia tak ingin memperlihatkan kelemahan nya.
Airin pun mulai mengeluarkan semua barang-barang pemberian Arman. Ternyata, selama 7 tahun berpacaran, Arman bahkan tak pernah memberikan Airin apapun.
Airin tertawa sambil menangis. Kenapa ia baru menyadari nya saat itu.
"Dasar bo-doh kau, Airin! Selama ini, Arman hanya memanfaatkan mu. Baiklah, Arman. Aku akan pergi dari hidup mu. Tapi, apa aku benar-benar akan menikah dengan narapidana?" Gumam Airin.
Ia pun mencoba untuk mencari tahu tentang paman nya Arman yang bernama Leo. Ada sebuah kasus yang membuat laki-laki itu bisa masuk ke penjara.
Leo membu-nuh seorang gadis muda dan memperko-sa nya. Seperti itu lah kasus yang membuat Leo mendekam di dalam penjara.
Airin jadi merinding. Akan kah ia menikah dengan seorang pemer-kosa dan pembu-nuh? Bagaimana masa depan nya nanti?
******
Keesokan hari nya.
Pagi-pagi sekali Airin sudah berangkat ke kantor. Tujuan nya cuma satu. Ia ingin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai sekretaris di perusahaan milik orang tua Arman.
Sudah cukup ia di peras tenaga nya selama ini. Airin sudah tak mau lagi jadi orang bodoh.
"Selamat pagi, Bu Airin. Cepat sekali anda datang hari ini?"
"Suka-suka saya." Ucap Airin dan langsung pergi. Salah satu karyawan merasa aneh dengan sikap Airin.
Setelah meletakkan surat pengunduran diri nya, Airin pun mengambil semua data-data penting dan juga dokumen milik nya.
"Mau kemana kau, Airin?" Ucap Arman yang saat itu sudah berada di depan nya. Di samping Arman, Meta sedang memeluk nya.
"Aku akan pergi."
"Aku tidak mengizinkan mu pergi. Kau adalah sekretaris ku."
"Pak Arman, saya sudah mengundurkan diri. Permisi."
"Airin, kau tidak boleh pergi!"
"Aku tidak peduli. Bukan kah ada Meta? Kenapa tidak dia saja yang jadi sekretaris mu? Bukan kah begitu, Meta?"
"Iya, sayang. Biar aku saja yang menggantikan kak Airin." Meta pun ikut menimpali.
"Tidak! Aku mau nya kamu, Airin."
Hahahahhaha
"Kamu memang serakah, Arman. Apa karena Meta begitu bodoh, sehingga kamu takut ia jadi sekretaris mu? Sungguh selera mu sangat aneh."
Hahahahhaha
"Kak Airin! Kakak jangan begitu. Hanya karena Bang Arman memilih Meta, kakak jadi egois. Perusahaan ini membutuhkan kakak."
"Sorry. Ini bukan perusahaan ku. Jadi, aku tak peduli."
"Airin, jangan membantah. Apa mau mu sekarang?"
Arman benar-benar tak ingin melepas Airin. Ada proyek besar yang sedang mereka kerjakan. Jika Arman melepas Airin, maka semua akan han-cur.
"Mau ku? Apa kau mau mengabulkan keinginan ku?"
"Tentu saja. Asal kau tak pergi dari perusahaan ini. Apapun akan aku lakukan termasuk kembali melamar mu."
Hahahahah
"Aku tak sudi di lamar oleh mu. Kita sudah putus. Yang aku mau, saham 60% perusahaan ini. Bagaimana?"
"Apa? Kau sudah gila, Airin. Kau benar-benar gila."
"Aku masih waras. Jadi, bagaimana?"
"Saham 60%? Apa kau sudah tak waras, Airin? Aku tahu kau sakit hati dengan anak ku. Tapi, kau juga harus profesional." Ucap Papa nya Arman.
"Profesional? Saya sudah meletakkan surat pengunduran diri. Tapi, anak anda yang terus menahan saya."
"Benarkah begitu, Arman?"
"Benar, Pa. Tapi kan, Airin."
"Sudah. Jika ia ingin mengundurkan diri, biarkan saja. Kita lihat, siapa yang mau menerima nya bekerja. Ingat, Airin. Jika kau pergi dari perusahaan ini, maka bisa aku pastikan kau tak kan bisa bekerja di perusahaan mana pun."
"Anda mengancam saya, Pak?"
"Saya tidak mengancam. Hanya berusaha memperingatkan mu."
"Baiklah. Aku pergi. Selamat tinggal, keluarga pengkhianat."
Airin langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Papa nya Arman benar-benar marah. Begitu juga dengan Arman.
Ia mengira, jika di ancam seperti itu Airin akan menurut. Tapi ternyata, ia langsung pergi. Rasa sakit di khianati, membuat Airin sadar. Ia tak mau lagi di manfaatkan oleh keluarga itu.
Airin berjalan sambil membawa barang-barang nya. Tidak lama lagi, ia sah keluar dari perusahaan itu. Namun saat ia tiba di parkiran, mobil nya sudah tiada.
"Airin. Mobil itu bukan lagi milik mu. Karena kamu sudah tidak bekerja di sini lagi, maka kami pun akan memberikan nya pada orang lain." Ucap Arman yang tiba-tiba saja sudah berada di depan nya.
"Arman. Jangan jadi manusia yang tak tahu berterimakasih. Mobil itu adalah milikku. Hadiah yang aku dapatkan karena menang tender besar saat itu."
"Airin. Kamu lupa? Mobil itu di beli dengan uang perusahaan. Bukan uang pribadi mu. Jadi, kamu tak akan bisa memiliki nya lagi. Kecuali."
"Kecuali apa?"
"Kecuali jika kamu mau kembali ke perusahaan ini."
"Pret! Aku ji-jik sama ludah ku sendiri. Aku tak mungkin menji-lat nya lagi. Ambil saja mobil itu. Aku tak butuh. Kaki ku masih kuat dan aku masih muda."
Airin langsung pergi. Dan lagi, Arman benar-benar memperlihatkan sifat nya yang begitu buruk. Laki-laki itu sungguh sangat pelit.
Airin berjalan dengan sepatu hak nya. Kaki nya sudah lecet karena sakit. Apalagi ia berjalan sambil membawa barang-barang milik nya.
Ciittttttt
Hampir saja jantung Airin copot saat mendengar suara mobil yang berhenti tiba-tiba di depan nya. Bahkan Airin mengira jika mobil itu akan menabrak nya.
Seorang Pria berpakaian rapi keluar dari mobil. Pria itu langsung menghampiri Airin.
"Maaf, Nona Airin. Kami terlambat. Silahkan masuk ke dalam mobil. Biar kami yang akan mengantar Nona."
"No..Nona? Apa maksud kalian?"
"Nyonya besar ingin bertemu dengan anda."
"Nenek? Untuk apa nenek ingin bertemu dengan Airin?" Tanya Arman. Ia sangat kenal dengan Pria yang menjadi kepercayaan nenek nya itu.
"Maaf, Tuan Arman. Ini perintah Nyonya besar. Saya pun tak tahu apa maksud beliau."
"Pak. Saya mau bertemu dengan Nenek. Awas kau, Arman. Akan adukan kau pada nenek mu."
Airin langsung masuk ke dalam mobil sambil tersenyum. Ia penasaran seperti apa nenek nya Arman.
Mobil itu pun pergi dan membelah jalanan. Tidak lama kemudian, mereka tiba di kediaman utama keluarga Purnama.
Rumah mewah yang sangat asri. Banyak sekali pelayan yang sibuk memperbaiki tanaman yang ada di depan mereka.
Halaman rumah itu sudah seperti perkebunan saja. Airin pun begitu suka melihat-lihat tanaman yang ada di sana.
"Silahkan, Nona Airin. Kita sudah tiba. Saya akan mengantar kan anda menuju ruangan Nyonya besar."
"Baik."
Airin di bawa ke bangunan lain yang ada di kediaman itu. Sebuah ruangan yang terbuat dari kayu. Tidak ada pintu maupun jendela. Tempat itu benar-benar terlihat begitu indah dengan banyak nya hiasan dan ornamen tua.
Di atas meja, ada bunga yang baru saja di rangkai. Seperti nya Nenek nya Arman yang melakukan hal itu.
"Nyonya. Kami tiba." Ucap Asisten Nenek nya Arman.
Airin menunduk. Ia tak berani melihat ke arah nenek tersebut. Perlahan, nenek itu menghampiri Airin dan memegang dagu nya.
"Apa kamu, yang bernama Airin?"
Airin langsung melihat ke arah nenek itu dengan pandangan yang takjub. Walaupun wajah nya sudah keriput, tapi beliau masih terlihat cantik.
"Iya, nek. Saya Airin. Maaf jika selama ini saya tidak pernah berkunjung. Arman tidak mengizinkan saya. Dan, Arman itu sangat ja-hat. Setelah ia mengkhianati saya, ia malah mengambil hasil jerih payah saya selama ini. Nek, saya berharap nenek mau menghu-kum pengkhianat itu."
Nyonya Lina hanya tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan oleh gadis yang ada di depan nya.
"Apa kamu masih menyukai Arman?"
"Tidak! Airin tidak mau lagi bertemu dengan nya. Maka dari itu Airin mengundurkan diri jadi sekretaris nya."
"Kalau begitu, mau kah kamu jadi sekretaris nenek?"
"Sekretaris nenek? Tapi, nanti Arman bagaimana?"
"Kamu tenang saja. Arman dan keluarga nya tidak tinggal di sini."
"Tapi, kenapa nenek mau Airin bekerja di sini?"
"Jika kamu bekerja sama nenek, kamu akan di gaji besar. Dan, kamu juga bisa dapat mobil baru."
"Tapi, jarak rumah nenek dan rumah Airin jauh."
"Kamu tinggal di sini saja. Nenek tak ada teman nya."
Airin pun berpikir. Apakah ia harus menerima pekerjaan itu. Jika ia tinggal bersama dengan nenek nya Arman, otomatis ia tak perlu melihat wajah para pengkhianat di rumah nya lagi.
"Tapi, nek. Nenek tidak mau balas dendam, kan?"
Hahahahhaha
"Memang nya kenapa nenek harus balas dendam pada mu? Kamu tak pernah berbuat salah pada nenek."
"Tapi, Papa nya Arman mengatakan tidak akan membiarkan Airin bekerja di perusahaan mana pun."
"Airin, kamu memang tidak bekerja di perusahaan. Tapi, kamu bekerja di rumah nenek. Bagaimana? Apa kamu mau?"
"Baiklah nek. Airin mau."
"Kalau begitu, ikut nenek."
Airin pun pergi dan mengikuti kemana Nyonya Lina membawa nya. Airin sama sekali tak bertanya apapun dan hanya diam.
"Airin. Ini semua hadiah perkenalan yang nenek berikan pada mu. Semoga kamu suka, ya."
"Nek, tapi ini banyak sekali." Ucap Airin dengan mata melotot.
Di hadapan nya, semua barang-barang itu sangat lah mahal dan mewah. Ada pakaian, perhiasan dan juga skincare.
"Menjadi sekretaris nenek harus lah cantik dan tampil mewah. Airin, nenek berharap selama kamu bekerja dengan Nenek, kamu tidak boleh berpacaran."
"Baik, nek. Airin tidak akan pernah berpacaran lagi. Airin trauma di khianati. Nanti, jika ada pria yang melamar, mending Airin akan langsung menikah saja. Bukan kah begitu, nek?"
"Ya. Ya. Bagus seperti itu. Bersabar lah, Airin. Suatu saat nanti, pasti akan ada Pria yang datang melamar mu." Ucap Nyonya Lina sambil tersenyum.
Setelah pertemuan itu, Airin pun pulang dengan mobil baru nya. Mobil itu baru tiba saat ia akan pulang.
Mobil edisi terbatas dengan kondisi yang masih mengkilap. Airin bahkan langsung menandatangani surat kepemilikan atas nama mobil itu.
Kali ini, hal yang akan ia lakukan adalah, pamer pada keluarga pengkhianat yang ada di rumah nya. Airin sudah tidak sabar lagi ingin melihat, bagaimana wajah mereka.
Saat itu, Airin juga pulang dengan membawa satu pelayan dari rumah Nyonya Lina. Nyonya Lina berkata, supaya Airin membawa satu pelayan untuk membantu nya membawa barang-barang itu.
Sesampainya Airin di rumah, mobil yang selama ini ia pakai ada di sana. Ternyata, Arman memberikan mobil itu untuk Meta.
"Kak Airin, kakak kemana saja? Kami khawatir kakak akan bu-nuh diri karena kami. Apa kakak baik-baik aja?"
"Eh Metamorfosis, diam deh. Kamu berisik. Suara mu bikin telinga ku sa-kit." Ucap Airin sambil membawa sesuatu ke kamar nya.
Setelah itu, ia kembali lagi untuk mengambil barang-barang nya dan juga mempersilahkan pelayan Nyonya Lina masuk.
Akan tetapi, lagi-lagi ia di hadang oleh Meta dan Arman yang tak punya kerjaaan itu.
"Kak Airin. Kakak jangan marah, ya. Mobil kakak sudah jadi milik Meta. Abang Arman yang memberikan nya pada Meta. Lagian, kakak sih, nggak mau menurut."
Airin menghembuskan nafas nya kasar. Ia benar-benar kesal dengan adik tiri nya yang berpura-pura baik di depan nya. Jika saja sejak dulu ia tahu, topeng apa yang di pakai Meta, pasti ia tak akan banyak kehilangan.
"Meta, sampah memang sepatutnya di buang. Dan terima kasih, karena kamu sudah memungut sampah yang telah aku buang. Jadi, jangan di ungkit lagi, ya. Jaga sampah-sampah mu baik-baik."
Saat mengatakan hal itu, Airin sempat melihat ke arah Arman. Laki-laki itu sangat marah dan kesal hingga mengejar Airin sampai keluar.
"Airin, jangan sombong kamu. Sekarang, kamu sudah tak punya apa-apa. Dan..."
Kata-kata Arman terhenti. Airin dan seorang pelayan mengambil sesuatu dari mobil baru nya.
"Apa lagi, sampah?"
"Mobil siapa ini?"
"Mobil baru ku, dari Bos ku yang baru."
"Tidak mungkin. Mobil ini edisi terbatas. Aku sudah lama mengincar nya dan."
"Sampah, aku mau lewat. Tolong minggir."
"Sampah?"
"Iya. Kamu sampah. Dan Meta adalah pemulung sampah. Selamat, kalian cocok."
"Airiiiiiiiiiiiiiiiin!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!