🌱Kata orang pesantren adalah penjara suci, tapi bagiku lebih seperti tempat pembersihan jiwa, tempat untuk memperoleh kedamaian yang sejati. 🌱
"Yah udah sampai ya?" tanya Shofia pada ayahnya yang duduk dibelakang kemudi. Terlihat ayahnya meregangkan otot setelah 6 jam menyetir mobilnya. Gadis cantik itu mengerjapkan matanya yang baru bangun tidur.
"Sudah. Tapi sebelum ke Ndalem kita sholat shubuh dulu di Masjid Al-Huda. Bangunkan bunda dan Zakia." kata Mirza, ayah Shofia sebelum keluar dari mobil sambil membawa peci hitamnya.
Shofia pun membangunkan bunda dan adiknya. Shofia segera mengeluarkan peralatan sholat ketiganya dan beranjak menyusul ayahnya yang sudah berada di pelataran masjid.
Setelah mengambil air wudlu, Shofia dan keluarganya segera masuk masjid untuk beristirahat sambil menunggu waktu shubuh tiba.
Mata Shofia terbuka lebar tatkala mendengar suara seorang laki-laki yang sedang mambacakan tarkhim. Suara yang begitu merdu sampai mampu membuat mata mengantuk Shofia terbuka lebar. Shofia sudah biasa mendengarkan suara tarkhim, tp kali ini dia begitu menghayati lantunan indah itu.
"Mbak, kayaknya suara santri disini bagus-bagus ya?" suara Zakia, adiknya yang umurnya 3 tahun dibawahnya.
"Mungkin." jawab Shofia sambil berusaha menghayati lantunan tarkhim tersebut.
Setelah tarkhim selesai suara adzanpun terdengar. Suaranya tak kalah indah dari suara tarkhim tadi, dan sepertinya orang yang melantunkannyapun sama. Para santripun mulai berdatangan untuk sholat subuh.
Setelah selesai sholat mereka mengikuti kuliyah subuh yang dibimbing langsung oleh Abah. Sebutan untuk kiyai yang memimpin pondok pesantren tersebut.
Ketika keluar masjid suasana diluar sudah terang karena memang matahari sudah menampakkan wujudnya. Lampu-lampu jalan juga sudah dimatikan
Para santripun sudah mulai sibuk memulai aktifitas mereka masing-masing. Ada yang bersiap pergi sekolah dan kampus karena memang pondok itu menerapkan perpaduan antara salaf dan modern.
Di zaman sekarang ini pandai dalam hal agama harus seimbang dengan pengetahuan umum. Oleh sebab itu pengasuh pesantren membangun fasilitas pendidikan mulai dari PAUD sampai Universitas di lingkungan pondok.
Setelah mengucapkan salam dan mendengar jawabnya, Mirza mengajak keluarganya masuk ndalem. Di sana terlihat laki-laki paruh baya yang menggunakan baju koko putih, sarung dan juga peci hitamnya. Beliau adalah Abah Muhamma Anwar Fuadi, atau biasa dipanggil Abah. Beliaulah yang memimpin pondok pesantren Miftahul Huda ini.
"Mari silahkan duduk. "kata Abah sopan.
"Nama saya Mirza Hasanudin. Dan ini istri saya Khusnul serta kedua putri saya. Shofia dan Zakia." kata Mirza. Abah masih diam memdengarkan perkataan Mirza.
"Begini abah, kami kesini ingin menitipkan pitri kami Shofia Lathifunnisa."Mirza mengambil nafas. "Kami berharap disini Shofia dapat menimba ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya. baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya."
Mirza menghela nafas. Dia menyadari hidup di zaman sekarang nerbeda dengan zaman dulu. Dulu belum ada yang aneh-aneh. kalau sekarang semua serba ada dan modern.
Apalagi pergaulan anak zaman sekarang yang kadang membuat orang tua kuwalahan akibat ulahnya. Tak dipungkiri Mirzapun takut anaknya terjerumus dalam pergaulan yang salah jika tidak diberi ilmu agama yang mumpuni. Bukan dia tidak percaya pada anaknya, tapi untuk jaga diri tak salah bukan...
Setelah Mirza menyelesaikan kalimatnya abahpun menerima tanggung jawab untuk menjaga dan mendidik Shofia selama berada di pesantren yang dipimpinnya.
"Terima kasih Abah. Kalau Shofia bandel dijewer juga tidak apa-apa kok abah." kata Mirza tersenyum sambil melirik Shofia. Yang dilirik malah cemberut.
'Emang aku anak kecil apa.' batin Shofia.
*
*
*
Hai kakak-kakak Author yang cantik dan ganteng. Maaf jika kata-katanya rancau ya. Ini novel pertamaku, harap maklum dan semoga bisa jadi bacaan yang menghibur... ☺
Jangan lupa sentuh like 👍
VOTE 🤩
Rate akoh 🌟
Saran dan kritik ditunggu loh 😍
👨👩👧👧Nikmatilah setiap moment yang kita lewati Bersama keluarga. Suatu saat kenangan itu akan membuat kita tersenyum.👨👩👧👧
Setelah keluar dari ndalem, keluaraga Shofia pun berpamitan pada Shofia untuk kembali pulang.
"Shofia, mulai sekarang kamu tinggal di pondok ini. Taati peraturan pondok, yang nurut sama pengurus, belajarnya yang rajin."kata Khusnul sambil memeluk anaknya tersebut. Sesekali dia menyeka air mata yang jatuh karena sedih harus berpisah dengan anaknya untuk sementara waktu. Tapi dia juga harus ikhlas demi masa depan putrinya.
"Ayah sudah mendaftarkanmu di MA Al-Huda. dan nanti akan ada pengurus yang akan mengajakmu mengambil seragam sekolahmu."kata Mirza setelah melepas pelukannya pada sang putri yang akan ditinggal di pondok.
Hatinya selalu berusaha ditegarkan agar tidak menangis. Lagipula ini semua sudah menjadi kesepakatan bersama. Meski awalnya Shofia menolak untuk mondok, tapi Mirza dan Khusnul selalu meyakinkan agar anaknya mauenerima keputusan kedua orangtuanya. Akhirnya Shofiapun menyetujui untuk mondok.
"Mbak aku pasti bakal kangen banget bertengkar sama mbak." kata Zakia yang langsung dapat cubitan ringan di lengan dari sang kakak. Bukannya marah Zakia malah tersenyum mendapat cubitan itu.
"Pasti mbak juga bakal kangen sama kamu yang selalu ngrepotin mbak"
"Ih mbak mah. Mana ada aku ngerpotin!" Zakia tidak terima dengan perkataan kakaknya.
Diapun cemberut sambil melipat tangan di depan dada. Semuapun tertawa akibat ulah Zakia. Sebagai anak bungsu Zakia memang manja pada semua anggota keluarganya. Terutama sang bunda. Sedangkan Shofia lebih dekat dengan ayahnya.
Shofia memandang haru seluruh keluarganya. Dia sadar ini adalah moment yang akan dia rindukan selama berberapa bulan ke depan. Karena dalam beberapa bulan ke depan dia akan sibuk menimba ilmu di MA Al-Huda pada pagi hari dan juga sekolah pondok pada sore hari.
Pandangan Shofia memutar mengamati bangunan pondok yang akan dia tinggali selama menempuh pendidikannya disini. Dia berharap semoga dia dilancarkan dan betah selama berada disini. Tapi Shofia yakin dia akan betah karena dia orangnnya mudah membaur dengan lingkungan baru.
Setelah adegan mengharukan perpisahan itu keluarga Shofia pulang.
"Let's begin... "katanya dalam hati ketika ada santri senior yang mengajaknya menunjukkan kamarnya.
"Namaku Azizah" kata santri senior yang membawa Shofia.
"Namaku Shofia mbak." jawabnya sambil memandangi wajah Azizah. Usianya 5 tahun di atas Shofia. Wajahnya cantik, jilbab jingga yang membalut wajahnya menambah kesan manis yang membuat mata tak bosan melihatnya.
"Mbah Azizah udah lama mondok disini?" tanya Shofia.
"Eem.. sekitar 8 tahunlah. Aku juga sama kayak kamu waktu mondok. Masih kelas 1 MA. Waktu itu aku kepikiran setelah lulus MA aku akan keluar pondok dan kuliyah diluar. Tapi syukurlah saat aku lulus pondok ini sudah mulai membuka kampus. Jadi aku nggah perlu keluar untuk melanjutkan pendidikanku. Dipondok ini aku merasa mendapat ilmu yang lengkap. Agama dapat umumpun dapat." jawab Azizah panjang lebar menceritakan sedikit pengalamannya.
Ia merasa sama dengan Shofia. Gadis manis di sebelahnya mungkin juga sama seperti dirinya. Dirinya yang dulu mengenal pergaulan sekolah di luar yang bebas. awalnya dia juga menolak karena merasa akan terbatasi pergaulannya.
Tapi lama kelamaan dia memahami pergaulan yang baik bukan tergantung hanya dengan sesuatu yang dianggap keren oleh anak seumurannya, namun yang lebih penting adalah bagaimana membuat pergaulan itu bermanfaat.
Shofia bersyukur bisa mondok disini. Tapi tak dipungkiri dirinya masih merasa belum rela berpisan dengan teman-temannya. Semua temannya melanjutkan pendidikan di sekolah pilihannya masing-masing. Sedangkan dirinya dipaksa harus mondok mengikuti perintah orangtua nya.
Di sekolahnya dulu Shofia dan teman-temannya mendirikan band dengan Shofia sebagai vokalnya. Mereka menyempatkan berlatih setiap minggunya untuk memuaskan hobi mereka.
Saat latihan tidak ada perbedaan antara mereka. Mereka seperti keluarga. Saat ada acara di sekolah band mereka pun ikut unjuk bakat. Bahkan mereka juga punya banyak Fans yang selalu mendukung mereka.
Shofia menghela nafas ketika mengingat saat dia berpamitan pada teman-teman bandnya beberapa hari yang lalu. Awalnya mereka marah karena dengan perginya Shofia band mereka mungkin bubar mengingat suara Shofialah yang telah menyemangati mereka.
Pada akhirnya band mereka "SEJUK Band" yang merupakan singkatan dari nama personelnya Shofia, Edi, Jauhar, Udin dan Kalia untuk sementara vakum.
Lagipula mereka harus fokus pada pendidikan mereka. Mereka tidak bisa seperti waktu SMP yang banyak waktu luangnya. Sekarang mereka akan menjadi siswa SMA yang sibuk. Tapi walaupun sekolah mereka pisah mereka berjanji akan selalu menjalin pertemanan.
*
*
*
Jangan Lupa Like 👍
VOTE 😍
Rate 🌟
Kritik, Saran dan komentarnya ditunggu 😎
Maaf Typo bertebaran 🙏
🐣Pandai-pandailah mencari teman. Teman yang baik akan menerima kita apa adanya, bukan ada apanya. 🐣
Setelah berjalan cukup lama Shofia dan Azizah sampai di depan sebuah kamar dan dapat dipastikan bahwa kamar tersebut merupakan kamar Shofia. Shofia membaca tulisan nama kamanlr yang tertempel di atas pintu. Ash-Shidiq blok B, itulah nama kamarnya.
Kamar di pondok ini memang diberi nama agar memudahkan dalam mencari kamar seorang santri. Karena di pondok ini sebuah nama panggilan dimiliki oleh beberapa santri. Shofia misalnya, ada 5 santri yang panggilannya sama dengan dia. Maklumlah pondok putri ini dihuni sekitar 300 santri putri.
Jadi saat memperkenalkan diri di pondok atau mencari santri di pondok ini harus disebutkan nama kamarnya juga. Misalnya saat pengurus memanggil shofia menggunakan pengeras suara :"Panggilan, kepada saudari Shofia Ash-Shidiq blok B harap segera ke kantor putri". Yah memang memanggilnya harus menggunakan pengeras suara sebab luasnya pondok ini.
"Nah Shofia ini kamar kamu ya. Yang ini namanya Fatimah" Shofiapun menjabat tangan Fatimah dan menyebutkan namanya.
"Kalau aku Nur." gadis manis berkerudung pink mengulurkan tanganya dan disambut Shofia.
"Yang ini Salwa" Azizah menyebutkan lagi nama gadis disebelah Nur. "Semua yang ada di kamar ini seangkatan dengan kamu. Salwa dan Nur santri lama, kalau Fatimah sama dengan kamu, dia juga baru 2 hari yang lalu datang." Shofia mendengarkan penjelasan Azizah.
"Nah kalau ada apa-apa kamu bisa bertanya pada mereka semua. Salwa kamubisa kan kamu nanti ajak Shofia jalan-jalan keliling ponpes?" tanya Aziza yang disanggupi oleh Salwa. Bahkan semua anggota kamarpun akan ikut bersama. Shofia merasa bahagia karena semua teman Sekamarnya adalah gadis-gadis yang baik.
"Eem...Shofia kurasa aku cuma bisa mengantarmu sampai disini. Besok pagi aku akan mengantarmu mengambil seragam di MA. Kamarku ada di ujung Blok ini. Kalau kamu membutuhkan bantuanku kamu bisa mencariku disana. Oke sampai jumpa." ucap Aziza sambil menyalami Shofia dan semua teman sekamar Shofia. Azizahpun keluar setelah mengucapkan salam.
"Shofia ini lemari kamu. Sini aku bantu merapikan lemarimu."kata Nur menawarkan bantuannya. Akhirnya lemari Shofiapun rapi berkat bantuan semua temanya.
"Shofia kamu berasal dari mana?"tanya Fatimah.
"Aku dari Kediri Jawa Timur. Oh ya kata mbak Azizah tadi kita seangkatan ya. Sekelas juga nggak?"tanya Shofia penasaran.
"Belum tau. Kan kita belum aktif sekolah. Nanti di sekolah kita baru menentukan jurusan.Kamu mau ambil jurusan apa nanti? kalau aku jurusan bahasa. Kamu tahukan aku sedikit cerewet., jadi kayaknya kalau aku jadi jubir pasti cocok hahaha." Canda Nur dan membuar semua temannya ikut tertawa.
'Sedikit cerewet katanya, terus yang cerewet beneran yang gimana.' batin Shofia dan teman-temannya.
"Emang disini jurusannya apa aja?"
"Disini ada Jurusan IPA, IPS, AGAMA, TATABOGA, KOMPUTER dan Bahasa. Ada juga jurusan teknik mesin. Kamu mau? kata Nur sambil menaik turunkan alisnya menggoda Shofia.
"Kamu aja yang masuk teknik mesin. Kan bisa sambil cuci mata sama akang-akang ganteng. hehehe."kata Salwa sambil memukul lengan Nur pelan.
"Enaknya aku masuk jurisan IPS aja deh. Kayaknya cocok sama aku. Kalau jurusan IPA aku nggak yakin bisa, aku nggak suka ngafalin rumus-rumus kimia yang ribet."jawab Shofia.
"Wah berarti kita bakalan satu kelas Shof. Aku juga pengen masuk jurusan IPS."kata Salwa.
"Yah aku gak ada temennya dong... Fatimah masuk kelas Agama." kata Nut cemberut.
Merekapun melanjutkan ngobrol sampai jam 11 siang karena mereka mengantuk dan tidur sebelum waktu dhuhur berjama'ah tiba.
Biasanya setelah Sholat dhuhur para santri akan sekolah pondok sampai sore. Tapi sekarang mereka masih punya waktu libur 3 hari kedepan. Jadi mereka sepakat setelah sholat dhuhur mereka akan jalan-jalan keliling pondok untuk memperkenalkan tempat baru untuk Shofia sebagai anggota baru di ponpes mereka.
*
*
*
TINGGALIN jejak ya Say... 😎
Love you full ❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!