Namaku Putri Sheila. Oh ya sebenarnya aku ini anak kembar loh tapi saat masih kecil kembaranku yang bernama shella meninggal dunia karena paru parunya bermasalah dan akhirnya jadilah aku anak tunggal dan sekarang aku sudah duduk di kelas 11 atau kelas 2 di SMA Tunas Bangsa Perwira.
Di sekolah ini bisa di katakan kalau aku termasuk anak baru karena sebelumnya aku pernah sekolah di SMA favorit di daerah bandung tapi karna papa kerjannya di pindahkan ke Jakarta, mau gak mau aku dan mama harus ikut papa dan dengan amat sangat terpaksa aku harus pindah sekolah padahal aku di sana sudah banyak teman dan sudah merasa nyaman tapi ya sudahlah ya. Mungkin emang udah takdirku harus pindah.
Tapi jujur ini bukan pertama kalinya aku pindah sekolah, karena sebelumnya aku udah pindah sekolah beberapa kali bahkan kalau di hitung udah lebih dari 6 kali sejak aku sekolah di SMA..hehe banyak juga ya? kenapa aku pindah pindah, itu karena kerjanya papa yang pindah pindah hingga mau gak mau aku dan mamapun juga ikut pindah pindah karena aku dan mama gak bisa jauh jauh dari papa dan aku harap ini terakhir kalinya aku pindah karena jika aku harus pindah sekolah lagi.
Sungguh itu melelahkan sekali. Kenapa? karena aku harus menyesuaikan dengan sekolah yang baru, mencari teman teman yang baru dan semuanya serba baru dan jujur aku kurang suka akan hal itu. Ah aku selalu berdoa kepada tuhan agar bos papa tidak lagi menyuruh papa pindah keluar kota apalagi keluar negeri. Aku gak bisa ngebayanin jika semua itu terjadi.
Dari kecil selalu saja aku pindah pindah sekolah, SD sebanyak 11 kali. SMP sebanyak 4 kali dan SMA sudah 6x. Haruskah aku pindah sekolah lagi setelah ini. Aku harap tidak? Kecuali jika aku sudah lulus SMA, aku akan kuliah ke luar negeri. Itu cita citaku dari dulu. Jadi aku gak akan ikut papa dan mama lagi. Karena aku ingin hidup mandiri di sana dan tentunya tanpa harus pindah sana sini.
Oh ya untuk hari ini papa gak bisa mengantarkanku sekolah karna papa harus berangkat pagi pagi sekali sedangkan aku berangkat agak siangan. Sebel sih tadinya tapi ketika papa memberikan aku uang saku tiga kali lipat dari biasannya akhirnya aku pun tersenyum dan mengiyakan ketika papa menyuruhku naik angkot.
"Put, ayo makan dulu. Ini sudah siang." Teriak mama dari bawah. Tapi aku tak menghiraukannya, aku tetap membaca buku novelku yang sudah hampir tamat. Gara gara novel ini aku hampir semalaman gak tidur.. Ceritanya benar benar menghipnotis aku. Tadinya sih mau aku terusin keesokan harinya tapi sungguh cerita itu benar benar telah mengganggu fikiranku dan akhirnya aku pun memilih melanjutkan baca novel sampai sekarang.
"Put, kamu udah bangun belum sih? Kog belum turun turun juga." ucap sang mama karna aku gak segera turun, akhirnya mamapun masuk ke kamarku.
"Astaga...ini sudah jam berapa? Bukannya mandi malah asyik baca novel. Niat gak sih mau sekolah. Sana cepetan mandi atau mama buang novel itu." Ucap Santi, mamanya Putri. Dia sudah gak tahan menghadapi anak semata wayangnya. "Punya anak satu tapi kayak punya anak 10." gumam santi.
Putri pun dengan wajah cemberut segera mengambil bajunya yang sudah di siapkan oleh mamanya.
"Eh, kamu mau ngapain?" tanya Santi melihat Putri mengambil baju dan mau memakainnya.
"Mau pakek bajulah ma. Emang mau ngapain lagi coba."
"Iya mama tau. Tapi masa iya gak mau mandi dulu."
"Males ma, dingin."
"Astaga, kamu makin hari makin jorok banget ya. Paling tidak cuci muka dan sikat gigi dululah."
"Aduh ma, ngapain sih harus cuci muka. Katanya mama suruh hemat. Jadi aku cuci mukanya di sekolah aja deh sekalian hemat air."
"Kamu tuh ya. Pagi pagi sudah bikin mama emosi. Sekarang cepat ke kamar mandi cuci muka, sikat gigi lalu pakek baju. Mama tunggu di bawah." Santi langsung pergi karena sudah tak tahan menghadapi putrinya.
Putri dengan sangat terpaksa langsung pergi ke kamar mandi buat cuci muka dan sikat gigi. Males sebenarnya tapi karna ia sudah tak tahan mendengarkan mamanya ngomel akhirnya ia pun mengalah. Setelah semuanya siap, ia pun langsung turun ke bawah menghampiri mamanya yang sudah menunggunya di meja makan. Putri segera mengambil roti yang sudah di lapisi selai.
"Kamu gak sisiran, Put?" tanya Sinta melihat rambut putrinya yang sudah seperti sarang burung.
"Males ma, udah siang juga." Jawabnya sambil menikmati roti yang ia pegang.
"Kamu tuh udah besar sayang. Kapan sih kamu mau berubah. Masak mau kayak gini terus."
"Aduuuh ma, bisa gak sih sehari aja gak usah ngomel."
"Mama gak akan ngomel jika kamu mau nurut sama mama."
"Udahlah ma. Aku bosen tau dengerin mama ceramah terus. Putri berangkat dulu." Ucap Putri sambil meminta uang.
"Ngapain tanganmu gitu."
"Minta uang dong ma, emang mau ngapain lagi. Masak ia aku mau ngemis."
"Bukannya tadi papa sudah ngasih kamu uang jajan ya."
"Kurang ma?"
"Kurang apanya. Kamu sudah di kasih banyak gitu. Jangan di kira mama gak tau ya. Papa sudah bilang ke mama untuk tidak memberikan uang ke kamu lagi."
"Ah mama mah, bilang aja pelit."
"Hus ngomongnya. Tega banget bilang mamanya pelit."
"Nyatanya memang gitu. Iya sudah deh, kalo emang udah gak mau ngasih. Aku mau berangkat aja." Putri segera mengambil sepatu dan lari keluar.
"Kamu mau naik apa?" teriak mamanya.
"Angkot ma."
"Ini sudah jam berapa Put, kamu bisa telah jika naik angkot."
"Mau gimana lagi ma dari pada aku harus jalan kaki."
"Kenapa gak naik ojek aja, biar cepet."
"Mahal ma."
"Kamu tuh ya. Iya sudahlah terserah kamu. Hati hati di jalan."
"Iya ma."
Putripun segera berangkat dan mencari angkot yang melintas.
Sesampai di depan sekolah, pintu gerbang sudah di tutup. Putri lihat jamnya sudah menunjukkan pukul 07.45. Padahal jam masuk sekolah yaitu jam 07.00. "Ah, baru cuma telat 45 menit." gumam Putri.
Jika ia meminta satpam untuk membuka gerbangnya pasti dia gak akan mau, yang ada malah aku di omelin. "Duh enaknya ngapain ya, apa aku bolos aja. Tapi jika ketahuan mama dan papa, pasti aku di marahin lagi deh. Tapi jika aku maksa masuk selain di omelin satpam, guru guru pasti gak akan tinggal diam. Mereka pasti akan menghukum aku, kalau gak berdiri di lapangan sampai jam istirahat pasti di suruh lari lapangan sebanyak 15x. Ah ngebayangin aja, udah capek banget. Gimana ngelakuinnya coba. Duh jadi bingung sendiri aku. Ya sudahlah, mending aku nongkrong dulu deh di warung depan sambil memikirkan gimana caranya masuk tanpa harus di marahin oleh siapun" Ucap Putri dalam hati, ia pun melangkahkan kakinya menuju warung depan.
"Bu, Pesen Mie ayam satu, bakso dua, nasi pecel satu, jangan lupa kerupuknya dua bungkus sama es tehnya dua." Pinta Putri ke bu Lia, yang punya warung tepat di depan sekolah.
"Busyet, gak kebanyakan tuh pesennya." Tanya pria yang ada di dekatnya.
"Ngapain loe tanya tanya." Jawab Putri jutek.
"Pengen tanya aja."
"Oh ya kenalin aku Aldo kelas 12 IPS. Kamu Putri kan, anak baru di sekolah ini?" Tanya laki laki itu yang bernama Aldo
"Kalau udah tau, ngapain tanya." Lagi lagi Putri menjawabnya dengan jutek banget.
"Kamu gak bisa ya kalo gak jutek. Tapi gak papa sih, aku seneng liatnya, tambah manis."
"Gak usah lebay, gak mempan."
"Siapa yang lebay. Aku ngomong yang sebenarnya kog.. Oh ya kenapa kamu di sini? Gak masuk sekolah?"
"Telat."
"Oh, sama kalau gitu. Aku juga telat tadi makannya ke sini. Kalau gitu, mau aku temenin di sini. Biar kamu gak sendirian. Jadi ada temen ngobrol gitu."
"Terserah." Putri sudah males sebenarnya ngomong sama orang yang gak ia kenal. Yah walaupun ternyata dia adalah kakak kelasnya tapi tetep saja dia gak kenal. Apalagi dia sok akrab bikin Putri tambah males deket deket sama orang itu. Tak lama kemudia bu Lia datang membawa semua makanannya. Mata Putri pun berbinar seketika, tanpa ba bi bu lagi, ia langsung menyantap makanan yang ada di depannya.
"Kamu belum makan berapa hari sampai lahap gitu kayak orang kelaparan?" tanya Aldo yang melihat Putri dengan begitu rakusnya menyantap semua makanan. Aldo yang tadinya lapar, langsung kenyang melihat Putri yang lagi makan.
"Tadi sebelum aku berangkat sekolah, aku udah makan tapi belum kenyang karena cuma makan roti doang." Jawabnya dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Kamu mau?" tanya Putri.
"Enggak deh, makasih buat kamu aja. Aku udah kenyang liat kamu."
"Syukur deh. Aku tadi juga cuma pura pura doang kog." Ucapnya, tak butuh waktu lama buat Putri menghabiskan semua makanan yang ada di meja. Setelah selesai, ia langsung minum es tehnya, tiba tiba matanya melihat gorengan yang masih hangat. Ia pun mengambil piring yang berisi gorengan itu.
"Kamu masih belum kenyang ya?" tanya Aldo melihat Putri masih mengambil gorengan dan memakannya.
"Belum."
"Astaga. Tubuhmu kecil tapi makannya banyak juga ya."
"Terserah aku dong. Kenapa sih kayaknya dari tadi kamu cerewet banget deh. Kalau kamu mau, tinggal makan aja. Nanti aku yang bayarin deh. Mumpung aku lagi banyak uang nih." Ucap Putri sambil menyodorkan gorengan yang ia pegang.
"Enggak, makasih. Sungguh aku sudah kenyang lihat kamu makan lahap seperti ini. Lebih baik kamu habisin aja deh."
"Iya sudah." Putri dengan santainya menghabiskan gorenngan itu. Setelah selesai, ia pun langsung memanggi bu Lia untuk membayar semuannya.
"Bu, berapa semuanya?"
"65 ribu non."
"Oke." Ucap Putri sambil mengambil uang yang ada di dalam tasnya. Tapi betapa kagetnya dia, kalau uang yang di kasih papanya ketinggalan di kamarnya. Tadi pas dia naik angkot, dia pakek uang sisa kemaren. Putri pun kebingungan, gak tau harus berbuat apa. Ah betapa malunya dia jika gak bisa bayar.
"Pakek uangku dulu deh." Ucap Aldo lalu memberikan uang itu kepada bu Lia.
"Makasih ya..Aku janji deh, besok aku ganti."
"Gak perlu kamu ganti asal kamu mau ikut aku sekarang."
"Ke mana?"
"Ke suatu tempat."
"Gak ah, aku takut."
"Kenapa takut? Aku gak mungkin menyakiti kamu."
"Kita kan belum kenal. Bisa aja kan nanti kamu bawa aku ke tempat sepi lalu memperkosaku."
"Fikiranmu itu kenapa sampai ke situ. Aku aja gak pernah tu punya fikiran kayak gitu. Jorok dehh."
"Bukan gitu . Aku hanya takut aja."
"Sudah deh, gak usah banyak omong. Mending kamu ikut aku aja, gak usah bawel." Aldo menarik tangan Putri untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Ini mobil kamu?" tanya Putri
"Iya. Kenapa?" tanya balek Aldo sambil mengemudikan mobilnya.
"Ini mobil terbaru loh dan harganya hampir 15 Miliar. Ini serius mobil kamu. Jangan bercanda deh."
"Iya sudah kalau gak percaya. Asal kamu tau aja ya. Bukan hanya ini aja mobilku, di rumah juga masih banyak. Ada Mobil Sport Lamborghini, Mobil Sport Ferrari, Mobil Sport Porsche, Mobil Sport Maserati, Mobil Sport Mercedes Benz, Mobil Sport BMW, Mobil Sport McLaren, Mobil Sport Audi, Mobil Sport Aston Martin, Mobil Sport Toyota, Mobil Sport Lexus, Mobil Sport Honda dan yang terakhir itu Mobil Sport Mazda. Aku suka mobil Sport untuk itu setiap kali ada yang terbaru, aku langsung beli."
"Kamu lagi menghayal ya?" Putri tertawa mendengarkan ucapan Aldo
"Kenapa aku harus menghayal. Asal kamu tau, SMA tempat kamu sekolah sekarang itu punyaku."
"Udah deh, kalau menghayal jangan ketinggian. Nanti kalau jatuh, sakit tau..."
"Iya sudah, aku gak akan maksa kamu untuk percaya. Yang jelas aku sudah bilang yang sesungguhnya."
"Mana mungkin aku percaya. Kita aja ketemu di warung depan sekolah. Jika kamu orang kaya, mana mungkin kamu sekolah di sana. Pasti kamu akan sekolah di sekolah intrnasional dan gak mungkin juga kamu makan di warung itu. Biasanya kalau orang kaya itu makannya di restoran mahal bukan tempat kayak gituan."
"Terserah deh."
Aldo segera melajukan mobilnya menuju ke sebuah restoran ternama. Restoran ini adalah restoran miliknya dan sudah ada sekitar 32 cabang baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"Kamu ngapain bawa aku ke sini?" tanya Putri heran.
"Di sini kamu bisa makan sepuasnya." Jawab Aldo sambil membawa Putri masuk ke dalam. Saat Aldo masuk ke restoran itu, semua pelayan langsung menundukkan kepalanya.
"Duduk sini." Aldo menarik kursi itu dan membiarkan Putri untuk duduk. Sekarang mereka ada di ruangan VIP.
"Pelayan." Panggil Aldo setelah ia duduk di samping Putri.
"Iya tuan." Jawab pelayan itu dengan wajah yang masih menunduk.
"Siapkan makanan termahal di restoran ini dan segera bawa ke sini dalam waktu 5 menit. Jika sampai lebih dari 5 menit, kamu saya pecat." Ucapnya dengan nada tegas. Pelayan itupun segera lari untuk mengambil pesananya.
"Kamu gak boleh gitu tau. Kan kasihan dia." Putri benar benar gak tega melihat wajah pelayan tadi.
"Lain kali, aku gak mau lihat kamu seperti itu lagi." imbuhnya.
"Iya nona, demi kamu. Aku janji gak akan bersikap seperti itu lagi."
"Sip." Putri langsung memberikan senyuman manisnya. Lalu ia melihat ke luar jendela, di sana ada kolam dan juga taman yang sangat indah. Sungguh, belum pernah sebelumnya ia melihat pemandangan seperti itu. Mungkin karena di sini tempat orang kaya jadi pemandangan nya pun harus indah biar orang orang suka dan sering makan di sini.
"Kamu mau ke sana?" tanya Aldo yang melihat Putri sangat mengagumi tempat itu.
"Enggak ah, lain kali aja."
"Baiklah."
"Aku gak nyangka, kamu benar benar orang kaya. Tapi yang kaya itu orang tuamu kan, bukan kamu. Jadi harta yang kamu miliki itu adalah milik mama sama papa kamu. Iya kan?"
"Bukan. Itu milikku sendiri. Dulu saat aku masih SMP aku bekerja di kantor papa. Dan papa memberikan aku gaji tiap bulannya sama seperti yang lain. Dan gaji itu aku tabung, setelah aku rasa cukup. Aku coba buka restoran dan ternyata berhasil sehingga aku pun membuka cabang sana sini dan hanya dalam waktu singkat, restoranku terkenal. Akhirnya aku coba untuk membangun hotel sama sseperti papa. Untunglah saat aku bekerja, papa sering mengajariku bagaimana cara berbisnis. Awalnya hanya hotel kecil karena masih percobaan tapi karena mungkin tempatnya yang bagus dengan pemandangan indah dan pegawainya yang sangat ramah, hotel itu banyak di kunjungi akhirnya aku coba bikin yang agak megah dengan hasil dari restoran yang sudah banyak cabangnya dan dalam waktu satu tahun hotel itu di bangun sekarang sudah mulai terkenal juga. Untuk sekolah SMA itu aku bangun sejak lulus SMP, awalnya muridnya cuma belasan. Tapi sejak aku gratiskan banyak yang ingin sekolah di sana bahkan hampir ribuan. Semuanya sesuai dengan apa yang aku inginkan. Dan sekarang aku masih fokus membangus Mall di tengah tengah kota Bandung dan sampai sekarang belumm selesai, mungkin dua bulan lagi."
"Astaga, kamu ternyata orang hebat ya."
"Aku gak hebat hanya saja aku mau belajar dan menerapkan ilmu yang aku dapat."
"Terus orang tuamu ada di mana sekarang?"
"Mereka masih ada di luar negeri. Mereka jarang ke sini."
"Kamu di sini tinggal sama siapa?"
"Sama asistenku tapi sekarang dia gak ikut karena aku menyuruhnya untuk membereskan berkas berkas di kantor."
"Oh...."
Tak terasa makanan pun sudah ada di depan mata. Putri sangat tergiur melihat makanan itu.
"Sekarang kamu makan deh sampai puas. Jika masih kurang, kamu tinggal panggil pelayan."
"Tapi aku gak punya uang untuk bayar makanan ini."
"Kamu gak perlu bayar. Dan mulai detik ini, jika kamu ingin makanan di restoran ini. Kamu bisa tinggal ke sini aja. Restoran ini selalu terbuka untuk kamu dan kamu gak perlu memikirkan bagaimana bayarnya karena kamu gak perlu mengeluarkan uang sedikitpun. Untuk kamu, aku gratiskan selama kamu mau."
"Beneran?" tanya Putri dengan mata yang berbinar.
"Iya benar. Aku serius kog."
"Tapi kenapa kamu baik banget sama aku. Kita kan baru kenal. Apa kamu memang seperti ini, mengajak orang yang gak kamu kenal dan kamu kasih gratisan seperti ini."
"Gak, hanya sama kamu doang aku seperti ini."
"Kenapa?"
"Kamu gak perlu tau alasannya. Sekarang cukup kamu makan dan nikmati aja apa yang sudah ada di depan kamu."
"Oke deh." Putripun memilih untuk gak tanya ini itu, lagi lagi ia makan dengan lahap padahal di warung tadi ia sudah makan dengan kenyang tapi entah kenapa melihat makanan yang menggiurkan ini, lagi lagi ia merasa lapar dan ingin melahap semuanya.
"Pelan pelan Put."
"Iya iya maaf." ucap Putri sambil tersenyum
Setelah dari restoran, Aldo mengajak Putri untuk pergi ke Mall. Tapi sesampai di Mall, saat Aldo menyuruh Putri untuk beli baju dan perlengkapan lainnya sesuai apa yang ia butuhkan dan yang ia inginkan, ia malah memilih beli Es Krim, permen kapas dan boneka barbie.
"Kamu tuh kenapa sih, malah beli kayak gituan?" tanya Aldo merasa heran dengan tingkah laku Putri. JIka wanita lain yang di suruh belanja, pasti mereka akan beli baju yang mahal, tas mahal, high hells terbaru dan semua yang serba mahal. Tapi ini, astaga.................sungguh ia tidak faham dengan jalan wanita yang kini ada di sampingnya.
"Karena aku suka."
"Emang kamu gak niat mau beli baju atau apa gitu."
"Bajuku banyak di rumah."
"Iya sudahlah, habis ini kamu mau ke mana?"
"Emmm aku pengen beli novel tapi aku gak ada uang."
"Jangan fikirkan uang, kamu beli apa aja yang kamu suka. Nanti semuannya aku yang bayarin."
"Kamu kenapa mau bayarin?"
"Karena aku suka sama kamu."
"Kita kan baru ketemu, kog udah bilang suka."
"Aku sudah suka sama kamu udah dari dulu. Bukan suka sih lebih tepatnya aku udah terlanjur cinta sama kamu."
"Kamu bilang tadi udah dari dulu. Dari dulu gimana, kita baru ketemu beberapa jam yang lalu loh. Kamu lupa ya?" tanya Putri.
"Sudahlah gak perlu di bahas. Lebih baik kita ke toko buku sekarang."
"Baiklah."
Putripun tak mempermasalahkan kenapa Aldo menyukainya ataupun mencintainya. Selama dia mau bayarin apa yang ia mau dan apa yang ia beli. Itu gak jadi masalah.
Sesampai di toko, Putri langsung melihat lihat judul novel yang akan ia beli. Ada 15 novel yang ia suka, tapi apakah gak terlalu banyak. Namun kapan lagi tuh orang mau traktir aku. Ah sudahlah, mending aku ambil semua deh. Bisa aku baca di rumah tiap hari biar gak bosen. Jadi gak harus ngulangg ngulan novel yang sudah aku baca.
"Gak kurang?" tanya Aldo yang dari tadi berdiri mengikuti langkah Putri.
"Enggak, ini sudah banyak kog."
"Emmm ya sudah, kita bayar yuk."
"Oke." Jawab Putri sambil membawa buku novelnya yang di bantu oleh Aldo. Sesampai di kasir, ia langsung menaruh buku itu di atas kasir. "Berapa semuanya?" tanya Aldo
"750 ribu mas." jawab kasir itu lalu Aldo segera membayarnya dan pergi dari tempat itu.
"Lalu setelah ini mau kemana?" tanya Aldo setelah mereka ada di dalam mobil.
"Pulang aja deh."
"Yakin? Ini masih jam berapa? Nanti jika mamamu tau, kamu bolos gimana?" tanya Aldo, ia tak ingin putri di marahi oleh mamanya jika ia tau anaknya telah bolos sekolah.
"Ah itu mah gak penting. Paling paling cuma di marahi doang. Tutup aja pakek headshet biar gak dengar. Lalu tutup pintu kamar terus baca novel di kamar. Gak usah mikir ini itu. Bereskan. "
"Kamu itu. Simpel banget ya mikirnya. Tapi kalau bisa jangan begitulah. Itu namanya gak sopan sama orang tua."
"Sudahlah jangan ikut ikutan ceramah. Pusing aku. Mending kamu fokus nyetir aja. Aku mau tidur, ngantuk."
"Oke deh, kamu tidur aja. Nanti jika udah sampai, aku bangunin."
"Emang kamu tau rumahku?" tanya Putri heran.
"Iya dong."
"Tau dari mana?"
"Kamu gak perlu tau. Aku tau dari mana."
"Terserah deh."
Putripun memilih untuk tidur sedangkan Aldo sambil nyetir mobilnya, sesekali ia melihat Putri yang tertidur pulas. Hingga tak terasa satu jam kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Putri. Aldo segera turun dari mobil dan saat ia mau membangunkan Putri, ia merasa kasihan banget akhirnya ia memilih untuk menggendong Putri dan membawanya ke dalam rumah. Tak lupa ia membawa tas yang berisi novel yang tadi mereka beli di toko.
Aldo menekan bell rumah dengan susah payah. "Iya sebentar." Ucap Sinta, mamanya Putri dari dalam rumah. Saat ia membuka pintu betapa kagetnya dia ketika melihat ada Aldo yang menggendong putrinya.
"Nak Aldo." Ucap Sinta kaget, tak menyangka bos suaminya sekarang ada di depan rumahnya dan menggendong putrinya. Lebih tepatnya bukan hanya sekedar bos suaminya melainkan dia adalah anak dari sahabat suaminya yang akan segera menjadi menantunnya karena dia dan putrinya sudah di jodohkan sedari mereka masih kecil lebih tepatnya saat mereka masih bayi.
"Maaf tante, boleh saya masuk." Ucap Aldo karena ia sudah tak tahan menahan berat badan Putri. Saat ada di dalam ia kebingungan mencari kamar Putri. "Maaf, kamar Putri ada di sebelah mana ya?" tanya Aldo
"Ada di lantai atas." jawab Sinta dengan tersenyum. Sinta segera mengikuti langkah Aldo yang membawa putrinya ke kemarnya.
Aldo menaruh Putri dengan sangat pelan, takut jika Putri akan terbangun. Setelah selesai, Aldo menaruh tas yang berisi novel itu di samping Putri yang lagi tidur. Aldo dan Sintapun segera turun dan mereka kini ada di ruang tamu.
"Nak Aldo kog bisa bersama Putri?" tanya Sinta, mamanya Putri yang sekedar basa basi karena sejujurnya Sinta tau betul apa jawabannya karena pada kenyataannya Sintalah yang dengan sengaja menyekolahkan Putri di sana agar mereka bisa bertemu dan sekarang semuanya berjalan dengan lancar.
"Hemmm kebetulan saya dan Putri satu sekolahan tan." jawab Aldo berusaha untuk tenang karena berhadapan dengan mamanya Putri.
"Oh...tapi kog sudah pulang, ini kan belum waktunya pulang."
"Maaf, tadi saya mengajak Putri untuk jalan jalan. Maaf tidak izin dulu sama tante."
"Oh iya gak papa, saya percaya kog jika Putri sama nak Aldo."
"Baiklah, kalau gitu saya permisi dulu tan karena masih ada banyak urusan."
"Iya hati hati. Jangan bosan bosan untuk main ke rumah ini."
"Baik tan, insyaAllah jika saya ada waktu, saya akan ke sini lagi."
Aldo segera pergi meninggalkan rumah Putri. Di sepanjang jalan Aldo tak henti hentinya tersenyum karena setelah sekian lama tak bertemu Putri kini ia bisa bertemu lagi dengannya dan kali ini ia tak akan membiarkan Putri pergi lagi dari dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!