NovelToon NovelToon

Badgirl/Badboy Love In Chaos

pertemuan yang salah

Hari pertama kelas 12. Suasana Edelweiss High School riuh, semua sibuk dengan kelas barunya. Di koridor lantai dua, Nayla Anastasya berjalan santai sambil memainkan ponselnya. Earphone menggantung di telinga, langkahnya penuh percaya diri.
Beberapa anak berbisik-bisik. Bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena statusnya—anak seorang musisi kaya raya, plus reputasinya sebagai badgirl yang selalu bikin heboh.
Di sisi lain, suara motor sport Arkana yang baru diparkir masih jadi bahan omongan. Anak-anak IPA menyambutnya dengan teriakan kagum. Badboy populer itu masuk sekolah seolah-olah seluruh dunia miliknya.
Tentu, takdir hari ini mempertemukan keduanya.
citra anggun prameswari
citra anggun prameswari
(menyikut Nayla) “Nay, tuh liat. Badboy kesayangan anak IPA dateng.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(melirik sejenak, lalu senyum sinis) “Ih, berisik amat. Baru dateng aja udah kayak pamer showroom motor.”
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
(sengaja mendengar, melangkah mendekat) “Lucu. Gue juga bisa bilang lo tiap masuk sekolah kayak lagi pamer catwalk.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(menutup earphone, mendengus) “Bedanya, gue emang natural. Lo? Sok keren doang.”
Koridor langsung riuh. Anak-anak IPS dan IPA mulai berkerumun, menonton pertengkaran kecil itu seperti nonton drama gratis.
Rizky ananda Wiratama
Rizky ananda Wiratama
(dari belakang, menyela dengan suara keras) “Udah, Nay. Nggak usah ladenin. Badboy sok pinter gitu nggak ada levelnya sama lo.”
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
(menoleh ke Rizky, tatapan menantang) “Oh, jadi lo sekarang jadi bodyguardnya? Pantesan, ambisi tinggi tapi selalu di belakang.”
Devon fernandes
Devon fernandes
(bisik ke Rizky) “Bro, sabar. Jangan kepancing.”
Sheila Amanda kartika
Sheila Amanda kartika
(melangkah maju, manja ke Arkana) “Ark, udahlah… nggak usah ribut sama dia.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(mendengus sambil melipat tangan) “Kasian ya, harus ada cewek yang bela. Kuat dikit napa?”
Wajah Sheila langsung merah, sementara Arkana hanya tersenyum tipis, tatapan dinginnya terkunci pada Nayla.
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
“Lo pikir semua orang bakal tunduk sama lo, Nay? Sorry, dunia nggak muter di sekitar lo.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(balik menatap tajam) “Kalau gitu jangan halangi jalan gue.”
Mereka saling berhadapan, jarak hanya tinggal beberapa langkah. Tegangan langsung pecah, teman-teman mereka menahan napas.
Bel masuk tiba-tiba berbunyi nyaring. Guru datang, kerumunan bubar. Tapi semua tahu: itu baru awal.
Bersambung

tatap mata dan amarah

Lanjut
Jam pelajaran usai, koridor sekolah sedikit sepi. Anak-anak sudah bubar ke kantin atau pulang. Di lorong belakang, tempat yang jarang dilalui, Nayla menunggu Citra yang masih ke toilet.
Dia bersandar di dinding, memainkan ponselnya, ketika langkah sepatu berat terdengar mendekat. Tanpa melihat pun, Nayla tahu siapa pemilik suara itu.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(mendengus pelan) “Ternyata sekolah ini terlalu kecil ya. Sampai-sampai harus ketemu lo lagi.”
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
(menyandarkan bahu ke dinding seberang, menatap dingin) “Lucu, gue juga mikir hal yang sama. Baru sehari kelas 12, udah eneg liat muka lo.”
Mereka berdiri berhadapan di lorong sepi. Tegangan terasa jauh lebih kuat tanpa penonton di sekitar.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(menatap sinis) “Lo kira lo paling keren? Paling ditakutin? Sorry, Arkana… gue nggak masuk daftar penggemar lo.”
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
: (senyum miring) “Bagus. Gue juga nggak butuh fans yang cuma bisa cari perhatian pake nama bokapnya.”
Kata-kata itu menusuk. Nayla terdiam sepersekian detik, lalu bibirnya melengkung menantang.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
“Hati-hati, Arkana. Sekali lo sentuh urusan keluarga gue, gue nggak akan tinggal diam.”
Arkana Pradipta
Arkana Pradipta
(tatapannya semakin tajam) “Silakan. Gue nggak takut sama lo. Semua orang boleh silau sama lo, tapi buat gue? Lo cuma anak manja yang nyari panggung.”
Udara di antara mereka mendadak berat. Nayla menggenggam ponselnya erat, sementara Arkana tidak bergeming sedikit pun.
Tiba-tiba, suara langkah Citra terdengar dari ujung lorong. Nayla langsung menoleh, menghela napas, lalu melangkah pergi dengan dagu terangkat tinggi.
Arkana hanya menatap punggungnya yang menjauh, senyumnya tipis namun penuh tantangan.
Bersambung

malam yang sepi

Rumah besar keluarga Gumara berdiri megah dengan lampu-lampu hangat yang menerangi setiap sudutnya. Namun di balik kemewahan itu, Nayla merasa hampa. Malam hari selalu menjadi waktu paling sepi baginya.
Ayahnya, Davin Gumara Anastasya, seorang musisi terkenal sekaligus pengusaha, hampir tidak pernah pulang tepat waktu. Sibuk dengan konser, pertemuan bisnis, dan urusan perusahaan.
Nayla duduk di balkon lantai dua, memandang langit malam sambil memainkan rokok elektrik di tangannya. Angin malam menyapu rambut panjangnya yang terurai.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
“Semua orang lihat gue cuma dari luar. Cantik, populer, anak orang kaya. Padahal… nggak ada yang tahu rasanya sendirian kayak gini.”
Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Citra Anggun Prameswari, sahabat sekaligus teman sekelasnya di IPS.
citra anggun prameswari
citra anggun prameswari
[chat] “Nay, besok jangan aneh-aneh lagi deh. Lo sama Arkana bikin satu sekolah heboh. Semua orang gosipin lo.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
[balas] “Biarin. Gue nggak suka dia. Dan dia juga jelas-jelas nyari gara-gara.”
citra anggun prameswari
citra anggun prameswari
[chat] “Iya, tapi jangan terlalu baper juga. Gue takut lo makin kebawa emosi.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
[balas cepat] “Tenang, Cit. Gue tau batasnya.”
Nayla meletakkan ponselnya di meja, lalu meneguk air mineral. Tapi bayangan Arkana tiba-tiba terlintas lagi—tatapan dingin, senyum miring yang sukses bikin jantungnya berdetak lebih kencang.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(menggerutu pelan): “Kenapa sih gue harus kepikiran sama dia?”
Pintu kamar diketuk. Seorang wanita paruh baya masuk—Bi Ratna, asisten rumah tangga yang sudah lama mengurus Nayla sejak kecil.
bi ratna
bi ratna
“Nay, makan malamnya udah siap. Ayah kamu masih rapat, katanya pulang larut.”
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(tersenyum tipis, hambar) “Iya, Bi. Gue nyusul nanti.”
Setelah Bi Ratna keluar, Nayla kembali termenung. Tatapannya kosong ke arah langit malam. Sekilas, terlihat air mata hampir jatuh, tapi ia cepat-cepat menghapusnya.
Nayla Anastasya
Nayla Anastasya
(berbisik ke diri sendiri): “Gue harus kuat. Gue nggak boleh keliatan rapuh, apalagi di depan orang kayak Arkana.”
Di balik semua citra badgirl yang Nayla tunjukkan di sekolah, hanya bintang malam yang tahu bahwa hatinya jauh lebih rapuh dari yang orang lain kira.
Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!