🌹Ini adalah buku ketiga dari series David – Sebastian – Luke.🌹
🌹Buku pertama berjudul: Stuck with an arrogant CEO, buku kedua berjudul : Gadis Desa milik CEO, dan ini yang ketiga.🌹
🌹Disarankan membaca perurutan.🌹
🌹Meskipun tidak beraturan, memang tidak masalah karena tidak saling terhubung. Hanya saja mereka berteman dan tokoh ketiga pria itu selalu ada di cerita satu sama lainnya sebagai figuran.🌹
🌹Latar cerita di Swiss.🌹
🌹Emak sayang kalian, selamat membaca.🌹
Swiss.
“Kakek, kenapa kau sangat menyukai Medina?” tanya Luke sambil menyuapi kakeknya yang bernama Nobles. Dia pria paruh baya yang sudah sakit sakitan. Satu satunya harta yang dia miliki adalah uang dan cucunya Luke.
“Kenapa tidak? Kau juga menyukainya bukan?” tanya Nobles.
Luke hanya tersenyum kecil, dia memang menyukai Medina saat masih kanak kanak, bukan sekarang. “Aku menyukainya saat kecil.”
“Cinta pertama itu adalah cinta yang terbaik, Luke. Kakek yakin Medina bisa menjadi istri yang baik untukmu dan merawat anak anakmu dengan baik.”
Luke kembali menyuapi Kakeknya. “Tapi Kakek lihat, Medina sibuk dengan karirnya sebagai model.”
“Dia tidak akan melakukannya lagi jika sudah menikah denganmu. Kakek percaya padannya, dia akan merawatmu dengan baik.”
Inilah alasan kenapa Luke tidak bisa meninggalkan Medina, kakeknya sangat menyayangi wanita itu seperti cucunya sendiri. Nobles mempercayai Medina akan merawat Luke dan anak anaknya nanti dengan sangat baik.
“Bukankah kau harus bekerja?” tanya Nobles setelah selesai makan.
“Aku akan pergi beberapa menit lagi.”
“Kau sudah makan siang?”
Luke menggeleng.
“Makanlah bersama Medina, Kakek dengar dia tidak pergi ke mana pun.”
Luke manarik napasnya dalam sebelum berkata, “Baiklah. Aku pergi dulu.”
“Dan bujuk calon istrimu itu untuk meluangkan waktu menengok Kakek ke rumah sakit.”
“Akan aku coba, Kakek,” ucap Luke lalu memberikan ciuman di pipi kakek yang telah merawatnya. “Aku berangkat.”
Nobles mengangguk dan melihat cucunya itu keluar dari kamar rumah sakit. Luke mengusap wajahnya kasar, sebenarnya dia sudah lelah diabaikan oleh Medina. Tapi kebahagiaan Kakeknya adalah segalanya. Dan harapan Luke, Kakeknya bisa kembali sembuh jika dirinya hidup bersama dengan Medina.
Sambil melangkah menuju ke dalam mobil, Luke menghubungi pacarnya itu.
“Hallo, Luke? Ada apa?” tanya Medina lebih dulu.
“Kau ada di rumah?”
“Iya, kenapa?”
“Ayo makan siang bersama.”
Medina terdiam sejenak.
“Ayolah, aku akan memasak untukmu.”
“Baiklah, kau datang ke sini dan buatkan aku sesuatu.”
Luke menyetujuinya. Setelah panggilan terputus, dia kembali menarik napas dalam. Luke berharap dirinya dengan Medina bisa lebih dekat sehingga dirinya bisa mengajak wanita itu menikah. Sesuai keinginan dari Kakeknya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Di sebuah rumah megah, Medina sedang mewarnai kukunya sambil memandang pemandangan kota. Tidak lupa model cantik itu selalu ingin dilayani. “Rara!” teriaknya.
Membuat pembantu pribadinya itu datang. “Ada apa, Nona? Kau butuh sesuatu?”
Medina memperlihatkan kuku jarinya. “Cantik bukan?”
Rara di sana hanya mengangguk.
“Astaga, lihat kukumu yang tidak terawatt itu. Tidak kusangka kau akan berakhir seperti ini, dulu kau adalah sainganku di dunia permodelan. Tapi sekarang tidak berarti apa apa bukan? Keluargamu bangkrut dan mati satu per satu, dan dirimu harus menjadi pembantuku untuk melunasi utang keluargamu pada keluargaku. Miris bukan?”
“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Nona?”
Medina itu terkekeh. “Aku hanya ingin mengingatkan posisimu. Dulu semua orang kagum padamu dan mengira kau akan menjadi model terbaik. Tapi saat kau dewasa, kau tidak berarti apa apa.”
“Aku memahaminya.”
Medina tersenyum, dia senang melihat Rara tertindas seperti ini. Dulu saat Medina remaja, ada anak kecil yang diperkirakan akan menjadi super model saat dirinya dewasa. Membuatnya iri dan kesal pada anak kecil yang dulunya selalu menjadi pusat perhatian dari semua orang.
“Sekarang pergi, selesaikan pekerjaanmu,” ucap Medina.
Ini adalah kesenangan tersendiri bisa menyuruh Rara seenaknya, Medina tidak pernah melupakan hal hal menyakitkan yang terjadi padanya.
Saat sedang bersantai menunggu kedatangan kekasihnya, Medina tiba tiba mendapatkan pesan, membuat bibirnya mengerucut saat membaca pesan itu.
“Astaga, aku harus bertemu teman teman modelku. Jika aku tidak datang, mereka akan membicarakanku,” ucapnya segera bersiap.
“Kau akan keluar, Nona?” tanya Rara yang sedang membersihkan kamar di sana.
“Ya, aku akan keluar bersama teman temanku, aku juga akan mengunjungi tempat tempat indah dan bertemu orang orang terkenal. Kau jangan keluar, bukan hanya aku yang akan malu, kau juga pasti akan malu karena keluargamu yang gila itu mati semua.”
Rara memilih diam dan terfokus pada buku yang sedang dia bersihkan.
“Tunggu!” ucap Medina saat Rara hendak keluar kamar, lalu dia melemparkan sebuah baju sobek. “Itu untukmu, karena gaji bulan ini untuk mempercepat pelunasan utang orangtuamu.”
Tanpa berkata apa apa, Rara memungutnya.
“Oh ya, kekasihku akan datang untuk makan siang. Jangan menggodanya.”
Rara terdiam, mana mungkin dia menggoda, lagipula Rara sudah menyerah dengan hidupnya.
“Luke itu tampan, tapi kau bukan seleranya, oke?”
“Aku paham, Nona.”
“Dasar mantan orang kaya yang tidak tahu diri, sudah miskin masih saja tampangnya menyebalkan,” gumam Medina melihat Rara yang keluar dari kamarnya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Luke sudah berbelanja dan hendak memasak untuk Medina, dia ingin hubungannya dengan Medina lebih jelas lagi.
Namun saat Luke masuk dan memanggil, “Medina?! Sayang?!”
“Nona pergi keluar, Tuan,” jawab Rara yang keluar dari kamar belakang.
Jawaban itu membuat Luke terdiam. “Dia pergi keluar?”
Rara mengangguk. “Dia menyuruhku untuk menyampaikan ini padamu, Tuan.”
“Oh….,” ucap Luke masih dengan suara kecewanya. “Tolong masukan ini ke dalam kulkas.”
Rara mendekat dan mengambil tas belanjaan yang dibawa Luke. Sementara pria itu menjauh dari ruangan itu dan menuju ruangan piano untuk menelpon Medina.
Telpon pertama sampai yang ketiga tidak diangkat. Sampai akhirnya yang keempat diangkat.
“Hallo, Luke? Ada apa?”
“Kau keluar?”
“Ya, teman temanku tiba tiba saja berkumpul, kami akan menemui orang penting.”
“Kau seharusnya memberitahuku.”
“Aku memberitahumu, lewat pembantuku itu.”
“Medina, kau seharusnya tidak seperti itu. Aku ini pacarmu.”
“Luke Sayang, aku tahu. Kau pasti paham bagaimana dunia permodelan ini sangat berarti bagiku. Jadi kumohon jangan marah, kau tahu aku hanya milikmu.”
“Kau milik pekerjaanmu.”
Medina tertawa di sana. “Tunggu saja aku di sana. Nanti malam aku akan pulang dan makan malam buatanmu.”
“Aku harus bekerja.”
“Dan pulanglah ke rumahku, ayo makan malam berdua yang romantis.”
Luke terdiam, dirinya sudah berulang kali dibohongi oleh Medina tentang hal hal seperti ini. Medina sangat mencintai pekerjaannya sampai tidak punya waktu untuknya.
“Aku janji nanti malam akan pulang. Oke?”
“Baiklah, sepulang bekerja aku akan ke sini dan memasak untukmu.”
“Oke, aku mencintaimu, Luke.”
Dan belum juga menjawab, Medina sudah mematikan telponnya. Membuat Luke menghela napas dalam.
Saat dia hendak keluar, dia menatap Rara yang masih menyusun bahan makanan ke dalam kulkas. Luke menggeleng melihat perempuan yang seperti tidak punya nyawa itu, dia terlihat seperti robot hidup tanpa harapan sedikit pun.
“Aku akan pergi dan datang nanti malam.”
“Baik, Tuan,” jawab Rara tanpa menatap.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE.
🌹Jangan lupa kasih emak vote ya anak anak kesayangan emak yang cantik dan ganteng.🌹
🌹Emak sayang kalian, yuk di follow igeh emak di : @REDLILY123.🌹
🌹Kasih rating lima ya dengan ulasan baik. Selamat membaca.🌹
Medina menutup telponnya, dia kembali bercengkrama dengan kedua temannya itu.
“Siapa barusan? Pacarmu?” tanya salah satu temannya yang bernama Isa.
“Ya, Luke adalah pacarku.”
“Luke Tobias Rasser?” tanya yang lainnya sambil memegang ponsel.
“Hei,” gumam Medina membanggakan diri. “Aku selalu menjadi pacar dari Luke Tobias Rasser, dan semua orang tahu itu.”
“Kurasa kau terlalu banyak membaca majalah fashion, Medina,” ucap Isa menunjukan layar ponselnya. “Majalah ekonomi eropa berguncang karena Tuan Muda Rasser yang menjadi pemegang saham perusahaan ritel terbesar.”
“Benarkah?” tanya Medina. “Apa namaku tercantum di sana sebagai kekasihnya?”
“Ya, itu tercantum,” ucap Isa tersenyum.
“Aku harus meng-upload nya pada instagramku, kirim link nya.”
Isa dan temannya itu tertawa melihat tingkah Medina. “Sepertinya dia benar benar terlalu kaya sampai beritanya terbatas.”
Medina berdecak kesal. “Memang, dia bahkan mencegah berita tentangnya masuk di majalah fashion yang menampilkan sebagai kekasihku.”
“Dia hanya muncul di majalah perekonomian, itu pun sekitar tiga tahun sekali jika dia mencapai hasil bagus.”
Medina kesal mendapat penjelasan itu, memang sulit membuat Luke terbuka atau bahkan bergabung dengan dunia fashion yang dia geluti. “Itu sebabnya aku terkadang kesal padanya, tapi aku mencintainya karena dia orang tampan dan kaya.”
“Wohoooo, kapan kalian akan menikah? Dia sudah menunggumu dan berpacaran lama denganmu.”
“Oh astaga, jika aku menikah sekarang, aku tidak bisa focus pada karirku. Tunggu saja nanti sebentar lagi.”
“Apa lagi yang kau harapkan?” tanya temannya itu. “Dia kaya.”
“Aku pasti akan disuruh hamil lalu diam di rumah mengurus anak anaknya.”
Isa tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu. “Kau memang yang terbaik. Jangan sampai kau kehilangannya.”
“Tidak akan pernah, dia akan selalu menjadi milikku, kakeknya sangat menyukaiku dan berharap aku menikah dengan cucunya. Jadi dia tidak akan pernah meninggalkanku.”
“Sesuatu selalu terjadi secara tiba tiba, Medina. Kau harus bersiap jika terus mengulur waktu.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kini Luke berada di kantornya sedang menyelesaikan berkas, dia sebenarnya ingin segera pulang ke apartemen dan beristirahat, tapi Luke lebih menginginkan kakeknya sembuh yakni dengan cara dirinya menikahi Medina.
Terdengar suara ketukan dari luar ruangannya sebelum seseorang yang menjadi pengacara pribadinya masuk. Itu adalah Dev, pria paruh baya yang sebelumnya menjadi pengacara pribadi kakeknya, dan kini turun padanya.
Luke sudah menganggap Dev lebih dari partner bekerja, dia sudah seperti pemberi nasehat kedua padanya.
“Ini berkas terakhir yang harus anda tinjau, Tuan.”
Luke menerimanya tanpa mengatakan apa pun, membuat Dev bertanya, “Apa anda baik baik saja, Tuan?” tanya dia merasa khawatir.
“Aku? Tidak.”
“Apa sesuatu terjadi?”
“Ya, dengan Medina, sudah lima tahun aku menjalani hubungan dengannya. Tapi kau tahu sendiri, tidak ada kemajuan apa pun. Medina masih bergelut di dunianya. Aku pikir dia hanya menyukai kedudukanku saja.”
“Mungkin anda harus sedikit lebih keras, Tuan. Itu saran saya.”
“Seperti memaksakan kehendak?”
Dev mengangguk. “Anda bisa melakukannya. Hal hal manis yang anda lakukan tidak berarti di matanya.”
“Kau benar, tapi aku masih merencanakan satu hal itu lagi. Jika ini tidak berhasil, aku akan mengikuti saranmu, Dev.”
“Dengan senang hati akan saya berikan, Tuan.”
Sambil membaca berkas di tangannya, Luke bertanya, “Haruskah aku mencoba mengenal Medina lebih dalam lagi dari pembantunya?”
“Rara? Gadis muda itu?”
Luke mengangguk. “Tapi aku melihat dia seperti manusia hidup, bukan tipe orang yang bisa diajak bicara.”
“Tidak mudah kehilangan harta, disusul dengan kematian keluarga yang tidak wajar kemudian dirinya menjadi penebus utang.”
Luke terdiam, ternyata memang benar dirinya tidak boleh men-Judge begitu saja orang orang di sekitarnya.
“Oh, kau benar juga. Dia mengalami masa sulit, dan aku melihat Medina menggertaknya beberapa kali. Itu bukan hal yang baik, haruskah aku membantunya?”
“Semuanya terserah anda, Tuan.”
“Tapi dia bukan tipe wajah yang ingin dibantu, benar benar seperti kesal dan marah saat melihatku. Kasihan sekali. Tidak ada anggota keluarganya yang tersisa?”
“Saya pikir anda sudah tahu kalau hanya dia yang tersisa.”
“Ah benar, tapi dia sudah lama mengenal Medina? Aku mungkin harus mulai bertanya padanya.”
“Baiklah, Tuan.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Luke sebelumnya tidak pernah punya pacar. Tapi jika keluar bersama teman temannya yakni David dan Sebastian dulu, mereka lebih sering ditemani wanita random yang ditemui. Tentu saja mereka masih pilih pilih.
Karena belum ada yang menarik perhatian Luke sepenuhnya, jadi dia tidak pernah menganggap wanita yang menemaninya dengan serius.
Dia lebih sering bertemu seorang wanita tidak lebih dari satu hari untuk kesenangan semata. Berbeda dengan Medina sekarang, Luke harus mencoba tertarik padanya.
Namun, tingkah Medina yang membuatnya selalu merasa kesal dan ingin meninggalkan situasi. Seperti saat ini, dirinya sudah memasak makan malam, tapi Medina belum juga pulang.
Dan memasak dibantu oleh Rara membuat Luke canggung. Bukan karena Rara adalah lawan jenisnya, tapi sikap Rara yang dingin dan mereka hampir tidak bicara sama sekali.
Luke hanya mengatakan apa yang ingin dia masak, lalu Rara membantunya.
Perempuan itu seperti robot hidup yang dikendalikan mesin.
“Apa kau baik baik saja?” tanya Luke saat keheningan melanda mereka beberapa saat.
“Ya,” jawab Rara secara singkat dengan mata focus pada masakannya.
“Apa Medina memperlakukanmu dengan kurang baik? Kau terlihat tidak bersemangat.”
“Apa aku pernah diperlakukan baik oleh Nona Medina, Tuan?” tanya Rara dengan wajah datarnya.
Yang mana membuat Luke kembali terdiam dan memilih bungkam sampai akhirnya makan malam selesai.
“Ambilah makanan untukmu makan malam.”
“Aku tidak diizinkan makan malam sebelum Nona Medina melakukannya.”
“Tidak apa, aku mengizinkannya sekarang.”
Dan belum juga Luke menyelesaikan kalimatnya, Rara memotongnya dengan kalimat, “Apa ada yang perlu aku lakukan lagi?”
“Ah… tidak,” jawab Luke yang merasa aneh dan canggung dengan wajah datar itu.
Dan tanpa berkata apa apa lagi, Rara pergi meninggalkan Luke sendirian di sana dengan makan malam yang sudah siap. Membuat Luke menggelengkan kepalanya heran.
Dia mengerjapkan matanya heran, Luke menarik napasnya dalam dan memilih untuk menghubungi Medina.
“Hallo, Luke Sayang…. Apa kau sudah di sana?”
“Kenapa kau belum datang juga?”
“Maafkan aku, aku ada acara lagi di luar.”
“Tolong jangan lakukan itu lagi, Medina,” ucap Luke mengusap wajahnya kasar.
Ini yang kesekian kalinya dirinya diacuhkan seperti ini oleh Medina. “Kau keterlaluan jika terus menerus membuatku melakukan ini. Dan aku pikir hubungan kita tidak berjalan dengan baik.”
“Luke, apa kau ingin putus denganku?” tanya Medina kesal. “Aku sedang ada di rumah sakit bersama dengan kakekmu.”
“Apa?”
Saat itulah Medina mengalihkan panggilan menjadi video call. Dan dengan kesal Medina menunjukan kalau dirinya ada di luar kamar kakek dari Luke. “Lihat, aku berada di sini, Luke. Aku menjenguk kakekmu, aku peduli padanya. Aku hanya akan bekerja sebentar. Setelah semuanya selesai aku akan ke apartemenmu. Aku janji.”
Luke memalingkan wajahnya sudah merasa muak, tapi jika sudah bersangkutan dengan kakeknya, tidak ada yang bisa dia lakukan.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE
🌹JANGAN LUPA KASIH EMAK VOTE, BINTANG LIMA, TERUS DIJADIKAN FAVORITE YA. AJAK YANG LAIN JUGA BUAT BACA KARYA RECEH EMAK INI.🌹
🌹FOLLOW IGEH EMAK DI : @REDLILY123.🌹
🌹SELAMAT MEMBACA, EMAK SAYANG KALIAN LOH.🌹
Medina tersenyum karena berhasil membujuk Luke. Malam ini dia memang akan pergi ke pesta bersama teman temannya. Memang itu yang dilakukan Medina dari malam ke malam, dia bersenang senang diluar sana tanpa mempedulikan Luke sebagai kekasihnya. Karena selama Kakek Nobles ada di pihaknya, maka semua baik baik saja.
Medina sendiri masih bimbang. Luke adalah pria kaya yang tampan dan sempurna untuk dijadikan pasangan. Tapi Luke memiliki gaya berpasangan yang ketinggalan zaman menurut Medina, dia ingin tinggal bersama setelah menikah. Dan setelah menikah, Medina harus merelakan diri keluar dari dunia permodelan.
Karena sebelumnya Luke pernah meminta Medina berhenti dari karir permodelannya jika mereka menikah. Dan itu sama seperti mempertaruhkan hidupnya bagi Medina sendiri. Dia tidak ingin melakukannya dengan terburu buru.
Medina berdehem, dia berencana untuk menyapa Kakek Nobles supaya Luke tidak marah. Medina mengetuk dahulu pintu itu sebelum masuk.
“Hallo, Kakek?”
“Medina, kau kah itu, Cantik?”
Medina tersenyum. “Bagaimana keadaanmu? Maaf aku baru datang, aku membawakan beberapa kue,” ucap Medina menyerahkannya pada perawat pribadi Kakek Nobles.
“Aku membaik jika kau menengok Kakek, Medina, jangan khawatir.” Kakek Nobles memberi isyarat agar Medina duduk di kursi sampingnya. “Duduklah di sini, Kakek ingin bicara.”
“Sebenarnya aku akan pergi ke suatu tempat, Kakek,” ucap Medina menatap dirinya sendiri yang sudah memakai gaun mewah persis untuk pergi ke pesta.
“Aku tahu dan aku melihatnya, aku hanya akan berbicara denganmu sebentar,” ucap Kakek Nobles kembali meminta Medina untuk duduk di sampingnya.
Medina tersenyum kecut, terpaksa dia mendekati kakek Nobles dan duduk di sana.
“Kau akan pergi ke pesta? Bersama dengan Luke?”
Medina tersenyum malu. “Bersama teman temanku. Aku ingin mengajak Luke untuk ke pesta, tapi dia menolak. Bahkan beberapa model sainganku meragukanku kekasih Luke, karena Luke hanya mengatakan sekilas tentangku.”
Kakek Nobles tertawa. “Kau tahu kalau Luke tidak suka menjadi sorotan.”
“Tapi aku ingin Luke mengumumkan pernikahan saat melangsungkannya.”
“Kini kau setuju untuk menikah dengannya? Sudah beberapa tahun Luke menantimu.”
Medina mengerucutkan bibirnya. “Biarkan aku puas dulu bermain main, Kakek. Aku tidak ingin setelah menikah masih haus bermain bersama teman temanku.”
Kakek Nobles yang menyayangi Medina seperti cucu kandungnya itu hanya mengangguk sambil tersenyum dan tangan mengelus rambut Medina. Kakek Nobels mengenal Medina sejak kecil, jadi dia yakin pilihannya benar untuk Luke.
“Baiklah, tapi jangan membuat Luke menunggu terlalu lama. Kasihan dia, apalagi Kakek sudah mulai menua dan mungkin akan cepat mati.”
Medina tersenyum. “Aku tidak akan menundanya lebih lama lagi, tenang saja. tapu bolehkah aku mengajak Luke ke rumah orangtuaku?”
“Ke Selandia Baru?” tanya Nobles.
Medina mengangguk. “Mereka sudah lama tidak melihat Luke.”
“Astaga, aku ingin sekali pergi ke sana bersama kalian. Tapi lihatlah aku? Tentu saja kalian boleh pergi.”
“Bisakah Kakek membujuk Luke?” pinta Medina dengan matanya yang membulat. “Pleaseee….”
Kakek Nobles tertawa. “Tentu saja, akan Kakek lakukan apa pun untukmu.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kenyataannya, Medina tidak datang ke apartemennya. Luke menunggu semalaman sampai akhirnya tertidur. Dia sudah sangat malas mengirim pesan pada kekasihnya itu. Padahal mereka berada di kota yang sama, tapi sangat sulit untuk bertemu satu sama lainnya.
Saat bangun pagi, Luke membuat sarapannya sendiri. Dia lebih nyaman dengan kesendiriannya daripada dilayani pelayan sehingga dia tidak bisa melakukan apa pun.
Sebelum melakukan work out di ruangan khusus apartemennya, Luke minum air putih dulu. Dia juga meninggalkan ponselnya di kamar.
Beberapa jam Luke mengencangkan otot ototnya di sana diiringi dengan music, yang membuat beberapa panggilan masuk tidak terdengar olehnya.
Luke masih kesal pada Medina sehingga dia memilih melampiaskannya dengan melakukan kegiatan lain sehingga hal menyebalkan terlupakan.
Saat kembali ke kamar, Luke baru menyadari ada panggilan dari perawat yang mengurus kakeknya, dengan dua panggilan lain dari Medina. Dia segera menelponnya balik.
“Hallo, ada apa? Apa Kakek baik baik saja?”
“Iya, Tuan Muda. Tuan Nobles meminta anda untuk datang ke sini sebelum pergi ke kantor.”
Luke menarik napas dalam, dia menduga kalau Medina yang meminta Kakeknya melakukan ini. “Baik, aku akan ke sana.”
Setelah mematikan telpon dengan perawat kakeknya, Luke segera menelpon Dev.
“Hallo, Tuan?”
“Dev, kau akan membawa mobil. Kita harus pergi ke rumah sakit dahulu.”
“Baik, Tuan.”
“Datang dalam satu jam, aku tidak ingin terburu buru.”
“Baik, Tuan.”
Setelah mengakhiri panggilan itu, Luke juga mendapat pesan dari Medina. Karena sudah terlalu jengah, Luke bahkan tidak membacanya dan pergi begitu saja ke kamar mandi.
Dia mengguyur tubuhnya, berharap emosinya ikut mengalir dengan air.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
“Dengar, Dev, jika sudah melewati tiga puluh menit, segera telpon aku.”
“Baik, Tuan,” jawab Dev saat mobil berhenti di tempat parkir rumah sakit
“Aku tidak ingin berlama lama di sana,” ucap Luke keluar dari mobil.
Dia menarik napas dalam bersiap untuk apa yang akan dia dengar. Dia tahu ini akan menyebalkan, tapi Kakeknya adalah keluarga yang tersisa dan sangat berharga untuknya. Luke ingin moment mereka utuh, dan dirinya tidak terbawa emosi.
“Kakek?”
“Luke, akhirnya kau datang. Sudah sarapan?”
Luke mengangguk. “Ada pertemuan yang harus aku hadiri hari ini, Kakek.”
“Aku hanya ingin bicara sebentar.”
“Ada apa?” tanya Luke duduk di samping kakeknya.
“Medina mengatakan kau tidak mengangkat telponnya.”
“Aku kesal karena dia terus mengingkari janjinya, Kakek. Dia tidak kunjung datang atau pun meminta maaf.”
“Kau tahu dia orang yang sibuk.”
“Kami seperti orang asing,” ucap Luke dengan menunduk mencoba menahan emosinya.
“Dia tidak akan begitu ketika menikah. Kemarin dia sendiri yang mengatakannya, percaya padanya, Luke.”
Luke terdiam. “Aku akan mengangkat telponnya, tapi tidak sekarang. Dia harus tahu kesalahannya, Kakek. Apa hanya itu yang ingin Kakek katakan?”
“Tidak, dia ingin mengajakmu ke Selandia Baru bertemu dengan orangtuanya.”
“Untuk apa? Aku tidak bisa menemui orangtua seorang wanita kecuali untuk hal serius seperti pernikahan.”
“Maka dari itu,” ucap Kakek Nobles semangat. “Kau harus menemui orangtuanya untuk membujuk agar Medina bersedia menikah lebih cepat.”
“Dan Kakek juga tahu kalau kamera akan mengikuti kemana Medina pergi.”
“Tidak ada salahnya muncul di majalah ataupun berita.”
Luke menggeleng. “Berita tentangku hanya boleh diterbitkan sesuai izin dariku, mereka dalam masalah jika melakukannya.”
Kakek Nobles menghela napas.
Dan itulah yang membuat Luke tidak bisa berkutik. Mengingat bagaimana pria tua merawatnya dengan sangat baik sejak kecil.
“Aku bilang tidak akan muncul di sembarangan berita, bukan pergi ke Selandia Baru.”
Kakek Nobles tersenyum mendengar hal itu. “Kakek tahu kalian akan menjadi pasangan yang baik. Dia hanya perlu waktu untuk bermain main sebelum mengurus anak anakmu.”
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
TO BE CONTINUE.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!