"Hai cintaaaa..." suara cempreng khas Alfond sontak mengagetkan Arin yang tengah sibuk memeriksa materi mading yang akan terbit hari ini
"mau ngebantuin apa ngerecokin..??" saut Arin pada alfond yang mengintip di balik pintu ruang eskul mading pagi itu
"Arin jahat deeh...guekan kangen rin" saut Alfond kembali kali ini dengan bibir yang mengerucut
"Gue masih sibuk fooon..,hari ini jadwal terbit edisi terbaru madiiing" lirik Arin pada Alfon yang kini sudah berada tepat di sebelahnya
"Paling juga mau ngajakin ngantin, iyakan fon" timpal Anjani dari sudut ruangan sambil sibuk membenahi bahan editorial yang sudah ia susun rapi
Dengan bibir yang makin mengerucut dan dahi mengkerut "cemburuuuuu" jawab Alfon dengan gaya kemayunya
"Hahhaahhaha...." ramai gelak tawa terdengar dari anggota mading yang saat mendengar jawaban konyol Alfond barusan lain
"Ajak Erick aja Foonn....kayaknya dia lagi nganggur tuh " Anjani kembali menimpali sambil menyikut lengan Erick yang tepat berdiri sebelahnya. Erick yang terkejut spontan mengusap perut membubuhi ekspresi mau muntah pada wajahnya. Sontak ruangan kembali riuh
"Mmmmhh...emang pada jahara deh kalian" wajah Alfond dengan wajah masam
"haah....akhirnya selesai juga...yeeyyy...." Arin menghela nafas lega " "ok tim, Readyyy...?" pekik Arin memastikan timnya siap untuk menempel editorial terbaru mereka pagi ini
"Ready..." jawab mereka kompak
"Kalau dah selesai nanti kita ke kantin ya Alfond sayaaang.." goda Arin pada sahabatnya itu yang masih setia menunggu bahkan sampai Arin tuntas menunaikan tugasnya.
Berjalan santai melewati koridor sekolah yang ramai dengan hiruk pikuk dan kerumunan siswa yang tengah menanti bel masuk sekolah
"Aaariiiin..." suara sapa dari kerumunan siswa ketika sosok Arin terlihat melintasi mereka
Cuit..cuiiiit...
Beberapa yang lainpun ikut menimpali hingga suasana mendadak ramai. Arin tak ubahnya seperti komersial break yang tayang di tengah sinetron unggulan.
Siapa yang tak mengenal sosok Ariana Kamilla. seperti namanya Ariana yang berarti suci dan Kamilla adalah wujud kesempurnaan begitulah Ayah menamainya.
Kata Ayah dulu ketika Arin lahir, matanya bulat bening, kulitnya tampak begitu putih bersih. Maka terilhami dari itu Ayah memberinya nama Ariana Kamilla.
Arinpun tumbuh menjadi gadis yang cantik dan begitu populer di kalangan guru maupun siswa. Senyumnya yang menawan, ramah, periang dan pintar seolah jadi magnet tersendiri bagi gadis mungil berambut panjang itu.
Begitupun karena keistimewaanya itulah banyak cowok berlomba untuk menjadikan Arin kekasihnya
Alfon bergegas mengambil beberapa bungkus roti sobek mini dan sebotol air mineral. Tak menunggu waktu lama ia pun menyantapnya sepanjang perjalanan menuju kelas
Arin tersenyum melihat tingkah menggelikan Afond itu. Ia tampak menjejal penuh mulutnya dengan gigitan-gigitan roti seperti orang yang terlihat sangat kelaparan
"Tadi gak sarapan lagi..? tanyanya pada sahabat dekatnya itu
"K..ce.i.aeng..am..,ma..mmaa ome..lm" (kesiangan, mama ngomel-ngomel) jawab Alfon dengan mulut penuh mengunyah roti sobeknya. Arin hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Alfon yang menggelikan baginya
Sesampainya di kelas suasana sudah sangat ramai. tampak Sisi dan Amelpun sudah duduk di bangkunya.
"Riinn...." terdengar suara Amel memanggil sambil melambaikan tangannya begitupun Arin membalasnya dengan senyuman lebar
"Bagi dong fond...!!" ledek sisi geli melihat Alfon yang masih saja sibuk mengunyah roti sobek mininya
Alfon mengerutkan dahi sambil menarik roti sobek mini menjauhkan dari jangkauan Sisi
"hahhaahaha..."
Tak pelak hal itu memantik tawa geli Arin, Sisi dan Amel
"Bungkusnya jangan ikutan di telen yaa....." ledek Amel
Teett...tteett....
suara bel berbunyi terdengar begitu nyaring
"Uhuk..uhuk..uhuk..k" pandangan Sisi, Amel dan Arin mengarah pada Alfon yang terlihat terbatuk-batuk sambil mendelikkan matanya. Nafasnya tersengal seperti tercekat di kerongkongan. Dengan sigap Arin yang duduk tepat di sebelah Alfon mengambil sebotol air mineral yang ada di hadapan Alfon. Amel dengan gerakan refleknya memukul mukul punggung Alfon agar roti yang menyedak tenggorokan Alfon segera turun
"Hhhaaghh...hhaaaaahh...mau bunuh gue lo mel...."
"Untung untungan juga gue tolongin lo..bukannya terima kasih" jawab Amel sewot.
"Makanya jd orang jangan peliiiit , udah tau plastik di telen juga" ledek Sisi.
Arin dan Amel sontak tertawa melihat tampang Alfond yang masih terlihat kaget dan terengah-engah.
Bel istirahatpun berbunyi. tampak senyum lega dari wajah wajah penat para siswa yang sedari pagi berkutat dengan rumus rumus Matematika.
"lappaaarrr..." Sisi meregangkan pinggang dan badanya
"Makan yyuukk..,dah gak tahan niiihh" ajak Sisi memelas sambil mengelus perutnya yg dari tadi sudah bernyanyi ria
"Lo bertiga duluan aja, gue masih ada urusan sama Dimas "
"membahas acara amal itu "saut Amel "
Arin menganggung
"Ok" saut Sisi sambil meninggalkan Arin yang masih sibuk membereskan buku bukunya
"Riiin..."
terdengar suara dari arah pintu
"Hai mas" sapa Arin pada dimas yang rupanya sudah mencarinya lebih dulu
"Baru aja gue mau jalan cari lo.."
"berarti kita sehati donk, heee.." dimaspun berjalan mendekati Arin kemudian duduk dengan santai tepat di sebelah Arin
Dimas adalah ketua OSIS di sekolah Arin. sudah bukan rahasia lagi kalau sudah sejak lama cowok satu ini begitu gencar mendekati Arin. karna sama sama aktif di berbagai kegiatan sekolah maka dengan mudah Dimas selalu bisa mendekati dengan Arin.
"proposal untuk acara amalnya dah siap mas??" tanya Arin
"Makanya gue kesini Riin..ntar sepulang sekolah lo gak acara kaan...?"
"gue mau ngajakin lo buat nyiapin proposalnya" lirik Dimas pada Arin
"sebenernya gue dah ada janji mas sama amel dan sisi " dengan begitu sigap Arin mencari alasan agar dapat menghindari Dimas
"sebentar aja riin..." sergah Dimas seolah tak ingin menyia nyiakan kesempatan untuk bisa bersama Arin
bukan Arin tak menyadari atau peka pada maksud Dimas selama ini, tapi karna Arin tak mau memberi harapan kosong pada Dimas. Karna pada kenyataanya ia tak ada menaruh hati sedikitpun pada sang ketua OSIS itu,
padahal kedua sahabatnya Amel dan Sisi sering sekali menyarankan pada Arin untuk menerima ungkapan perasaan Dimas padanya.
"Baik iya, Cakep iya, keren iya, bodynya jg ok, Ketua OSIS lagi, kurang apaan coba Rin si Dimas"
Kata-kata itu yang sering di lontarkan Amel dan Sisi tiap kali mereka memprovokasi Arin untuk menerima cinta Dimas
"yyeeeyy...kurang cinta kaleee.." seloroh Alfon sambil menjulurkan lidahnya mengejek, seolah menjadi team pembela Arin di tengah perdebatan sahabat sahabatnya itu
Karena tiap kali membahas masalah yg satu itu Arin selalu diam seribu bahasa, hanya sesekali ia membalasnya dengan senyuman tipisnya
"Maaf ya mas, aku gak bisaa..a, aku udah terlanjur janji sama Amel dan Sisi.., besok aja kalau waktu penyerahan ke Pak Cipto aku temenin, ok" tolak Arin secara halus
Dimas mengerdikan bahunya sambil mengangguk. Senyumnya tersungging, ada gurat kecewa di garis wajahnya, tapi apa daya
Ini bukan kali pertama Arin menolak permintaan Dimas, entah untuk dalih kepentingan OSIS atau secara langsung Dimas meminta Arin untuk meluangkan waktu untuk sekedar jalan berdua. Dimas sangat mengerti maksut Arin yang seolah tak ingin memberikan harapan kosong padanya. Supaya Dimas tak terlalu banyak berharap
Suasana sudah mulai lengang sejak 45 menit yang lalu bel pulang berbunyi, yang terlihat hanya tinggal sisiwa siswa yang tengah sibuk dengan kegiatan Eskul di sekolah.
jegreek....
Suara pintu terkunci bersamaa dengan keluarnya Arin dan Anjani dari ruangan mading
"Mau langsung pulang Rin?" Tanya Anjani
"Iya Jani, udah ada janji sama Amel, Sisi dan Alfon, mereka udah jalan duluan"
"Ya udah kalau gitu kita pisah disini ya..aa..., da.aa..Ariinn" Anjani melambaikan tangannya.
mereka pun berpisah tepat di depan ruang UKS
Arin melanjutkan langkahnya keluar menuju gerbang sekolah yang melalui lapangan Basket, karna akan jauh lebih dekat ketimbang memutar arah melalui ruang kelas lagi
Disana juga masih tampak ramai, riuh tampak Anak anak Eskul basket yang sedang mengadakan latihan.
Arin berjalan terus sambil sesekali membuang
Pandangannya pada sekeliling, sesekali mempercepat langkahnya saat melihat jam tanganya sudah menunjukan hampir jam 14.30, tandanya sudah hampir 1 jam lebih ia terlambat menemui Amel, Sisi dan Alfon.
"Haahh.." sudah bisa di bayangkan mereka pasti akan mengomel panjang karena keterlambatan Arin
"Ariiiinnn"
Sontak suara itu memperlambat langkah Arin, matanya memandang sekeliling mencari dari mana suara panggilan itu datang
"Riiiinn"
Tampak lambaian tangan di kejauhan dari kerumunan Anak-anak anggota basket
"Ilhaamm"
Arinpun membalas dengan lambaian tangan sambil tersenyum lebar, menyambut Ilham yg tampak berlari ke arahnya
"Hheeyy....gue nyariin lu tau Riin dari kemaren" Hahh...dasar orang populeeer....susah banget ketemunya "
Plaakk
Arin menepuk pundak Ilham yang sudah berjalan mensejajarinya saat ini
"Lo kali yang sekarang sibuk, udah lupa sama gue..dah gak pernah kasih kasih kabar lagi"
"Hahahaha..." Tawa Ilham riang
"Besok dateng yaa...ngumpul sama Anak anak" Ajak Ilham
"Dimana" Arin mengeratkan genggaman tangannya yang menggantung pada pundak Ilham sebelah kiri, matanya berbinar menunjukan antusiasnya
"Dirumah gue donk, masa di rumah elu...bisa abis gue di cincang bokap lu"
Keduanyapun tergelak
"Siapa aja yang dateng" Tanya Arin makin penasaran
"Biasaaa...Lena, Panca, eemmm... ajakin sekalian tu si rese Amel sama Alfon. ntar dia ngamuk lagi kalau nggak di ajakin"
"Ok broo"
Arin menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O
Rasanya udah gak sambar menanti esok, membayangkan bertemu dengan sahabat sahabatnya sedari SD.
Arin, Ilham, Lena, Fitri, Panca dan Alfon adalah sahabat dari masa SD dan SMP. meski setelah SMA Lena dan fitri harus terpisah sekolah tapi eratnya persahabatan mereka membuat tak ada jarak. Jadi meskipun sudah lama tidak bertemupun tidak ada sama sekali rasa canggung.
Bila Ilham Panca Amel dan Alfon masih sering Arin temui karna mereka masih gabung dalam satu sekolah meskipun berbeda kelas. Sedang Alfon dan Amel masih terus setia bersama Arin karena mereka memang satu kelas
"Brooo..."
Tampak dari kejauhan teman Ilham datang mendekat. Dilihat dari kostum yg mereka kenakan mereka pasti dari Anak-anak basket juga
"Eeh..elu mau lanjut kemana Rin, mau pulang atau masih ada kegiatan lain..??" Tanya Ilham
"Gue ada janji sama Amel Alfon siang ini, tp dah telat banget deh kayaknya" Jawab amel sambil menengok jam tangan di lengan kanannya
"Eeh.. lu bareng aja sama Eza, ntar Eza yang anter lu ke tempat lu janjian sama Alfon"
"Eza..?"
Batin Arin, karna sama sekali belum pernah mengenal namanya
"Zaa..aa.," panggil Ilham pada salah seorang temanya yang memanggilnya tadi
"lo mau balikkan Broo..." Tanya Ilham pada temanya itu yang kemudian datang mengampiri Arin dan Ilham
"iya" Jawabnya singkat sekali
Arin memandangi sosok Eza dari ujung kepala sampai kaki, sama sekali ia belum pernah mengenal cowok itu.
Posturnya tinggi besar, kulitnya putih. Sorot matanya tajam, ia tampak tak banyak bicara, lumayan ganteng "Lumayan juga siih" Arin bergumam dalam hati
"Kenapa juga sih, Ilham malah nitipin gue sama anak ini" Arin terus membatin
"Eheemm..." Seolah bisa membaca ekspresi pikiran Arin. Ilham memperkenalkan Eza pada Arin
"Riiin... ini Eza temen satu kelas gue. Anak kelas XI IPA. sekaligus temen basket gue. Dijamin lo aman kok sama dia. Dia udah jinak dari lama" Banyolan Ilham sekedar mencairkan suasana antara Arin dan Eza
"Zaa..a...ini Arin sahabat gue, gak perlu gue jelasin juga lo pasti dah kenalkan siap Arin"
Arin sedikit kaget saat tanpa di duga tiba tiba Eza mengulurkan tanganya
"Gue Eza"
Dengan sesikit ragu ragu Arin membalas uluran tangan Eza
"Gue Arin"
Ekspresinya Eza begitu datar, hanya sekejap saja sorot matanya menatap Arin sebelum akhirnya segera memalingkan pandanganya.
"Ok, gue duluan ya..., sorry ya Riin. bukanya gue gak mau nganterin lo...gue masih ada kegiatan lain sama anak anak basket. Tapi di jamin kok lo aman sama Eza"
"Ok broo...gue titip Arin yaa.... inget, jangan sampe ada yg lecet".
Eza tersenyum miring membalas ucapan Ilham yg berlalu pergi meninggalkan suasana dalam kebisuan.
"Eee...motor gue di parkiran"
Suara Eza memecah kebisuan. Arinpun mengikuti langkah kaki Eza menuju tempat parkir yang ada di belakang gedung sekolah
"cih..pelit banget ngmongnya, kayak gak iklas gitu gue nebeng. Kalau gak kesorean juga gue males nebeng sama elo" Gerutu Arin dalam hati melihat ekspresi datar Eza
Arin berdiri didepan pintu parkiran dan tak lama Ezapun datang dengan motor meticnya, bukanya lekas naik Arin malah berdiri mematung sambil memandangi Eza
"Kenapa..? raguuu..sama motor gue..? biar motor gue jelek gak usah khwatiiir, di jamin nyampe kok kalau cuma nganterin lo doank"
"Eh... bukan...bukan gituu, cuma gue takut aja kalo bakal ngerepotin elo"
"Bisa ngomong juga nih anak" Batin Arin
"Makin repot lagi kalo nanti kita kesorean karena nungguin lo...berdiri disitu aja"
"Ee..h iya"
Arin tampak kikuk dan segera berjalan menuju motor Eza, diterimanya sebuah helm berwarna merah untuk di pakai
Sepanjang perjalanan tak ada dari salah satu merekapun yang berusaha memulai obrolan, mereka tampak asik dengan lamunan mereka masing masing
"Lo mau gue anter kemanaa..?"
"Ee..ehh..iya"
Arin tampak kaget mendengar suara Eza yg memulai pembicaraan
"Di food court dekat area Mall X"
"Lo udah lama temenan sama Ilhaam...?
"Ee..ee udah dari SD kami temenan"
"oooo...."
"Ya ampuun..cuma segitu doaaank...ooo...gitu doank...?" Arin terus mendumal dalam hati meladeni sikap cool si cowok bernama Eza ini. antara cool dan sombong beda beda tipis
Dari kejauhan Mall X sudah tampak, Eza memacu motornya dengan santai membelokkan motornya tepat di depan food court yang di tuju Arin
Arin menoleh kesana kemari seolah mencari sesuatu sambil menekan nekan layar ponselnya,
"Helmnya neng.."
Arin terkejut saat Eza melirik meminta helmnya
"Oo..iya...ma..aff.." Arin menyerahkan helm yg tanpa sadar masih erat di peluknya.
"Pantas saja nih anak gak Pergi-pergi juga dari tadi" sungut Arin dalam hati
"Makasih ya Za"
Eza mengangguk
"Yakin gak apa apa sendirian...?"
"Iya gak apa apa kok, nanti aku pulang di antar Alfon"
"Ok...bye " Ucap Eza singkat, sambil berlalu meninggalkan Arin yang masih mamandanginya heran
"Iiihh....kenapa ada cowok kayak gitu sih, sombong banget"
Konsetrasi Arin kembali pada ponselnya yang terus di pakai untuk menghubungi Amel
Hallo Riin...kemana aja sih looo, garing nih kita nungguin lo dari tadi
cerocos Amel dari seberang telfon
"Gue udah di depan mall X nih, lo dmna...?"
Ok, gue jemput
"Ciee...ciee...yang dianterin cowook...." Ketiga sahabat Arin mulai meledek saat Arin sampai di food court tempat janjian mereka
Begitu sampai Arin langsung mengambil tempat. Meletakan tas tepat di belakang kursi yang di dudukinya.
menyeruput green tea ice cup yang ada di hadapanya. Sesaat rasa dahaga yg menyerang kerongkonganya langsung hilang
"Hhuuuuft..." Desahnya
"Siapa cowok yg tadi riin..?" Tanya Sisi tampak penasaran
"Eza" Jawab Arin sambil menyantap camilan yang sudah di pesan Amel untuknya
Amel, Sisi dan Alfon mengeryitkan dahi
"Eza siapa riin..? kok gue gak pernah kenal? tanya Sisi mewakili rasa penasaran kedua sahabatnya yg lain
"Sama, gue juga baru kenal tadi"
"Iiihhh..Ariin!!"
Amel menarik green tea ice Arin supaya sahabatnya bisa lebih serius lagi menjawab rasa penasaran mereka
"Iihh...kenapa pada kepo siiiih. Ok..ok gue jawab" Sambil menelan sisa camilan yang masih ada di tenggorokan, ia pun mulai bercerita bagaimana perkenalanya dengan Eza siang tadi berawal.
Betapa tidak selama ini belum pernah ada seorang cowokpun yang mampu meluluhkan hati Arin. Termasuk si Dimas sang ketua OSIS yang termasuk dalam jajaran cowok populer di sekolah
"Cakeep loo..riiin..." Amel mengedipkan matanya
"Cakep sih cakeeep...,tapi juteknya nggak ketulungan" Jawab Arin sambil memanyunkan bibirnya
"Hahahha..." Jawaban Arin ternyata mengundang gelak tawa dari ketiga sahabatnya itu
Tak pelak hal itu membuat Arin mengernyitkan dahinya heran
"Secara Riiin..., selama ini mana ada cowok yang berani jutekin lo"
"Hahhahha..." Ketiga sahabat Arin itupun tergelak bersamaan
"Iiihh...kesel tau, tiap di tanya atau di ajakin ngobrol jawabnya cumaa ..oooo.., gitu doang"
"Ariiin..Ariin..gue malah makin penasaran sama tu cowok" Alfon menimpali
"Wah..wah...wah.., jangan Fooon...ini projectnya Arin, masak mau lo embat jg"
"Hahahahah...."
Sontak Alfon melempar Sisi dengan tisyu bekas, sambil memonyongkan mulutnya
Selama itu pula gelak tawa tak henti dari ke empat sahabat itu, menertawakan kesuksesan Eza yg telah berhasil membuat Cewek setenar Ariana Kamila seakan hilang pamor.
*
*
*
*
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@@@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
cuiiitt...cuiitt...cuiiitt....
Riang sepertinya suara burung yang berkicau di pucuk pohon rindang itu. menyambut pagi bersama sorot sinar mentari yang mulai hadir melalui celah celah ventilasi
took...took..took...
terdengar suara pintu kamar Arin di ketuk
"Iya bundaaa...Arin baru selesai mandiii.." Seolah hafal dengan irama ketukan pintu. Arin sudah tahu pasti itu bunda, mengingatkan anak gadisnya untuk segera bangun. di liriknya jam weker diatas meja belajar menunjukan waktu sudah pukul 07.00
*
*
"Aahh.." Rasanya sudah tak sabar ingin segera berkumpul dengan mereka, lamunan Arin sudah bertamsya ke masa masa dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Berkumpul seperti ini sudah bukan menjadi hal yang baru.
Dulu bahkan hampir setiap akhir pekan mereka selalu saja mengadakan acara kumpul bersama bahkan hanya untuk sekedar makan rujak, membakar jagung yg langsung di petik dari kebun milik orang tua panca.
Karena kisah persahabatan mereka yang terjalin cukup lama membuat orang tua masing masing merekapun sudah saling akrab. Seperti Amel, Fitri dan Lena yang sudah biasa menginap di rumah Arin begitupun sebaliknya.
Pagi tadi Arin sudah berpamitan pada bunda untuk ikutan acara kumpul bareng di rumah Ilham. Seperti biasa nanti bunda akan membantu Arin untuk meminta izin pada Ayah.
Ayah memang sedikit berbeda, bisa dibilang cara fikirnya sedikit kolot.Tidak seperti orang tua teman teman Arin yg lain. Begitu sulitnya walaupun hanya untuk mendapatkan izin keluar rumah saja. Harus ada salah satu di antara Sahabat-sahabatnya itulah yang harus meminta izin pada ayah langsung untuk sekedar mengajak Arin keluar.
Hahha...memang sedikit lucuu..tapi diantara ketiga teman laki laki Arin. Hanya pada Alfonlah Ayah bisa memberikan kepercayaan
Bukan tanpa sebab, ada sebuah kejadian dimasa lalu Arin yang menyebabkan Ayah menjadi sedikit over protektif pada putrinya itu
Tiin...tiinn..tiinn..
Suara klakson motor Alfon sudah terdengar. Tak lama terlihat sosok Alfon muncul dari pintu depan
"Assalamu'alaikum.." Dengan sangat sopan Alfon mengucap salam
"Wa'alaikumsalam.." Dari dalam bunda menyahut
"Masuk Foon..." Lembut suara bunda terdengar
"Iya bunda" Alfon masuk dan duduk di kursi ruang tamu
"Nyusuli Ariiin..?"
"heee...iya bundaaa"
"Ada acara apa Fon hari ini..?? tanya bunda menyelidik"
"Biasa bundaa...makan makan, heee..." (Kebiasaan nyengirnya itu loo)
"Sebentar ya fon, Arin sedang bersiap"
"Siap bun..?" Terdengar suara penuh wibawa dari dalam membuat mata Alfon membulat
"Alfon yaah..., mau ngajakin Arin main
Tampak keluar dari dalam rumah seorang pria paruh baya tersenyum menatap Alfon yang mulak terlihat tegang
"Ooo..Alfon.., apa kabar Foon..?" Tanya Ayah dengan ramah
"Baik yah...." Kembali Alfon menyengir
Tak lama berselang Arin turun dari lantai atas, dimana kamarnya berada
"Hay fon...."
Alfon menaikkan Alisnya sambil melambaikan tangan
Hari ini Arin tampak cantik mengenakan setelan kemeja putih bergaya girly di padukan dengan jeans berwarna navy. Rambutnya yang panjang di biarkan tergerai. Polesan lip tint velvet pada bibir Arin semakin membuat tampilan wajahnya terlihat segar. Sneckers putih selalu setia menyempurnakan penapilan Arin disegala suasana
"Ayaahh.., Arin boleh pergikan" Tanya Arin dengan nada manjanya
Ayah terdiam sesaat sambil menatap wajah putrinya itu
"Jangan pulang terlalu sore" Jawab Ayah dengan nada tegas
"Alfon...Ayah titip Arin yaa.." Kembali Ayah menegaskan ucapanya
"Siaaap yaah"
"Haahh...legaaa..." Gumam alfon dalam hati. Entah sejak kapan sampai sekarang moment berpamitan dengan Ayah Arin merupakan moment terhoror yg ia rasakan.
\=\=\=\=
Sudah lama rasanya Arin tidak mengunjungi rumah Ilham. suasananya masih seperti dulu. halamanya tidak begitu luas tapi sejuk karena banyak di tumbuhi tanaman hias milik tante Melin yang gemar merawat tanaman.
Arin ingat di belakang rumah Ilham ada pohon mangga yang lebat. Dulu mereka kerap mengerjai Panca untuk memanjat dan mengambil buah mangga untuk acara rujakan
Suasana rumah Ilham sudah tampak ramai. Gelak tawa dan canda terdengar sedari depan pagar tadi
"Ariiinn..."
dari pintu terdengar Ilham memanggil
Arin melepas helm dan meletakanya diatas motor.
"Masuk Riin, Fon" Ilham mempersilahkan arin masuk ke dalam rumah
"Heeyy...." Suara anak anak menyapa Arin dan Alfon yg baru sampai, Suasana ternyata sudah sangant ramai. Amel tampak sudah berada di dalam bersama Fitri
"Waahh...lo masih idup fon...?"
"hahaha..." Gelak tawa terdengar bersamaan, mendengar seloroh Panca menyambut kedatangan Alfon
"Gue kira lo dah habis di cincang bokapnya Arin"
"Huuu...maaf yes bokap Arin udah gue njinakin tau...pake ajian semar mesem gue" Balas Alfon, membuat suasana kian ramai
"yang seger..yang seger...yang segeeeer..." Tampak Lena keluar dari dalam membawa beberapa gelas minuman segar dengan es yang menggoda
"Wuuiihh..." Anak-anak langsung berhambur mengambil bagianya masing masing
"Waaah... Lena ini memang sudah cocok buat jadi anak mantunya Tante Melin ya.."
"Huuhuuuyy.."
Wajah Lena tampak bersemu merah mendengar ledekan itu
Sudah bukan rahasia lagi Ilham dan Lena memang sudah lama sekali berpacaran sejak mereka dulus di bangku SMP
Dung..dung...dung...dung...dung...dung..
Suara deru motor yang mendadak berhenti terdengar dari halaman depan. Anak-anak yang sedang asik berkumpul di ruang tengah saling berbalas pandang.bertanya tanya siapa gerangan yang datang. Mengingat jumlah mereka yang sudah lengkap
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kira kira siapa yaaaaaa...tamu spesial yang dataaang..
boleh nih yang mau tebak tebakan, komen di bawah yaa..
Jangan lupa dukungan Vote, Like dan Komenya ya Readers
Terima Kasih...
Morieta
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!