Tik... Tik... Tik..
suara rintikan hujan terdengar sangat jelas membuat suasana semakin mencekam, terlihat seorang pria paruh baya yang berlari mencari jalan keluar, tapi yang dia temukan hanyalah jalan buntu.
Deg, deg, deg, deg.
Detak jantungnya berdetak kencang. Rasa takut akan kematian menyelimuti seluruh tubuhnyah. Gemetar itu yang dia rasakan.
sreettt....
seperti suara pisau yang beradu dengan tempok, suara itu sangat jelas sehingga membuat siapa saja yang mendengarnya merasa ngilu dengan suara itu.
Tap, tap, tap.
Suara langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar jelas, Terlihat dari kegelapan perawakan lelaki yang berjalan ke arah pria paruh baya, langkahnya yang santai tapi dengan tatapannya yang membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan merasakan takut.
Di sisi lain pria paruh baya itu semakin gemetar ketika lelaki itu mendekatinya.
"Menjauh lah dasar kau orang gila." Ucapnya sambil gemetar.
"Hahahahaha, ya aku memang gila, dan sekarang akan ku jadikan kau sebagai hasil karya seniku yang baru." Ucap pria itu dengan senyum yang amat mengerikan.
Semakin lama pria itu semakin mendekat, seperti melihat mangsa. tak berlama-lama lagi. Pria itu menancabkan pisau yang dia pegang ke arah dada pria paruh baya itu.
Dengan sekali tusuk tepat di jantung pria paruh baya itu meregang nyawa.
"Hahahahahaha." Suara tawa pria itu seperti orang yang kegirangan.
tak buang-buang waktu lagi, pria itu langsung memulai kesenangan terbesarnya. Yaitu, mengacak-acak tubuh korbannya sampai tak berbentuk lagi.
kemudian dia beralih ke wajah sang korban, kemudian dia seperti mengukir sesuatu di wajah sang korban.
Baginya itu terlihat seperti karya seninya yang indah tapi bagi orang lain yang melihanya akan muntah dengan darah dan tubuh manusia yang sudah tak berbentuk lagi.
"Hahahahaha, tak ku sangka hasil karya ku bisa seindah ini." Sambil tertawa pria itu terus membersihan pisau yang di pakai untuk memutilasi korbannya.
Setelah puas dengan hasil karya seninya. Kemudian dia meninggalkan mayat itu dan dia langsung melepaskan anjing-anjing yang sejak tadi terus menggonggong.
Lalu anjing-anjing itu langsung berlari ka arah tubuh yang sudah tak bernyawa dan langsunh memakan bagian-bagian tubuh korban tersebut dengan sangat lahap.
senyum penuh kepuasan terukir di wajah pria tersebut setelah puas lalu dia pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu dimana ia melakukan aksinya itu.
Dengan langkah santai dia mengambil kunci mobil yang berada di saku celananya dan langsung mengendarai mobilnya itu dan meninggalkan tempat tersebut.
"Yah namaku Aditia wijoyona trisaputra, Aku salah satu anak dari pengusaha terkenal di jakarta, kalian tak perlu tau namanya karena aku jijik untuk menyebut nama orang tua itu. Ibuku meninggal ketika aku berusia 10 tahun karena ulah orang tua berengsek itu."
Di liriknya alroji ternyata sudah pukul sepuluh malam, lalu dia arahkan mobilnya ke rumah miliknya yang berada di kawasan elit.
Tak terasa dia pun sudah sampai di rumahnya, rumah yang cukup besar hanya di huni oleh dirinya sendiri.
ketika dia masuk.
Dia langsung nyalakan saklar lampu. Sepi... Yah itulah keadaan rumahnya, Dia tak memperkerjakan pembantu karena dia tak suka jika barang-barang pribadinya di sentuh oleh orang lain.
Setelah sampai di rumah dia langsung membersihkan diri di kamar mandi, membersihkan noda-noda darah yang masih tersisa di pakaiannya
Setelah selesai membersihkan diri, dia pakai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan bagian lainnya tidak di tutupi.
Dengan tubuh yang atletis tak jarang banyak wanita yang rela naik ke ranjangnya tapi dia tak suka karena dia merasa muak melihat wanita-wanita yang seperti itu.
Lalu dia langsung melangkahkan kakinya ke kamar dan mengambil piayama di lemari dan setelah dia memakai piayama.
Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang embuk dan memikirkan mungkin besok dia akan mencari mangsa lagi.
Tit..tit..tit..
suara alarm membangunkan gadis cantik yang tengah tertidur pulas.
"Beriksik." Ucapnya, sambil mematikan alarm tersebut. Tanpa di duga dan di sangka mata yang tadinya tertutup langsung terbuka tak kala melihat jam menunjukan pukul 09:30.
"Sial." Ucapnya sambil berlari ke arah kamar mandi, ia langsung mengosok gigi dan berpikir sejenak apakah ia harus mandi? Tidak, tidak ada waktu untuk mandi, pikirnya.
Setelah keluar dari kamar mandi, gadis itu langsung memakai baju yang ada di lemari. Tak lupa menyemprotkan farpum dan mengoleskan sedikit bedak di wajahnya.
"Siap." Ucapnya.
Karena sekarang tak ada jadwal kuliah. Dia langsung pergi ke tempat dia bekerja. Yah, dia mengambil pekerjaan paruh waktu untuk mencukupi kebutuhannya.
Dengan berlari maraton gadis itu pun sampai di sebuah caffe di pinggiran kota jakarta.
ketika di depan caffe tersebut dia mengendap-endap sambil melihat sekeliling apakah boss nya ada atau tidak. ketika dikira situasi sudah aman dia langsung masuk dan...
"DELIAAAAA...." Ucap seorang wanita dengan suara yang amat keras.
Yang di panggil hanya senyum-senyum sendiri "Iya boss."
"Udah berapa kali kamu telat delia?" Tanyanya.
"Anu... Cuman baru beberapa kali boss."
"Delia, delia. Kamu bilang beberapa kali. kamu itu udah sering telat delia...!!! "
"Iyah maaf boss." dengan wajah yang hampir menangis.
Karena tak tahan melihat wajah delia yang hampir menangis.
"hmmmm... Ya sudah sana kembali bekerja."
"Siapp boss." senyum senang terukir di wajah delia.
Di dapur..
"kamu telat lagi." tanya shinta teman delia.
"iyah."
"Dasar tukang telat."
"Berisik."
"Anterin tuh pesenan ke pelanggan."
"Iyah iyah, bawel."
Delia pun pergi mengantarkan pesanan ke pelanggan.
Di lain tempat...
seorang pria tampan sedang memainkan boltpoinnya, siapa lagi kalau bukan aditia
"Hari ini bosan sekali, ingin rasanya mencari mangsa baru." Sambil melihat arlojinya "Hmmm... masih ada waktu sebelum pelajaran di mulai." Ucapnya .
Kemudian dia berpikir dimana dia mendapatkan mangsanya. Dosen? Tidak, nilainya tergantung pada dosen. Mahasiswa? Tidak, dia tidak ingin kampusnya heboh karena ada pembunuhan.
"Mungkin di taman kota, aku bisa mendapatkan mangsa." Ucapnya. Tanpa pikir panjang lagi dia pergi ke taman kota.
Ditaman kota...
Aditia mengedarkan pandanganya dan pandanganya tertuju pada seorang gadis yang kelihatan berdarah jawa (mungkin karena pakaiannya). Tanpa pikir panjang aditia langsung mendekati wanita tersebut.
"Hello. "
"hah..? iyah hello juga." Ucapnya kaget .
"kelihatannya kamu sedang kebingungan?" Tanya aditia.
"Hmm.. Iyah. Saya sedang mencari alamat paman saya." Sambil menyodorkan sebuah kertas. "Apa kamu tau alamat ini." Tanya gadis itu.
"Iya aku tau, mari ku antar." Ucapnya sambil tersenyum senang.
"Terimakasih." Ucap gadis itu
lalu aditia membawa gadis itu ke suatu tempat entah kemana....
Di lain tempat...
"Huuhhh, akhirnya beres juga." Ucap delia setelah pelanggan terakhir pergi.
"Cepat beres-beres dulu." Ucap shinta.
"Iyah iyah, Bawel." Oceh delia.
"Dasar." Ucap shinta.
Setelah selesai membereskan caffe delia pamit untuk segera pulang.
"Aku pulang dulu yah."
"Iyah hati-hati di jalan delia."
Cuaca yang seharusnya cerah, tiba-tiba mendung "Mungkin akan turun hujan." Pikirnya, karena takut basah kuyup delia pun memberanikan diri melewati jalan pintas yang cukup sepi dan hanya ada gedung kosong yang sudah lama tak terpakai.
ketika sedang berjalan....
"Tolonggg....." Terdengar teriakan seorang wanita yang sedang meminta tolong.
"Suara siapa itu." Pikirnya, kemudian delia pun mengikuti arah suara itu.
Di dalam rumah kosong.
"Tak ku sangka membutuhkan waktu 2 jam untuk membunuh wanita ini, jika saja dia diam dan menurut saja mungkin tak akan memakan waktu yang lama." Ucap pria yang tak lain adalah aditia, sambil terus melihat hasil karyanya yang baru dan dia terus membuat ukiran-ukiran di wajah korbanya.
Suara yang tadi delia dengar, berasal dari sebuah rumah yang lama kosong. Delia pun mengintip dari jendela yang sangat berdebu, yang ia lihat hanyalah kegelapan, saat dia ingin berbalik untuk pergi dia melihat sekolebat bayangan hitam, dan rasa penasarannya pun muncul, delia pun memasuki rumah itu.
krek..
Suara kayu yang sudah rapuh ketika di injak oleh kaki delia. heningg... Tak ada suara apapun.
Tapi...
Tercium bau anyir yang sangat menyengat dari lantai dua dan ketika delia menaiki lantai dua, Betapa terkejutnya. ketika dia melihat jari tangan sontak diapun menjerit.
"Ahhkkkkkk."
jeritannya membuat seseorang berbalik menatap ke arahnya.
"Sial." Ucap aditia.
sambil membawa pisau dia berjalan ke arah delia.
tanpa pikir panjang lagi delia pun lari meninggalkan rumah itu, dan pria itu pun juga mengejarnya.
"Sial - sial kenapa aku harus melewati jalan pintas ini." Ocehnya menyesali apa yang telah terjadi.
Delia pun berlari terus dan yang di temukannya hanyalah jalan buntu dan deliapun memasuki sebuah pabrik yang sudah lama di tinggalkan dan ketika dia berada di lantai dua dia melihat pria itu lewat jendela pria itu menatapnya dan menyeringai ke arahnya sontak membuat delia semakin takut.
"Sembunyi, sembunyi harus sembunyi dimana." Ucap delia sambil menangis dan dia melihat sebuah meja, delia pun sembunyi di bawah meja.
Heningg....
Tap, tap, tap.
suara langkah kaki semakin lama semakin jelas.
"Keluarlah nona manis, aku tahu kau sembunyi di sini." Sambil mengetuk-ngetuk meja tempat penyembunyian delia.
"Sepertinya dia tau aku sembunyi di sini, handphone mana, handphoneku." pikir delia panik ketika handphonenya tak ada.
"Apakah kau mencari benda kesayanganmu nona manis. keluarlah, Atau aku yang menarikmu keluar."
sambil menutup mulutnya Delia terus menangis, jantungnya berdetak kencang, ketika sebuah tangan manariknya keluar dari tempat persembunyiannya.
sambil menutup mulutnya Delia terus menangis. Jantungnya berdetak kencang, ketika sebuah tangan manariknya keluar dari tempat persembunyiannya.
-----------------------------
Sebuah seringaian terlihat jelas di wajah pria yang kini mencengkram wajah delia.
"Cantik." kesan pertama aditia untuk delia. Ketika melihat wajah delia yang terus menangis terselip ide untuk menjahilinya.
"Ku...ku.. mo..hon... ja..ngan..bu..nuh..a..ku., Aku berjanji tak akan melaporkannya ke polisi." Ucap delia gemetar sambil menangis.
"Setelah kau melihat semuanya, apakah kau kira aku akan melepaskanmu begitu saja, jangan mimpi nona manis." ucap aditia sambil berbisik di telinga delia, yang membuat delia bergidig ngeri.
"Bagian mana dulu yang harus aku ukir, apakah wajah?" sambil mendekatkan pisau yang dia pegang ke wajah delia.
"Ku mohon jangan." ucap delia sambil menangis.
senyum penuh kemenangan terukir di wajah aditia, Ingin rasanya dia tertawa terbahak-bahak ketika melihat gadis di hadapannya menangis dan memohon ampun. Lalu aditia pun menggenggam tangan delia.
"Tangan mu sangat indah nona manis, Mungkin kita akan mulai dari tanganmu dulu." Ucap aditia sambil meletakan tangan delia di atas meja.
"JANGANNNN..." Ucap delia sambil meronta dan terus menangis.
Dan aditia pun mengangkat pisaunya ke atas dan siap memotong tangan delia....
"Akhhhhhh...." jerit delia ketika tanganya akan di potong.
Disaat bersamaan
kring..kring..kring...
handphone aditia berbunyi, dan ketika dia melihat nama yang tertera di layar phonselnya.
"Dasar pengganggu." ucapnya
Delia bersyukur karena tanganya tak jadi di potong, tapi rasa takut tetap menyelimuti tubunya.
"hmmmm."
"..... "
"iyah aku kesana sekarang." ucap aditia sambil mematikan ponselnya.
"ikut denganku." sambil menarik tangan delia, aditia pun membawa delia masuk ke dalam mobilnya, delia hanya diam dan menurut saja karena dia terlalu takut untuk memberontak.
Dan aditia pun mengarahkan mobilnya ke sebuah rumah sakit di jakarta, dan membawa delia ke sebuah kamar VIP.
"Tunggu di sini." ucap aditia dengan tatapan membunuh.
delia hanya mengangguk tanda mengerti, dan aditia hanya tersenyum senang, dan aditia pun memasuki kamar VIP tersebut
Didalam kamar rumah sakit VIP
"Ada apa." ucap aditia, kepada pria paruh baya yang sedang terbaring di hadapannya.
"Aku merindukan mu nak." ucap pria itu yang tak lain ayah Aditia .
"Cihh."
"Kak ayah merindukanmu dia selalu..." ucapan seseorang yang ada di kamar itu yang tak lain adik tiri aditia, yaitu yoga wijoyo hariona trisaputra. Belum sempat ia melanjutkan perkataanya aditia sudah memotong perkataan dari yoga.
"Diam kau." ucap aditia marah
"bersikap lembutlah padanya dia juga adik mu." ucap ayah aditia.
"Adik kau bilang... ?" dengan sedikit tersenyum. "Aku tak akan mengakui orang ini adikku. Orang yang terlahir dari rahim seorang wanita j*lang tak pantas di sebut adikku." Ucap aditia marah, lalu tanpa pikir panjang lagi dia pergi meninggalkan tempat tersebut.
Di luar delia hanya diam dia bingung harus bagaimana, lalu dia terkejut ketika melihat aditia datang dan menarik tanganya meninggalkan rumah sakit tersebut, delia tak mau mencampuri urusan pria itu yang terpenting sekarang nyawanya.
ketika di dalam mobil tidak ada percakapan apapun.
"Sekarang aku melepaskanmu, tapi tak tahu kalau lain kali." Ucapnya pada delia "Dan ingat jika kau berani membocorkan rahasiaku pada orang lain, aku akan mencarimu hingga ke ujung dunia sekali pun." ucapnya lagi sambil menyeringai. sesekali ia melihat delia yang tampak ketakutan ketika mendengar ucapan nya.
"Mana nomor ponsel mu." ucap nya pada delia, sambil menyodorkan handphonenya pada delia, deliapun memasukan nomor teleponnya. Lalu Aditia pun menurunkan delia di sebuah halte bus.
"Ingat ucapanku." lalu meningglkan delia yang mematung, mandengar ucapan aditia.
Setelah cukup lama diam, delia pun pergi menuju apartemen nya yang bisa di sebut kumuh.
Yang di benak delia hanya satu "Ku harap aku tak bertemu dengan laki-laki gila itu." Delia bergidik ngeri ketika mengingat semua yang dia lihat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!