aku lahir di keluarga yang sederhana,ayahku seorang supir pribadi dan ibu yang berjualan kue dan makanan kecil di sebuah tempat kecil tidak jauh dari rumah,kehidupan kami awalnya sangat baik sampai suatu ketika ayah ku berubah,dia jadi sering memukuli ibu,padahal dulu ayah begitu menyayangiku dan ibu,bahkan ayah rela melawan nenek untuk bisa menikah dengan ibu.
Sampai suatu siang nenek datang ke rumah kami,aku begitu gembira menyambut nenek,tapi sayang dia tak sudi menyentuhku sama sekali,padahal kata orang anak akan membuat orang tua luluh,namun kenyataannya tidak pada nenek ku,dia masih tidak menyukai kami.
hari itu nenek tidak datang sendiri, melainkan dengan seorang wanita yang aku lihat terus menatap kami dengan rasa tidak suka,tak lama Ayah ku muncul karena memang hari itu adalah hari minggu jadi Ayah ada di rumah dengan kami dan wanita itu menatap ayah hingga tidak mengedipkan matanya.
ayah pergi bersama nenek dan wanita itu, ayah sempat menghampiri dan mencium keningku,namun aku tidak tahu jika itu menjadi pertemuan kami yang terakhir dan ayahku tidak pernah kembali setelah itu.
aku sering melihat ibu menangis di depan foto ayah aku hanya bisa melihatnya dari jauh dan aku selalu melihat itu setiap malam,tapi ketika pagi aku melihat ibu ku tersenyum dengan manis seperti tidak terjadi apapun.lalu beberapa minggu kemudian nenek kembali datang bersama wanita itu,aku yang memang takut dengan sikap dingin nenek hanya berlindung di belakang ibu ku,nenek memberikan beberapa lembar kertas dan beberapa foto pada ibu,sebenarnya aku penasaran, tapi aku berusaha seolah tidak terjadi apapun dan tidak melihat apapun.
ibuku menerima foto dan surat itu lalu langsung menangis, "kenapa harus begini bu? kenapa ibu tega?" itulah yang ibuku ucapkan pada nenek.
"kau tahu dari awal kalau aku tidak menginginkanmu dan anakmu itu! jangan seolah olah kamu tidak tahu hal itu! " nenekku dengan sadis menjawabnya.
lalu dia pergi, tanpa menoleh sedikitpun,berbulan bulan ayah tidak kembali bersama kami,hingga suatu pagi ayah datang dengan tanpa rasa bersalah dan berbicara pada ibu,aku melihat mereka berbicara tapi aku tidak dengar sama sekali apa yang mereka bicarakan.
"semua aku lakukan untuk kamu dan Gia! tidak mungkin kita hidup seperti ini terus menerus!" bentak ayah.
"memang ada apa dengan kehidupan kita? kita semua baik baik saja dengan kehidupan ini! kamu mas... kamu yang belum siap untuk melepas kekayaan ibumu!" ibu ku menjawab dengan pedas.
keluarga ayahku memang cukup baik dari segi ekonomi,apalagi nenek seorang pengusaha yang bergerak di bidang kerajinan tangan,yang sudah di kenal banyak orang. entah kenapa ayah bisa jatuh cinta pada ibu yang hanya seorang karyawan biasa saat itu, awal hubungan mereka tidak ada yang mengetahui nya hingga suatu hari sekertaris ayah melihat foto ibu ku yang ada di ponsel ayah dan kabar itu menyebar luas hingga ke telinga nenek.
nenek pastinya tidak merestui hubungan itu,namun dengan keras kepala ayah tetap menikah dengan ibu walaupun tanpa restu dari nenek. kami tidak tahu sejak kapan ayah kembali berkomunikasi dengan nenek,tapi untuk kami ayah berubah sangat berubah
awal mereka berbicara dengan baik sampai akhirnya mereka kembali bertengkar,pertengkaran kali ini terasa lebih mencekam,tapi saat itu usia ku 3 tahun,aku sama sekali tidak paman mengapa ayah dan ibu ku bertengkar. aku melihat ayah terus memukul ibuku hingga ibu terjatuh,aku lari ingin menyelamatkan ibuku tapi ayah dengan teganya menarik bajuku hingga leherku terasa sakit,ayah mengangkatku tinggi.
"jika kau tidak mau juga, biar ku banting anakmu ini!!"
entah kekuatan dari mana yang ibu dapatkan,dia bangun dan berusaha meraihku membuat ayah semakin tinggi mengangkat ku.
"baiklah... tolong turunkan anakku!" ibuku lebih memilih menyelamatkan ku di banding hubungan nya dengan ayahku.
ayah menurunkan ku,saat mendengar ucapan ibu,tapi sayangnya pegangan ayah tidak begitu kuat dan membuatku jatuh, ibu berusaha menangkap! ku,namun ibu hanya berhasil memegang kepalaku hingga tidak terbentur dilantai,aku meringis kesakitan.
"gia... gia...kamu baik baik saja nak" ibu memanggilku,aku melihatnya dan tersenyum.
ibu memeluk ku dengan kuat dan membawaku lari keluar rumah, ibu membawa ku ke salah satu tetangga yang menjadi sahabat setia ibu yaitu tante Ria, aku melihat tante Ria dengan cepat mengambil kendaraan nya dan membawaku ke RS terdekat.
jangan tanya apa yang ayah ku lakukan saat itu, karena aku tidak melihatnya sama sekali, bahkan dia tidak mengejar ibu yang mengendong ku dengan panik.
Aku tidak ingat selanjutnya,yang aku ingat aku melihat ibu ku menangis dalam pelukan tante Maria.
...****************...
setelah itu aku terbangun disebuah ruangan dengan bernuansa putih, aku melihat ke sekeliling ku,aku melihat ada oma Lili beliau adalah ibu dari mama ku, dia tersenyum senang melihat aku membuka matanya.
"kamu sudah bangun sayang..." sapa oma, "apa ada yang sakit sayang?" tanyanya lagi dan aku menggeleng, "oma panggil dokter ya,biar di periksa!" ucapnya lagi lalu oma memencet tombol yang ada di samping ranjangku.
ternyata kejadian itu membuat kaki ku pincang dan aku harus di gendong atau mengunakan kursi roda,awal aku tidak bisa menerima keadaan ku bahkan aku sempat berfikir ini kesalahan kedua orang tua ku dan setelah berminggu minggu lamanya akhirnya aku di ijinkan untuk pulang.
aku sempat heran saat melihat keberadaan kedua orang tuaku,aku layaknya anak kecil pada umumnya yang tidak tahu apapun aku hanya mengikuti oma ku saja.
"hai gadis cantik..." sapa seorang pria kepadaku, "kau mengingatku?" tanyanya lagi dan aku menjawabnya dengan gelengan, "kau itu sangat persis seperti ibu mu! terlalu jujur" ucapnya lagi, aku langsung mengernyit saat dia mengatakan itu.
laki laki itu langsung mengambil alih kursi roda yang di pegang oma dan mendorong nya perlahan menuju sebuah mobil yang entah milik siapa.
Aku sempat heran saat melihat keberadaan kedua orang tuaku,aku layaknya anak kecil pada umumnya yang tidak tahu apapun aku hanya mengikuti oma ku saja.
"hai gadis cantik..." sapa seorang pria kepadaku, "kau mengingatku?" tanyanya lagi dan aku menjawabnya dengan gelengan, "kau itu sangat persis seperti ibu mu! terlalu jujur" ucapnya lagi, aku langsung mengernyit saat dia mengatakan itu.
laki laki itu langsung mengambil alih kursi roda yang di pegang oma dan mendorong nya perlahan menuju sebuah mobil yang entah milik siapa.
...*****...
aku terbangun saat mobil masih melaju dengan pelan di sebuah jalan bebas hambatan, aku menoleh ke sampingku, ada oma Lili yang tertidur sambil menggenggam tangan ku,di depan ada laki laki yang tadi menjemput kami.
"hei... sudah bangun?" tanya laki laki itu dan aku menjawabnya dengan sebuah anggukan. "kamu benar benar tidak. merasa mengenaliku?" dan aku pun menggelengkan kepala. "astaga... aku pikir kamu hanya bercanda... aku Salman dan dulu kamu biasa memanggilku om Salman." dia mengucapkan itu sembari tersenyum.
aku percaya pada mereka karena ada oma Lili di sampingku yang pasti aku merasa aman bersamanya,setelah menempuh perjalanan yg cukup panjang kami sampai di sebuah rumah yang cukup besar, awalnya aku tidak beranjak karena memang tidak tahu itu rumah siapa,sampai akhir Oma Lili mengajakku turun "ini rumah siapa?" tanya ki polos.
"ini rumah om Salman sayang... kita disini dulu ya, om mu itu sangat menyayangi kalian makanya saat itu terjadi dia lebih fokus membawa kalian dan menyembuhkan luka kalian dari pada harus mencari siapa yang benar atau siapa yang salah."
semenjak saat itu tidak ada pembicaraan apapun mengenai kedua orang tua ku,yang aku hanya, om Salman sempat beberapa kali pergi dan pamit padaku lalu kembali ke rumah itu beberapa hari kemudian.
bahkan beberapa kali aku memerkogi oma Lili yang menangis tersedu dalma pelukkan om Salman,aku melihat interaksi nya yang terlihat sangat menyayangi Oma.
hinga suatu malam aku terbangun karena suara tangisan seseorang,aku berjalan perlahan dari kamarku ke asal suara tersebut, saat ku lihat,benar saja oma yang sedang menangis,bahkan aku sempat melihat oma pingsan malam itu,dan dari semenjak itu om Salman tidak lagi pergi seperti sebelumnya.
*****
waktu berganti waktu,hari berganti hati hingga minggu berganti minggu, akhirnya aku mulai terbiasa dan mulai beradaptasi dengan semua nya yang di miliki om Salman dan aku sudah mulai kembali seperti dulu aku mulai bercanda dan berbincang dengan mereka.
Om Salman mulai mengajak ku untuk bersekolah dan oma Lili setuju, tapi om Salman tetap menanyakan padaku,aku pun meng iyakan keinginan dua orang yang saat ini selalu ada untukku.
oma dan om Salman mulai memilah dan memilih sekolah yang untuk ku sampai jatuh pada satu sekolah yang cukup baik menurut nya dan membawaku ke sana, di sana pun aku diterima dengan baik,namun ternyata itu hanya berlaku di awal, setelah mereka tahu kalau aku hanya di temani om dan oma saja mereka mulai membully ku dan membuatku tidak nyaman berada di sana.
"bangun sayang... sekolah..." oma membangunkan ku,aku yang memang habis bertengkar dengan teman ku karena dia mengatai ku,ada rasa malas untuk berangkat tapi aku tidak ingin orang yang ku sayang ini khawatir jadi aku tetap berangkat walau berat.
"hai... bagaimana sekolah mu? "
"baik om"
"kau yakin??? nada bicara mu seolah tidak baik baik saja..."
aku langsung tersenyum ke arahnya,kadang kalau di pikir pikir om Salman itu hebat, sebagai adik angkat ibu ku dia terlalu peka pada perasaan ku dan oma. "aku baik baik saja... hanya saja tugas ku semakin banyak, jadi aku mudah lelah."
"apa kamu ingin pindah ke sekolah lain?"
"tidak... ini sudah kelas 5 aku butuh beradaptasi kembali jika pindah"
"baiklah... katakan padaku jika kamu ingin pindah..."
"ya"
kalau karena ini kalian berfikir om Salman adalah orang kaya kalian salah besar....dia orang yang biasa saja,namun dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk ku dan oma.
ya... perubahan hidup yang drastis dalam hidupku ini membuatku banyak belajar terutama untuk menghargai orang lain bahkan om Salman mengajarkan ku mandiri untuk melakukan semuanya,contoh baik yang om Salman lakukan itu persis seperti ibu ku.
*****
waktu terus berjalan dan tampa terasa Gianna sudah beranjak dewasa dan mulai duduk di bangku SMA,Gianna tumbuh menjadi anak yang kuat bersama om Salman dan oma Lili. hingga tiba tiba pagi itu saat Gia akan berangkat sekolah dan om Salman akan bekerja.
tiba tiba saja Oma Lili pingsan,mba yuli yang beberapa waktu belakangan ini mendampingi oma berusaha menangkap tubuh oma,hingga mba yuli tertimpa tubuh omah,sebenarnya mba yuli sudah curiga karena tahu Oma belum terlihat memakan sesuatu semenjak kemaren malam hingga pagi ini.
aku dan om Salman panik dan langsung membawa oma ke RS, mba yuli tetap di rumah menunggu kabar dari kami. oma di nyatakan kritis pada pukul 10 pagi dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 14.11
pintu ruang gawat darurat terbuka,om Salman dan Gia langsung menghampiri, "maaf kami sudah melakukan sebisa dan semampu kami."
dalam salat tersebut Waktu terus berjalan dan tampa terasa Gianna sudah beranjak dewasa dan mulai duduk di bangku SMA,Gianna tumbuh menjadi anak yang kuat bersama om Salman dan oma Lili. hingga tiba tiba pagi itu saat Gia akan berangkat sekolah dan om Salman akan bekerja.
tiba tiba saja Oma Lili pingsan,mba yuli yang beberapa waktu belakangan ini mendampingi oma berusaha menangkap tubuh oma,hingga mba yuli tertimpa tubuh omah,sebenarnya mba yuli sudah curiga karena tahu Oma belum terlihat memakan sesuatu semenjak kemaren malam hingga pagi ini.
aku dan om Salman panik dan langsung membawa oma ke RS, mba yuli tetap di rumah menunggu kabar dari kami. oma di nyatakan kritis pada pukul 10 pagi dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 14.11
pintu ruang gawat darurat terbuka,om Salman dan Gia langsung menghampiri, "maaf kami sudah melakukan sebisa dan semampu kami."
"tidak.... tidak.... oma...." teriak Gia histeris om Salman langsung memeluknya,Gia yang awalnya memberontak dalam pelukan itu,hingga badannya lemas tak bertenaga.
"kamu harus kuat sayang... kita harus kuat"
Mereka terus berpelukan hingga seorang suster menepuk pelan kedua bahu mereka, "maaf ka... ini ada di kantong baju itu" ucapnya lalu memberikan barang yang ada dalam genggaman nya.
ada 2 buah amplop yang satu berisi surat dan satu lagi berisi 3 buah gelang emas putih satu kalung dan 2 buah cincin.
*Gianna.... Salman.... oma tidak punya apapun untuk kalian barang ini peninggalan oma untuk kalian berdua, oma mohon jaga barang kesayangan oma ini. Salman jangan lupa bawa Gia melihat ibu nya dan Gia... apapun yang terjadi maafkanlah ibumu, dia punya alasan meninggalkanmu. jika nanti aku benar benar pergi,jangan pernah salahkan siapapun... ikhlaskan kepergian aku....semangat anak anak oma....*
air mata turun tanpa bisa di tahan,Salman kembali memeluk keponakannya dengan erat,tak lama Gia pingsan dalam pelukannya, dalam hatinya dia bertanya tanya maksud kalimat terakhir yang oma katakan.
******
pemakaman oma berjalan dengan lancar,Gia langsung kembali ke kamar setelah pemakaman,namun tidak dengan Salman,sebagai seorang pria dia lebih tegar walau hatinya sungguh rapuh,masih ada beberapa kerabat di sana dan tentunya tante Ghina adik dari mama Ghaida dia hadir saat om Salman memberikan kabar jika oma telah tiada.
entah hanya pura pura atau memang mereka sedih dengan kepergian oma Lili,yang pasti masih membekas dalam ingatan Gia bagaimana kelakuan tante nya tersebut pada sang ibu, makanya dari mulai kedatangannya Gia tidak menyambut.
"dimana kamar ku?" tanya tante Ghina dengan judes nya kepada om Salman, aku yang mendengar itu langsung berdiri di belakang pintu.
"Mba boleh tidur dimana saja yang mba mau..."
"kalau begitu aku dan suamiku di kamar tidur mu sama"
"boleh mba boleh"
aku mendengar itu langsung keluar dari kamar untuk menemani om Salman,Tante Ghina yang melihat ku keluar, langsung menatapku dengan sinis. om Salman yang mengetahui itu langsung menghampiri ku, merangkul pundakku.
"kamu lapar?"
"tidak om..."
"tapi kamu belum makan sayang..."
"aku belum rasa lapar"
"kalau begitu temani aku makan ya? "
Gia tak menjawab hanya tersenyum dan mengangguk kepalanya,tante Ghina yang melihat itu langsung menyinyir. "cih... dasar tidak tahu diri...dipungut saja masih sok bergaya"
aku dan om Salman tidak memperdulikannya, bukan karena takut tapi berdebat dengan dia hanya membuat kami kesal, karena jawabannya selalu tidak nyambung dan merembet kemana mana.
tante Ghina dan om Anton suaminya beranjak ke kamar om Salman,dulu mereka berdua pernah menghina kedua orang tua ku karena usaha ayah ku yang tak berkembang saat itu akibat ulah dari nenek yang memblok jalannya karena tidak menikah dengan pilihannya,saat itu om Anton punya pekerjaan yang cukup baik dan setahuku 2 tahun belakangan ini om Anton di berhentikan dari pekerjaan nya karena ketahuan bermain uang.
"sayang... kamu yakin gak makan? "
"aku minum teh anget aja..."
mba Yuli yang batu datang membawa makanan langsung menegurku, "jangan atuh de... ade kan dari kemaren oma masuk RS tidak ada apa apa yang masuk."
"tuh... bener kata mba Yuli... setiap orang pasti bakal pergi karena umur kita sudah ada yang atur, hidup kita sudah ada di skenario Tuhan." ucap Salman lembut,mba Yuli yang melihat interaksi kedua nya ikut tersenyum.
Gianna akhirnya mengalah dan lebih memilih makan bahkan mereka mengajak serta mba Yuli di meja yang sama,sebelumnya sebenarnya itu selalu di lakukan,namun mba Yuli selalu menolak dan kali ini dia menerima karena sangat merasa di hargai oleh majikan majikannya itu, bukan hanya pada saat ada sang nenek tapi saat tidak ada pun mereka tetap menghargai mba yuli.
*****
7 hari berlalu setelah kepergian oma dan setelah ibadat 7 hari oma berlangsung entah apa yang ada di pikiran mereka,tiba tiba saja tante Ghina mengatakan sesuatu yang sebenarnya sudah kami duga.
"aku mau ambil rumah oma yang di sini... Aku anaknya,aku yang lebih berhak atas semua itu"
"tapi mba... masih ada mba Ghaida"
"aku tahu... di kota ini bukan hanya ada rumah tapi ada tanah,aku juga akan ambil sebagian perhiasan oma yang menjadi bagian ku! ingat Salman... kau hanya anak angkat ibu ku, dia menyekolahkan mu saja sudah cukup,warisan yang beliau tinggalkan bukan milikmu!"
"saya paham mba... tapi ada baiknya jika mba menemui mba Ghaida terlebih dahulu"
"kau tidak perlu mengajarkan ku soal itu!! aku jauh lebih berpendidikan dari mu"
Gia yang tadinya sedang fokus dengan pembicaraan yang menyebut nama sang ibu juga,langsung kesal saat om Salman di perlakukan demikian.
om Salman langsung mendekati ku dan menggenggam tangan ku,aku meremas tangan itu dengan kuat, om Salman sangat mengerti aku,rasa kesal ku saat mereka muncul di rumah sakit,saat mereka meraung raung seakan sangat kehilangan, padahal... merekalah yang membuang oma sehingga oma tidak tinggal dengan mereka.
"sabar sayang..."
"kenapa sih om gak pernah mau lawan mereka?"
"bukan om gak mau lawan..." ucapnya mengelus lembut pundak keponakannya, "om cuma mau berdamai... om gak mau ribut,om sadar diri om ini siapa,tapi satu yang harus kamu tahu,walaupun om tidak ada ikatan darah sama kamu tapi om sangat menyayangi kamu! om sangat berharap kamu bisa menerima rasa sayang om padamu! om sangat menyayangi kalian walau kita bukan dari darah yang sama" ucapnya sangat lembut hingga membuat merasa dia lebih dari sekedar yang terikat darah.
malam itu juga om Salman mengatakan keberadaan ibuku dan mengapa ibu ku di sana, ternyata yang terjadi saat itu adalah ibu ku membunuh ayah saat ayah menyakitiku,dia lebih memilih menghancurkan rasa cinta nya pada ayah dari pada menyakitiku dan dia rela membunuh ayah yang membuat kaki ku hancur dan mengunakan kaki palsu sekarang.
aku menangis mendengar cerita itu,om Salman tak melepas pelukannya untuk menenangkan ku,bahkan aku berteriak di dada nya melampiaskan kekesalan dan kemarahan ku. ternyata aku menangis hingga aku tertidur,om Salman membawaku ke kamar dan om Salman tidur di sofa di kamarku,dia memang selalu seperti itu setiap kali tahu kalau aku tidak dalam keadaan tenang.
*****
saat libur sekolah om Salman benar benar mengajakku bertemu dengan ibu, kami mengunjungi nya di ibu kota, wajah nya yang menua tak menghilangkan tatapan hangat seorang ibu,namun sayang mereka terpisah sebuah dinding kaca yang memisahkan mereka.
ibu melihat Gia dengan tatapan penuh cinta dan rasa rindu yang sangat dalam,begitu pula sebaliknya,hanya ada air mata yang terus turun tanpa bisa di tahan. mereka hanya di beri waktu 45 menit,selama itu pula ibu nya tak berhenti mengucapkan maaf dan terimakasih pada kami berdua, kami hanya menjawabnya dengan anggukan,banyak kalimat dan kata yang tidak dapat keluar saat ini.
"waktu kalian selesai..." tiba tiba salah satu petugas sudah membuka pintu dan memisahkan mereka.
"aku akan lebih sering ke sini" ucap Gia menghibur sang ibu.
lokasi yang berada di luar kota membuat Salman memutuskan untuk menginap,Salman memesan 1 kamar dengan 2 bed di dalamnya, awal Gia menolak namun akhirnya dia mengerti rasa khawatir om nya itu sungguh besar,makanya Gia mengalah.
besok siang mereka kembali ke kota Malang karena besok om Salman masih harus bekerja,Gia dan Salman menjalani kehidupan seperti biasanya, mereka menyempatkan 2 minggu sekali untuk mengunjungi ibu Gia di penjara ibu kota,sampai saat Gia ujian kenaikan kelas dari kelas 2 ke 3 SMA.
sebelum ujian kenaikkan om Salman sengaja mengajak Gia ke ibu kota agar Gia lebih fokus saat ujian nanti, karena sudah beberapa hari ini dia selalu memimpikan sang ibu.
"apa ibu baik baik saja?" tanya Gia yang saat itu di ijin kan makan bersama sang ibu di area taman.
"ya..." jawabnya dengan senyum yang sangat terlihat di paksakan, "ada apa kamu bertanya seperti itu?"
"tidak bu... aku hanya memastikan ibu baik baik saja..." ucapnya lalu memeluk.
"ka... kakak bener gak apa apa? " kali ini om Salman yang bertanya dan pertanyaan itu bukan tanpa alasan,tapi karena dia melihat sesuatu yang janggal pada sang kakak.
"kalian itu kenapa sih?" tanya sang kakak lagi lalu melihat ke arah anak satu satu nya. "kamu suatu saat juga pasti harus dan akan menikah,kalau sampai saat itu benar benar terjadi lalu setelah aku tidak berada dekatnya,biarlah dia menjadi anak yang mandiri karena didikanmu yang luar biasa" ucapnya lalu tersenyum pada sang anak yang berjalan ke arah mereka.
"jaga dia untukku"
"pasti ka"
setelah kunjungan itu Gia disibukkan dengan sekolahnya dan Salman sibuk dengan pekerjaannya hingga tiba tiba suatu malam seminggu setelah ujian sekolah Gia berakhir,saat itu Gia dan om Salman baru saja selesai makan malam.
"om... telpon" ucap Gia yang saat melewati ponsel setelah mencuci piring.
om Salman yang melihat tangan ponakan nya basah langsung mengambil alih ponsel itu,saat menerima telepon yang entah dari siapa, raut wajahnya berubah,membuat Gia yang saat itu di sana bingung.
"baik pak... saya akan ke sana" ucap nya masih dalan raut wajah yang sama aku yang penasaran akhirnya bertanya.
"ada apa?"
Om Salman tidak menjawab namun dia memandang ku seperti ada sesuatu yang terjadi,aku melihat raut kesedihan pada wajah om Salman dan itu membuatku yakin kalau ada sesuatu yang terjadi.
"om...."
"sayang... kamu.... kamu sayang sama om kan?"
"ada apa? pertanyaan jenis apa itu? "
"Gi... mama... mama mu di temukan bunuh diri di sel nya"
Gia yang mendengar kalimat itu langsung terduduk lemas,om Salman langsung memeluk Gia dan secara otomatis air matanya turun dengan deras, mereka saling memeluk dan menguatkan bohong kalau tidak syok,karena mereka sangat terpukul dengan kejadian ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!