NovelToon NovelToon

Cahaya Hidupku

BAB I Awalnya Hidupku...

aku lahir di keluarga yang sederhana,ayahku seorang supir pribadi dan ibu yang berjualan kue di sebuah kantin kecil tidak jauh dari rumah,kehidupan kami awalnya sangat baik sampai suatu ketika ayah ku berubah,ayah sering memukul ibu sekarang, padahal dulu ayah begitu menyanyangi ku dan ibu, ayah rela melawan nenek untuk bisa menikah dengan ibu. Sampai suatu siang nenek datang kerumah kami,aku begitu gembira menyambut nenek,tapi dia tak menyentuhku sama sekali. ya, nenek tidak menyukai kami, jangan heran dengan itu karena ayah ku melawan nya dan menolak di jodohkan dengan pilihannya,nenek membawa sebuah surat dn sebuah foto.

ibuku menerima foto dan surat itu lalu menangis, "kenapa harus begini bu? kenapa ibu tega?" itulah yang ibuku ucapkan pada nenek.

"kau tahu dari awal kalau aku tidak menginginkanmu dan anakmu itu! jangan seolah olah kamu tidak tahu hal itu! " nenekku dengan sadis menjawabnya.

setelah kedatangan nenek,ayah tidak pernah pulang,ada perasaan sedih karena ayah tidak ada,namun ada perasaan senang karena tidak ada lagi yang memukuli ibu ku.

berbulan bulan ayah tidak kembali bersama kami sampai suatu pagi ayah datang dan berbicara pada ibu,aku melihat mereka berbicara tapi aku tidak dengar sama sekali apa yang mereka bicarankan.

"semua aku lakukan untuk kamu dan Gia! tidak mungkin kita hidup seperti ini terus menerus!" bentak ayah.

"memang ada apa dengan kehidupan kita? kita semua baik baik saja dengan kehidupan ini! kamu yang belum siap untuk melepas kekayaan ibumu!" ibu ku menjawab dengan pedas.

kehidupan keluarga ayahku memang cukup baik,apalagi nenek seorang pengusaha kerajinan tangan yang sudah di kenal banyak orang, entah kenapa ayah jatuh cinta pada ibu dan nenek tidak merestuinya,dengan keras kepala ayah tetap menikah dengan ibu walaupun tanpa restu dari nenek. kami tidak tahu sejak kapan ayah kembali berkomunikasi dengan nenek yang kami tahu ayah tiba tiba berubah, bukan seperti ayah yang kami kenal.

awal mereka berbicara dengan baik sampai akhirnya mereka kembali bertengkar,pertengkaran kali ini terasa lebih mencekam,tapi saat itu usia ku 3 tahun,aku sama sekali tidak paman mengapa ayah dan ibu ku bertengkar. aku melihat ayah terus memukul ibuku hingga ibu terjatuh,aku lari ingin menyelamatkan ibuku tapi ayah dengan teganya menarik bajuku hingga leherku terasa sakit,ayah mengangkatku tinggi.

"jika kau tidak mau juga, biar ku banting anakmu ini!!"

entah kekuatan dari mana yang ibu dapatkan,dia bangun dan berusaha meraihku membuat ayah semakin tinggi mengangkatku.

"baiklah... tolong turunkan anakku!" ibuku lebih memilih menyelamatkan ku di banding hubungan nya dengan ayahku.

ayah menurunkanku,saat mendengar ucapan ibu,tapi sayangnya pegangan ayah tidak begitu kuat dan membuatku jatuh, ibu berusaha menangkapku,namun ibu hanya berhasil memegang kepalaku hingga tidak terbentur dilantai,aku meringis kesakitan aku merasa sakit di bagian kakiku aku tak sanggup bangun,tulangku seperti remuk.

"gia... gia..." ibu memanggilku agar tidak tertidur.

aku terus merintih kesakitan,aku sudah tidak kuat lagi aku ingin menutup mataku. samar aku melihat ibuku mengambil pisau,dia berjalan menuju ayahku yang membelakangi kami,setelah itu aku sudah tidak tahu apa yang terjadi.

...****************...

setelah itu aku terbangun disebuah ruangan yang bernuansa putih, aku melihat ke sekeliling ku,ada oma mekky beliau adalah ibu dari mama ku.

"kamu sudah bangun sayang..." sapa oma, "apa ada yanh sakit?" tanyanya lagi dan aku mengeleng, "oma panggil dokter ya,biar di periksa!" ucapnya lagi lalu oma memencet tombol yang ada di samping ranjangku.

kejadian itu membuat kaki ku pincang dan aku harus di gendong atau mengunakan kursi roda, setelah berminggu minggu lamanya,akhirnya aku di ijinkan untuk pulang,aku sempat bingung karena tidak sama sekali melihat keberadaan kedua orang tuaku,layaknya anak kecil yang tidak tahu apapun aku hanya mengikuti oma ku saja.

"hai gadis cantik..." sapa seorang pria kepadaku, "kau mengingatku?" tanyanya lagi dan aku menjawabnya dengan gelengan, "kau itu sangat persis seperti ibu mu! terlalu jujur." ucapnya lagi.

Sebenarnya aku tahu siapa pria itu, aku hanya suka mengerjai nya,dia adalah om Salman, dia adik dari ibuku,lebih tepatnya adik angkat, yang aku lihat dia begitu menyayangi ibuku.

kami pulang ke rumah oma,kata mereka untuk sementara waktu aku akan tinggal bersama dengan mereka di kota M, tampat kelahiran ibu ku,aku menyambutnya dengan senang hati, karena aku lebih merasa mereka menyayangi ku di banding keluarga ayahku.

...****************...

Bulan berganti bulan,hingga tahun berganti tahun aku tinggal bersama mereka dengan kasih sayang yang sangat melimpah, om salman dan oma selalu mengajakku jalan jalan, sehingga aku tidak ada waktu untuk menanyakan dimana orang tua ku.

sampai aku mulai bersekolah di kota M dan aku mulai kembali menanyakan kedua orang tuaku, tapi jawaban yang aku dapat dari oma dan om Salma adalah mereka berdua pergi dan tidak bisa membawaku bersama mereka.

aku mulai di olok olok temanku karena aku tidak mempunyai orang tua,aku mulai kesal dan sempat tidak ingin meneruskan sekolah, om Salman lah yang memberikan pengertiannya kepadaku hingga membuatku kembali ke sekolah.

suatu sore yang sangat cerah saat aku kembali dari bekerja kelompok di salah satu rumah temanku, aku melihat om Salman dan oma terlibat pembicaraan serius, sebenarnya aku sangat ingin tahu apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya itu hal yang tidak sopan.

"sore oma,sore om tampan" sapa ku saat masuk ke dalam rumah.

"apa semua baik baik saja?" tanganku melihat air mata oma.

"semua baik baik saja sayang! kamu dari mana? kok pulang sekolah jam segini?"tanya om Salman.

" aku baru selesai belajar kelompok om!"

"belajar kelompok? emangnya kamu kelas berapa?"

"ih... om ini kebangetan deh! aku kelas 4 sekarang dan om lupa" ucapku dengan nada marah.

"kelas 4??? berarti ponakan om sudah besar ya?"

"iya dong..."

"kalau sudah besar, sini om mau ceritain sesuatu,pasti kamu bakalan suka sama cerita ini! tapi, sebelum itu kamu harus ganti baju dulu, oke?"

"om mah... bikin aku penasaran aja! awas aja kalau sampai gak jadi!"

Gia menganti baju nya dengan sangat cepat dan langsung kembali ke ruang makan, "gak apa apa ma... Gia harus tahu semuanya!" kalimat itu yang tanpa sengaja aku dengar saat akan menemui mereka.

"om.. aku sudah selesai,,," ucapku sambil berjalan ke arah mereka, "oma... oma kenapa??" tanya Gia pura pura tidak tahu.

"oma gak apa apa sayang..."

"sini.. cium om dulu..."

"om itu... kenapa pamrih sih! aku itu udah gede, ga bolehh cium om lagi! " ucapku tapi tetap mengecup pipi om kesayanganku.

om Salman tertawa mendengar omongan ku yang berbeda dengan apa yang ku lakukan.

"karena kamu bilang kamu sudah besar, om mau memberi kabar tentang ibumu" ucap om lalu terdiam melihat reaksi ku.

aku sempat terkejut mendengar yang di katakan om Salman, pantas mereka ragu memberitahu ternyata soal ini. "oke" jawab ku berusaha tenang.

padahal aku sudah tidak pernah bertanya tentang ibu, karena setiap aku bertanya mereka selalu sedih, itu sebabnya aku tidak pernah bertanya lagi.

"ibu mu sakit gi" ucap om salman membuat ku menoleh, tapi aku tidak bertanya. karena om Salman selalu mengajarkanku untuk tidak memotong jika om atau oma sedang berbicara, "om mau menceritakan semuanya tapi berjanjilah kau tidak akan marah dengan semua yang terjadi dan aku mengagukan kepalaku.

dia menceritakan semuanya, dia bilang cerita ini dia dapet dari ibu ku,aku terkejut dengan cerita itu, aku berusaha mengingat kejadian itu tapi dia hanya ingat sampai dimana ayah memukuli ibu dan menjatuhkan ku hingga aku seperti sekarang,kesulitan untuk berjalan membuat aku mengepalkan tanganku dengan sangat kuat. kebiasaanku di saat aku sangat marah,melihat itu om Salman reflek mengenggam tangan ku agar terbuka,terakhir kali aku melakukan itu telapak tanganku luka karena kuku kuku ku menancap disana. om Salman meneruskan ceritanya hingga airmataku turun,aku baru mengetahui kenyataan kalau ternyata pertengkaran itu tidak hanya karena ayahku yang ingin menikah lagi tapi nenek dan ayahku berencana membunuh ibu dan membawaku untuk dijual.

ibuku sudah berusaha membela dirinya, tapi sia sia karena ibu tidak mempunyai bukti,pada kenyataan ibu memang membunuh ayah, walaupun itu untuk membela dirinya dan aku. saat ini ibu sakit bronkitis atau paru paru basah yang sudah cukup parah,pelan aku beranjak dari dudukku, oma sempat ingin menahanku dan ingin memelukku tapi aku lihat om Salman menahannya mereka membiarkanku masuk ke kamar.

"biarin dulu dia sendiri ma... biar dia tenang, mungkin dia malu nanggis disini! mama tahu sendiri kan, jatuh dari tqngga aja dia cuma diam ga nanggis." aku sempat mendengar om Salman mengatakan itu.

...****************...

malam menjelang,aku belum sama sekali keluar dari kamar, aku mendengar beberapa kali oma mengetuk pintu tapi aku tidak membukanya, "sayang..." kali ini om Salman memanggil dengan tegas biasanya aku akan langsung muncul tapi seperti tidak sanggup untuk bangun. aku masih bingung harus berbuat apa, saat aku sedang tengelam dalam fikiranku tiba tiba kamarku di buka secara paksa membuatku terkejut.

"kamu ga denger oma sama om panggil dari tadi?!" bentaknya. "om udah bilang sama kamu kalau jangan berfikir yang macam macam! om kasih kamu waktu bukan untuk siksa diri kamu degan tidak makan seperti itu, om mau kamu tahu kalau mama kamu tidak salah! om tahu kamu kemakan omongan orang sekitar apalagi omongan tante emy" jelas om ku.

sebenarnya aku sedikit terkejut saat om Salman mengatakan kalimat terakhirnya,karena sejujurnya aku memang sempat seperti itu karena orang yang mengatakan itu tante emy, beliau adalah kakak kandung dari ibuku.

"besok bisa bawa aku lihat ibu?" tanya ku tiba tiba membuat om Salman menoleh.

"tidak besok sayang... kamu tetap harus sekolah"

"tapi aku ingin sekali melihatnya" airmataku mulai tumpah.

spontan om salman memelukku, "om akan mengantarmu tapi tidak saat ini! akhir minggu ini kita akan ke sana karena ibu mu ada di luar kota." ucap om Salman lalu mengajakku keluar untuk ikut makan malam.

buat ku om Salman dan oma adalah segalanya,mereka yang membesarkan ku dan merawatku hingga aku seperti sekarang, walaupun aku mempunyai kekurangan tapi mereka terus berada di sampingku.

tak terasa akhir minggu datang, seperti yang om Salman telah bicarakan beberapa waktu lalu,kami akan mengunjungi ibu untuk pertama kali aku bertemu lagi dengan beliau setelah 7 tahun berpisah. "Tuhan... semoga keputusan ku menemuinya tidak salah" batinku.

sampai di rumah tahanan kami di sambut oleh salah seorang polwan cantik dengan sangat ramah,lebih tepatnya dia menyambut om Salman,raut wajahnya langsung berubah saat melihat om Salman mengenggam tanganku.

"pagi bu" sapa nya.

"selamat pagi pak, selamat pagi bu! ini anaknya mba Tina? "

"iya bu... ini anak Tina, dia mau melihat ibu nya" jawab oma pada polwan tersebut,wanita itu tersenyum manis, menoleh sekilaa pada om Salman yang masih terus mengenggam tanganku.

polwan itu membawa kami ke sebuah ruangan tempat kami akan menemui ibuku,aku merasa tidak enak karena wanita itu beberapa kali menatap tangan om Salman, aku mencoba melepaskan genggaman itu, tapi om Salman malah menatapku marah. "sepertinya om Salman tidak menyukai wanita ini." ucapku dalam hati.

20 menit berlalu muncul seorang wanita paruh baya yang sangat kurus dan berantakan, "ka..." panggil om Salman padanya, ternyata itu ibuku,beliau langsung berjalan ke arah oma dan mencium punggung tangannya,om Salman mendekatinya dan melakukan hal serupa padanya.

aku mematung aku tak tahu apa yang harus aku lakukan,om Salman mendekatiku dan membawaku ke arah ibu. "ini Gia ka..." om salman mewakili ku yang tak bisa berkata apapun.

"kamu sudah besar nak.." ucapnya memegang wajahku.

dan tiba tiba tangisan nya pecah dia memelukku,aku pun ikut menanggis dan membalas pelukkannya. aku melihat om Salman dan oma menangis,ini pertama kali melihat Om Salman menanggis.

...****************...

kegiatan akhir pekanku seketika berubah,yang biasanya jalan jalan bersama oma dan om Salman,sekarang menjadi mengunjungi ibu di rumah tahanan walau hanya bisa 2minggu sekali karena keberadaan nya yang di luar kota, disana biasa kita habiskan dengan berbincang tapi aku merasa senang dengan hal itu meskipun pergerakan kami yang terbatas.

sebulan telah berlalu,suatu malam om Salman tergesa gesa akan pergi setelah menerima telpon,aku yang terbangun karena haus bertanya. "kamu mau kemana?"

"om ada urusan sebentar,kamu di rumah saja ya..."

"oke" jawab ku singkat. aku memang dekat dengan om Salman tapi aku selalu berusaha agar tidak menganggu privasi beliau.

paginya aku terbangun karena suara tanggisan oma, "oma ada apa?" tanyaku pelan, "aku pikir oma masak untuk bekal kiya nanti... aku akan membantu oma masak hari ini" ucapku gembira karena ini hati minggu aku akan menemui ibu.

oma tidak bergeming dengan kata kata ku tatapannya kosong,masih sambil terus menangis. 'ya Tuhan... ada apa ini...' ucapku dalam hati. Tak lama ada suara ketukan pintu,aku membukanya dan mendapati om Alfian disana,om Alfian adalah sahabat terdekat om Salman.

"hai cantik... sehat?" tanya nya saat melihat aku yang membuka pintu.

"hai om, aku sehat."

"oma ada?"

"ada om... sebentar aku panggil" jawabku padanya lalu masuk ke dalam.

oma ternyata sudah berjalan kearah luar dengan membawa tas yang agak besar, "ayo sayang kita ikut om Alfian ke tempat ibu mu" ucap oma sambil menarikku.

"kita gak bawa bekel oma? nanti ibu makan apa? kita mau beli dijalan?" oma tak menjawabku, dia hanya terus menarikku ke luar lalu mengunci pintu, om Alfian mencium punggung tangan oma. "udah semua ma?"

"sudah nak"

sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan apapun hingga sampai di kota J tempat ibuku dan aku dahulu tinggal bersama almarhum ayahku. masuk ke sana kami tidak di bawa ke tempat biasa kami berbincang kami di bawa ke tempat paling belakang lagi. aku terkejut saat memasuki sebuah ruangan putih dan ada beberapa lilin di sana dan yang lebih mengejutkan lagi ada om Salman berdiri di saping sebuah peti mati. "ada apa ini?" tanyaku dalam hati, "Tuhan ku mohon Tuhan jangan... jangan terjadi apapun,aku mohon...."

om Salman langsung menghampiriku,dia memelukku dengan sangat erat, "sabar sayang... ibu mu sudah tiada" ucapnya pelan tapi sangat membuatku terkejut.

Bruk... bruk... aku dan oma jatuh di waktu yang bersamaan om Salman yang baru saja memelukku langsung menangkapku, sedangkan oma langsung ditahan om Alfian.

...****************...

aku sadar ketika kami sudah sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terawat, saat aku keluar kamar aku kembali mendapati peti mati yang tadi ku lihat, kali ini ada oma dan tante emy di sampingnya yang bersalaman dengan para tamu yamg datang.

om salman yang sadar dengan kehadiranku langsung mendekatiku,dia kembali memelukku "kamu harus kuat sayang! aku yakin kamu kuat hadapi ini, semangat!!" ucapnya menyemangati,aku mendekat ke arah peti itu, aku melihat ibuku di sana, dia sangat cantik dan dia tersenyum. aku pun tersenyum melihatnya, aku tidak tanya pada mereka tetang kematian ibuku, yang aku yakini ibuku sudah ikhlas karena dia tersenyum dengan sangat tulus.

Acara pemakaman di warnai haru karena om Salman yang tiba tiba menahan turunnya peti itu, "kakak... kakak... jangan pergi ka!" tahan om Salman yang membuatku juga sangat terharu.

Setelah acara pemakaman dan lainnya kami kembali berkumpul di tempat tante Retno,beliau adalah sahabat almarhumah ibuku, yang kediamannya kami pakai untuk menaruh ibu yang ternyata cukup banyak temannya dikota J yang melihat ibu untuk terakhir kalinya, bahkan saat pemakaman banyak sekali yang mengantar ibu. ternyata ada amanah yang di tinggalkan ibu ku untuk kami yang di titipkan pada tante Retno yang suaminya berprofesi sebagai pengacara.

"selamat malam semuanya... saya Jimmy nababan,suami dari Retno nababan yang telah di titipkan oleh ibu Tina beberapa amanah yang harus saudara saudari ketahui." om Jimmy memberikan sapaannya dan membuka pembicaraan tentang amanah dari ibuku.

"sebelumnya saya minta maaf kepada kalian semuanya karena langsung mengumpulkan kalian seperti ini disaat suasana masih berkabung,tapi amanah yang telah Tina titipkan harus segera saya sampaikan sebelum kalian malah tahu dari orang lain." kali ini tante Retno yang bicara, "saya punya sebuah rekeman video yang di ambil sehari setelah dokter menyatakan kalau paru paru beliau sudah cukup parah untuk berfungsi dan pihak rumah sakit menyatakan tidak akan bisa sembuh. tante Retno dan om Jimmy kemudian mengeluarkan laptopnya dan memplay video nya.

"hai semua nya... saat kalian menonton video ini pasti aku sudah kembali bersama Tuhan. untuk mama aku menitipkan perhiasanku untuk mama, jika mama punya hutang atau apapun karena mengurus anakku aku juga punya sedikit tabungan untuk mama pakai bayar semua itu. untuk Salman kakak menitipkan mama untuk kamu jaga, jaga juga ponakan kamu dua hal itu amanah kakak yang paling penting, kakak juga nitip sesuatu untuk kamu,nanti mereka akan memberikannya padamu. dan untuk ka Emy aku memberikan 4 usaha ku kepadamu tapi dengan syarat, bantu mama rawat anak ku dengan baik,jika kau mulai merawatnya dana dari 4 usaha itu akan masuk ke rekeningmu sesuai perintah ku kepada Jimmy dan Retno. yang terakhir untuk Gia, sayang... terima kasih kau masih mau menemaniku yang telah membunuh ayahmu ibu menitipkan semua aset yang tersisa utukmu,jaga dirimu baik baik nak,ibu sayang padamu,nurut sama om dan tantemu serta oma mu."

video mati, lalu om Jimmy dan tante Retno mengambil beberapa map yang harus kami tanda tangani, sebelum kami tanda tangani mereka meminta kami membacanya. tiba tiba tante Emy marah karena tahu kalau om Salman mendapatkan sebuah rumah dari ibuku.

"saya tidak terima dengan ini! dia itu bukan siapa siapa kami! bisa bisa nya Tina memberikan nya sebanyaj itu"

"sudahlah Emy jangan bikin malu" ucap omaku saat tante Emy marah.

"mama juga! dia kan bukan siapa siapanya mama, kenapa sih di bela terus." ucap tante Emy setengah membentak membuat oma terkejut.

"ka... jangan kaya gitu, kasian mama!" om Salman menegurnya pelan.

"tidak usah panggil aku ka! aku ga kenal sama kamu! "

om Salman ingin bangun tapi tanganku lebih dulu mengenggam telapak tangannya membuat dirinya tahu kalau aku sedang takut karena tanganku gemetar.

om jimmy dan tante Retno menegahi pertengkaran tante Emy dan om Salman, mereka mengatakan itu semua sudah keputusan ibu ku sendiri tanpa hasutan ataupun paksaan dari pihak mana pun. mereka juga sudah menanyakan alasan tentang hal itu karena om Jimmy sebagai pengacara sudah tahu betul bahwa hal itu akan jadi bahan pertengkaran dan jawaban ibu ku memang cukup mengejutkan, dia bilang karena sejauh ini om Salmanlah yang membantu oma menjaga ku,sebenarnya aku sangat menyetujui alasan yang di berikan ibu, selama ini memang om Salman yang membanting tulang untuk kehidupanku dan oma. untuk meyakinkan mereka om Jimmy memutarkan sebuah video dimana ibu mengatakan hal itu jadi tante Emy tidak lagi bisa berkutik,om Jimmy juga menjelaskan kalau amanah dari ibuku akan turun ke tante Emy jika aku tinggal dan dirawat oleh beliau.

dengan spontan tante Emy mengatakan mulai sekarang aku akan tinggal bersamanya,aku mengenggam tangan om Salman lebih kuat,sejujurnya aku tidak mau bersamanya.

"tidak seperti itu bu..." ucap om Jimmy saat tante Emy mengatakan itu, "yang di maksud tinggal bersama adalah keinginan dari Gia sendiri atau jika oma sudah tiada, anda sebagai kerabat terdekat akan mengurus Gia hingga dia kuliah nanti." ucap om Jimmy lagi.

"jadi selama itu belum terjadi,semua keuntungan itu kemana?" tanya tante Emy.

"Akan ada di dalam rekening bu,ibu Tina sudah membuatkan rekening terpisah untuk menghindari hal seperti ini,seleuruh pendapatan akan ada laporannya, dari mana saja yang ibu dapatkan" ucap om Jimmy mulai ketus.

"bisa saya mendapatkan rekap data walaupun ponakan saya masih tinggal bersama ibu saya?"

"tentu bu... nanti akan ada orang saya yang membawa laporannya pada anda"

"baiklah.. kalau begitu saya pamit" tante Emy pergi tanpa pamit pada oma maupun om Salman.

kami menginap di sana hingga hari ke tujuh kepergian ibu,lalu kami kembali ke kota M karena aku masih harus sekolah. aku dan om Salman berusaha menghibur oma yang begitu terpukul dengan kepergian ibu, sebenarnya kami merasa hal yang sama, walaupun aku baru sebentar bertemu tapi aku merasakan jika dia begitu menyayangi ku, kami berusaha tegar agar oma tidak drop karena selama di kota J oma tidak sama sekali mengeluarkan suaranya.

...****************...

sudah lebih dari sebulan kepergian ibu, oma sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasa, hanya saja beliau lebih sering mengeluh pusing dan sakit kepala,beberapa kali om Salman mengajaknya bicara hingga akhirnya oma bisa seperti sekarang. om Salman memang hebat, sifatnya yang layaknya benar benar anak kandung membuat oma merasa masih memiliki anak.

om Salman benar benar terlihat kuat,dia sama sekali tidak menunjukkan keterpurukkan,itu yang membuat ku termotivasi,tapi ternyata itu hanya topeng yang dia pasang agar aku dan oma tidak larut dalam kesedihan itu. suatu malam aku menemukannya sedang menanggis tanpa suara, dia pun terkejut melihatku.

"maaf... aku gak maksud" ucapnya menghapus air mata.

"gak apa apa aku ngerti om pasti terpukul banget,om jauh lebih dulu kenal beliau di banding aku"

"om cuma lagi kangen aja sama ibu..."

aku tak menjawab,aku hanya membalasnya dengan senyuman. "aku juga merindukannya om... hanya saja aku tidak paham cara mengungkapkannya." batinku.

semenjak malam itu, aku jadi tahu bagaimana terpukulnya om Salman dan bagaimana hancur hatinya,karena malam itu dia menceritakan semuanya, bagaimana dia masuk keluarga ini dan seperti apa perlakuan yang di berikan oleh semua anggota keluarga ini,semuanya menerimanya kecuali tante Emy tapi penyebabnya om Salman tidak memberitahuku katanya belum saatnya aku tahu.

kalian paham kan anak kelas 4 SD menuju kelas 5 dengan keadaan pincang,memikul beban yang seperti ini, berusaha menjadi jauh lebih dewasa,berusaha membuat orang sekitarku bahagia melihatku. semua airmata ku tahan, semua kecewa ku telan sendiri,karena aku tahu mereka memikul beban yang sama,bahkan kadang makanan yang ku makan terasa hambar karena menelan semua rasa pahit dan tidak ingin membuat orang sekitar khawatir.

Bab 2 PERUBAHAN DALAM HIDUP

Kalian paham kan anak kelas 4 SD menuju kelas 5 dengan keadaan pincang,memikul beban yang seperti ini, berusaha menjadi jauh lebih dewasa,berusaha membuat orang sekitarku bahagia melihatku. semua airmata ku tahan, semua kecewa ku telan sendiri,karena aku tahu mereka memikul beban yang sama,bahkan kadang makanan yang ku makan terasa hambar karena menelan semua rasa pahit dan tidak ingin membuat orang sekitar khawatir.

...****************...

hari demi hari kulewati,meskipun berat tapi aku bertahan untuk mereka dan untuk masa depan ku nantinya. tak terasa saat ini aku sudah kelas 6 SD berarti sebentar lagi aku akan ada di bangku SMP, mulai menjejakki sebuah kedewasaan,apalagi sebentar lagi aki ujian akhir yang artinya aku akan lulus dari SD.

om Salman selalu bangga padaku dengan prestasiku,dia dan oma selalu menduku seluruh kegiatan sekolahku,bahkan yang tidak ada kadang dibikin ada sama mereka, itu yang membuatku bangga bersama mereka.

suatu hari om Salman membawa kabar buruk untuk kami,dia di tugaskan ke Negara I untuk 3 tahun ke depan,sejujurnya aku dan oma cukup terkejut tapi itu adalah sebuah tugas yang mau tidak mau harus om Salman jalankan,kami tahu om Salman berat meninggalkan kami dan kami berusaha seakan kami biasa saja walaupun dalah hati aku dan oma pun takut.

"kalian yakin bisa?? mumpung belum aku tanda tangan..." tanyanya lagi setelah selesai mendaftarkan ku ke salah satu sekolah SMP di kota M.

"iya om... kamu akan baik baik saja" jawab ku santai.

"pergilah nak, itu kan tanggung jawabmu! kamu tidak boleh melepasnya begitu saja. mama dan keponakan mu akan baik baik saja,kalau perlu nanti aku minta Ratmi untuk menemani kami di sini." ucap oma meyakinkan om Salman dengan membawa nama mba Ratmi, dia adalah salah satu tetangga kami yang diminta om Salman untuk membantu oma belakangan ini yang lebih sering sakit.

"baiklah ma... tapi biarkan aku membelikan ponsel untuk Gia agar dia dapat memberi kabar padaku jika terjadi sesuatu" tegas om Salman dengan nada tidak ingin di bantah.

"iya... belikanlah..." oma menyerah rencana awal oma akan membiarkanku mengunakan ponsel saat SMA nanti,tapi demi tenangnya om Salman akhirnya beliau mengijinkan.

"Gi... abis ini ikut om ke tempat beli ponsel ya...sekalian biar om bisa ajarin kamu dulu cara pake nya." ucapnya sambil menandatangani persetujuan untuk di pindahkan ke Negara I.

"iya om" jawabku singkat tanpa membantah.

setelah hari kelulusan ku,om Salman berangkat ke negara I hanya aku dan om Alfian yang mengantarnya,oma dirumah karena tidak enak badan, tapi menurutku hanya alasan beliau saja karena pagi itu aku masih melihatnya berlalu lalang.

"om jalan ya..." pamitnya padaku.

"om ga jadi naik pesawat emang? kok jalan,kan cape." candaku pada om Salman yang di sambut tawa dari om Alfian.

tapi tidak dengan om Salman, dia terlihat datar, tak menjawab apapun,dia memelukku dan menciun keningku. "jaga oma ya, kabarin om kalau ada apapun... pengiriman uang om kasih ke om Alfian, nanti om Alfian yang bakal antar uangnya"

"iya om...kenapa sih serius bgt..."

om Salman dan om Alfian berpelukkan sambil mengucapkan perpisahannya, "tolong jaga mereka untuk ku" ucapnya pada sahabat terbaiknya itu.

"pasti brother... jangan pernah lupakan kami jika kau sudah disana."

"terima kasih untuk semuanya,semoga aku punya cukup umur untuk membalasnya"

Om Alfian membalasnya dengan senyuman,kami berdua menunggu hingga om Salman menghilang di pintu keberangkatan. lalu kami kembali,tidak ada pembicaraan sepanjang perjalanan kembali,om Alfian sama seperti om Salman dia begitu menyayangi kami.

"makan dulu ya, udah siang nih,kasian perut kamu nanti teriak teriak" ucapnya memecahkan suasana hening.

"iya"

"makan dimana? "

"bebas dimana aja..."

"inget... jangan berlarut,kasian oma nanti."

aku hanya menanggapinya dengan senyum tanpa ada kata apapun yang keluar,aku paham betul posisi om Alfian saat ini mengantikan sosok om Salman di samping kami,aku menghargai om Alfian sama seperti aku menghargai om Salman apalagi dia adalah orang yang dipercaya om Salman untuk menjaga kami.

...****************...

aku sudah memulai petualanganku di bangku SMP di tahu pertama semua berjalan dengan baik,nilai ku sangat bagus,om Salman terus memberi kabar pada kami dari negara I,setiap hari dia selalu menelpon kami dua kali, saat pagi akan berangkat dan malam saat dia selesai bekerja tapi karena perbedaan waktu 7 jam jadi kadang hanya satu panggilan yang terjawab olehku.

saat ini sudah memasuki tahun kedua aku di SMP, om Salman kembali untuk berlibur. dari awal beliau memang sudah mengatakan padaku dan oma kalau dia akan kembali setahun sekali, makanya dia kembali saat kenaikkanku ke kelas 2 SMP,sekaligus mengajak aku dan oma jalan jalan.

"kita ke pantai aja... nanti nginep disana" ucap om Alfian yang ikut serta di liburan kali ini, tidak hanya om Salma, bahkan mba Ratmi pun ikut serta dengan kami.

"tanya oma aja, kalau oma okey kita ke pantai" jawab om salman.

kalau pergi dengan om Salman memang seperti ini,tujuannya belum jelas tapi semua orang sudah dia kumpulkan,karena om Salman mementingkan oma, jadi liburan kami selalu tergantunh oma.

"iya kita ke pantai aja, udah lama juga ga ke sana" ucap oma saat om Alfian minta ijin.

ucapan oma di sambut gembira oleh kami, cuaca memang sangat baik untuk ke pantai. kami kali inj berlibur ke pantai, bahkan kami membuat plan plan liburan berikutnya,om Salman selalu menjawab cari tempat yang bisa bawa oma. dia memang hampir tidak pernah berlibur sendiri, selalu membawa aku dan oma turut serta dan selalu membawa kami ke tempat dimana oma juga bisa ikut menikmatinya.

Om Salman hanya 2 minggu di kota M setelah itu dia kembali ke negara I melanjutkan aktivitas nya lagi, aku pun sudah mulai kembali ke sekolah dan memulai aktivitas.

suatu malam oma mengeluh sakit kepala,dia membangunkan ku yang tidur di sampingnya, "de... kepala oma sakit..." ucapnya saat aku membuka mata.

"astaga... badan oma panas banget! " ucapku panik, "kita ke rumah sakit ya nek,aku telpon om Salman dulu..."

"jangan... jangan..." kasian om mu lagi kerja, jangan di ganggu, "kamu telfon saja Alfian,lagi pula kayanya oma cuma sakit kepala aja!"

aku menelfon om Alfian beberapa karena saat ini memang dini hari jadi wajar jika om Alfian tidak mengangkatnya,setelah delapan kali akhirnya dia mengangkatnya.

'om... oma sakit' ucapku singkat.

'telfon mba Ratmi om ke sana sekarang' balasnya sedikit panik,terdengar suara khas, orang bangun tidur.

'baik om terima kasih'

'sama sama sayang...'

setelah menelponnya aku lansung menghubungi mba Ratmi,tidak makan waktu lama mba Ratmi langsung ada di depan pintu kami, karena rumahnya yang memang tak jauh dari kami.

"tadi sore juga oma udah ngeluh sakit kepala ka" ucap mba Ratmi saat aku sedang mengkompres oma.

"kenapa ga bilang sama aku?"

"ga boleh sama oma" bisiknya karena oma sedang tidur.

tiga pulu menit kemudian om Alfian sampai dan langsung masuk kamar oma, om Alfian memang memegang kunci rumah ini,kunci itu di berikan om Salman,hanya mba Ratmi yang tidak pegang kunci, bukan karena kami tidak percaya padanya tapi mba Ratmi orang yang teledor,dia suka menaruh barang sembarangan jadi kami memutuskan tidak memberikan kunci padanya.

"gimana keadaannya?"

"panasnya belum turun sama sekali om"

"kalau gitu kita bawa ke dokter ya..."

"ayo..."

dengan sigap om Alfian mengangkat oma keluar,sementara aku mengambil data nenek yang kemungkinan dibutuhkan,mba Ratmi mengambil selimut,air,tissue dan minyak kayu putih.

sampai di rumah sakit yang pertama kami di tolak karena penuh om Alfian sudah mulai kalut,dia mulai mengemudi dengan kecepatan tinggi,reflek aku langsung memegang lengannya. om Alfian yang sadar sedikit mengurangi kecepatan nya setelah itu mengucapkan kata maaf padaku dan aku menjawabnya dengan senyuman.

di rumah sakit yang kedua kami di terima dengan sangat baik,kami bukan seorang CEO atau seorang tuan muda yang bisa dengan gampangnya meminta kosongkan rumah sakit, jadi setelah gagal di satu rumah sakit, kamu pun harus mencari rumah sakit lainnya.

setelah lama menunggu cukup lama di depan UGD akhirnya dokter menyatakan oma mengalami komplikasi penyakit, darah tinggi, asam urat,asam lambung tinggi dan yang paling parah adalah kanker usus besar. kami terdiam,tidak ada yang sanggup berkata kata sampai dokter menanyakan.

"diantara kalian... mana yang anaknya?"

"saya cucunya dok"

"kami hanya anak angkat dok" om Alfian menunjuk dirinya dan Ratmi.

"lalu anaknya di???"

"anaknya di negara I untuk bekerja" jawab om Alfian lagi.

"apa nama anak nya Tina?"

"bukan dok, Tina itu ibu saya. beliau telah tiada" ucapku.

"baiklah... segera hubungi anaknya di negara I untuku kembali, karena kanker yang beliau derita sudah stadium 3 yang artinya tinggal 2 tingkat menuju akhir."

"tapi bagaimana kondisinya?" tanya Alfian.

"untuk saat ini tidak sadarkan diri"

setelah kepergian dokter kami berembuk memutuskan siapa yang memberi tahu om Salman dan semua aspek mengarah padaku, jangan tanya gimana perasaannya,semua udah di aduk jadi satu,takut.. bingung... khawatir, semua bener bener di aduk jadi satu.

04.00 subuh

berarti di tempat om Salman pukul 9,akhirnya aku memberanikan diri menghubungi nya.

' hallo... ' terdengar suara om salman seperti ada di tempat ramai.

'om... oma sakit'

'sorry sayang om ga denger sebentar ya' ucap om Salman. 'iya... kenapa Gi??'

'oma sakit om, om harus pulang' ucapku cepat, awalnya hening... sampai akhirnya terdengat umpatan dari sebrang sana.

'om akan pulang,om cari penerbangan paling awal' ucapnya lagi lalu menutup telpon.

om Salman mengabariku dapat tiket pada jam 10 pagi,aku hanya mengatakan pada nya untuk hati hati, '10 pagi disana berarti di sini pukul 5 sore' guman ku.

aku memberi kabar pada yang lain,om Alfian bahkan sempat bertanya apakah om Salman tahu tentang penyakit yang di derita nenek, aku hanya menjawabnya dengan gelengan,karena aku tahu itu akan menjadi sesuatu yang bahaya, biarkanlah dia sampai di sini baru kita memberitahu kabar ini.

17.22

"de... ibu harus kita operasi secepatnya sebelum kesadarannya benar benar hilang" ucap dokter yang baru saja memeriksa oma.

"sebentar ya dok, anaknya baru kembali dari negara I sedang di jemput,saya belum berani mengambil keputusan apapun."

"nanti jika sudah ada minta langsung menemui saya,karna ada yang tidak tertanggung asuransi negara."

"baik dok, nanti akan saya sampaikan."

Sementara itu di perjalanan menuju rumah sakit, "mama sakit apa fi?"

"nanti aja kalau sampe sana"

"kalau kau bilang macam kaya gini berarti parah"

"yang penting saat ini kau ada di sampingnya"

lorong rumah sakit cukup sepi saat itu,terdengar decitan sepatu seseorang yang sedang berlari,beberapa kali petugas menegurnya tapi tidak di hiraukan.

"gi..." sapa nya saat ada di depan Gia

"om..." spontan Gia memeluknya lalu menangis,Salman menepuk-nepuk punggung nya dengan sayang. "oma om..."

"apa kata dokter?"

"kaker usus besar stadium 3" ucap gia pelan lalu kembali menangis.

"boleh dilihat?"

Gia mengangguk lalu mengatakan kalau dokter ingin melakukan operasi tapi menunggu kedatanga dirinya dan memintanya untuk ke ruang dokter,Salman mengiyakan lalu pergi menemui Oma.

...****************...

"apa apaan nih gw ga dikasih tahu!" tiba tiba tante emy muncul depan kami.

"bukan gak di kasih tahu ka,mama yang gak bolehin" jawab om Salman membela diri.

sebenarnya ada yang membuat kami bingung, karena kami sama sekali tidak mengatakan pada siapapun kalau oma di rumah sakit,kenapa orang ini bisa tahu. bukan berarti dia tidak boleh tahu tapi kami tahu jika tante emy tahu pasti akan sangat heboh dan benar saja, om Salman langsung kena semprot.

"gak usah lu panggil gw kakak! gw kan udah bilang kalau gw bukan kakak lu! mama aja aneh mau punya anak kaya lu!" ucapnya dengan enteng, "untung gw ketemu di Ratmi, kalau kaga gimana coba!"

"ahhh... ini ternyata jawabannya, dia neken mba Ratmi" ucap Gia dalam hati. mba Ratmi memang kita suruh pulang tadi pagi untuk istirahat dan mengambil baju buat kami karena operasi oma akan di jalankan pada pukul 9 pagi ini.

"sakit apa dia??? gak keluarin banyak duitkan???" ucap tante Emy dengan kurang ajarnya "kalau mesti keluarin duit gw cabut nih, gw ga ada duit soalnya"

aku benar benar tidak percaya ada seorang anak yang mengatakan itu saat ibunya sedang di operasi,andai saja aku lebih dewasa,aku pasti melawannha saat ini

"Gia... kalau ternyata oma mu nih enggak selamat,kamu tinggal sama tante aja ya..." ucapnya padaku yang langsung membuatku bangun dari bangku dan melotot kearahnya, dengan sigap om Alfian dan om Salman menarikku dan mereka memindahkanku ke bangku lain.

operasi berjalan selama 12 jam,pukul 6 sore dokter keluar dari ruang operasi dan memberi kabar baik pada kami, yang membuat kami senang bukan kepalang. bahkan mba Ratmi sampai pingsan karena itu,lain dengan kami yang senang dan terharu,tante emy justru merasa kesal, bahkan dia pergi begitu saja.

...****************...

setelah sepuluh hari rawat inap,akhirnya oma di ijinkan untuk kembali ke rumah,Gia selalu mengunjunginya setelah pulang sekolah,hari ini Gua ijin menjemput sang nenek di RS karena om Salman sudah kembali ke negara I tiga hari yang lalu.

"gimana oma? apa jauh lebih baik dari sebelumnya?" tanya om Alfian saat mobilnya mulai melaju meninggalkan lobby rumas sakit.

"sudah nak fian, mama malah lebih enteng sekarang badannya."

"Puji Tuhan.... syukurlah nek!"

"mba Emy apa gak dateng ya mama sakit" tanyanya pada mba Ratmi, membuat aku dan om Alfian menoleh.

"eeehhh itu oma... apa dah namanya mas fian?" mba Ratmi melempar jawaban nya pada om Alfian.

om Alfian menghembuskan napasnya berat, "ada kok ma... kemarin ka emy nunggu bareng kami sampai selesai operasi,tapi setelah itu dia langsung pulang,mungkin masih ada keperluan lain"jelas om fian.

oma tak menjawab apapun, dia hanya menghela hafas saja. kabar kepulangan Oma ternyata sampai juga ke telinga tante Emy,saat kami datang dia sudah ada di depan rumah dan karena dia juga seluruh tetangga jadi tahu kalau oma di rumah sakit padahal oma selalu bilang untuk tidak memberi tahu tetangga,bukan sombong tapi oma hanya tidak ingin merepotkan.

"hai mah... gimana? sudah lebih baik?" sapa tante Emy saat oma turun dari mobil,didepan rumah sudah ada beberapa tetangga yang ikut menyambut oma.

"terimakasih... terimakasih... tidak usah repot repot" ucap oma membalas sapaan tetangga melewati tante Emy.

Tante ikut masuk ke dalam rumah dengan cuek nya,tak lama para tetangga kembali ke rumah mereka masing-masing. mba Ratmi langsung membawa oma untuk beristirahat,saat akan masuk kamar tante Emy bertanya dengan suara yang cukup keras.

"kemana si anak kesayangan mama?"

"mas Salman kerja mba" Ratmi yang menjawab, aku dan om Alfian tak menjawab apapun.

"kerja? kan mama sakit! gak tahu bales budi dasar!" ucapnya.

"tadi baru jalan kok tan!" sahutku berusaha menahan emosiku, "lagi pula waktu oma selesai operasi juga om Salman yang jaga,gak ada yang bantu" sambung ku lagi.

"bagus... emang dia harus tahu balas budi waktu itu kan oma dan mama mu sudah banyak bantu dia,sekarang waktunya dia yang bantu oma." balasnya dengan nada sedikit mengejek.

om alfian sudah memberi kode padaku untuk tidak menjawabnya lagi,tapi apa daya,aku memang mudah emosi jika menyangkut orang-orang yang aku sayang.jika itu terjadi pada om Alfian atau mba Ratmi, akupun akan melakukan hal yang sama.

"om Salman orang nya emang paling sadar kok! kalau soal balas budi mah dia paling paham,nyatanya kaya sekarang dia sadar betul oma tinggal punya dia anaknya,ga ada orang lain! adanya yang statusnya anak tapi udah kaya bukan anak!" ceplosku yang langsung membuat om Alfian menarikku keluar rumah, untung mba Ratmi sudah membawa oma masuk ke kamat.

"apa sih om! " aku kesal dan menarik tanganku.

"Salman gak pernah ajarin kamu sekurang ajar itu sama yang lebih tua!" bentak om Alfian.

yahh,,, om Salman adalah salah satu sahabat terbaik om Salman dari aku kecil,jadi dia juga tahu bagaimana perjuangan om Salman membantu Oma membesarkanku dan dia juga saksi bagaimana om Salman selalu mementingkan kami di banding segala sesuatu nya, bahkan saat dimana aku hadir dalam hidupnya om Salman mempunyai seseorang,tapi karna wanita itu tidak menginginkanku,om Salman lebih memilih melepasnya ketimbang harus melepaskanku.

ini kali pertamanya om Alfian membentakku,sebelum nya aku selalu lari padanya saat om Salman marah dan saat ini dia membentakku, om Alfian yang sadar telah membentakku langsung mengucapkan maaf.

"maaf..."

aku tersenyum mendengar itu, "gak apa apa om, aku tahu kalau aku yang salah, harusnya aku tidak seemosi tadi"

buru buru om Alfian memberi pengertian padaku, "om paham kamu marah,om mengerti kami kesel sama apa yang sudah tante katakan,tapi om harap kamu bisa lebih mengerti apa yang harus kamu keluarkan dan apa yang harus kamu simpan sendiri" ucapnya perlahan.

kalian bisa pahan kan kenapa aku bisa jauh lebih dewasa dari seharusnya?? Ya.... ini adalah salah satunya, aku ada di lingkup orang orang yang selalu punya aura positif, aku besar dengan mereka yang selalu tenang menghadapi segalanya, mereka yang mengajarkan ku untuk jauh lebih kuat. jadi kalian jangan pernah bilang aku hebat karena dibalik aku yang seperti ini,ada mereka yang selalu membimbingku dan menarikku saat aku melewati batas, memelukku saat aku tidak kuat menahan segalanya.

...****************...

sudah seminggu oma kembali ke rumah,dengan kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya,aku dan om Alfian pun sudah kembali lagi beraktivitas. mba Ratmi ikut senang dengan perkembangan oma saat ini,setiap hari dia selalu menceritakan kegiatan oma padaku ataupun om Salman saat om Salman dan om Alfian menelfon.

hanya saja hari ini sedikit berbeda,mba Ratmi tidak begitu banyak bicara,setelah aku kembali dari sekolah tak lama mba Ratmi pamit pada ku untuk pulang, mba Ratmi memang hanya datang menjaga oma selama aku berangkat sekolah setelah itu semua aku yang mengerjakannya.

besok pagi saat aku akan berangkat sekolah oma belum bangun sama sekali,padahal semalam makan masih sambil bercerita kalau siang itu mba Ratmi sempat salah membeli barang yang akhirnya membuatnya bolak balik ke warung,padahal depan warung lagi banyak ojek pangkalan yang suka godain mba Ratmi. mendengar itu aku langsung tertawa, aku bilang pada oma kalau sebenarnya salah satu dari mereka sebenarnya ada yang cocok,tapi mba Ratmi terlalu jual mahal. oma hanya tertawa mendengar candaanku,tapi entah kenapa yang aku lihat tawa itu seperti berbeda.

entah apa yang ternadi setelah hari itu kesehatan oma semakin menurun,karena om Salman selalu minta kabar dari ku jadi aku berusaha mengabarkan yang sebenarnya benarnya pada om Salman, membuatnya mengutus om Alfian untuk lebih sering lagi ke rumah, bahkan dia meminta ijin pada RT setempat agar membiarkan Alfian menginap dengan alasan kesehatan oma,awalnya RT menolak tapi akhirnya memberi ijin 3 hari sekali om Alfian menginap.

sampai suatu pagi aku kaget mendapati kaki oma yang kaku dan dingin saat aku akan mengelap badannya,untung saja saat ini jadwal om Alfian menginap, aku hanya teriak terkejut saja dia langsung ada di kamar kami.

"kenapa?"

"pegang..." ucapku memanggilnya mendekat.

saat dia memegang oma yang badannya sebagian telah dingin, buru buru dia mengangkat oma yang memang kondisinya sudah buruk sekali, di perjalanan aku menghubungi mba Ratmi dan om Salman memberi kabar. sayangnya cuaca ekstrim di sana membuatnya tidak bisa terbang saat itu juga,semua penerbangan ditutup hingga kondisi membaik.

kami langsung mendapatkan penanganan medis untuk Oma,karena ini hari sabtu jadi aku memutuskan untuk ada di rumah sakit bersama om Alfian,mba Ratmi sampai di rumah sakit 30 menit setelah kami sampai. terlihat wajah khawatir dan takut pada wajahnya,hanya saja dia berusaha terlihat biasa saja,mbak Ratmi sempat memelukku hanya aku yang tahu kalau pelukan itu beda dari yang biasanya,pelukkan itu terlalu erat untuk bahasa saling menguatkan.

pukul 14.22 dokter menyatakan oma koma, bagaikan tombak yang menusuk dan menembus jantung,aku langsung terduduk lemas, tidak ada satu orangpun yang sempat menangkap ku, aku masih sadar,hanya saja kakiku seperti sangat lemas hingga membuatku jatuh.

sejujurnya aku belum siap dengan hal ini aku takut kehilangannya,aku sangat takut saat ini,aku bingung apa yang harus aku lakukan kedepannya. Om Alfian beberapa kali memanggilku menawari aku makan dan lainnya,tapi aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala,aku sempat mendengar suara ponselku tapi aku seperti tidak sanggup untuk mengangkatnya.

tak lama aku mendengar suara ponsel om Alfian 'om Salman' batinku.

'ya?'

'kemana Gia?'

'ada.kenapa?kau sudah sampai?'

ternyata mereka melakukan video call, 'sudah.kau bersamanya?'

'ya... dia di sampingku.' om Alfian mengarahkan ponselnya ke arahku, sayangnya aku tidak meresponnya sama sekali,lalu aku mendengarnya mengatakan agar om Alfian tetap disini,dia akan kembali sendiri.

satu jam kemudian ada yang memeluk tubuhku dan mencium kening ku,hal itu membuatku langsung menangis,ya...saat ini memang aku membutuhkan itu,aku butuh untuk menangis.

"jangan kaya gini... kita harus hadapi ini sama sama" om Salman mengatakan itu sambil memelukku,aku diam tak menjawab apapun "denger om,kita harus sama sama kuat supaya oma cepet sembuh, kita harus kasih semangat sama dia."

om Salman terus memberi semangat padaku,begitu pula dengan om Alfian dia merangkulku dan terus mengatakan kalau kami berempat akan melewatkan ini sama sama. sebenarnya dari tadi om Alfian terus mengatakan itu padaku,hanya saja dia memang tidak intens memelukku seperti om Salman karena itu memang larangan dari om Salman.

melihat hancurnya kami bertiga membuat mba Ratmi ikut menangis,kami bahkan lupa keberadaannya padahal dialah yang dari tadi menawariku segala macam,aku memanggilnya untuk duduk bersama kami, tapi bukan diam dia malah makin menangis.

"maafin mba ya mas... ka... maafin mba orangnya jahat" ucapnya diantara isakkannya.

"udahlah... ga ada yang salah,,," om Salman menenangkan,sebenarnya om Salman memang punya sifat yang luar biasa tenang dalam keadaan apapun.

ucapan om Salman malah membuat mba Ratmi makin tersedu sedu,aku dengan spontan langsung memeluknya,berusaha menenangkan,aku melihat om Salman seperti sedang menelpon seseorang.

"ka... maafin mba Ratmi ka..." ucap mba Ratmi padaku.

"mba ga salah apa apa kok! bukan salah mba ini"

"mba punya salah ka" dia mengecilkan suaranya, "ada yang mba sembunyikan,tapi mba mohon jangan libatin keluarga mba nantinya."

"ada apa sih..."

mba Ratmi bercerita sebuah cerita yang sangat mengejutkan mba Ratmi memberi ponselnya padaku, dia hanya berani merekam suaranya, tidak berani mengambil gambar, itupun karena ponselnya dia taruh begitu saja.

suara itu terdengar seperti suara tante Emy,ada suara oma dan sesekali suara mba Ratmi menengahi,aku tidak kaget dengan suara tante Emy,yang membuatku terkejut apa yang dikatakannya pada oma. belum selesai aku mendengar rekaman itu dan mendengar cerita mba Ratmi tiba tiba tante Emy muncul,tanpa aku sadari aku mengepalkan tanganku dan itu terlihat oleh om Alfian yang membuatnya lansung mendekatiku dan mengenggam tanganku.

"kenapa lu baru telpon gw?" tante Emy langsung menyemprot om Salman.

"maaf ka, saya urus yang lain jadi tidak bisa segera menghubungi kakak." jawabnya tetap dengan rasa hormat.

"bohong aja lu! lu gak urus nyokap bener benerkan? lu pergi pergi terus..."

om Salman tak menjawab,dia hanya tersenyum,itulah yang membuatnya special karena dia bukan orang yang perduli denga sesuatu yang menurutnya tidak terlalu penting.

"kenapa?" Om Alfian menanyakan padaku, tangannya masih mengenggam tangan ku, aku hanya mengeleng,om Salman melihat tangan Alfian yang terus mengengam tanganku,hal itu membuatnya langsung melepaskan tanganku.

"kau itu! mengapa mengambil kesempatan saat aku sedang sibuk mengurus hal lainnya!"

om Alfian hanya tertawa mendengar itu, aku tetap memasang wajah datar.

...****************...

pukul 02.11

ttttuuutttt.......

terdengar suara mesin di samping tempat tidur oma, membuatku dan yang lainnya lompat bangun. tak lama dokter datang bersama beberapa suster dan dokter syaraf.

lalu dokter mengeleng beberapa kali ke arah dokter dan suster lainnya,lalu salah satu dokter mengatakan kabar buruk itu pada om Salman.

pertama kali dalam hidupku melihat om Salman sehisteris itu,dia tidak terkendali,om Alfian sudah ikut menanggis melihat sahabat baiknya yang hancur. mba Ratmi sempat memelukku sebelum akhirnya pingsan,aku menatap kosong ke arah oma.

'*oma... aku mohon jangan p*ergi,aku tidak ingin bersamanya,oma... aku takut oma... aku mohon...' ucapku dalam hati.

BAB 3 KEPERGIANNYA MENGHANCURKAN

Pukul 02.11

ttttuuutttt.......

terdengar suara mesin di samping tempat tidur oma, membuatku dan yang lainnya lompat bangun. tak lama dokter datang bersama beberapa suster dan dokter syaraf.

lalu dokter mengeleng beberapa kali ke arah dokter dan suster lainnya,lalu salah satu dokter mengatakan kabar buruk itu pada om Salman.

pertama kali dalam hidupku melihat om Salman sehisteris itu,dia tidak terkendali,om Alfian sudah ikut menanggis melihat sahabat baiknya yang hancur. mba Ratmi sempat memelukku sebelum akhirnya pingsan,aku menatap kosong ke arah oma.

'oma... aku mohon jangan pergi,aku tidak ingin bersamanya,oma... aku takut oma... aku mohon...' ucapku dalam hati.

"man... jangan gini! kasian Gia" ucap om Alfian setengah membentak pada sahabatnya.

di sudut lain ada tante Emy yang sedang membuat drama dengan air matanya, 'untuk apa kau menanggis bukannya ini mau mu' batinku melihat tante ku sendiri. dia berusaha meraihku tapi aku menolaknya.

om Salman mulai tak terkendali,dia mulai mengamuk,om Alfian bahkan tidak bisa menahannya, aku melangkah ke arahnya dan berdiri di depannya, dia yang sadar keberadaanku langsung memelukku kami menangis ini adalah patah hati terberat untuk kami. om Alfian bergabung memeluk kami,tak jauh dari kami ada mba Ratmi yang setia di sisi kamu bertiga.

oma kami bawa pulang,tetangga sekitar ikut sedih melihat kami,mereka yang melihat perjuangan kami dan kedekatan kami bersama oma ikut menangis melihat kami, bahkan tetangga depan rumah langsung berlari memelukku dengan erat. "kalian kuat nak, kalian pasti kuat" ucapnya lalu beralih pada om Salman.

pemakaman oma di hadiri banyak sekali orang bahkan beberapa diantaranya kami tidak mengenal mereka,setelah pemakaman aku, om Salman,om Alfian dan mba Ratmi masih duduk di samping makan, beberapa orang menghampiri kami mengajak pulang,tapi kami hanya mengeleng.

"oma... maafin Ratmi oma... Ratmi salah oma... maafin Ratmi" raung mba Ratmi membuat aku yang berada di antara om salman dan om alfian bangkit dan duduk di sampingnya.

"udah mba... gak apa apa,mba juga terpaksa kan, oma pasti paham" ucap ku menenangkan walaupun tak membuat mba Ratmi berhenti menangis.

om Salman dan om Alfian sempat menatapku dengan penuh tanda tanya,apalagi mba Ratmi terus meraung dan meracau tentang kejadian itu, aku menghela bagas berat lalu mengambil ponsel mba Ratmi dan memberikan kepada mereka berdua,agar mereka mendengar apa yang terjadi dengan oma sebelum beliau meninggalkan kita.

flashback on

siang itu mba Ratmi di kejutkan dengan gedoran pintu yang cukup keras, ldia langsung buru buru ke pintu dan langsung membuka tanpa melihat siapa yang datang, dia terkejut saat melihat yang berdiri di depa pintu adalah tante Emy.

"mba Emy... masuk mba"

"mana mama? "

"dikamar mba, sedang makan siang"

tanpa permisi dia langsung masuk ke kamar oma,mba Ratmi buru buru mengikuti,om Salman memang berpesan untuk tidak membuka pintu apa lagi untuknya, tapi karena tadi terburu-buru akhirnya mba Ratmi langsung buka, apalagi jam kedatangannya sama dengan jam kedatangan om Alfian.

"mah..." panggil nya.

"hheemm" oma hanya berguman sebentar lalu melanjutkan makannya. mba Ratmi dengan sabar menyuapi oma,merawat dengan sangat baik.

setelah makan tanpa basa basi,tante Emy langsung menyerang oma, seakan oma bukan orang tuanya melainkan musuhnya.

"mama kenapa sih pake bangun lagi! mama kan tahu aku butuh uang itu ma! kenapa mama sembuh? udahlah mama kalau mau pergi pergi aja! mama emanng gak ada sayang sayangnya ya sama aku! mama tuh sayang sama Tina dan Salman aja!" tante Emy mengucapkan itu dengan kurang ajar.

"jangan gitu mba! oma masih dalam pemulihan jangan di kasih beban pikiran,nanti oma sakit lagi! kasian oma." mba Ratmi menegurnya.

"udahlah mi! kamu gak usah ikut ikut! kamu tuh belain banget anak pungut itu! kamu diem aja, saya cuma lagi berusaha minta sesuatu yang menjadi hak saya!" bentak nya pada mba Ratmi.

"bukan gitu mba caranya! kalau memang belum dapat berarti memang belum waktunya mba punya.

" kamu itu,jawab mulu sekarang ya!"

akhirnya mba Ratmi diam, dia tahu akan percuma bicara dengan orang yang memang pada dasarnya gila harta.

mba Ratmi akhirnya mengambil ponselnya dan merekam suara tante Emy yang memaki maki oma,saat mba Ratmi sedang ke dapur membawa alat makan yang tadi dipakai.

"mama tuh kenapa sih ma! mama jadi berubah kaya begini semenjak Tina ambil itu anak punggut! Aku itu anak mama,kenapa mamah lebih membela dia dari pada aku?apa karena mama emang mau punya anak laki laki? apa karena aku nikah bukan dengan laki laki yang mama pilih? Tina juga melakukan hal yang sama ma,kenapa cuma aku yang mama musuhin?" bentak tante Emy pada mama.

"kamu yang berubah bukan mama atau orang lain! " oma sempat menjawab demikian.

"udahlah! mau gimanapun aku akan tetap salah, gak akan pernah ada benarnya malau di mata mama!" balas tante Emy dengan penuh emosi. "ingat kata kata ku ma... aku gak akan tinggal diam ma! aku akan celakain orang orang yang mama sayang itu,apa lagi kalau mama gak mau ikutin keinginan aku!"

"jangan kamu ganggu adik dan ponakan mu"

"itu tergantung! kalau mama mau tanda tangan kalau waris dan uang tabungan yang mama punya dari Tina untuk aku, aku gak akan pernah ganggu mereka, tapi kalau tidak berarti mama lebih pilih aku hancurin anak pungut dan cucu mama" ancamnya lagi pada oma.

"mba! jangan kaya gitu!" mba Ratmi baru kembali. "mba Emy jangan bikin oma banyak pikiran" sambungnya lagi. "oma istirahat aja ya, nanti aku telpon om Alfian" kali ini mba Ratmi bicara pada oma dengan sangat lembut.

"jangan ikut campur kamu mi! dia itu orang tua saya! "

" oma butuh istirahat mba!" lawan mba Ratmi lagi.

akhirnya terjadilah perdebatan di antara mereka,Emy terus memaksa agar oma menandatangani surat itu,mereka beradu argumen sampat akhirnya oma menyerah.

"sudahlah... kemarika surat itu, yang penting jangan ganggu anak dan cucuku!"

"oma..."

"biarkan Ratmi uang itu bisa habis,oma tidak ingin Gia dan Salman susah nanti nya karena dia! "

oma akhirnya menandatangani surat itu, mba Ratmi sudah berusaha membuat oma berubah pikiran tapi, oma begitu menyayanhi Salman dan Gia jadi dia tidak ingin sesuatu terjadi pada mereka.

"awak kalau kau bilang hal ini pada mereka! aku akan melibatkan keluargamu agar ikut hancur! " ancam Emy pada Ratmi lalu berjalan keluar dengan senyum karena misinya telah selesai.

"oma istirahat ya..." ucap Ratmi tenang seakan tidak terjadi apapun.

Mba Ratmi membiarkan oma istirahat dan menyelimuti oma,saat akan beranjak keluar oma menahan tangan mba Ratmi. "Ratmi... jangan bilang siapapun... kasian nantu keluarga kamu"

"iya oma"

"janji ya..."

"iya oma Ratmi janji"

Akhirnya Ratmi menyembunyikan itu dari siapapun, tapi kesehatan oma semakin menurun,oma seperti tidak ada harapan untuk hidup, sampai akhirnya mba Ratmi memutuskan untuk mengatakan pada om Alfian dan Gia tapi belum sempat menceritakannya Gia sudah menghubunginya dan memberi tahu kalau oma berada di rumah sakit.

flashback off

mendengar rekaman itu dan cerita dariku membuat om Alfian dan om Salman tidak kuat menahan amarahnya. om Salman langsung bangkit berdiri,aku langsung menahannya.

"sebelum ke rumah sakit oma bilang sama aku supaya kita akur akur terutama sama tante Emy, kata oma sebenarnya dia baik, hanya lingkungannya yang membuatnya terpengaruh. aku sudah janji sama oma kalau kita akan akur,jadi kita jangan kecewakan keinginan oma untuk terakhir kali." jelasku pada om Salman.

dia hanya diam tapi bukan berarti dia terima hanya dia mencari cara agar dapat melepaskan emosinya itu,om Alfian yang paham betul dengan sahabatnya itu langsung merangkul dan berusaha menenangkannya,walaupun sangat jelas terlihat kalau dia juga emosi mendapat ceritaku itu.

kami pulang menjelang sore, beberapa kerabat masih ada di rumah oma termasuk orang yang saat ini tidak ingin kami lihat, ya.. ada tante Emy yang sedang berdrama seakan dia adalah orang yang paling kelihangan dari pada kami yang benar benar menjaga oma. ada juga keluarga mba Ratmi yang membantu proses ibadat di rumah dan menjaga rumah.

ibu mba Ratmi menghampiri kami,membawakan kamu minum salmbi berkata pada om Salman kalau uang duka sudah ada pada tante Emy,beliau yang menyuruh ibu mba Ratmi agar memasukkan kotak amplop itu ke kamarnya karena dia akan menginap beberapa hari ke depan hingga hari ketujuh berdua dengan suaminya.

kami masuk ke kamar untuk ganti baju,kami tetap harus keluar karena ada beberapa kerabat yang berada di rumah, rasanya kurang sopan jika kami tidak menemani. 30 menit kemudian om Salman mengetuk pintu kamarku mba Ratmi dan ibu nya yang berada di kamarku langsung saling menoleh, mereka baru bergerak saat ada suara om Alfian yang memanggil.

"kalian istirahat aja ya,biar om yang temenin saudara,nanti ada keluarganya mba Ratmi yang bantu rapi rapi" ucap om salman saat masuk ke kamar.

"iya mba Gia...nanti ibu aja yang beres beres, mba Gia istirahat sama Ratmi" ucap ibu mba Ratmi.

"ga apa apa? " tanyaku pada om Salman.

"gak apa, nanti aku yang bilang kalau kamu istirahat." ucap om salman.

"minum ini dulu,baru tidur... aku tahu kalau aku suruh makan pasti kalian nolak jadi kalian minum vitamin biar ga sakit" om Alfian memberi vitamin pada kami.

aku merebahkan badanku setelah mereka keluar, aku tidak ingin tidur aku hanya ingin beristirahat merebahkan badanku,yang terasa sangat lelah.

Aku tidak mengerti lagi apa yang akan terjadi nanti kedepannya,airmataku terjatuh, airmata yang sudah kutahan saat berada di tengah keramaian,mba Ratmi yang sama sedihnha langsung memelukku kami menangis bersama hingga tertidur. kami semua sebenarnya hancur hanya saja berusaha terlihat tegar agar tidak ada seorangpun yang menginjak kami.

aku terbangun saat merasa di gin pada keningku aku membuka mata dan mendapati mba Ratmi dan ibunya sedang di sampingku, melihat aku bangun bu ida ibunya mba Ratmi keluar dan kembali bersama kedua om terbaikku.

"makan ya..." om Salman langsung duduk di sampingku.

"nanti ya...aku ngantuk" jawab ku yang memang masih merasa sangat lelah.

"jangan... makan dulu ya, nanti makin sakit" kali ini om Alfian yang meminta,aku tersenyum mendapati rasa khawatir pada nada bicara mereka,aku menganggukan kepalaku.

om Salman langsung memberikan suapannya,mba Ratmi, bu ida dan om Alfian keluar dari kamarku,membiarkan aku dan om Salman melepaskan keakraban kami. tak lama air matanya turun masih sambil menyuapiku.

"sorry..."

"gak apa om, kan om sendiri yang bilang kalau kadang memang ada saat dimana kita menangis, om ingetkan" kata kata ku itu langsung membuatnya memelukku,entah kenapa aku rasa om Salman jauh lebih sedih, tapi aku tidak mengerti karena apa.

setelah itu om Alfian masuk ke kamar dan bergabung memeluk kami,entah kenapa aku lebih merasa kekeluargaan padanya di banding tante Emy.

...****************...

waktu terus berjalan,tak terasa ini sudah memasuki hari ketujuh, pada hari ketiga kemarin akhirnya om Salman tumbang, aku dan om Alfian berada di sisinya merawatnya,om Alfian sama seperti kami tidak memiliki siapa siapa, orang tuanya telah tiada juga jadi dia begitu terlihat akran dengan om Salman.

malam itu setelah sembayang hari ke tujuh kami kedatangan tamu yaitu om Jimmy dan istri, aku dan om Salman sempat membicarakan ini sebelum om Salman sakit, tante Emy pasti sedang menunggu om jimmy.

"Gia... om turut berduka... dimana om Salman?"

"om Salman sedang sakit di kamar"

"boleh om melihatnya?"

"silahkan om"

om Salman tidak terkejut dengan kehadiran om Jimmy, dia menyambutnya dengan senyum bersama om Alfian disana, om Alfian yang tahu siapa om Jimmy langsung keluar dari kamar itu karena yang akan di bicarakan pasti sesuatu yang intern.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!