NovelToon NovelToon

Bahagia Untuk Kanaya

BUK- 1 : Kanaya yang malang

Halo, readers ku tersayang, akhirnya aku bisa up ulang lagi novel "Bahagia untuk Kanaya" ini setelah beberapa waktu lalu aku putuskan untuk unpublish dulu, semoga tetap excited ya mengikuti novel ini, dan semoga othor jugq bisa melanjutkan novelnya sampai ending, Aamiin.

salam hangat othor✨💕

*****

"Kanaya, jangan lupa cuci yang ini juga! " seruan dari seorang wanita paruh baya di samping nya membuat gadis cantik itu menoleh. Tatapan memelas dari kedua mata indahnya muncul saat melihat bak berisi setumpuk pakaian kotor yang baru saja di berikan bibi Ratna, pengurus panti asuhan tempat nya tinggal saat ini.

Kanaya ivanka adalah nama lengkap nya, gadis yang baru genap berusia enam belas tahun itu lantas menyeka keringat deras yang mengucur di dahinya. Sejak tadi pagi hingga siang ini tumpukan baju kotor itu seolah tak berhenti datang, dan itu semua ia kerjakan sendiri dengan hanya mengandalkan tangan manual.

Sejak tiga tahun belakangan, beginilah rutinitas yang di lakoni gadis belia itu. Ia di paksa dewasa oleh keadaan.

Ingin rasanya mengeluh tapi sadar itu tidak akan merubah keadaan, dia juga menumpang di sini jadi apapun pekerjaan rumah tangga yang di berikan pengurus panti harus ia kerjakan sebagai bayaran karena dia yang menumpang hidup di sini.

Gadis itu menghela napas pendek, lalu kembali melanjutkan pekerjaan nya, ia harus cepat menyelesaikan cucian ini agar bisa makan siang atau tidak ada nasi ataupun lauk tidak akan ada yang tersisa untuk nya, jangan sampai ia terpaksa harus mengganjal perutnya dengan roti dan air lagi, sejak kemarin Kanaya sama sekali belum menyentuh nasi. Ia lapar.

Waktu berjalan cepat, matahari yang menggantung di atas awan semakin tinggi hingga panasnya menyengat ke kepala. Kanaya yang sudah membereskan cuciannya lantas segera menjemur satu persatu baju yang sudah bersih itu di atas tali tambang yang masing-masing sudah di ikat ujungnya.

Panasnya matahari yang langsung menyentuh pori-pori membuat kulit pucat nya memerah. Kadang saking merahnya hingga terasa terbakar, ingin membeli tabir surya tapi ia harus menabung dulu untuk itu, dan alhasil ia tak pernah bisa membelinya.

"Huftttt! " Kanaya tersenyum bangga saat semua pakaian sudah ia jemur, kini saat nya untuk mandi dan makan.

Di dalam kamarnya ia sudah membawa handuk dan peralatan mandi, ia pun mandi di toilet yang berada di luar.

Baju ganti yang di kenakannya sudah bolong, dan banyak tambalan di sana- sini namun Kanaya masih tetap mengenakannya karena baju nya yang tak banyak bahkan terkadang ada anak panti yang memakai nya tanpa seijin nya yang alhasil baju itu malah menjadi hak milik mereka dan Kanaya yang tidak enak menegur pun hanya bisa merelakan baju- bajunya itu.

"Aaah, segarnya, " kata Kanaya setelah keluar dari kamar mandi dengan badan yang sudah fresh.

Ia kemudian melanjutkan langkah ke kamar menaruh handuk dan peralatan mandinya kembali lalu berjalan menuju ruang tengah untuk makan.

Namun belum sampai langkahnya menuju ruang tengah, tiba-tiba ia di panggil oleh seseorang.

"Kanaya, ada yang ingin menemui mu. "

Saat Kanaya menoleh ternyata bi Ratna yang bicara padanya.

"Siapa bik? "

"Kakak mu, Areksa arkatama."

Deg!

Kanaya tertegun saat itu juga. Mendengar nama keluarga Arkatama, yang terasa familiar tapi juga asing untuk nya. Di sebabkan karena Kanaya yang pernah menjadi putri di keluarga itu, tapi hanya selama tiga belas tahun, sebelum akhirnya tempat nya itu tergantikan oleh sang putri asli yang tiba-tiba kembali.

Kilas balik tentang masa lalu nya muncul lagi di kepala. Saat tiga tahun lalu, ia masih seorang gadis yang periang, tumbuh dengan cinta yang utuh di dalam keluarga arkatama, sampai sebuah fakta terungkap dan Kanaya di beritahu jika dirinya bukanlah putri kandung abiyasa dan tania.

Semua prahara itu terjadi tepat ketika hari ulang tahun nya, di pesta ayah dan ibunya datang bersama seorang gadis seusianya dan memperkenalkannya sebagai putri mereka yang asli.

Sejak saat itu kehidupan Kanaya mulai surut bak purnama kehilangan sinarnya. Sehari setelah pengumuman itu, Kanaya merasa seperti bayangan, terlihat tapi tidak pernah di anggap, bahkan ulang tahun yang harusnya menjadi hari paling bahagia nya tak jadi di rayakan. Tapi yang paling membuat nya sakit adalah ketika menyadari bahwa kasih sayang keluarga nya telah berubah.

"Kanaya, pasti kamu senang melihat adik mu bukan? " kata ibu angkatnya dengan nada bahagia, saat pertama kali mereka memperkenalkan Aria, gadis muda dengan manik coklat yang cantik dan senyumnya yang menawan.

Kanaya hanya tersenyum paksa, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi nyatanya, kehadiran Aria seperti badai yang menghancurkan segala hal yang pernah ia kenal sebagai rumah. Bukan hanya ia di abaikan tapi juga di tuduh mencari perhatian dengan cara yang salah. Keluarga Arkatama bukan lagi rumah baginya, ia merasa seperti terasingkan seorang diri.

Puncaknya satu insiden yang terus menghantui Kanaya adalah, ketika ia di tuduh mendorong Aria dari tangga. Kenyataan itu terlalu parah untuk di benarkan, padahal sebenarnya Aria yang pertama kali mencari perkara dengan menuduh dia telah merebut kekasih gadis itu, dan berakhir Aria terjatuh dari tangga karena kecerobohannya sendiri. Bahkan jika bukan karena Kanaya yang bergerak cepat meminta pertolongan, Aria mungkin akan mengalami hal yang lebih buruk lagi.

Tapi siapa yang akan mendengarkan pembelaan dari nya? seluruh anggota keluarga pasti hanya akan mendengarkan perkataan dari sang putri yang asli.

Para kakak- kakak nya yang dulu sangat menyayangi, hanya mampu menatapnya dengan kebencian yang tidak bisa di pendam, Areksa sang kakak laki-laki pertama yang dulu sangat dekat dengan nya, bahkan adalah orang pertama yang melayangkan tamparan di pipi Kanaya.

"Aku tidak menyangka karena kecemburuan kau sampai melakukan hal tega seperti itu pada adik mu? sifat iri dan arogan benar-benar telah merubah mu! "

Untuk pertama kalinya kata- kata cacian di layangkan padanya dari seseorang dulu bahkan tak pernah meninggikan suara padanya. Hati Kanaya teriris pilu kala mengingat itu kembali.

Lalu, Abiyasa selaku kepala keluarga pun mengambil tindakan, memberikan hukuman kepada Kanaya atas kesalahan yang tak pernah ia buat, yakni pengasingan-- keputusan yang begitu kejam. Panti asuhan menjadi tempat baru yang di isi dengan wajah- wajah asing. Kala itu Kanaya akhirnya menyadari dia bukan lagi putri di keluarga arkatama. Nama keluarga arkatama perlahan ia hapus dari kehidupan nya dan sekarang mereka kesini lagi setelah tiga tahun berlalu, untuk apa?

"Di tungguin ternyata malah melamun di sini! " Suara bik Ratna seolah membawa jiwa Kanaya kembali ke kenyataan.

"Cepat temui kakakmu, dia sudah menunggu lama di ruang tamu! " desak bik Ratna seolah tak ingin menyinggung putra pertama keluarga arkatama itu.

Kanaya menarik napas dalam-dalam, ia coba untuk menata hatinya kembali. Mengesampingkan segala perasaan yang bergejolak di hatinya ia akhirnya pergi untuk menemui laki-laki yang tahun ini berusia 25 tahun itu.

Sebenarnya hati Kanaya sudah membeku dan mati rasa, tapi entah kenapa saat tatapan mata mereka akhirnya bertemu setelah tiga tahun berlalu, Kanaya tetap tidak bisa mengendalikan perasaannya.

"Kanaya, " kata pria itu, pelan.

***

BUK 02 - Dijemput paksa

Mati- matian Kanaya menahan rasa sesak di dada. Laki-laki di depannya ini dulunya adalah sosok kakak yang paling dia kagumi, yang paling bisa membuat nya nyaman saat di dekatnya, tapi lihat lah sekarang, mereka seperti dua orang asing yang baru pertama kali bertemu.

Kanaya membuang napas dengan kasar, ia menampilkan ekspresi datarnya hanya agar pria itu bisa tahu jika selama ini ia baik- baik saja, meski tiga tahun ia telah mengalami ketidakadilan dan penderitaan yang tak bisa di jelaskan.

Ada apa kamu kemari? " itulah yang pertama kali keluar dari mulut nya.

Wajah Areksa seketika berubah saat mendengar nada bicara Kanaya juga tatapan yang tertuju untuk nya dari gadis itu.

Areksa yang awalnya ingin menunjukkan perhatian, tetapi akhirnya kata- kata itu tertahan saat mendengar nada bicara Kanaya dan ekspresi yang di tunjukkan untuk nya.

Setelah beberapa saat,Areksa baru membuka mulut dengan ekspresi serius. "Beginikah reaksi mu saat menemui kakak mu? "

Kanaya terkekeh kering. "Lalu aku harus apa? bahagia?"

Areksa terdiam, tatapannya jelas menunjukkan rasa bersalah, tapi gengsi nya terlalu tinggi untuk mengatakan maaf. Toh tiga tahun lalu Kanaya memang bersalah, dan hukuman ini adalah untuk mendisiplinkannya.

Cukup lama mereka diam, sebelum akhirnya Areksa kembali berbicara dengan nada yang sedikit canggung.

"Pulanglah bersama kakak, masa pengasingan mu sudah selesai. "

"Pulang? " Kanaya kembali bertanya dengan kekehan kering. "Bukankah tiga tahun lalu kakak bilang tempat ini adalah rumah ku yang sebenarnya? aku mau pulang kemana? "

Areksa lantas teringat, karena kemarahannya saat itu ia sampai kelepasan menyinggung soal Kanaya yang seorang anak pungut, dan fakta jika dia di adopsi dari panti asuhan ini.

Bak di hantam godam, hati areksa terasa sakit, ia bukannya sengaja ingin mengatakan itu dan ternyata kata- kata itu masih membekas di hati Kanaya hingga sekarang.

"Jangan lebay, tiga tahun Kanaya, apakah enggak cukup untuk mu bisa berubah menjadi lebih baik? jelas- jelas waktu itu kau yang mendorong aria, bahkan jika bukan karena kebaikan aria kamu bisa saja di penjara, " katanya, lahir- lagi gengsi telah menahan egonya.

Kanaya melengos membuang muka ke samping, matanya sudah menatap nanar. "Memangnya apa bedanya panti asuhan dan penjara?"

Deg! Areksa hanya bisa mematung.

"Sudahlah, kalau kedatangan kakak kesini hanya untuk berdebat, lebih baik kakak pergi. Satu hal lagi, aku sudah nyaman tinggal di sini, " kata Kanaya hendak menyudahi pertemuan mereka dan bersiap berbalik pergi namun dengan gerakan cepat areksa menahan lengannya.

"Sudah cukup! " tiba-tiba lelaki itu membentak, suaranya menggelegar hingga membuat Kanaya terkesiap.

"Pulang ke rumah sekarang, atau bersiap luntang-lantung di jalan, karena setelah ini panti asuhan ini tidak akan menerima mu lagi! "

Kanaya terperangah. "Kakak mengancamku? "

Perlahan tatapan Areksa meredup. "Bukan ancaman Kanaya, kakak hanya kehabisan cara untuk membawa mu pulang. Keluarga arkatama juga masih bagian dari dirimu. "

Kanaya terisak, genggaman dari tangan areksa perlahan terlepas.

"Baiklah, jika itu mau kalian. Aku akan ikut, puas?! "

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Sambil menunggu Kanaya yang berpamitan, Areksa yang sedang bersandar di bagian depan mobil, mengingat kembali kenangan saat pertama kali melihat Kanaya yang masih bayi merah.

"Waah adikku perempuan ya pah, cantiknya. " Saat itu Areksa begitu sangat senang ketika di perbolehkan menggendong Nayna yang masih bayi.

"Iya sayang, Kanaya ivanka adalah nama adikmu. Kelak kau lah yang akan menjadi pelindung untuk nya. Menjadi garda terdepan jika ada menganggu nya, mengerti? "

"Baik pah, aku mengerti. Kanaya adik ku, abang pasti akan selalu ada untuk mu. "

Lalu ingatannya berpindah saat Kanaya mulai tumbuh menjadi gadis kecil yang imut dan sedang nakal- nakalnya. Kanaya adalah adik kecil yang selalu Areksa manjakan apapun keinginannya pasti akan ia turuti.

"Abang Nay mau ini! "

"Abang kak Jendra ngambil es krim punya Nay! "

"Abang sayang gak sama Nay, sayang banget kan?! "

Tanpa di sadari nya Areksa tersenyum saat mengingat semua momen- momen itu. Tak mungkin ia lupakan meski sekarang sikap Kanaya sudah berubah dan seperti ada jarak yang membentang luas di antara mereka, Areka etap menganggap Kanaya adalah adiknya.

Karena keasyikan melamun, Areksa sampai tidak sadar jika Kanaya sudah ada di hadapan nya. Areksa pun kembali menegakkan badannya.

Kanaya hanya membawa beberapa pakaiannya dan pamit sebentar pada bu Ratna dan para pengurus panti yang lain. Karena di tempat ini pun dia tak memiliki teman, Kanaya tak perlu repot- repot untuk pamit dengan yang lain.

Entah kenapa anak panti di sini seperti tak suka padanya, hanya beberapa yang menerima itupun seolah enggan untuk berteman dengan nya. Tapi meskipun tempat ini sama saja dengan di rumah, tapi Kanaya lebih baik berada di sini.

"Sudah siap? " tanya areksa, memastikan.

Kanaya hanya mengangguk pelan.

Areksa menghela napas kala menangkap murung di wajah cantik itu. "Baiklah kita berangkat. "

Kanaya kemudian mengekorinya dari belakang dengan membawa tas hitam di pundaknya, saat sudah masuk ke dalam mobil, Areksa menerima telepon yang berdering, Kanaya hanya melirik nya sekilas tanpa mau repot- repot melihat.

"Kak Reksa! "

Kanaya tertegun sesaat. Ia mengenali suara cempreng perempuan itu, siapa lagi jika bukan Aria. Meskipun tiga tahun sudah terlewati Kanaya masih bisa mengenali meski hanya dengan suaranya.

"Ada apa adikku sayang. " Areksa menjawab dengan sangat lembut seolah-olah sudah terbiasa dengan suara cempreng itu. Kanaya di samping hanya diam membisu, ada perasaan tersentil dalam hatinya kala mendengar romantis nya hubungan adik dan kakak itu, tapi dia mengingat kembali jika dia tidak memiliki status lagi dalam keluarga itu, membuat Kanaya menguatkan hatinya agar Areksa tak melihat bagaimana tidak nyamannya dia.

"Nanti kalau sudah sampai rumah, jangan lupa mampir buat beliin aku pie madu ya, aku ada les balet dulu, jadi kakak taruh saja di atas meja makan. "

"Baik siap. "

"Kok baik siap doang? mana tuan putri nya?! "

Areksa sedikit tertawa pelan mendengar celotehan adiknya itu. "Baik, siap tuan putri!"

"Oke, babay! "

Suara telepon terputus. Areksa menyadari ketidaknyamanan dan kecanggungan yang sedang terjadi pada mereka saat melongok pada Kanaya. Ia jadi merasa bersalah karena baru saja memperlihatkan bagaimana manjanya Aria padanya di depan gadis itu, dia pasti merasa tidak nyaman.

"Kamu bisa bermanja-manja seperti adik mu pada kakak lagi seperti itu, ketika kita sampai rumah Nay, " ucap Areksa demi menyenangkan hati adik angkat nya itu.

Kanaya tersenyum getir, tanpa mengalihkan pandangannya pada Areksa, dia lebih memilih menyandarkan kepalanya pada jok mobil. "Tak merasa canggung padaku lalu mengatakan hal itu hanya untuk menyenangkan ku kak. Aku... tidak peduli. "

"Kanaya." tekan Areksa, dia merasa adiknya sudah benar-benar berubah. Tapi Kanaya tetap bergeming, Areksa hanya menghela napas saat melihat Kanaya menutup matanya, pria itu lantas melajukan mobil pergi dari pekarangan panti.

******

BUK- 3 : Tak pernah meminta kembali

Di sepanjang jalan hanya diisi dengan kebisuan, tak ada obrolan apapun, mobil itu menjadi sangat hening dan jujur Areksa merasa tak nyaman. Dulu, Kanaya adalah orang yang paling bawel, dia akan selalu mengikuti kakak- kakaknya hanya untuk berbicara banyak hal.

Dia ingat, Kanaya adalah gadis yang ceria. Tapi mengapa sekarang dia lebih banyak diam?

Mengingat bahwa adiknya telah menghabiskan tiga tahun di panti asuhan sebagai hukuman dia jadi merasa sedikit bersalah, dan kemudian berkata, "Kau tahu mengapa dulu ayah mengambil keputusan mengirim mu ke panti? "

"Karena di sana adalah tempat asal- usul ku yang sebenarnya, " kata Kanaya yang sebenarnya menjawab asal. Dia sudah muak jika di singgung soal hukumannya yang harus tinggal di panti.

"Bukan. Kau salah Kanaya, karena ayah tahu kau bisa mandiri, sebenarnya itu bukan hukuman tapi bentuk kasih sayang ayah. Beliau ingin kau disiplin dan belajar banyak hal di panti dan kehidupan di sana juga bisa menempa mental mu. Jadi jangan berpikir bahwa kami berniat buruk padamu. "

"Bukankah kenyataan nya memang begitu? "

"Kanaya! "

Kanaya mendengus lirih. "Dulu aku sudah berusaha jujur pada kalian jika bukan aku yang mendorong aria, tapi kalian enggak ada yang percaya kan?"

"Kanaya, bukan itu yang kakak maksud! "

Kanaya menggeleng pelan. "Sudahlah kak, tak ada gunanya juga mengungkit masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu. "

Areksa menghela napas sambil terus fokus menyetir mobil. Pola pikir Kanaya memang sudah benar-benar berubah, dia pikir Kanaya masih tetap adiknya yang polos dan lucu, tapi ternyata dia sudah salah menilai.

Satu setengah jam perjalanan mereka akhirnya sampai di pekarangan rumah berlantai dua yang mewah, tapi Kanaya tidak bergerak.

Satu hal yang dia sadari, dia belum pernah melihat rumah ini sebelumnya, dahinya mengernyit menatap areksa untuk meminta jawaban tapi ternyata laki-laki itu telah keluar lebih dulu.

Apakah mereka pindah rumah? pikir Kanaya lantas ragu- ragu turun dari mobil.

Areksa sudah berjalan beberapa langkah, lalu menyadari bahwa Kanaya tidak mengikuti nya, dia lantas baru ingat bahwa dua tahun lalu mereka pindah ke rumah baru dan Kanaya belum pernah datang kesini.

"Kanaya, kemarilah! " panggilnya dan Kanaya baru mendekat. Kanaya kini berdiri di samping Areksa dan dengan nada sedikit canggung dia berucap.

"Dua tahun lalu kami pindah rumah, itu karena rumah sebelumnya jauh dari sekolah Aria. Kau tahu kan bagaimana kondisi kesehatan aria? dia gampang terkena capek, jadi tinggal di rumah ini adalah keputusan yang tepat karena dekat dengan sekolah aria. "

"Dan saat itu, Aria masih takut bertemu dengan mu. Jadi kami belum sempat memberitahukan mu. "

Mendengar itu Kanaya menundukkan kelopak matanya, seolah-olah sedang mengejek dirinya sendiri.

Lagi-lagi demi Aria,hah! dan apa katanya tadi, Aria takut dengan nya? hahaha lucu sekali, seolah-olah dia adalah penjahat nya di sini. Aria sangat sukses dalam memainkan perannya.

Dulu juga selalu seperti itu, apa- apa Aria lah selalu di utamakan, karena memang dia lah putri kandung yang sebenarnya.

Lantas untuk apa kehadirannya di sini lagi? Kanaya sungguh tidak mengerti.

Melihat Kanaya yang menundukkan kepala dan hanya diam, Areksa menjadi kesal.

"Kenapa? gak ikhlas kembali kesini? kembali ke keluarga mu sendiri? ingatlah, masih untung kami mau menerima mu lagi. "

Areksa kehilangan kesabaran, dia melangkah masuk terlebih dahulu, bagaimanapun Kanaya akan tetap mengikutinya karena dia tidak punya pilihan lain.

Sedangkan Kanaya tersenyum getir setelah kepergian kakaknya. Inilah sifat asli keluarga arkatama yang sebenarnya. Kenapa tidak sejak tadi saja areksa menunjukkan sikap seperti itu padanya, agar dia tidak perlu lagi berharap pada keluarga ini.

"Cih, sungguh ironi, " gumam Kanaya lalu masuk, mengikuti langkah Areksa ke dalam rumah.

Di sana ternyata satu keluarga sedang berkumpul di ruang tengah, Jendra Javier dan Rayyan, ketiga kakaknya sedang berkumpul di sofa yang sama dengan aria.

"Kak Jendra, kakak membelikan koleksi album kpop ini untuk ku? "

"Iya, asal kamu tahu kakak sampai war sama penggemar BTS lainnya untuk mendapatkan album ekslusif itu, tahu. "

Javier menjawab dengan suaranya yang begitu lembut, mengusap- ngusap pelan kepala aria.

"Wah, terimakasih kak, Aria sangat menyukainya. '

Kepada Javier dia memasang wajah lugunya. " Kak vier, ada pr mtk yang tak bisa ku kerjakan, kakak tolong aku ya. "

Javier tersenyum lembut. "Tenang saja, apasih yang gak untuk adikku yang cantik ini. "

"Kakak juga memberikan hadiah untuk mu. " Rayyan memberikan kotak hadiahnya, aria lantas membukanya. Sebuah baju rajut dengan kualitas mahal.

"Wah ini sangat cantik kak. "

Rayyan tersenyum puas dengan tanggapan Aria. "Tenang saja, jika suka kita bisa langsung ke mall dan kau bisa request soal desain nya. "

"Hum, terimakasih kak Rayyan! "

Kanaya melihat itu semua, dan terakhir dia melihat ibu mereka duduk di samping, menatap keempat bersaudara itu dengan penuh kelembutan.

Sungguh pemandangan yang begitu harmonis bukan? dia juga pernah ada di posisi itu, tapi itu dulu.

Memang tempat ini bukanlah rumahnya, dia tetap merasa asing di sini, sama seperti empat tahun lalu di saat ketika pertama kalinya dia tahu jika dirinya bukanlah anak kandung.

Saat itu mata Kanaya sudah memerah menahan tangis, di saat satu keluarga menyambut aria, mengelilinginya, merayakan suka cita namun tak ada satupun yang peduli padanya, membiarkan dia berdiri sendiri selama berjam- jam.

Tapi sekarang, sepertinya dia tak melakukan itu lagi karena tidak sampai berjam-jam, ibunya segera menyadari kehadirannya dan berdiri dengan raut gembira.

"Kanaya! "

Teriakan tania membuat yang lain juga menoleh. Namun tak ada raut kegembiraan mereka, yang ada hanya wajah malas, hanya saja, Aria tampak sumringah tapi Kanaya tahu itu hanya bagian dari aktingnya saja.

Setelah itu aria juga ikut mendekat.

"Kanaya, akhirnya kamu kembali, " kata Tania gembira, tapi Kanaya tahu itu hanya sebuah simpati.

Tania memegang lembut bahu anak angkat nya itu.

"Bagaimana keadaan mu?" Tania memperhatikan perubahan di tubuh Kanaya. "Kamu tampak jauh lebih tinggi sekarang, dan sangat putih. "

Kanaya tersenyum miris.

"Terimakasih, ini juga berkat kepedulian kalian, aku jadi bisa mandiri dan kuat tinggal di panti asuhan. "

Mendengar jawabannya membuat semua orang saling menoleh, kecanggungan langsung melambung ke udara.

Lalu bak pahlawan kesiangan, Aria datang seolah-olah berusaha mencairkan suasana.

"Kak Kanaya, selamat datang di rumah, Aria senang kakak kembali. " Aria berbicara dengan suara imut dan kecerian nya namun bagi Kanaya itu seperti belati yang sudah di lumuri racun lalu di tusukkan ke dadanya.

"Kau ... enggak usah sok baik padaku. "

"Hei anak pungut."

Tiba-tiba terdengar suara yang amat Kanaya kenal, itu dari Jendra.

Kakak yang dulu sangat usil padanya kini hanya menatapnya dengan penuh kebencian.

"Begitu kah caramu bersikap pada penolong mu? asal kau tahu jika bukan karena Aria yang memohon pada kak Areksa, kau tidak akan pernah kembali kesini. "

Kanaya berbalik menatap Jendra, dulu ia merasa terluka dengan tatapan kebencian itu, tapi sekarang tidak lagi.

"Lalu apakah aku pernah meminta untuk kembali ke keluarga ini?"

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!