Hidup serba berkecukupan memang lah sebuah impian bagi banyak orang tidak terkecuali untuk Elsa, gadis cantik dan modis ini sudah banyak disukai banyak orang, dari kecil dirinya juga sudah ditunjuk sebagai calon Putri Mahkota.
Ayahnya yang merupakan ketua administrasi kerajaan sangatlah dihormati oleh banyak orang begitu juga dengan kelurga kerjaan.
Prang!
Namun kebahagian itu tidak bisa bertahan lama, tepat pada tanggal 27 Juni di hari kebangkitan kerajaan Fersta, kereta kuda yang ditumpangi oleh dirinya beserta keluarganya mengalami kecelakaan hebat.
Yang menyebabkan kedua orang tua Elsa tidak selamat, hanya dirinyalah yang bisa selamat dalam kejadian itu, bahkan kusir yang membawa dirinya pun ikut meninggal.
"Bagaimana ini siapa yang akan meneruskan kelurga Pervis?"
"Saya sendiri pun tidak habis pikir dengan kejadian ini."
"Apa ini sebuah kutukan yang diberikan oleh Dewa."
"Hey kau berhenti berbicara yang buka-bukaan bagaimana jika ada yang mendengarnya."
Tanpa mereka sadari Elsa yang saat itu masih dalam keadaan berduka, dibuat diam dengan perkataan-perkataan dari pengikut keluarganya, walaupun saat itu usianya masih terbilang muda namun Elsa sudah bisa menilai bahwa saat ini posisi dirinya sedang diambang batas, apakah ini adalah akhir dari hidupnya?
"Ayah ibu, kenapa aku tidak bisa ikut dengan kalian?"
"Kakak?"
Mata Elsa langsung terbuka lebar saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya, dia menoleh ternyata itu adalah Tias adik sepupu yang selalu dia sayangi.
"Tias? Kenapa kau ada di sini?"
"Kakak sendiri kenapa ada di sini? Apa kakak masih merindukan paman dan bibi?" tanya Tias sambil mencoba mendekati Elsa.
"Tidak ada cara lain, sudah diputuskan bahwa penerus sementara dari kelurga Pervis hanya Tuan Yurox yang merupakan adik dari mendiang Tuan Duke Pervis."
Suara dari para pengikut itu terus terdengar hingga ke telinga Elsa dan juga Tias, mendengar pembicaraan itu Tias langsung menatap Elsa dengan curiga.
"Kakak? Apa kakak sedang menguping?" tanya Tias dengan polos.
"Ah... Aku hanya tidak sengaja mendengarnya, ayo sebaiknya kita kembali sekarang," ajak Elsa pada Tias.
"Hmm? Baiklah," jawab Tias dengan ramah.
...~*~...
Byur!
Suara air yang begitu jelas terdengar menghantam kuat tubuhnya yang terbilang lemah itu, serta rasa dingin yang menusuk ke dalam pori-pori kulitnya, apakah ini akhir dari hidupnya?
Dia berpikir mungkin saja hidupnya akan baik-baik saja setelah kelurga pamannya mau menampung dirinya, ternyata penilainya salah jadi selama ini dirinya hanyalah sebuah alat yang mereka gunakan untuk bisa mencapai sebuah tujuan yang sudah mereka rencanakan.
Apa kah ini kematian untuk ku?
Apakah ini bertanda bahwa aku bisa bertemu dengan ayah dan ibu ku?
Jadi seperti inikah rasanya kematian.
Tubuhnya terus mendarat dengan pelan ke dasar danau yang begitu dalam dan dingin, sebelum kesadarannya menghilang Elsa dari jauh bisa melihat betapa terangnya bulan pada malam itu.
"Selamat tinggal."
...~*~...
"Kakak? Kakak?"
Deg!
Mata Elsa terbuka lebar saat dirinya merasakan ada sebuah guncangan yang amat kuat menggoyangkan tubuhnya.
"Kakak bangun, sebentar lagi keluarga kerajaan akan datang."
"Iya?" Elsa bertanya dengan matanya yang menatap bingung wajah Tias.
"Cepatlah bangun ka, sebelum ibu memarahi kakak!"
Setelah kepergian Tias, Elsa langsung bangun dari tidurnya dengan tatapan yang masih kosong, bahkan matanya tidak henti-hentinya melirik ke arah sisi kamarnya yang masih sama dari terakhir dia liat.
"Apa-apaan ini bukankah seharunya aku sudah mati?" tanya Elsa bingung.
Masih dalam keadaan bingung, Elsa langsung berjalan ke arah jendela kamarnya dimana pohon-pohon cemara masih ada dihalaman rumahnya bahkan tukang kebun yang dulu sempat dipecat atas perintah pamannya masih ada bekerja di sana.
"Tunggu ada dimana air mancur itu? Kenapa air mancur itu hilang?" tanya Elsa bingung.
Ini begitu terasa aneh, dari kamarnya yang masih terbilang lengkap, halaman rumahnya yang masih banyak pepohonan, tukang kebun, para pelayan yang dulu dia pecat, semuanya yang ada di sini masih ada bahkan mereka terlihat menundukkan kepala saat Elsa melewati mereka.
"Aneh... Ini sangat aneh."
Bahkan taman yang dulu dihancurkan kini telah kembali seperti semula, entah bagaimana hal ini bisa terjadi, dirinya seperti kembali ke masa lalu.
"Begitu aneh!"
Disaat Elsa ingin berjalan ke arah kamar mandi dirinya dibuat kaget, dengan penampilan dirinya di cermin, bahkan dia sendiri tidak henti-hentinya menatap ke arah tangan serta menyentuh wajahnya yang terasa begitu lembut dari sebelumnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku terlihat muda?"
"Nona? Apa anda sudah selesai mandi?"
Elsa langsung menoleh ke samping disaat dirinya melihat ada sosok pelayan yang terlihat tidak asing dimatanya.
"Melly?"
"Iya Nona?"
Deg!
Ternyata benar itu Melly, tubuhnya seketika ambruk dan itu membuat Melly sang pelayan menjadi terkejut, tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit ketika ingatan masa lalunya kembali terlintas.
"Jangan bunuh Melly!"
"Melly!"
"Lepaskan Melly!"
Deg!
"Nona!" Pekik Melly.
Mata Elsa langsung terbuka lebar dengan Melly yang dengan cepat berlari mendatangi Elsa.
"Nona! Apa anda baik-baik saja?"
"Melly... Apa benar ini kau?" tanya Elsa dengan tangan yang bergetar kuat.
"Benar Nona ini saya, ada apa dengan Nona, kenapa anda terlihat seperti begitu ketakutan?"
"Apa?"
Elsa kembali diam apakah ini benar-benar kenyataan atau ini hanya sebuah mimpi, mimpi yang begitu menakutkan untuk bisa dia ulang kembali.
"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Elsa yang kembali berdiri.
"Apa anda sungguh tidak apa-apa Nona?" tanya Melly lagi untuk memastikan.
"Iya aku baik-baik saja, Melly bisakah kau menyiapkan air panas untuk ku mandi?" pita Elsa, yang langsung dituruti oleh Melly.
"Tentu saja nona, tunggulah sebentar saya akan menyiapkan air panas untuk anda."
Setelah Melly pergi dari hadapannya Elsa kembali menoleh ke arah cermin, kali ini dirinya benar-benar yakin bahwa saat ini dia memang telah kembali ke masa lalu, entah bagaimana caranya dia bisa kembali ke masa ini, dirinya sendiri pun juga bingung.
Namun yang pasti dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, kali ini di kehidupan keduanya dirinya akan mulai bertekad untuk balas dendam pada kelurga pamannya yang ingin menguasai harta milik keluarganya!
"Semua Orang yang ada di sini baik-baik, namun hanya mereka saja yang tidak baik!" ucap Elsa dengan mata menatap tajam ke depan.
"Nona air mandi anda sudah siap."
"Ah... Terima kasih Melly, kalo begitu aku pergi dulu, owh iya tolong persiapkan juga pakaian yang harus aku pakai untuk bertemu kelurga kerjaan nanti."
"Baik Nona!" jawab Melly dengan kepala yang menunduk.
Setelah selsai memberi tugas kepada Melly, Elsa langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Hah... Air hangat ini... Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenyamanan seperti ini."
Selsai dirinya mandi Elsa langsung keluar dari kamar mandi, masih didalam kamar, Elsa melihat sosok Melly yang sibuk menyiapkan pakaian untuk dirinya.
"Nona, ini pakaian yang akan anda gunakan."
"Hmm?"
Bahkan di kehidupan keduanya pun, pamannya tidak mau sama sekali membelikan dirinya pakaian baru, padahal harta keluarganya terus mengalir masuk.
"Apa hanya ini gaun yang ku punya?" tanya Elsa.
"Iya Nona, hanya ini gaun yang masih terlihat bagus," jawab Melly dengan kepala yang menunduk.
"Baiklah kita pakai saja gaun ini, namun selesai kelurga kerjaan berkunjung kau datangi paman di ruang kerjanya!" perintah Elsa, yang membuat Melly langsung menoleh ke arahnya.
"Saya? Untuk apa Nona?"
"Datangi paman, dan minta anggaran dana untuk diriku membeli gaun baru," perintah Elsa yang membuat Melly langsung terdiam.
TBC
Kerajaan Fersta terletak di bagian Barat dengan memiliki 5 wilayah kekuasaan, dari lima wilayah itu terdapat pemimpin yang betugas untuk mengatur dan mengelola wilayah tersebut agar berjalan dengan baik.
Pemimpin dari wilayah tersebut merupakan keluarga bangsawan yang dengan langsung diberikan kepercayaan oleh kaisar Fersta untuk mensejahterakan rakyat di kerjaan Fersta.
Dari lima pemimpin itu terdapat kelurga Brion yang bergerak di bidang pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang sangat menguntungkan bagi kerjaan Fersta. Selain digunakan untuk kepentingan kekaisaran, hasil pertambangan juga sering diekspor jika kebutuhan didalam Kekaisaran telah terpenuhi, contoh usaha pertambangan yang dikelola oleh kelurga Brion berupa penambangan batu bara, minyak bumi, gas alam, logam mulia seperti emas, serta Galian mineral.
Lalu ada kelurga Faber yang bergerak dalam bidang pertanian, bisnis pertanian adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Bisanya, lokasi usaha pertanian dilakukan di sawah, ladang, kebun, ataupun lahan kering.
Berikutnya ada keluarga Helen yang bergerak dalam bidang peternakan, bidang ini yang membudidayakan hewan ternak untuk dikonsumsi. Jika dilihat dari segi pengelolaannya, usaha peternakan bisa digolongkan menjadi peternak hewan kecil, peternak hewan besar, maupun peternak unggas.
Lalu ada kelurga Dyssen yang bergerak dalam bidang Sektor perikanan termasuk jenis bidang usaha perikanan yang terbagi menjadi usaha perikanan air tawar dan perikanan air laut.
Terakhir kelurga Ewald yang bergerak dalam bidang perdagangan yaitu bidang usaha yang kegiatan utamanya melakukan transaksi barang atau jasa. Tujuan perdagangan tentu saja untuk memperoleh laba usaha.
Diantara lima pemimpin kelurga itu ada kelurga Pervis yang bertugas dan mengatur pajak, Pajak ini adalah kontribusi wajib kepada kekaisaran yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan kekaisaran bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Maka dari itu hampir seluruh keperluan kekaisaran diatur oleh kelurga Pervis yang merupakan tangan kanan dari kaisar Fersa, keluarga Pervis sudah lama berjabat sebagai ketua admistrasi kerjaan, dan hal itu terus berjalan hingga pemimpin dari kelurga Pervis mengalami kecelakaan tragis.
Dari kejadian itu hanya Elsa yang berhasil bertahan hidup hingga sekarang, bahkan tugas yang mestinya dikelola oleh ayahnya mau tidak mau, akan diberikan pada Isak Pervis yang merupakan adik dari ayahnya.
...~*~...
Suara langkah kaki kuda begitu jelas terdengar, Tias serta bibinya sudah menunggu didepan pintu masuk menyabut kehadiran Hugo yang merupakan putra mahkota kerajaan Fersa.
Sedangkan Elsa dia masih berada di dalam kamar karena masih belum selesai untuk bersiap.
"Nona silahkan pakai kalung ini?"
Elsa langsung melirik ke arah kotak perhiasan yang diperlihatkan Melly untuknya, walaupun terlihat asli namun dirinya bisa menilai bahwa kalung mutiara itu adalah barang palsu.
"Tidak usah!"
"Ya?"
"Tidak perlu memakai perhiasan, baju ini juga sudah bagus."
"Apa? Tapi Nona ini kan kunjungan Putra Mahkota bagaimana bisa anda berpenampilan sederhana?"
"Karena tidak ada bedanya mau aku pakai kalung itu ataupun tidak," jawab Elsa cuek.
Karena aku tau, Hugo itu matanya sangat tajam walaupun wajahnya sering memperlihatkan senyum manis, namun dibalik itu dia adalah manusia yang sangat licik.
Dasar bodoh, bisa-bisa aku dulu mencintai pria gila seperti dirinya.
"Tidak perlu memakai kalung, ikat saja pita dileher ku ini, agar tidak terlihat polos."
"Ah... Baiklah nona."
Setelah Elsa selesai bersiap salah satu pelayannya Isla membuka pintu kamarnya memberitahu pada Elsa bahwa Hugo sudah datang.
"Baiklah ayo kita ke sana," jawab Elsa yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
Di lantai bawah Elsa sudah bisa merasakan kehadiran Hugo diruang tamu bersama dengan kelurga pamannya, walaupun pintu ruangan itu belum terbuka namun dia sudah bisa merasakannya.
Brak!
Pintu ruangan terbuka Elsa masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang terus menunduk, semua pasang mata langsung melirik ke arah Elsa yang terlihat begitu sederhana dari pakaiannya berbeda sekali dengan Tias serta bibinya, dimana penampilan mereka begitu glamor dengan banyak perhiasan membalut tubuhnya.
"Salam pada matahari kejayaan Fersa Putra Mahkota Hugo," sapa Elsa yang langsung menundukkan kepalanya.
"Ya, senang bisa bertemu denganmu juga Nona Pervis," balas Hugo dengan ramah.
Elsa langsung duduk di samping Tias dengan wajah yang terlihat tenang mendegar percakapan pamannya yang sedang membahas pekerjaan.
"Hah... Membosankan sekali," gumam Tias yang langsung dapat lirik dari Elsa.
Dasar anak ini, apa dia dari dulu memang tidak bisa ajak ke tempat seperti ini, tapi... walau begitu bagaimana bisa perempuan seperti Tias ini berhasil menghancurkan kekaisaran Wanya bermodal rayuan.
Tak lama dari itu mata Elsa melirik ke arah Hugo yang juga sedang melirik ke arah dirinya.
"...."
Mau apa dia? Kenapa dia melirik ku seperti itu?
"Astaga ka, apa kau liat itu? Mata pangeran? apa dia sedang melirik ku?" tanya Tias sambil berbisik.
"Apa?"
Tidak tau harus berbuat apa, Elsa sendiri sedikit heran dengan kelakukan Tias dan juga Hugo, jika dipikir-pikir lagi dua manusia ini lah yang ingin sekali dirinya lenyapkan.
Jika ku pikir-pikir lagi awal dari kekacauan ini bukankah berasal dari mereka berdua, astaga bodohnya aku jika berpikir bahwa Tias ini mencintai ku.
"Baiklah untuk kabar selanjutnya akan aku terima langsung di istana."
"Baik Pangeran."
"Owh iya sebelum aku pergi, apa boleh aku berbicara dengan Nona Pervis sebentar?"
"Ya?" tanya Isak mengulang.
"Ah maaf, maksud ku, aku ingin berbicara dengan Nona Elsa apa boleh?"
Deg!
Apa aku? Aku kira dia akan berbicara dengan Tias.
Semua mata langsung melirik ke arah Elsa yang terlihat berdiam diri saja, mendapatkan tatapan tajam seperti itu, mau tidak mau Elsa dengan berat hati menerima tawaran dari Hugo.
"Dengan senang hati pangeran," jawab Elsa dengan menundukkan kepalanya.
Di taman dekat dengan pintu masuk kediaman Keluarga Pervis, Elsa dan Hugo berjalan dengan pelan menyusuri taman.
Terasa begitu canggung, namun Elsa harus tahan demi bisa membalaskan dendamnya.
"Tidak terasa sudah mau lima bulan Duke Pervis wafat, begitu juga dengan Dueheses."
Elsa hanya diam, dengan matanya yang terlihat sayu, "Bagaimana kamar mu Elsa?" tanya Hugo sambil melirik ke arah Elsa.
"Cukup baik, untuk saat ini."
"Untuk saat ini? Kenapa kamu berbicara seperti itu, apa nanti akan ada berita buruk yang datang?" tanya Hugo, Elsa hanya tertawa.
"Entahlah aku juga tidak tau."
Mereka kembali diam, lalu tiba-tiba saja Elsa mengucapakan sebuah kata yang mampu membuat Hugo langsung terdiam kaku.
"Apa?"
"Apa Pangeran kurang mendengar? Saya bilang, Saya ingin membatalkan pertunangan ini!" ucap Elsa yang mampu membuat Hugo langsung terdiam kaku.
TBC
Mata Hugo terbuka lebar menatap tidak percaya wajah Elsa, sepertinya ada yang salah dengan diri Elsa, tidak akan mungkin Elsa yang dulu selalu mendekatinya tiba-tiba saja berkeinginan membatalkan pertunangan mereka.
"Tapi kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Hugo memastikan.
"Ah... Aku tau, kau begini pasti karena cemburu."
Elsa hanya diam, Hugo kembali melirik wajah Elsa, suasana kembali hening dengan semburan angin yang menghantam wajah mereka.
"Saya serius Pangeran, apa ucapan saya ini terlihat tidak serius?" jawab Elsa, yang membuat Hugo kembali diam.
"Hah... Terserah kau saja Elsa, aku akan menuruti semua keinginan mu, kau mau pertunangan kita batal? Baiklah ayo kita batalkan!" jawab Hugo, yang langsung pergi meninggalkan Elsa sendiri di sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dulu Elsa dan Hugo merupakan teman bermain dari kecil, itu dikarenakan orang tua mereka yang sudah sangat akrab dari dulu, ayah Elsa merupakan kepala administrasi kerajaan yang juga merupakan tangan kanan Kaisar.
Dari kecil Elsa sudah sering dibawa ke istana oleh ayahnya, dari kebiasaan itulah Hugo dan Elsa bisa menjadi sangat akrab, mereka sering bermain bersama, belajar, bahkan masuk sekolah sama-sama.
Tepat pada usia kedewasaan mereka, kedua orang tua Elsa dan Hugo membuat sebuah rencana diluar pemikiran mereka.
Melihat Elsa dan Hugo yang semakin dekat membuat kaisar Fersta berpikir untuk menjodohkan Hugo dengan Elsa yang saat itu umur mereka masih terbilang muda.
Di saat Elsa lulus sekolah di usia 16 tahun dan Hugo lulus sekolah di usia 17 tahun, mereka sudah mulai menyelenggarakan pesta pertunangan bersamaan dengan bangkitnya kerjaan Fersta dari keterpurukan.
Pesta perayaan yang diselenggarakan oleh kerajaan Fersta memanglah mewah, terlihat dari dekorasi ruangan hingga santapan makanan yang sudah dihidangkan.
Acara itu memanglah sangat meriah, namun dua hari setelah itu Elsa dan Hugo diharuskan untuk berpisah dikarena kan Hugo akan kembali masuk ke Akademik untuk melanjutkan sekolah militernya selama kurang lebih 5 tahun.
Berpisah dengan Hugo memanglah berat, apa lagi dia juga merupakan cinta pertama Elsa saat itu, hidup yang selalu di atur, serta tidak pernah diberi kebebasan untuk hidup membuat Elsa kerap kali merasa bosan dan ingin sekali memberontak.
Tapi jika dia mengingat bahwa dirinya merupakan calon dari Putri Mahkota membuat Elsa dengan cepat tersadar, bahwa saat ini sikapnya tidak boleh sembarangan dikelurkan karena takut ada saja yang melihat sifat asli dari dirinya yang sedikit gila ini.
Selama berpisah dengan Hugo, Hugo tidak pernah sekalipun mengabaikan Elsa, sama halnya dengan Elsa mereka saling mencintai satu sama lain, sampai akhirnya waktu itu tiba, waktu kelulusan Hugo, Elsa di undang ke istana bersama dengan sepupunya Tias.
Dipertemuan itu Elsa tidak pernah menyangka sekali pun bahwa cintanya Hugo bakal goyah hanya karena sebuah senyuman dari Tias, sejak saat itu Hugo mulai jarang memberikan surat pada dirinya namun malah sebaliknya Tias terlihat sangat bahagia setelah acara kelulusan itu diselegrakan.
Awalnya Elsa biasa saja saat Hugo secara terang-terangan menunjukan rasa sukanya dihadapan Tias, dia pikir itu hanyalah sifat biasa saja, sampai akhirnya dirinya menemukan sebuah fakta yang begitu menyakitkan, tepat setahun meninggalnya kedua orangtuanya, Elsa mendapatkan Tias dan Hugo saling berciuman di sebuah kamar kosong, hatinya yang saat itu masih dalam keadaan berduka kembali dibuat sakit dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh cinta pertamanya serta orang yang paling dia percaya.
Tidak tau lagi harus berbuat apa, semua harta kelurganya telah di ambil alih oleh pamannya, mansion tempat dia berlindung kini menjadi sebuah penjara untuknya, tidak ada lagi tempat yang aman untuk dirinya, hanya kematian jalan satu-satunya yang bisa membuat dia tenang.
Ya itu adalah pemikiran terakhir, sudah tidak ada lagi cara lain untuk bisa hidup tenang, dia hanya ingin mati dan kembali berkumpul bersama kedua orang tuanya.
Dengan pemikiran kosong Elsa mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah danau yang ada di samping kediamannya, dengan pelan dia melangkah kakinya mendekat bersamaan air matanya yang terus keluar.
"ELSA!"
Byur
Walaupun suara itu tidak jelas, namun dirinya masih bisa mendengar suara teriakan dari seseorang yang jauh di sana, dia tidak tau siapa yang memanggilnya, suara itu terdengar begitu jauh sampai akhirnya matanya tertutup.
Dari terakhir yang dia liat hanyalah sebuah bulan purnama yang begitu terang, serta air danau yang begitu dingin menusuk kulitnya, ini merupakan jalan terakhir dirinya untuk bisa hidup, ya awalnya dia berpikir seperti itu.
Sampai akhirnya dirinya tersadar, dengan perasaan yang campur aduk Elsa beranjak dari tempat duduknya, apakah selama ini dia hidup di alam mimpi, kenapa kejadian itu begitu nyata, kulitnya yang terlihat sehat, badannya yang terlihat berisi, apakah ini merupakan rekaan ulang dari kejadian kemarin.
Melihat Melly yang masih hidup membuatnya sedikit bahagia, melihat para pekerja yang dulu dia pecat kembali bekerja, tukang kebun, juru masak, semuanya kembali hadir di sini, ini seperti sebuah mimpi.
Bahkan taman yang dulu memiliki air mancur kini berubah dengan banyak sekali macam-macam bunga milik ibunya, merasakan bahwa dirinya kembali ke masa lalu membuat dia merasa senang sekaligus bingung, bagaimana bisa dirinya yang seharusnya mati malah kembali hidup seperti ini.
Di tambah lagi ini merupakan kejadian satu tahun lalu, tepatnya seminggu setelah meninggalnya kedua orangtuanya, di waktu ini lah pengikut kelurganya serta kaisar Fersta memberikan sebuah jabatan pada Isak pamannya untuk mengolah kembali tugas administrasi kerajaan yang seharusnya merupakan tugas dari ayah kandungnya.
"Kali ini kejadian setahun yang lalu tidak boleh terulang kembali, aku harus bisa berpikir bagaimana pun caranya, harta kelurga ku tidak boleh jatuh ke tangan orang lain."
Banyak sekali misteri yang ingin sekali dia pecahkan, dari waktu yang kembali terulang, bagaimana dirinya bisa hidup kembali, serta balas dendam yang ingin dia bayar atas penghianatan yang dilakukan Kelurga pamannya termasuk Tias serta Hugo yang merupakan cinta pertamanya.
"Kali ini aku tidak boleh gagal mengambil harta milik kelurga ku!"
Brak
Tepat saat Elsa sedang memikirkan cara untuk mendekati pamannya, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka menampilkan wajah kesal dari bibinya, ditambah lagi dibelakang bibinya ada Tias yang terlihat panik menenangkan ibunya.
"Elsa! Apa-apa ini, apa kau pikir ini semua hanya untuk main-main?"
"Ibu tenanglah, ka Elsa pasti punya alasan."
"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa bibi tiba-tiba saja marah?"
"Hah?" dengan wajah kesal Emma yang merupakan ibu kandung Tias ini, menunjuk wajah Elsa dengan kesal.
"Apa maksudnya ini Elsa? Jelaskan padaku! Kenapa kau mau membatalkan pertunangan mu dengan Putra Mahkota?" tanya Emma, Elsa hanya diam dengan wajahnya yang datar.
"Menurut bibi?" tanya Elsa balik, yang mampu membuat Emma serta Tias terdiam.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!