Nina memunguti botol-botol plastik yang berserakan akibat di lempar Bi Ani karena hari ini Nina memulung terlalu sedikit dari biasanya.
"Ini kalo ditimbang juga gak seberapa dapatnya...ayo sana cari yang banyak! Sudah mulai malas kamu ya...siapa yang kasih makan kalo kamu gak mau bantu bibi kerja?" Suara teriakan Bi Ani memekakan telinga Nina.
"Hari ini cuma dapat segini Bi... maaf..." Kata Nina sambil mengusap peluh yang membasahi dahinya.
"Pikir dong gimana caranya...ke terminal kek...ke pasar kek...kemana kek...yang penting dapat barang banyak!" Cetus Bi Ani.
"Iya Bi..." Ucap Nina lirih sambil melangkah gontai meninggalkan tempat itu.
Nina, gadis remaja yatim piatu berusia 14 tahun yang sejak kecil di asuh oleh bibi nya, terpaksa harus putus sekolah karena harus membantu bibi nya memulung di kawasan pemulung yang kumuh itu.
Tidak seperti remaja seusianya yang masih bermain dan bersekolah, Nina harus mencari botol plastik bekas setiap hari, kemudian barang-barang plastik itu di timbang dan di bayar sesuai dengan berat barangnya, semakin banyak dan berat, uang yang di dapat semakin banyak, dan semakin keras juga Nina harus bekerja mengumpulkannya.
Nina berjalan menyusuri pinggir kali kecil ke arah stasiun, sambil sesekali tangannya mengorek ke tempat sampah mengambil barang atau botol plastik dengan tongkat besinya.
Sudah sekian lama berjalan, dia hanya mendapat setengah karung besar, masih belum bisa membuat Bibinya senang. Lalu dia kembali berjalan menuju ke stasiun yang ramai itu.
Karena lelah, Nina duduk istirahat di pinggir rel kereta sambil meneguk air minumnya. Sayup-sayup dia mendengar suara anak kecil yang menangis di belakangnya.
Setelah Nina menoleh, benar saja, dia melihat seorang anak kecil berjongkok sambil menangis, tangisannya sangat memilukan hati. Perlahan Nina mendekati anak itu.
"Dek...kamu kenapa?" Tanya Nina hati-hati. Anak itu mengangkat wajahnya, dia hanya diam sambil tetap menangis.
"Apa kamu tersesat atau di culik dek?" Tanya Nina lagi. Dia ikut berjongkok disampingnya.
"Aku...aku ditinggalkan...disini..." Ucap anak itu lirih.
"Siapa yang meninggalkanmu?"
"Kakek...dia membuang aku...dia benci aku..." Jelas Anak itu.
"Siapa namamu dek?"
"Gio..."
"Gio...aku Nina... kalau kamu dibuang, berarti kamu gak punya tempat tinggal...ikut saja denganku, walau gubukku kecil, tapi masih bisa menampungmu..." Tawar Nina.
Gio menyeka air matanya dengan punggung tangannya, matanya menatap heran ke arah Nina.
"Kakak mau mengajakku?" Tanya Gio. Nina Menganggukan kepalanya.
"Ikutlah denganku...dari pada kamu sendirian dan gak ada teman...oya, berapa umurmu Gio...?"
"Kemarin aku baru ulang tahun yang ke 6..." Jawab Gio sambil menunjukan 6 jari tangannya.
"Ternyata kamu anak pintar, sudah bisa menghitung ya...nanti aku akan mengajarimu membaca dan menulis...kamu mau kan?" Ajak Nina.
"Mau kak..."
"Sekarang ayo kita pulang...aku kenalin kamu sama Bibiku...walaupun dia galak, tapi hatinya baik..." Kata Nina sambil menuntun tangan Gio.
Mereka berjalan bergandengan menyusuri rel kereta api, sesekali Nina mengambil barang plastik yang ditemukannya di jalan, sampai pada saat tiba di depan gubuk nya, karungnya sudah hampir penuh.
Bi Ani yang sedang duduk di depan gubuknya nampak tersenyum senang melihat karung yang hampir penuh itu, namun senyumnya surut ketika dia melihat Gio.
"Siapa bocah itu?!" Tanya Bi Ani melotot. Gio nampak ketakutan bersembunyi di belakang Nina.
"Dia Gio Bi...tadi ketemu di dekat stasiun, kasihan dia di buang sama kakeknya katanya...dia tinggal sama kita dulu ya Bi..." Kata Nina.
"Enak saja...kamu pikir ini tempat penampungan anak?? Sekarang kamu masuk dan tinggalkan dia!" Hardik Bi Ani.
"Jangan Bi...kasihan dia...dia gak ada siapa-siapa disini..." Mohon Nina.
"Apa peduli aku dengan dia...pokonya aku tidak mau melihat dia lagi..." Ujar Bi Ani sambil beranjak pergi meninggalkan mereka. Gio mulai menangis.
"Tenang Gio...jangan takut, ada aku di sini...yuk kita masuk dulu...kamu pasti lapar kan.." Kata Nina sambil membimbing Gio masuk ke dalam gubuknya.
Di atas meja kecil yang ada di sudut gubuk itu, hanya ada sepiring nasi dengan lauk yang sengaja disisakan bibinya untuk Nina, dengan cepat Nina meraihnya dan di berikannya pada Gio.
"Gio, ayo cepatlah makan...nanti keburu bibi melihat, dari pada dia marah lagi..." Ujar Nina.
"Nanti kakak makan apa?" Tanya Gio.
"Aku gampang, kamu gak usah mikir...lagian kan aku lebih besar darimu..bisa cari makanan sendiri...ayo cepat makanlah..." Kata Nina.
Dengan cepat dan lahap, Gio menyantap makanan itu, baru setengah piring dia makan tiba-tiba ada yang menyambar piring itu, Bi Ani sudah ada di hadapan mereka. Matanya merah menahan marah.
"Kurang ajar! Siapa yang berikan makanan ini?? Ini bukan untukmu bocah kecil!!" Teriak Bi Ani. Gio mundur ketakutan.
"Bi...itu aku yang kasih buat dia...kasihan dia kelaparan Bi...Aku mohon jangan sakiti dia... dia masih kecil..." Mohon Nina sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Terserah! Aku tak perduli, urus sendiri anak ini...pokoknya aku tak akan memberinya makan...kalau kamu mau kasih jatahmu buat dia silakan...atau tempat tidurmu buat dia...pokoknya aku tidak mau dirugikan! Ingat itu...!" Ancam Bu Ani. Kemudian dia segera masuk kedalam kamarnya. Nina tersenyum senang.
"Wah...akhirnya...kamu bisa tinggal disini Gio...gak apa kamu pakai tempatku dan makan jatahku...nanti kita cari lagi rejeki yang banyak...besok pagi temani aku mulung ya..." Ucap Nina. Gio dengan cepat Menganggukan kepalanya.
"Sekarang ayo kita ke belakang, aku akan memandikanmu dan membersihkan tubuhmu...nanti kamu pakai kaos-kaos ku ya..."
Mereka menuju ke belakang ke tempat mandi umum, masih dengan pompa tangan untuk mengisi bak mandi, setelah bak terisi penuh, Nina membantu Gio membuka pakaiannya dan mulai memandikannya, lalu Nina menyabuni seluruh tubuh Gio.
"Wah...ternyata badan kamu bersih juga ya Gio...nanti kalau kamu sudah besar, kamu pasti akan jadi cowok ganteng deh...Gio harus pintar belajar ya...supaya nasibnya baik...tidak seperti aku atau bibi..." Celoteh Nina.
Setelah selesai memandikan, lalu Nina menghanduki Gio, setelah tubuh Gio kering, kemudian Nina memakaikan kaosnya yang dirasa kecil ke tubuh Gio, tetap saja terlihat kebesaran di badan Gio.
"Kamu tenang saja Gio, besok aku akan carikan baju-baju bekas untukmu...nanti aku akan tanya sama Rudi..Rudi itu temanku, dia sering mengamen di daerah stasiun, pasti dia punya baju-baju waktu kecil..." Kata Nina.
"Iya kak..." Sahut Gio.
"Kalo kamu ngantuk, ayo tidur sini di tempatku...aku akan tidur di depan, kalo kamu butuh apa-apa panggil aku ya... besok pagi kita akan mulai petualangan kita..." Ucap Nina sambil menyelimuti tubuh Gio.
*********
Hello readers....ini karya terbaru aku...
Mohon dukungan Like, vote and comment ya....trimakasih...🙏🤗❤️
Pagi-pagi saat Nina terbangun dari tidurnya, sayup-sayup terdengar olehnya suara teriakan bibinya, bahkan suara benda yang di pukul dengan keras, dan juga jeritan seorang anak.
"Ya Tuhan!" Pekik Nina sambil bangun dan berlari mencari sumber suara itu.
"Enak saja kau mau numpang di tempatku! Kau mau enak-enak tidur?! mau jadi raja disini?!!" Teriak Bi Ani sambil memukulkan sebatang rotan ke tubuh Gio. Gio hanya menjerit kesakitan, tubuhnya penuh dengan luka memar.
Nina terperangah melihat pemandangan di hadapannya, kemudian dia menghambur melindungi Gio.
"Sudah Bi...hentikan!!" Jerit Nina.
"Minggir Nina...kamu jangan jadi sok pahlawan...taukah kamu dia tidur dengan nyenyaknya semalam, sementara kamu hanya tidur di lantai beralas kardus...enak saja!!" Dengus Bi Ani. Gio masih terlihat menangis terisak menahan sakit.
"Tapi Gio masih kecil Bi...kasihan dia..." Bela Nina.
"Merawatmu selama ini saja udah bikin susah...di tambah lagi dengan dia...pokoknya aku gak mau liat anak ini di sini lagi...keluarganya saja sudah membuangnya...masa kita mau menerimanya??!" Gerutu Bi Ani sambil melempar rotan ke sembarang arah, dan berlalu pergi meninggalkan mereka.
Gio masih menangis, punggung kecilnya terguncang-guncang. Nina memeluk tubuh itu.
"Gio...ini pasti sakit sekali...biarkan aku menggendongmu ya...aku akan mengobati lukamu..." Ucap Nina.
Kemudian Nina menggendong Gio di punggungnya, dia berjalan perlahan menuju ke gubuknya, kemudian pelan-pelan dia menurunkan Gio di sebuah dipan.
"Kamu tunggu sebentar ya...aku akan ambilkan obat untukmu.." Nina kemudian segera masuk kedalam, tak berapa lama dia sudah muncul kembali membawa kain basah dan minyak kelapa.
"Gio...aku gak punya obat...tapi ini bisa meringankan sakitmu..." Dengan telaten Nina menyeka luka memar di sekujur tubuh Gio, kemudian mengolesinya dengan minyak kelapa.
"Terima kasih Kak..." Ucap Gio lirih.
"Kamu kenapa tadi bisa sampai di pukul bibi?" Tanya Nina.
"Aku juga gak tau...lagi tidur tiba-tiba dia menyeret tanganku keluar, lalu dia memukulku pakai rotan..." Ungkap Gio.
"Ya ampun Gio...kasihan sekali...aku juga sering di pukul bibi...tapi aku sudah kebal...pukulan sudah biasa bagiku..." Kata Nina.
"Gio...kamu istirahat disini dulu ya...aku harus kerja hari ini...nanti aku bawakan kamu makanan.." Lanjut Nina.
"Tidak mau...aku mau ikut saja...aku tidak mau disini...!" Kilah Gio sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi kan seluruh tubuhmu sedang sakit...kamu gak akan kuat berjalan jauh..." Ujar Nina.
"Pokoknya aku gak mau...aku mau ikut saja!" Seru Gio bersikeras.
"Ya sudahlah kalau kamu mau ikut...ayo kita jalan pelan-pelan...o iya aku sampai lupa mandi, aku mandi dulu sebentar...kamu tunggu ya..." Nina segera menyambar handuk yang tergantung dekat situ, lalu melangkah menuju ke belakang.
********
Nina dan Gio berjalan menyusuri pinggiran jalan raya kota itu, mencari barang bekas plastik, sesekali mereka duduk di pinggir trotoar atau taman kota untuk beristirahat.
"Hai Nina...kamu bawa siapa?" Tanya seorang remaja seumuran Nina. Dengan kaget Nina menoleh kebelakang.
"Eh Rudi...kamu sudah selesai ngamen? Ini Gio...aku menemukannya kemarin di dekat setasiun..." Jawab Nina. Rudi mengambil tempat duduk di sebelah Nina.
"Nina...memang bibimu gak marah?" Tanya Rudi lagi.
"Ya marah...tapi biarlah...ada atau gak ada Gio bibi tetap suka marah kok..." Sahut Nina.
"Kalo ada apa-apa hubungi aku ya..." Tawar Rudi.
"O...iya Rudi...Aku minta baju-bajumu yang tak terpakai dong...buat Gio...kasihan dia gak ada baju..." Kata Nina.
"Ya sudah...yuk ke tempatku...nanti aku Carikan...kalian lapar gak? Tuh ada tukang cilok...aku ada uang nih dari ngamen tadi...cukuplah buat kita bertiga..." Tawar Rudi, lalu dia segera berjalan menuju ke tukang cilok yang kebetulan sedang mangkal.
Setelah mereka makan cilok, Rudi mengajak mereka ketempatnya. Sebuah rumah singgah khusus untuk anak-anak jalanan. Tempatnya lumayan besar, satu rumah dengan beberapa kamar, didalamnya ada berbagai aktifitas seperti kerajinan tangan, musik dan menjahit, rumah singgah itu adalah sebuah yayasan sosial yang di kelola oleh seorang yang dermawan.
"Rudi...kita tunggu disini ya..." Kata Nina sambil duduk di depan rumah singgah itu. Rudi Menganggukan kepalanya dan segera masuk kedalam.
Tak lama kemudian Rudi sudah keluar dengan membawa satu kantong baju anak laki-laki. Melihat kedatangan Rudi, Nina dan Gio tersenyum senang.
"Wow...banyak juga...trimakasih ya Rudi..." Seru Nina.
"Trimakasih kak...aku jadi punya baju sekarang..." Tambah Gio senang.
"Iya...pokoknya kalau kalian butuh apapun...datang saja ya...jangan sungkan..." Tawar Rudi.
"Siap boss...Kita mau pulang dulu ya...nanti keburu gelap..." Kata Nina sambil mengambil karungnya.
"Oke...hati-hati..." Sahut Rudi.
Nina menggandeng Gio pergi meninggalkan tempat itu.
"Kak...kelihatannya di rumah itu lebih baik...kenapa kakak gak tinggal disana..?" Tanya Gio.
"Aku masih punya bibi Gio...lagian kan aku bukan anak jalanan...aku hanya kerja mencari barang bekas..."
"Kenapa kakak gak sekolah?" Tanya Gio.
"Orang sepertiku biang waktu kalo sekolah...tapi aku belajar sama Rudi..nanti aku akan ambil paket B.."
"Apa itu paket B?"
"Paket B itu ijasah setara lulusan SMP... Gio...kamu mau sekolah?" Tanya Nina.
"Aku dulu pernah sekolah TK...tapi belum masuk SD aku sudah di buang..." Ungkap Gio.
"Kenapa kamu di buang?"
"Kakekku tidak pernah sayang aku...karena ibu melahirkan aku gak ada ayah..." Kata Gio polos.
"Ya...ya...aku mengerti...tapi tenang Gio...aku akan mengurusmu...besok kita cari sekolah ya..." Ujar Nina.
"Sekolah?"
"Iya...sekolah...jadi kau tidak perlu ikut aku memulung begini...pagi-pagi kamu sekolah, siang aku jemput sehabis mulung... Sekolah bisa buat masa depanmu cerah..." Jelas Nina.
"Iya kak...aku mau sekolah...trimakasih..." Sahut Gio dengan mata berbinar.
Tiba-tiba Gio menghentikan jalannya.
"Kamu kenapa Gio?" Tanya Nina panik.
"Punggungku sakit kak..."
"Coba sini aku lihat..." Nina segera menyingkap kaos Gio.
"Ya Ampun Gio...lukamu ini kelihatannya serius...ini pasti sakit sekali...bibi. benar-benar keterlaluan...!" Keluh Nina.
"Gak apa-apa kak...nanti sembuh juga kok..."
"Gio...biarkan aku menggendongmu ya...ayo naik..." Nina segera berjongkok, lalu dia menggendong Gio di punggungnya sambil membawa karung di tangannya.
"Kak...trimakasih..." Lirih Gio.
"Simpan saja trimakasihmu...kamu harus rajin belajar kalau mau aku senang..."
"Iya...aku janji akan rajin belajar supaya kakak senang...aku janji..."
"Janji harus di tepati ya...hanya belajar yang membuat kita bisa mengubah nasib kita...aku percaya padamu Gio...kelak kamu pasti akan jadi orang berhasil...kamu akan sukses..."
********
Ayo dukung author dengan like, vote, and share nya ya...supaya tetap semangat berkarya...🙏🤗❤️
Matahari sudah beranjak pergi, warna jingga menyelimuti senja itu.
Nina perlahan menurunkan Gio yang sejak tadi digendongnya, punggungnya terasa pegal. Di depan gubuknya dia meletakan karungnya yang penuh terisi botol plastik bekas.
"Gio...ayo masuk, kita istirahat...sepertinya bibi sedang tidak ada..." Kata Nina sambil mengandeng tangan Gio masuk.
Suasana gubuk itu begitu sepi dan gelap, Nina menyalakan sebuah lampu kecil untuk penerangan, di liriknya meja di sudut ruangan, tidak ada apapun yang bisa di makan. Biasanya Bi Ani selalu memberinya sepiring nasi untuk ia makan.
"Gio...kamu capek ya...pasti lapar juga kan...tunggu sebentar ya...aku ke warung beli makanan..." Ujar Nina.
"Jangan tinggalkan aku..." Rajuk Gio dengan mata kuatir.
"Jangan takut....aku gak akan lama...kalo kamu ikut tambah capek..." Kata Nina, Gio akhirnya Menganggukan kepalanya.
Nina segera berlari cepat meninggalkan Gio dan pergi ke arah warung nasi yang ada di sebrang jalan itu.
Setelah Nina selesai membeli sebungkus nasi dengan sayur dan lauk, dia segera berlari kembali ke gubuknya.
Sampai di depan, Bi Ani ternyata sudah sampai duluan, dia sedang menjewer telinga Gio sampai anak itu meringis kesakitan.
"Kenapa kau masih disini?? Aku kan gak ingin melihat mukamu lagi! Bikin hidup orang tambah susah!!" Geram Bi Ani.
"Jangan Bi...! Aku yang bawa dia...jadi marahi aku saja!" Teriak Nina dari arah depan jalan.
Bu Ani dengan kesal mendorong tubuh Gio hingga jatuh tersungkur. Nina segera berlari mendapati Gio yang kembali menangis.
"Gio...bersabarlah...jangan nangis lagi... hidup itu memang keras...dulu tiap hari aku menghadapi ini..." Hibur Nina.
"Aku gak mau tinggal disini..." Isak Gio.
"Nina! Pokoknya aku gak mau ya liat anak ini lagi...bikin tambah pusing dan stress!! Kamu juga kalo masih mau tinggal disini, biarkan anak itu pergi...atau taruh saja di panti asuhan...itu lebih baik buat dia!" Dengus Bi Ani. Matanya melotot menyiratkan ketidak sukaan.
"Bi...biar malam ini Gio tidur disini dulu...besok aku akan pikir lagi...aku mohon bi....kasihan dia..." Pinta Nina.
"Oke...tapi dia harus tidur di luar, awas kalo kamu memberi tempatmu buat dia...gak akan aku ampuni!" Ujar Bi Ani, Kemudian pergi masuk kedalam sambil kakinya menendang bekas botol kosong.
Gio hanya duduk meringkuk di tempatnya tak berani beranjak, Nina memeluk tubuh anak itu.
"Gio...aku akan menemanimu tidur di sini...jangan takut..." Kata Nina.
"Tapi..."
"Sudah...ini bukan hal yang menakutkan kok...masih ada dipan buat tempat tidur...sekarang kalo kamu capek, lebih baik tidur saja...biar besok ya besok aja urusannya..." Ucap Nina sambil membimbing Gio naik ke dipan yang ada di depan gubuk itu. Kemudian Nina menyelimuti tubuh Gio dengan selimut usangnya yang tergantung tak jauh dari situ.
"Trimakasih kak..." Ucap Gio.
"Oya...ini ada makanan...yang tadi aku beli di warung...yuk kita makan berdua...ini satu bungkus tapi porsinya banyak lho..." Kata Nina sambil membuka bungkus nasi tersebut. Mereka makan dengan lahapnya.
"Jangan tinggalkan aku lagi..." Ujar Gio.
"Tidak lagi...aku akan melindungimu...besok pagi ikut aku...kita akan ke sekolah..."
"Sekolah...apa bisa aku sekolah..." ucap Gio.
"Ya bisa lah...kenapa tidak? Besok aku akan menghadap kepala sekolah..." Kata Nina.
"Memang kakak berani?" Tanya Gio.
"Ya berani dong...yang penting kamu bisa sekolah.. nanti aku akan minta bantuan Rudi..."
"Iya kak...kemana bibi?" Tanya Gio sambil melirik takut ke arah dalam gubuk.
"Bibi ke tempat bos...untuk nimbang hasil kerja kita tadi...nanti setelah bibi dapat uang, biasanya aku dikasih sedikit...walau bagaimana...bibi orang yang sudah merawatku dari bayi..." Ungkap Nina.
"Kenapa bibi selalu marah padaku?" Tanya Gio.
"Bibi mungkin bukan marah...dia hanya melampiaskan kepahitannya dalam hidup...buktinya walaupun aku seringkali dimarahi dan di pukul...toh dia tak pernah membuangku..." Sahut Nina.
"Berarti bibi masih lebih baik dari pada kakekku yang membuangku..." Gumam Gio sedih.
"Lupakan kakekmu yang membuangmu...ada aku disini yang akan menyayangimu...juga menjagamu..." Ucap Nina sambil merengkuh bahu Gio.
Pagi itu dengan penuh semangat, Nina dan Gio melangkahkan kakinya menuju kesebuah sekolah negri yang terbesar di kota itu.
Gerbang sekolah itu cukup tinggi, di sudutnya ada sebuah pos security, Nina mendekati pos security itu, salah satu dari mereka keluar menghampiri Nina dan Gio.
"Ngapain dek di sini? kalo mau mulung noh di sebelah Sono!" Hardik security itu.
"Pak Satpam...siapa yang mau mulung disini? Aku mau daftarin adikku sekolah..." Jawab Nina.
"Hah...daftar? mana bisa kalian belajar disini...orang kerjaannya mulung...udah deh ah...sana pergi!" Usir security itu.
Sebuah mobil hendak masuk kedalam sekolah, security yang satu buru-buru membukakan gerbang.
"Selamat pagi pak Hadi..." Sapa security itu sopan. Seorang laki-laki berusia kira-kira 40 tahun nampak menurunkan kaca mobilnya.
Nina yang melihat itu, tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, cepat-cepat ia berlari menghampiri mobil Pak Hadi. Security yang sejak tadi mengusir mereka nampak terkejut lalu mengejar Nina.
"Selamat pagi Pak...aku mau daftarkan adikku sekolah!" Seru Nina dengan suara keras. Pak Hadi langsung menghentikan mobilnya. Ditatapnya wajah gadis kecil itu.
"Siapa yang mau sekolah?" Tanya Pak Hadi.
"Dia pak...Gio adikku..." Sahut Nina sambil menunjuk ke arah Gio yang berjalan menghampirinya.
Kemudian pak Hadi turun dari mobilnya setelah sebelumnya di parkirkan di dekat gerbang.
"Dari tadi anak ini ngotot pak...mau daftar katanya...padahal jelas-jelas dia pemulung...lihat saja pak tuh karungnya yang besar!" Ketus security. Pak Hadi menatap security itu dengan wajah yang tidak suka.
"Kamu masih mau bekerja disini? Sekali lagi kamu berlaku tidak baik pada orang lain...aku pastikan kamu akan di pecat!" Ujar pak Hadi ketus. Security itu mundur dengan wajah yang memucat.
"Siapa namamu tadi Nak?" Tanya pak Hadi lembut.
"Nina pak...ini Gio adikku yang mau sekolah..." Jawab Nina.
"Baik...kalian ikutlah keruanganku..." Ucap pak Hadi. Nina dan Gio mengikuti pak Hadi kesebuah ruangan. Ternyata pak Hadi adalah kepala sekolah di sekolah ini.
Ruangan itu cukup besar, ada kursi dan meja tamu juga di lengkapi dengan AC yang membuat udara dalam ruangan itu menjadi sejuk.
"Nina...Gio...aku pak Hadi, kepala sekolah di sini...tadi siapa yang mau daftar...Gio?" Ucap pak Hadi lembut. Nina dan Gio jadi merasa nyaman.
"Iya pak...Gio yang akan mendaftar...umurnya baru 6 tahun...dia mau masuk SD...bisa kan pak?" Tanya Nina.
"Apa alasanmu menyekolahkannya?"
"Supaya kelak dia bisa jadi orang sukses...tidak seperti aku yang putus sekolah...bisa kan pak?"
"Bisa...tapi harus ada akte lahir dan KK...apa dia punya?" Pak Hadi menatap kearah keduanya.
"Maaf pak...Gio ini baru di buang sama kakeknya, dia tidak punya keluarga...aku baru bertemu dengannya beberapa hari...jadi...tidak ada akte atau KK..." Ucap Nina lemah.
"Nak...pendidikan adalah hak semua anak...walaupun Gio tidak punya Akte atau KK...aku tetap menerima dia menjadi murid di sini..." Jelas Pak Hadi.
"Benar pak? Trimakasih Pak...Gio...bilang trimakasih sama pak Hadi..." Seru Nina dengan wajah berbinar.
"Terimakasih pak..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!