NovelToon NovelToon

Salah Menikah

Bab 01 TRAGEDI

Suatu hari..

"Pah... Mah...." isakan tangis pilu mengiris hati dari seorang gadis kecil ketika mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan.

Dari belakang mobil tampak seorang laki-laki turun dari taksi berlari menuju mobil yang tengah mengalami kerusakan karena mengalami kecelakaan, dengan napas terengah-engah dia mencoba sekuat tenaga untuk bergulat dengan hal-hal baik karena dirinya tidak ingin hal buruk terjadi kepada sang majikan.

Kumohon YaAllah untuk menyelamatkan orang yang selalu memberiku kehidupan layak, aku belum membalas budi kepada keluarga ini tuan, nyonya, nona muda bertahanlah. Batinnya merasa pilu ketika mendekati mobil tersebut.

"Tuan, nyonya, nona muda apa kalian masih bisa mendengarku? kumohon bertahanlah." berbicara dengan nampak manik mata itu berkaca-kaca.

Dan takdir mungkin memang memihak kepadanya ketika mendapati mobil sang majikan dengan kaca mobil terbuka hingga dirinya dengan mudah dapat membuka pintu mobil.

"Nona muda kau baik baik saja? keluarlah dulu mari saya bantu. Pak supir apa kau masih disitu tolong bantu kami!" berbicara setengah berteriak dirinya tak dapat mengontrol labilnya emosi.

"Iya saya masih disini tuan untuk mencari pertolongan." Tangannya melambai ketika sebuah mobil mendekat kearah terjadinya sebuah kecelakaan.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan pintu kaca mobil nyaring terdengar mengusik pengguna jalan dirasa perjalanannya terasa terganggu.

"Tuan, mohon maaf mengganggu perjalanan anda, ini sangat darurat dan menyangkut nyawa satu keluarga," ucapnya sambil menunduk merasa takut

"Kenapa kau tidak menelfon ambulan? Biasakan untuk mencoba tenang dalam situasi apa pun agar kau dapat berfikir jernih." Keluar dari mobil, merogah ponsel dari saku celanya menelfon ambulan dan tampak supir taksi itu pun mengekorinya dan membantu korban.

Sang asisten gadis kecil itu tampak menghampiri nona mudanya. "Nona muda kau ti-tidak apa apa?" tanyanya mencoba tegar untuk nona mudanya.

"O-orang tua ku, mas Galih!" tangisannya pecah ketika sang asisten merengkuhnya.

Tampak ambulan tengah datang dan korbanpun akan segera dilarikan kerumah sakit, pengemudi mobil itu pun tampak berbicara kepada supir taksi memberinya ongkos dan memintanya segera pergi.

Berjalan mendekati arah mobilnya dan mengambil sebotol air mineral untuk diberikan kepada gadis kecil yang tengah terisak, terpukul, dan mungkin mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya.

"Berikan kepada nonamu, Anak muda," memberikan sebotol air mineral, gadis kecil itu pun meminumnya dan tertidur pulas di gendongan sang asisten.

Dirasa telah selesai untuk membantu orang baik itu pun pergi menuju mobilnya, ketika mobil akan melaju, namun harus tertahan tatkala pemuda itu berbicara kembali.

"Tuan, bisakah anda memberiku tumpangan? Dan tolong lindungi nona muda saya, saat ini saya sangat takut dengan keselamatannya, saya percaya kepada anda, anda orang baik," berbicara dengan nada memohon untuk permintaanya dirasa terlalu menuntut.

"Baik, anda boleh bawa masuk nona mu!" menjawab dengan tegas tanpa menoleh, pandangannya tetap lurus menatap kedepan.

Galih pun membuka pintu mobil dan menidurkan gadis kecil yang tengah terlelap, dirinya akan duduk dibelakang sang pengemudi untuk menemani gadis kecil itu, namun Antonio ingin Galih duduk disebelah kemudinya karena dirinya merasa bukan supir yang akan mengantar majikannya.

Deru mesin mobilpun berbunyi ketika di hidupkan, disepanjang jalan raya hanya keheningan tercipta, Galih mencoba mengatur ritme pernafasannya.

Dia gugup dan takut bercampur menjadi satu, ketakutan jika permintaannya tidak diterima. Gugup harus memulai dari mana berbicara untuk meyakinkan orang yang tengah membantunya. Mencoba menghirup udara dan membuangnya dengan kasar dan akhirnyapun dia mengutarakan apa yang ada dalam pemikirannya.

"Sa-saya---," ucapnya terbata-bata tak bisa menyelesaikan perkataannya dirasa lidahnya terasa kaku dan tak bisa berucap.

"Kau berbicaralah dengan benar, jika ada yang ingin disampaikan!" menjawab ketika gerak geriknya dapat terbaca.

"Maaf jika saya lancang tuan, saya ingin memperkenalkan diri, saya Galih asisten nona muda!" seloroh galih memecah kegugupannya.

"Iya," jawabnya singkat.

"Sa-saya hanya ingin anda tuan Presdir mempertimbangkan permohonan saya dan mohon tolong bantuannya tuan." Dengan menangkupkan kedua tangannya

Melirik sekilas dan berbicara. "Apa permohananmu saya akan mendengarkan!" lontar Antonio dengan kekehan geli mengingat permohonan yang pasti tidak masuk akal menurutnya.

"Dan tolong panggil saja saya Antonio sangat tidak enak didengar panggilanmu!" sungut Antonio. Dia geli ketika mendengar panggilannya.

"Baik tuan maafkan saya, tolong untuk membantu keluarga yang tengah mengalami kecelakaan yang memilukan bagi nona muda saya." Menunduk menyembunyikan tetesan airmatanya dan menoleh kebelakang nona nya yang terlelap tidur.

"Saya ingin mengutarakan pemikiran saya karna keputusan ini harus saya ambil, besok pengacara tuan besar Ananda Pratama pemilik NANDA GROUP akan membahas ini, tolong jadilah Presdir diperusahan ini, saya mohon bantuannya tuan ini semua sudah tanggung jawab saya, saya tidak tau harus berbuat apa lagi saya---"

Seketika pembicaraannya terhenti ketika Antonio menginjak rem mobil secara mendadak, mungkin dia terlalu kaget dengan penuturan yang dirasa bisa-bisanya mempercayai orang yang baru dikenalinya. Apakah orang ini tidak takut jika dirinya mengambil aset perusahaan?

Namun dari arah belakang terdengar suara tangisan gadis kecil, keduanya pun menoleh kebelakang, dengan sigap dia mendorong pintu mobil lalu keluar mencoba menenangkan lalu tanpa pikir panjang galih pun membawa nona nya dan membawanya duduk bersebelahan dengan orang yang membantunya.

"Mas Galih aku takut." Duduk di pangkuan Galih dengan memeluk leher Galih sangat erat.

"Kau kaget nona tenang saja aku tidak akan membuatmu celaka seperti mereka." Memecah kecemasan dengan berbicara lembut menenangkan gadis kecil itu dan mengusap lembut punggung mungil itu hingga terlelap tidur kembali.

Antonio pun menyandarkan punggungnya menutup matanya sekejap, menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya dengan kasar, ia pun berdecak.

"Ck, anda tidak sedang bergurau? Anda mau mempercayai orang yang baru dikenal beberapa jam lalu? Anda tidak takut saya membawa kabur aset perusahaan majikanmu?" dengan berdecak Antonio menatap sinis Galih.

"felling saya tidak akan mungkin salah, anda lah dan anda orang yang tepat untuk mendapat amanat ini, saya akan pergi ke LN dalam waktu dekat ini untuk meneruskan kuliah dan akan menjadi asisten pribadi anda nantinya, maafkan saya lancang tuan saya sangat memohon untuk kerjasamanya!" jawab nya dengan menjelaskan.

Anda mungkin baru mengenal saya, tapi saya sudah tau tentang biodata hidup anda tuan, anda memang Presdir yang kejam, disiplin cocok untuk mendapat amanat berat ini. Batinnya berbicara merasakan pilu.

Ketika permintaan sang majikan berputar membentuk tayangan slide video dimana dirinya diminta untuk menjadi tangan kanan sang nona muda, mungkin memang sudah merasakan firasat buruk. Kecelakaan yang menimpa keluarga beserta anak semata wayangnya yang akan menjadi pewaris tunggal.

"Baiklah ini akan saya diskusikan dengan paman saya." menancapkan gas dan berjalan menyusuri ibu kota.

Hari sudah mulai semakin gelap, kerlap kerlip dari lampu mobil menghiasi jalanan saat ini. Hening! Ya sangat hening ketika pembicaraan itu berakhir, mungkin mereka tengah bergulat dengan pemikiran masing-masing.

Setelah beberapa jam berlalu dari perdebatan yang mungkin tidak masuk akal untuk sebelah pihak, dimana dirinya merasa tidak pantas memegang perusahaan besar nomor satu yang sangat berkembang dan disegani dikota ini.

Ya siapa yang tidak mengenali perusahaan NANDA GROUP perusahaan yang sangat melaju pesat dan memiliki seorang gadis kecil cantik yang kini tengah berusia 8 tahun, pewaris satu-satunya perusahaan NANDA GROUP.

Dan kini tibalah disebuah rumah dengan gerbang menjulang tinggi, mobilpun berjalan dan terparkir cantik digarasi.

"Ayo turun sudah sampai!" ucap Antonio memecah keheningan

"Tu-Tuan saya bisa pergi kembali kerumah majikan saya, saya takut merepotkan anda!" ujar Galih merasa tidak enak hati selalu merepotkan.

"Anda bilang bahwa nonamu terancam? Lantas kenapa kau akan membawanya kembali? Masuklah bermalam disini bawa nonamu. Kasihan dia butuh istirahat cukup, esok pagi dia pasti akan menghabiskan waktu dengan menangis!" tegas Antonio mengingatkan betapa malangnya sang korban kecelakaan.

Mereka pun memasuki rumah mewah dengan cat dominan warna putih menambah kesan elegan, tiba diruang tamu mereka duduk dengan Galih masih menggendong gadis kecil yang tengah terlelap, sang pelayanpun datang menghampiri.

"Tuan sudah kembali." Sapa sang pelayan sambil tertunduk memberi hormat.

"Iya, tolong siapkan dua kamar untuk tamu saya dan antarkan mereka untuk beristirahat, untuk makan malamnya bisa kau antarkan saja kekamarnya."

"Iya tuan," jawab sang pelayan.

"Kau tidur bersebelahan dengan nonamu," ucap Antonio kepada Galih.

"Mohon maaf tuan saya akan tidur satu kamar saja dengan nona muda saya, saya tidak mau meninggalkannya!" jawabnya masih merasa kesedihan dibenak hati kecilnya.

"Terserah mau mu saja." Antonio berjalan menuju keatas kamarnya.

Seketika langkahnya terhenti, Galih pun memanggil kembali Antonio, Antonio pun meneloh dan menyipitkan matanya.

"Tuan saya ingin berbicara, saya akan menemuimu." Galih tersenyum dengan membungkukan badannya.

Meski terasa sulit karna dirinya kini tengah menggendong nona mudanya, anggap saja sebagai rasa hormat dan rasa terima kasihnya terhadap ketulusan orang yang telah menolong nya.

"Iya, kau boleh menemuiku." Antonio melanjutkan berjalan menuju kamarnya.

Dia pun tengah memikirkan perkataan sang tamu pasti pembahasannya masuk kategori yang tak masuk akal kembali.

Ketika dirinya telah berada didalam kamar berjalan menuju kasur empuknya yang terasa melambai untuk segera merebahkan badannya, perlahan memejamkan matanya dan mengangkat tangannya. Memegang pelipisnya mengingat banyak masalah yang menjadi beban hidupnya kini.

Dirasa cukup untuk merebahkan, dirinya pun berjalan menuju kamar mandi dan berendam untuk melupakan sejenak penatnya.

***

"Tuan, mari ikuti saya." ucap sang pelayan memecah lamunan Galih dan hanya diberi anggukan oleh Galih.

Diapun membaringkan perlahan-lahan nona mudanya keatas ranjang, lalu sang pelayanpun berpamitan sembari akan membawa makan malam untuknya.

Galih-pun menuju keluar kamar berjalan menuju anak tangga, ketika dirinya sudah bertanya disebelah mana kamar peristirahatan seorang malaikat baginya.

Ya, dia menganggap Antonio sebagai malaikat tak bersayap baginya, penuh dengan daya tarik yang masuk dengan kategori mengagumi sikap, prilaku dingin dan tegasnya, yang samar-samar dimiliki oleh tuan besarnya.

Dia pun bersemangat untuk segera berdiri disampingnya sepanjang hari, mengabdi dengan seluruh kehidupannya menjaga nona mudanya yang kini tengah mengalami kecemasan, kesedihan bahkan mungkin trauma membekas dalam kehidupannya yang tak mudah untuk dilupakan.

Jika ditanya apakah dirinya bersedih atas tragedi memilukan kecelakaan ini? Mungkin jawabannya sangat menyayangkan keadaan ini karna ini semua gara-gara mereka ,dan sangat menyedihkan bagai pukulan membentur relung hatinya.

Dirinya pun akan terus mengabdi dan berjanji sebuah kesetiaan akan selalu menjadi pondasi kokoh apapun yang nantinya akan dihadapi dimasa depan mendatang.

Kamarnya sebelah kiri ya kalo tidak salah? Ck, sial kenapa sampai tidak focus terlalu bingung memikirkan strategi untuk menyusun dan membongkar kejahatan mereka, nona muda cepatlah tumbuh dewasa kita akan bekerja sama. Batinnya berbicara dan senyuman tipis mengulas bibirnya.

Ceklek...

Dahinya mengernyit ketika membuka pintu kamar disuguhkan dengan pemandangan orang yang tersenyum sendiri, bisa dibayangkan dia berfikir orang ini sudah gila, dia pun tersadar dari lamunan ketika tangan kekar itu menyentuh pundaknya.

"Anda sudah gila? hmm," tanya nya dengan dingin.

"Anda kenapa tuan?" tanya Galih terheran ketika sang malaikat sudah berada didepannya dengan pertanyaannya.

"Harusnya saya yang bertanya anda kenapa tersenyum sendiri? apakah mungkin otakmu sedikit menggeser?" jawabnya santai berjalan menuju ruang kerja dan terlihat Galih mengekorinya dari belakang.

***

Maaf jika kosa kata dan penulisannya agak berantakan ini karya perdana tentunya pasti banyak kesalahannya.

Mohon bantuannya untuk mengoreksi nya tinggalkan like, komen , dan kalo ikhlas vote juga ya hehe ....

***

BERSAMBUNG

Bab 02 Permintaan

"Apa? siapa yang gila tuan?" jawabnya dengan polos.

"Kaulah siapa lagi, memang kau pikir saya yang gila? Yang senyum-senyum sendirian itu anda." Berhenti sejenak lalu menoleh kearah Galih.

"Eh, anu ... tuan bukan begitu," ucap Galih gugup.

"Sudah lah lupakan, ikuti saya," Perintah Antonio sambil berjalan.

Tiba diruang kerja, Antonio pun masuk dan tampak Galih dari arah belakang, mendudukan bokongnya dikursi yang tersedia di ruangam itu. Sebisa mungkin Galih mencoba tenang untuk menelaah permintaannya, menyiapkan hati mungkin akan banyak sekali penolakan didalam perbincangan kali ini.

"Aku akan memanggil paman beserta keponakanku." Antonio Berjalan menuju pintu dan membukanya, lalu berjalan menuju kamar orang yang sudah dia anggap seperti ayah kandungnya.

Galih hanya bisa menatap punggung itu tanpa berbicara apapun, mencoba membaca karakter dari sorot matanya dan gerak gerik orang yang menjadi penolongnya. Namun sayang sulit diartikan menurutnya terlalu misterius.

Tok.. Tok.. Tok...

"Paman ... Maaf mengganggu waktu istrhatmu!" Antonio tidak enak hati mengganggunya. Namun harus dilakukannya ini semua harus didiskusikan, keputusannya harus di setujui sang paman.

Pintu kamar pun terbuka lebar, mendapati pria muda tampan dalam waktu dekat menjadi Presdir baru menggantikan Antonio.

"Paman, kau sudah datang rupanya?" Willy tersenyum lebar.

"Mari masuk Papah sudah menunggu kita." Melenggang masuk beriringan.

Sebelum duduk dia mencium punggung tangan paruh baya itu, mencoba menceritakan kejadian awal sampai akhir. Tampak kedua orang itu menghela napas dan berjalan menuju ruang kerja.

Mungkin disini Antonio sangat bimbang dengan keadaan ini, menuntutnya untuk tak dapat menolak permintaan orang asing baginya.

Namun berbeda dengan pria paruh baya itu, dia sudah mengetahui semua ini, ini permintaan sahabat karibnya. Dia hanya memasang mimik muka datar, semua sudah dibicarakan dengan rinci dengan sahabatnya keluarga Ananda Pratama beserta istrinya Ima Nanda Maharani.

FlashBack💦

Dering Ponsel menggema nyaring diatas meja, mengganggu orang yang kini tengah duduk santai ditaman belakang.

"Kau dimana? Aku bersama istriku sudah berada di ruang tamu," suara bariton yang sangat dikenalinya.

"Kemarilah aku berada ditaman belakang!" langsung mematikan ponselnya sepihak, dia tergelak mengingat reaksi apa yang akan dilakukan sahabatnya.

Setelah sampai ditaman belakang.

"Kebiasaan kau ini ya bikin orang kesal, memerintah tanpa menunggu jawaban!" sungut Nanda.

Imam hanya mampu tertawa atas ocehan Ananda.

"Duduk, cepat utarakan maksudmu mengunjungi rumah sederhanaku?" tanya Imam to the point.

"Aku akan menyerahkan jabatan Presdir untuk keponakanmu, dan laki-laki yang selalu bersama anaku El-Suci Nanda Maharani adalah asistennya, dia akan pergi melanjutkan pendidikan perguruan tinggi dalam waktu dekat ini. Semua aset perusahaan akan aku amanatkan kepadamu termasuk anak kesayanganku!" ucap Ananda lirih merasa firasat buruk akan menimpa keluarga kecilnya.

"Kau akan kemana?" seru Imam merasa heran.

"Entah aku dan istriku merasa akan ada sesuatu hal buruk menimpa kami, firasat kami yang menuntun kami untuk meminta bantuan ini,"

"Jangan coba-coba menolak ini memang permintaan dari sahabat, namun perintah dari bos kau lupa aku penanam saham terbesar diperusahaanmu mau kutarik sahamnya?"

"Kau, apa kau tak khawatir jika aku membawa kabur aset perusahaanmu?" pertanyaan yang lolos dari bibir Imam.

"Jika sesuatu hal buruk menimpa kami tolong rahasiakan ini semua, dan bantu aku menghilangkan jejak sebelum kami berdua pulih," permintaan Ananda tak masuk akal itu dilontarkan kembali, baru saja mulutnya terbuka untuk melontarkan penolakan namun didahalui oleh Ananda. Dia hanya berdecak kesal, belum mengutarakan pendapatnya sudah diprotes.

"Sudah kubilang jangan mencoba menasehati ku lagi, ini sudah keputusan ku jika aku tak sadar dalam waktu panjang adopsi putri kesayanganku!"

FlashBack 💦

Kini keempat orang itu pun telah berada dalam satu ruangan, ketiga penghuni rumah itu tampak santai, namun berbeda dengan Galih perasaannya tengah gundah gulana, untuk mengutarakan permintaannya, ia takut permintaannya di tolak mentah-mentah.

Ketakutan seperti menonton flm horor atau bahkan ini menurutnya melebihi dari flm horor, ia sangat lelah saat ini, lelah berpacu dengan perasaan gugup, dirinya bagai terkurang dalam pembatas menjulang tinggi diantara ketiga orang dihadapannya, dirinya bagai narapidana yang telah berstatus terdakwa yang kini tengah akan diintrogasi.

Bisa dibilang ini perasaan berlebihan baginya, terlalu pesimis, belum mengutarakan sudah putus harapan.

Ketiga orang itu Imam Nugraha, sahabat dari Ananda Pratama, dan anak semata wayangnya Willy Nugraha Abraham dan keponakannya Antonio Nugraha.

"Kau tak usah gugup berlebihan, semua sudah berjalan sesuai pemikiranmu," ucap Imam memecah keheningan dan suasana canggung yang tercipta diruangan itu.

"Tu-tuan terimakasih," jawab Galih sendu.

"Lalu bagaimna dengan Nyonya dan Tuan besar?" tanya nya lagi.

"Tidak usah dipikirkan, rekayasa kecelakaan terjatuh kejurang sudah dilakukan sesuai dengan rencamu Galih, dan untuk keselamatan majikanmu sudah kubereskan, kau hanya perlu pergi mengasah kemampuanmu supaya kau hebat. Pantas berada disamping nonamu dan menjadi asisten Nona mudamu. Sekarang pergilah ke kamar mu untuk beristirahat!" perintahnya dengan datar.

"Tapi bagaimana denganku Paman aku harus menjadi Presdir di perusahaan itu, sungguh aku merasa tak pantas. Kemampuanku hanya seujung kuku dibandingkan dirimu," ujar Antonio dengan merendah.

"Kau akan mampu, aku percaya itu." Imam beranjak pergi dari ruangan menuju kamarnya.

Didalam pembahasan itu Willy hanya menyimak, tak mampu berkata, bibir nya terasa kaku untuk berkata dengan penuturan ayahnya.

Seketika Galih pun beranjak dari duduknya, berjalan setengah berlari menghampiri tuan pemilik rumah.

"Tuan, mohon tunggu sebentar." Galih berbicara dengan setengah berteriak supaya terdengar oleh orang yang tengah dikejarnya.

Mendekat lalu bersimpuh dikaki tuan pemilik rumah, dirinya merasa lega haru bercampur sedih isakan tangis bahagia terdengar dari bibirnya. Dan ia bisa dengan tenang menimba ilmu untuk mengasah kemampuannya. Imam hanya dapat menarik bibirnya dengan senyuman tipis, bangga akan kesetian asisten dari sahabatnya.

"Te-terima-Kasih tuan," perkataan itu terlontar dengan nyaring bercampur isakan tangis.

"Jangan menangis, hatimu harus kuat sekuat baja, ini belum seberapa. Masalah besar akan terjadi ketika Nona mu beranjak dewasa."

Kedua orang yang tengah berada diruang kerja pun keluar, dengan tertegun menatap orang yang tengah bersimpuh di kaki ayahnya, pemandangan yang sangat luar biasa membuat keduanya terperanjat kaget.

"Ayo, bangun. Kau boleh memelukku untuk mengurangi kesedihanmu." Imam merentangkan kedua tangannya untuk bersiap dipeluknya.

Tampak binar matanya berkaca-kaca

"Tuan," tangisannya pecah dipelukan sang tuan rumah.

Disela-sela isakan tangisannya, ia pun berkata, "Bagaimana dengan tuan Antonio tuan. Walau pun kedua majikan saya sudah aman, tapi perusahaannya?" tanyanya lagi dengan masih sesenggukan.

"Tidak perlu memikirkan itu semua, tanpa majikanmu pun perusahaan akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan soal keponakanku dia tidak akan menolak keputusanku, sekarang pergilah ke kamar mu untuk beristirahat." Imam melepaskan pelukannya.

"Iya, baik tuan saya pamit." Galih menuruti nasehat sang tuan rumah.

Ketika hendak membalikan badannya dia terperanjat kaget, dimana dirinya tengah ditonton oleh dua orang penghuni rumah, dengan berkacak pinggang dan mimik wajah yang tanpa ekspresi.

Dia melewati begitu saja dua orang itu dengan masa bodo, perasaan malunya seketika menghilang, diganti dengan kelegaan hatinya, majikannya aman, perusahaannya pun berjalan dengan semestinya, dia juga tidak perlu mengkhawatirkan Nona mudanya.

Setelah beberapa menit menuruni anak tangga, dia pun memasuki kamar tamu dimana, didalam terdapat orang yang paling berharga untuknya. Seorang gadis kecil cantik tengah berbaring diranjang dengan cantiknya.

Siapakah gerangan gadis cantik itu? dia adalah El-Suci Nanda Maharani, pewaris tunggal keluarga Ananda Pratama, keluarga yang telah membiayai pendidikannya ke perguruan tinggi dengan mengambil jurusan di bidang bisnis.

bukan tanpa alasan keluarga ini membiayai asisten anak semata wayangnya, karena kesetian dan pengabdian yang tulus untuk nona muda keluarga Ananda Pratama.

Duduk disamping gadis kecil itu dengan raut wajah sendu, membelai rambutnya yang tergerai, masih saja menyisakan pilu direlung hatinya. Dia harus pergi dalam waktu beberapa tahun meninggalkan kota ini.

Dia juga harus meninggalkan nona mudanya jauh dari pantauannya, meskipun bisa mengetahui gerak-geriknya.

'Tolong jangan bersedih nona, ketika aku tak berada disisimu, kau bagai adik kandungku yang harus kujaga dengan seluruh kehidupanku, jadi tetaplah sehat, bahagia,' Batinnya berbicara dengan lirih.

Dia pun berdiri dan berjalan menuju lemari, untuk mengambil bantal serta selimut untuk menyelimuti tubuhnya, dia merebahkan badannya disofa untuk tertidur.

***

Hari sudah semakin larut, para penghuni rumah pun pasti telah tertidur. Tetapi tidak dengan kedua pria itu, ya dia Willy dan Antonio, sepasang saudara paman dan keponakan itu masih mengintrogasi Imam, memintai penjelasan akan masaah ini.

Bagaimna tidak berpikir hal aneh, semua nya telah disusun rapi oleh Imam, dari pengobatan keluar negeri, identitas kedua orang itu pun dipalsukan dengan alasan keselamatan, dan yang terakhir tentang kecelakaan mobil itu, direkayasa dengan jatuh kedasar jurang yang curam.

Dan juga kasus ini ditutup rapat-rapat. Supaya media tidak dapat meliput berita duka ini. Imam juga tidak ingin diusut kasus ini, supaya musuh dan pengkhianat keluarga Ananda Pratama tidak mengetahui keberadaan keluarga sahabatnya.

"Kalian berdua tidak kasihan terhadapku?" Imam berdecak. "ini bagai narapidana diintrogasi," berbicara berpura-pura marah.

"Tidak, bukan begitu paman," jawab Antonio.

"Iya, Pah bukan begitu," tungkas Willy merasa bersalah.

"Apakah gadis kecil itu akan diadopsi juga oleh mu Pah? kami hanya ingin tidak terlalu kaget untuk hari esok, kami hanya akan mendengarkan," penuturan Willy

"Kalian tidak keberatan bukan mendapat penghuni baru gadis cantik?" tanya papah Imam.

"Sayangi dia seperti saudara kalian, lindungi dia sebelum asisten pribadinya kembali setelah pergi menjalani pendidikannya, apakah kalian mengerti?" pertanyaan diajukan untuk dua orang sepasang saudara itu.

Keduanya hanya saling menatap beradu pandang, dan diberi anggukan oleh Antonio isyarat bahwa dia menyetujuinya, keduanya pun sepakat untuk menerima penghuni baru gadis kecil cantik itu.

"Ok, introgasi selesai, pergi kalian aku ingin istirahat!"

"Baik pah, selamat istirahat,"

"Iya paman selamat istirahat maaf mengganggu waktumu."

Setelah kedua orang itu pergi, dia meraih ponselnya di nakas, menelfon pengacara keluarga Ananda Pratama untuk sementara diasuh oleh keluarga Imam Nugraha.

Agar pembahasan esok hari tidak menguras waktu, hanya untuk masalah ini. Supaya El-Suci anak semata wayang Ananda Pratama dapat dengan cepat beradaptasi dengan keluarga ini, ketika Galih pergi untuk menimba ilmu.

***

Malam berganti menjadi pagi hari, kicauan burung mulai bernyanyi riang menyambut pagi hari dengan indah, Galih terbangun dahulu dan akan beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, melirik sekilas keranjang dimana gadis berparas cantik itu masih terlelap didalam mimpinya.

Ketika cahaya mulai masuk dari kaca menembus kamar dan membangunkan gadis berparas cantik itu dengan mata sembabnya. Ironis sungguh gadis belia harus berpisah dengan kedua orang tuanya.

Dia terbangun dan menyandarkan punggungnya, matanya mulai melirik kesana kemari, kekiri dan kekanan menyapu seluruh ruangan yang mana dirinya merasa asing ditempat ini.

Ceklek...

Pintu kamar mandi pun terbuka dengan menampakan sosok pria yang selalu berada disamping El-Suci. El-Suci langsung melirik sosok itu dengan tatapan sendu, kristal bening itu mulai mengalir deras di pelupuk mata indahnya.

Mungkin dirinya terpukul, trauma, apakah bisa gadis berparas cantik itu bisa menjalani hari-harinya?

Dengan refleks galih langsung berlari merengkuh gadis kecil itu.

"Masss," ucap El-Suci dengan isakan tangis.

***

-BERSAMBUNG-

Bab 03 Kesedihan

"Papa, Mama dimana mas? Aku takut mas takut." El menangis dengan rengekan anak kecil seusianya.

Dia pun nampak menjatuhkan air matanya namun langsung dihapus oleh kedua telapak tangannya, mengatur ritme napas, mengontrol emosinya agar terlihat tenang dihadapannya.

Dia mencoba tegar, kuat demi nona mudanya. Karna saat ini hanya dirinya, dirinyalah yang mampu gadis kecil itu andalkan. Meski bukan saat ini namun suatu saat nanti jika gadis kecil itu tumbuh dewasa.

Setelah dirasa nona mudanya tenang dia melepaskan rengkuhan itu dan menatap binar manik yang terlihat sembab itu.

"Nona." Panggil Galih dengan sendu dengan memegang bahu nonanya dan berkata kembali.

"Untuk keselamatan tuan dan nyonya, nona harus berpisah dengan kedua orang tua nona selama beberapa tahun ini, dan biarkan keluarga ini yang akan merawatmu nona. Aku tau nona tidak mengerti dengan situasi ini tapi ini semua harus dilakukan. Nona harus belajar dewasa meskipun belum wak---"

"Aku tau ... " seketika ucapannya terhenti ketika gadis kecil itu memotong pembicaraannya.

"Mas, tidak usah khawatir aku pasti kuat dan mampu demi untuk bertemu kedua orang tuaku," ucap El dengan suara khas anak kecil sambil menghapus airmata di pipinya.

Hal yang mengejutkan bagi Galih, dimana gadis kecil nan manja itu yang sering merengek dan menangis jika ingin sesuatu akan dengan mudahnya mengerti di situasi yang sangat memilukan ini.

Tanpa sepengetahuan dari keluarganya gadis kecil itu sudah dapat mengerti akan situasi hal ini dimana dirinya pewaris tunggal perusahaan NANDA GROUP, keluarga terpandang perusahaan Nomor satu yang sangat berkembang pesat dikota ini.

Dirinya tahu akan resiko ini. Perusahaan berkembang pesat beresiko munculnya orang-orang berkhianat, berkedok sahabat atau bahkan mungkin saudara yang menjadi musuh dalam selimut, dengan kedok merasa simpati akan keluarga ini.

Bahkan dia sudah belajar bela diri sejak berusia 7 tahun, tepatnya sudah satu tahun yang lalu dirinya mulai belajar. Dia telah mengetahui siapa dalang yang menyabotasi kecelakaan keluarga dirinya.

Dia menyembunyikan rutinitas itu dari semua pihak, bisa dibilang dengan sembunyi-sembunyi dia berlatih. Semua dia lakukan untuk dapat menjaga dirinya, namun tidak dengan kedua orang tuanya.

Diusinya yang masih belia mana mungkin dia bisa melindungi keluarganya, bahkan dirinya pun masih dilindungi oleh asisten Galih. Sebenarnya dia ingin membicarakan perihal mobil yang akan ditumpangi keluarganya namun entah kenapa seakan tidak ada waktu untuknya berbicara hingga kecelakaan itu tak dapat terelakan.

"Mas Galih, aku mau mandi,"

"Mas anggap aku adikmu bukan? Tolong jangan panggil nona terus. Aku juga memanggilmu mas supaya kita berasa saudara sungguhan," ucap El sembari mengangkat jari kelingkingnya dengan tersenyum Indah nya.

"Baik." Berjongkok mensejajarkan dengan tubuh kecil itu dan menyatukan jari kelingkingnya.

"Yaudah mas panggilin pelayan wanita untuk membantumu membersihkan diri." Galih pergi berjalan untuk keluar kamar.

Tampak diruang tamu Galih celingukan mencari pelayan wanita, pelayan wanita yang melihat pemandangan orang merasa kebingunganpun langsung mendekati Galih.

"Tuan ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan menunduk.

"Eh anu ... Iya mba tolong bantu nona saya dia mau membersihkan diri." Galih mengangguk dan pelayan itu pun langsung memasuki kamar yang ditempati dua orang penghuni baru itu.

"Selamat pagi nona kecil cantik," entah sadar atau tidak pelayan itu refleks berkata seperti itu, saking terlalu mengagumi kecantikan gadis kecil ini.

"Mba, ayo bantu aku." Menarik tangan pelayan itu kedalam kamar mandi.

Setelah beberapa menit membersihkan tubuhnya, dan sudah bersiap memakai pakaiannya pelayan itupun berkata.

"Nona cantik sekali." Dengan merapikan gaun El, El hanya tersenyum menampilkan gigi putih nya.

***

Ketiga pria penghuni rumah itu tengah bersiap menuju kemeja makan untuk sarapan pagi. Setelah semua berkumpul dan sarapan pagi pun dimulai dengan hening tanpa sepatah kata pun yang terucap hanya terdengar suara denting sendok.

Ditengah-tengah menikmati sarapan pagi datang seorang pelayan dengan berlari kecil membawa ponsel Papa Imam, pertanda panggilan masuk datang di ponselnya. Tertera dilayar ponsel sang penelfon adalah pengacara keluarga Ananda Pratama.

Panggilan pun diangkat oleh sang pemilik ponsel.

📞 "Halo Tuan,"

"Iya,"

📞 "Maaf, mungkin saya mengganggu waktu sarapan pagi anda tuan, saya akan segera datang sekitar satu jam lagi, anda hanya perlu menandatangi berkas hak asuh saja tuan,"

"Iya, baiklah pengacara, saya tunggu kedatangannya!" Panggilan pun berakhir.

Sarapan pagi pun berakhir, mereka berkumpul diruang keluarga untuk menunggu kedatangan pengacara itu.

"Paman," panggilnya dengan sendu.

"Halo peri cantik." Dengan merentangkan kedua tangannya untuk dipeluk El.

El pun memeluk dan menangis dengan erat pada pria paruh baya itu.

"Menangis lah paman akan jadi sandaran untukmu saat ini, bersabarlah sampai waktunya tiba," ucap Imam dengan hati pilu.

Yang ditunggu tunggu pun kini tlah tiba di kediaman keluarga Imam Nugraha, setelah berkas itu telah selesai ditanda tangani, perbincangan dengan mengenai jabatan Presdir untuk Antonio Nugraha pun didiskusikan sebelum Galih pergi keLN.

"Semua sudah jelas tuan? Saya tidak bisa berlama lama,"

"Baiklah kau boleh pergi!"

"Sudah jelas Toni? Sekarang tanggung jawabmu di perusahaan NANDA GROUP, buat semakin berkembang perusahaan itu!"

"Iya paman," jawab Antonio.

"Paman aku permisi," pamit Antonio berdiri dan akan berjalan pergi meninggalkan ruang tamu, namun tertahan ketika Imam berkata.

"Iya, keruang kerjaku, kau pelajari data-datanya." Antonio hanya mengangguk dan pergi menuju tempat yang sudah diperintahkan oleh pamannya.

Dari ketika sedang berada dimeja makan untuk sarapan hingga menuju ruang keluarga Willy tak henti hentinya menatap wajah gadis cantik itu, dilihatnya lekat-lekat mata Indah yang terlihat sembab itu, tapi tidak mengurangi kesan cantik dari wajahnya.

Dia teringat gadis kecil yang selalu digendongnya ketika berusia sekitar empat tahunan, sungguh entah takdir atau memang dia adalah jodoh nya? Entahlah biarlah semua berjalan dengan seiringnya waktu.

Bumi memang selalu berputar dengan setiap harinya, namun tidak dengan Willy dirinya merasa dunianya ... Bukan-bukan dunianya tetapi bumi ini seolah ingin dia hentikan putaran rotasi nya.

Keinginan nya sungguh sederhana hanya ingin memeluk dan menciumi gadis kecil berparas cantik itu seperti dahulu.

Namun sayang keinginan itu harus dia urungkan bahwa gadis itu akan beranjak remaja dan mungkin dirinya pun tak mengingat diwaktu berusia empat tahunan.

"Pah, apa gadis kecil ini yang sering kugendong dahulu?" tanyanya pada sang papah.

"Iya." Masih memeluk dan mengusap pucuk kepala El-Suci.

Dia hanya menampilkan senyum tipisnya, seketika El-Suci melepaskan pelukan dari Papa Imam dan menatap laki-laki berparas tampan itu.

"Hai ... Kau pasti tidak mengingatku bukan? Dulu kau masih kecil waktu sering kugendong." Tersenyum manis yang hanya dianggukan oleh El-Suci.

"Ayo, kita main." Willy berdiri dan mengulurkan tangannya.

El-Suci pun membalas uluran tangannya, dan bermain dengan Willy. Ada rasa sedih mengiris relung hati Willy, perasaannya sangat sakit melihat gadisnya harus menderita seperti ini. Tidak bisa dielakan kesetian Galih terhadap nona mudanya. Jadi, kemanapun dia pergi Galih berada dibelakangnya.

Papa Imam pun pergi menuju ruang kerja nya menyusul Antonio. Yang dia hapal pasti tengah mempelajari dokumen-dokumen perusahaan orang tua El-Suci.

Meskipun tinggal menghitung hari dirinya harus pergi meninggalkan kota ini, lebih tepatnya meninggalkan nona mudanya seorang diri, dan hanya bersama keluarga sahabat dari orang tua nya. Yang entah keadaanya seperti apa.

"Namamu siapa kak?" tanya El disela-sela permainannya.

"Aku?" seru Willy sambil menunjuk dirinya.

"Iya dong siapa lagi, aku sudah tau kalo mas Galih." Diiringi dengan tawaan El-Suci.

"Kau kenapa tuan terlalu focus main barbie nya?" Sungut Galih.

"Sialan kau." Willy melemparkan boneka kearah Galih, namun dengan sigap Galih menangkapnya.

"Kalian kenapa?" tanya El-Suci ketika bukan jawaban yang didapat.

"Tidak apa-apa, namaku Willy Nugraha Abraham," jawab Willy memperkenalkan dirinya.

"Hmmm... Iyaa!" jawab El-Suci masih sibuk dengan mainannya.

"Aku panggil kamu kakak saja ya? Untuk yang satu lagi aku mau panggil mas saja, sama kaya mas Galih," ucap El menengok pada kedua orang yang tengah menemaninya.

"Terserah kau saja nona cantik." Sambil mengedipkan matanya dan Galih mengangguk tanda menyetujui keinginan nona mudanya.

***

Beberapa hari kemudian waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba akhirnya. Melepaskan Galih Asisten dari Nona mudanya untuk terbang jauh menimba ilmu seperti yang sudah diutarakan kedua orang tua El-Suci.

Dan kini mereka tengah di bandara untuk mengantarkan Galih pergi, tampak El-Suci tak henti-hentinya menangis dan merengek ingin digendong. Namun tak sedikitpun Galih merasa kesal dengan sikap nona mudanya, yang ada dirinya ingin mengurungkan niatnya pergi.

"Jangan khawatir gadis ini akan tetap baik-baik saja kami akan menjaga dirinya dan perusahaannya." Willy dan Antonio serempak menjawab, yang hanya diberi anggukan tanda dia lega dengan perkataan dua saudara itu.

"Iya betul jangan khawatir, buat nonamu bangga," Papa Imam ikut menimpali.

Galih pun menurunkan El-Suci ketika pesawat akan segera Take-off.

"Nona aku harus pergi, tunggu aku kembali ya? Aku harus hebat seperti Tuan besar, agar aku pantas menjagamu!"

Menghambur kembali ke pelukan Galih, "Mas Galih, aku sama siapa mainnya?" tanya El dengan isakan tangis.

"Itu sama tuan Willy dan tuan Antonio." Tunjuk Galih mengarah kepada dua orang bersaudara itu.

"Iya," Jawabnya bersamaan.

"Ayo cantik sama paman Anton yah." Imam mencoba membawa dari pangkuan Galih.

"Hati-hati mas Galih," berbicara dengan terisak.

"Iya, nona jangan nakal yah, harus nurut sama tuan Imam, tuan Willy dan tuan Antonio." Galih memberi nasihat untuk nonanya, El-Suci hanya menganggukan kepalanya tanda dia mengerti.

Melambai-lambaikan tangannya ketika Galih menarik kopernya karna pesawat akan segera lepas landas atau take off, menatap punggung itu dengan isakan tangis ketika tak terlihat lagi oleh pandangannya.

***

Hal yang paling sulit aku lakukan pergi dari nya ...

Ketika dia membutuhkan seseorang untuk memberikannya semangat ...

Aku pergi untuk kembali,

Bukan pergi untuk meninggalkan ataupun mengkhianatimu ...

(Galih Pratama )

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!