NovelToon NovelToon

I'M Sorry, Wife

Prolog: Tentang Dua Keluarga

 

Tentang Dua Keluarga

Nana adalah seorang gadis berusia 22 tahun, dia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Arsitektur di New York.

Nana merupakan anak kedua dari keluarga pengusaha Hari Widjaya, Ayah Nana pernah tercatat dalam jajaran 10 peringkat orang terkaya di Indonesia dan masuk Top 100 orang terkaya di Asia.

Nana memiliki seorang kakak laki-laki bernama Kevin, dia adalah seorang dokter spesialis Endokrinologi.

---

Setahun ini Ayah Nana mengalami komplikasi diabetes melitus dan saraf, sehingga kesehatannya mulai menurun drastis.

Dalam dua tahun terakhir ini perusahaan Jaya Grup mengalami kemerosotan yang signifikan sehingga mengakibatkan Jaya Grup harus menutup beberapa anak perusahaannya di Malaysia dan Singapura.

Hanya tinggal satu cabang perusahaannya yang masih eksis di Singapura. Nana adalah harapan terakhir keluarga Widjaya untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai presiden direktur Jaya Grup di Singapura, karena Kevin lebih memilih fokus menjalankan karirnya sebagai dokter spesialis.

Kevin sama sekali tidak tertarik dalam menjalankan perusahaan ayahnya.

Untuk mendapatkan posisi yang semakin kuat di Singapura, Ayah Nana mendapatkan tawaran untuk menggabungkan perusahaannya dengan Shine Grup, yang merupakan Perusahaan milik Johan Shine, sahabat ayah Nana.

Saat ini Shine Grup menjadi salah satu Perusahaan yang sedang mengalami kemajuan pesat dalam 5 tahun terakhir di Singapura. Hal itu semenjak Eric Shine putra dari Johan Shine menjadi Presiden Direktur.

Meskipun Eric memiliki posisi tertinggi di Shine Grup, namun ia masih dalam kendali ibunya, Julia Lim yang merupakan Komisaris Utama Shine Grup. Dia mengendalikan seluruh otoritas dan korporasi di Shine Grup.

Sehingga segala kebijakan dan keputusan Shine Grup harus melalui persetujuan Julia Lim.

-----

Di Masa Lalu,

Johan Shine adalah sahabat kecil Hari Widjaya. Mereka berdua lahir dari keluarga keturunan tionghoa yang miskin, saat mereka berusia 16 tahun, mereka ikut kapal pedagang yang berlayar ke Singapura. Mereka menjadi pekerja kasar buruh bangunan, tukang angkut, dan sopir di perusahaan Lim. Kehidupan susah senang sebagai pemuda rantau mereka jalani bersama.

Karena ketekunannya, mereka akhirnya dipercaya memegang usaha Lim di Singapura. Namun dua tahun kemudian Hari Widjaya tertarik merintis perusahaan pertambangan di Kalimantan dan memilih kembali ke Indonesia.

Sedangkan Johan menetap di Singapura dan menikah dengan Julia Lim, anak dari keluarga Lim. Lalu mereka membangun usaha bersama di Singapura atas nama Shine Grup.

-----

Kembali ke masa kini,

Sepuluh tahun yang lalu Shine Grup mengalami krisis akibat dampak dari inflasi dolar. Sehingga Shine Grup tiba-tiba mendapat bunga hutang yang sangat banyak dan terancam bangkrut karena tidak bisa membayar gaji karyawan di hampir seluruh cabang perusahaannya.

Karena terlalu banyak memikul beban masalah dan tekanan hutang, Johan Shine akhirnya meninggal karena stroke dan jantung.

Eric saat itu masih baru masuk kuliah sehingga ibunya yang harus menggantikan ayahnya sementara dengan banting tulang menstabilkan kondisi perusahaan Shine Grup.

Jaya Grup yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan, membantu membayarkan hutang Shine Grup dengan menjual cabang perusahaan pertambangannya di Kalimantan.

Meski tidak semuanya lunas, namun Shine Grup berhasil diselamatkan dari kebangkrutan.

Julia yang merasa banyak dibantu oleh keluarga Hari Widjaya, berjanji akan membalas budi dan membantu Jaya Grup jika suatu saat ia dibutuhkan.

Dan saat ini, ketika Jaya Grup mengalami kemerosotan, Julia berencana menggabungkan Jaya Grup dan Shine Grup.

Hal itu ia lakukan untuk menyelamatkan kondisi Jaya Grup di Singapura yang mengalami kemerosotan sekaligus ia ingin melebarkan memperluas usaha Shine Grup di sektor Real Estate.

Tentu saja Julia juga sangat mengharapkan Eric dan Nana menjadi pasangan sekaligus partner dalam membangun perusahaan mereka.

Julia yakin Nana dan Eric mampu bekerja sama dalam memajukan Shine Grup.

Hari Widjaya tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan perusahaannya di Singapura.

Ia berharap Nana bisa menjadi penyelamat Jaya Grup, karena dia sadar bahwa kondisi kesehatannya sudah tidak bisa diharapkan.

-------

Tetap setia membaca Novel ini,

Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....

Bab 1: Awal Perjodohan #1

Awal Perjodohan #1

Nana berjalan tergesa-gesa di John F Kennedy Airport, New York.

"Papa sekarang masih di ICU, ma?"

"Iya, sudah sejak 3 jam yang lalu, Kevin sudah menanganinya. Tapi kenapa sepertinya tadi lebih banyak dokter yang masuk dari biasanya?"

"Mama tenang ya, ini Nana sudah mau boarding. Mungkin besok malam Nana sudah sampai di Singapur."

Kemarin Nana mendapat kabar dari ibunya bahwa ayahnya masuk ICU lagi karena terjatuh lagi di kamar mandi rumah sakit.

Nana yang seminggu lalu baru saja wisuda langsung berangkat dari New York menuju ke Singapura.

Kevin memang sudah memberi tahu Nana keadaan ayah mereka yang semakin lama semakin drop.

Sudah sejak 3 bulan ini Hari Widjaya dirawat di Singapore Hospital karena kondisinya yang semakin memburuk, seminggu sekali harus rutin cuci darah, suntik insulin, tidak bisa berjalan, dan hipertensi yang semakin naik ditambah lagi saat ini ada indikasi stroke.

Oleh karena itu Nana selama 6 bulan ini tidak pulang karena ia ingin segera menyelesaikan tugas akhir-nya agar ia segera wisuda.

-----

20 jam kemudian

Nana sampai di Rumah Sakit dan langsung menghubungi ibunya. Dia sangat mencemaskan kondisi ayah dan ibunya.

Namun ibunya tidak mengangkat teleponnya berkali-kali.

Nana semakin cemas dengan membayangkan hal-hal buruk terjadi, ia pun semakin mempercepat langkahnya....

Bukkk!!!

"Oh, forgive me sir... it's my fault... Are you alright?"

"It's Ok, i am fine."

Nana tidak sengaja menabrak seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap karena terlalu terburu-buru dan tidak melihat ada seseorang saat melewati persimpangan koridor rumah sakit.

"I am glad if you okay... excuse me, i'm in hurry. I have to leave." ucap Nana dengan terburu-buru.

Setelah melihat sekilas orang yang ditabraknya baik-baik saja, Nana pun berlalu.

Tanpa dia sadari bahwa student ID card yang masih ia bawa dari New York terjatuh.

Pria muda tersebut menyadari ada barang Nana yang terjatuh, dia segera memungutnya dan mengejar Nana, namun saat ia akan memanggil, Nana sudah tidak ada.

ID card itu sementara ia bawa dan akan ia serahkan ke resepsionis.

Tidak berapa lama seorang wanita muda keluar dari sebuah ruangan dokter spesialis radiologi dengan wajah agak muram.

Pria tampan tersebut menyambutnya dengan senyum hangat

"Bagaimana kondisi Daniel?"

"Tadi dokter sudah menjelaskan hasil rontgen Daniel. Dokter bilang Daniel masih harus menjalani dua kali operasi lagi. Setelah operasi penyatuan kembali tulang pahanya yang patah, ia harus operasi kepala karena ada gumpalan darah yang ada di kepalanya. Setelah itu operasi untuk rekonstruksi wajahnya karena tulang rahang dan hidungnya yang patah cukup parah."

"Tenang saja, aku akan menjamin Daniel mendapatkan perawatan terbaik, dan aku baru saja mendapat kabar kalau polisi juga sudah menemukan petunjuk mobil pelaku tabrak lari yang menabrak Daniel."

"Terimakasih Eric... aku hanya bisa mengandalkanmu, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau Daniel..."

"Edis... kamu jangan sedih lagi ya, Daniel pasti juga sedang berjuang dalam sakitnya. Sebagai kakak, kamu harus kuat..."

Pria yang bernama Eric itupun mengusap air mata wanita yang bernama Edis tersebut dan membenamkan wajah Edis ke dalam pelukan di dadanya yang membidang.

-----

Nana di ruang konsultasi Kevin.

"Kenapa kakak nggak jujur aja sama mama?"

"Kamu tahu kan mama orangnya gimana? Kalau dia tahu malah tambah syok."

"Lalu Papa masih bisa sembuh Kan?"

Kevin menggeleng ragu,

"Aku nggak bisa bilang seperti itu, karena kondisi papa semakin memburuk."

Nana keluar dari ruangan kakaknya dan menuju salah satu kamar VVIP.

Disana ia mengintip dari pintu, ibunya tertidur dengan kepala bersandar di bed tempat ayahnya berbaring.

Nana tidak tega melihat ayahnya yang saat ini jauh lebih kurus dari terakhir kali dia bertemu 6 bulan lalu.

Ibunya juga terlihat pucat karena kelelahan dan kurang istirahat.

Dalam hati Nana, ia berjanji akan melakukan apapun demi membahagiakan ayahnya.

Meskipun nanti kapanpun ayahnya harus pergi, setidaknya dia mampu mengabulkan harapan ayahnya.

Tiba-tiba Kevin menepuk bahu Nana,

"Ada hal penting lain yang mau aku bicarakan"

Nana menutup kembali pintu kamar tersebut lalu mengikuti Kevin.

"Ada apa?"

"Ini tentang Jaya grup. Kamu tahu kan kalau tahun lalu Papa menjual perusahaannya di Kuala Lumpur?"

"Lagi kak??? Kenapa???"

"Karena memang Papa sudah tidak bisa mengurus perusahaan disana. Banyak kejanggalan laporan pajak yang ternyata pembayaran pajak diselewengkan oleh manajer keuangannya. Aku juga nggak bisa menyalahkan, karena memang Papa sudah hampir satu semester tidak melakukan monitoring disana, karena papa fokus pada treatment-nya. Untungnya polisi bisa menemukan faktanya sehingga papa tidak terlibat sebagai tersangka. Namun setelah menjalani proses tersebut di pengadilan, papa akhirnya semakin drop dan menjual perusahaannya."

"Kenapa kakak nggak cerita sebelumnya sama aku, kak?"

"Papa yang melarang cerita, beliau mau kamu harus tetap fokus menyelesaikan kuliah dulu, nanti papa sendiri yang akan bicara, tapi siapa yang menyangka kalau keadaan papa menjadi seperti ini. Makanya sekarang aku membicarakan ini dengan kamu."

"Jadi... sekarang apa yang harus kita lakukan kak?"

"Saat ini, papa sedang mengupayakan penjualan semua aset dan inventarisnya di Indonesia. Karena beberapa waktu lalu papa bilang akan memindahkan perusahaan induknya ke Singapura. Karena satu-satunya cabang perusahaan yang masih stabil adalah di sektor properti dan real estate.

Terlebih lagi, karena kamu ahli di bidang arsitektur, maka dari itu papa memutuskan untuk menjual semua aset di sektor pertambangan demi memperkuat sektor real estate yang sebentar lagi akan di-handover sepenuhnya olehmu."

"Hiks...."

Langkah Nana berhenti dan dia tidak kuasa menahan tangis.

"Dalam kondisi tubuhnya yang antara hidup dan mati, papa masih bisa mengatur semuanya demi aku...."

Kevin merangkul adiknya,

"Nana, setiap orangtua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sejak kecil papa tidak pernah memaksaku ikut ke kantornya karena aku lebih tertarik bermain di klinik praktek papanya Brian. Dan saat aku memutuskan untuk masuk kedokteran, papa tidak pernah mempertanyakan ataupun membujukku untuk mengikuti jejaknya di dunia bisnis. Dia hanya menyuruhku berjanji bahwa aku harus ikhlas dan yakin dalam melakukan sesuatu yang sudah menjadi pilihanku.

Dan saat ini, dia pun juga melakukan hal yang sama kepadamu, papa hanya melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin sekaligus pelindung bagi kita."

Nana hanya bisa terus menangis mendengar setiap kalimat yang diucapkan Kevin.

Sejak kecil Nana merasa bahwa ayahnya lebih memprioritaskan kakaknya. Apapun yang diinginkan kakaknya selalu dituruti.

Meski kadang Nana merasa iri, namun ia masih mendapat kasih sayang yang lebih dari ibunya.

Saat Nana lulus SMA dengan nilai yang masuk jajaran peringkat 10 besar paralel, Ayahnya tidak memberikan penghargaan ataupun hadiah sama sekali.

Nana bisa kuliah di New York itupun juga berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri mendapatkan beasiswa.

Dia sengaja mengambil jurusan Arsitektur agar bisa meyakinkan Hari Widjaya bahwa Nana juga bisa dibanggakan.

Namun selama ini Nana hanya mendapat sikap dingin dari ayahnya.

Dan ucapan Kevin barusan membuat Nana merasa selama ini ia salah menilai ayahnya.

Ayahnya tidak pernah sekalipun melepaskan perhatiannya demi kepentingan Nana.

Bahkan di saat-saat seperti ini, harapan satu-satunya ayahnya adalah dirinya.

Nana bersumpah dalam dirinya bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk Jaya Grup demi Hari Widjaya.

------

Tetap setia membaca Novel ini,

Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....

Bab 2. Awal Perjodohan #2

Awal Perjodohan #2

Jam menunjukkan pukul 4 pagi waktu Singapura. Nana tertidur di kamar rawat inap ayahnya.

Saat ia membuka mata, ia melihat ayahnya sudah duduk di tempat tidurnya. Rasanya seperti mimpi bagi Nana.

"Papa???"

Ayahnya hanya tersenyum.

Nana langsung merengkuh tubuh ayahnya dan memeluknya.

"Papa, maafkan Nana.... Kak Kevin sudah cerita semuanya pada Nana. Nana janji akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan kita demi papa."

"Nana, papa yang seharusnya minta maaf karena selama ini belum memberikan yang terbaik untukmu. Tapi papa sudah bicara dengan Kevin untuk menyerahkan sepenuhnya urusan perusahaan kepadamu. Papa sudah menghubungi pengacara dan notaris papa untuk secepatnya menjadikan Jaya Grup di bawah hak namamu. Besok mereka akan datang, papa akan mengatur semuanya untuk kamu...."

Nana hanya mengangguk, ia hanya yakin bahwa apa yang direncakan ayahnya untuknya adalah yang terbaik.

"Dan satu lagi, Nana... Papa harap kamu tidak kecewa dengan kesepakatan Papa dan aunty Julia."

Nana terdiam sejenak,

"Aunty Julia istrinya Uncle Johan?"

Hari Widjaya mengangguk.

"Kamu tentu masih ingat kan?"

"Iya, Nana masih ingat. Terakhir kalinya Nana ketemu aunty Julia sekitar 8 tahun yang lalu saat Nana masih SMP. Saat itu beliau sering ke rumah kita saat perusahaannya bangkrut."

"Ya benar, tapi saat ini.... perusahaannya kembali menjadi salah satu perusahaan properti dan konstruksi yang sedang mengalami kemajuan pesat. Bahkan tahun ini dia juga akan mengembangkan bisnisnya real estate-nya."

"Aunty Julia memang orang yang kuat, apalagi setelah uncle Johan meninggal."

"Saat itu perusahaan kita melunasi 55% hutangnya, papa menjual salah satu perusahaan batu bara dan 30 hektar lahan sawit milik kita. Meski Johan tidak bisa diselamatkan, namun setidaknya perusahaannya tidak jadi dinyatakan pailit."

"Lalu sekarang, apakah mereka mau membantu kita?"

"Iya.... papa sudah membicarakannya dengan para shareholder Jaya Grup tentang rencana akusisi dari Shine Grup."

"Akuisisi??? Artinya papa bukan lagi menjadi Presiden direktur Jaya Grup?"

"Benar, papa sudah lelah Nana... Papa hanya ingin hidup tenang bersama keluarga. Selama ini papa selalu mengabaikan kalian, hanya demi urusan perusahaan. Tapi kamu jangan khawatir, Aunty Julia orang baik. Dia akan menjaga Jaya Grup untuk kita. Dan juga menjagamu."

Nana tidak mengerti ucapan terakhir ayahnya, dia hanya berpikir tentang alasan ayahnya menyerahkan perusahaannya kepada Shine Grup.

--------

2 hari kemudian

Hari ini adalah pertemuan pimpinan Jaya Grup dan Shine Grup di Convention Hall

salah satu Hotel terdekat dari Rumah Sakit.

Hari Widjaya didampingi Lisa Widjaya, Kevin, Nana, tim komisaris dan tim pengacara Jaya Grup.

Shine Grup juga dihadiri oleh Julia Lim, Erica putri keduanya, dan tim pengacara mereka. Namun Eric tidak tampak hadir disana, bahkan sampai presentasi berakhir.

Salah satu manager Erica membisikkan sesuatu, lalu Erica menyampaikannya pada Julia. Sesaat wajah Julia terlihat geram.

"Baiklah, Saya sangat berterimakasih kepada pihak Jaya Grup atas keterbukaan kondisi perusahaan Jaya Grup saat ini. Terutama kepada Tuan Hari Widjaya, saya tidak pernah sedikitpun melupakan jasa Jaya Grup terhadap Shine Grup di masa lalu. Dan saat ini, mengingat kondisi Jaya Grup yang mengalami kemerosotan selama dua tahun terakhir, sebenarnya ini adalah langkah yang tepat untuk segera melakukan afiliasi dengan perusahaan lainnya. Tapi...."

Sejenak Julia menatap Nana sambil tersenyum,

"Saya menginginkan lebih dari kerja sama urusan perusahaan..."

Julia menghentikan sejenak kalimatnya. Semua orang terdiam dan sebagian berbisik satu sama lain. Julia melirik Hari Widjaya dan Lisa, lalu mereka mengangguk. Julia melanjutkan kalimatnya.

"Kami ingin menyatukan Jaya Grup dan Shine Grup menjadi satu naungan, tidak hanya satu korporasi, namun juga satu keluarga. Dengan kata lain, kami akan menyatukan kedua anak kami, Nana dan Eric..."

Nana seperti tersambar petir, ia terbelalak dan tak bisa mengucapkan sepatah katapun, ia ingin protes tapi Lisa menggenggam tangan anaknya itu.

Kedua mata Nana menatap mata ibunya dan didalamnya tersurat pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi?

Lisa mencoba menenangkan kebimbangan putrinya dengan tatapan yang lembut yang seolah membalas pertanyaan Nana, ini yang terbaik dan semuanya akan baik-baik saja.

Nana hanya tertunduk diam dan ia tidak bisa berbuat banyak karena ia terlanjur berjanji pada dirinya untuk menerima segala keputusan ayahnya.

Saat itu juga, tiba-tiba seorang pria muda berpostur tinggi tegap dan tampan datang di tengah suasana pertemuan tersebut.

"Maaf saya terlambat datang, saya harap masih belum terlambat untuk mengikuti meeting ini..."

Julia pun langsung menyela ucapan putranya.

"Kebetulan sekali Eric sudah datang, ini adalah moment yang tepat sekali untuk mempertemukan Eric dan Nana secara langsung. Karena kita pasti secepatnya akan membicarakan perjodohan ini secara detail dan lebih kekeluargaan untuk mereka."

Nana dan Eric saling bertatapan, mereka seolah sama-sama mengatakan dalam bahasa mata mereka, bahwa ini bukan kehendak mereka.

Lalu Eric berdiri sambil menatap ibunya.

"Shine Grup hanya akan melakukan akuisisi, tidak perlu ada pernikahan. Saya rasa, Miss Nana juga pasti keberatan dengan keputusan sepihak seperti ini. Bukankah dari awal tidak ada perjanjian adanya perjodohan? Shine Grup melakukan akuisisi untuk membalas budi atas kebaikan Jaya Grup di masa lalu, sama sekali tidak ada ikatan pernikahan yang dijadikan garansi. Benar begitu Kan, Miss Nana?"

Nana hanya menunduk, dia ingin bicara tapi bibirnya tertahan.

Eric benar, memang tidak ada perjanjian perjodohan dari awal, dan ayahnya juga tidak mengatakan sebelumnya kalau akusisi ini akan berujung pada ikatan pernikahan.

Di satu sisi Nana seperti mendapat angin segar karena Eric sudah mewakili isi hatinya.

Tapi di sisi lain, Nana tidak sanggup melihat kekecewaan ayahnya jika ia menolak perjodohan itu.

Tanpa sedikitpun melirik ke arah Eric, Julia menghela nafas dalam, sambil memaksakan senyumnya.

"Sepertinya saya ada sedikit urusan yang harus saya luruskan bersama putra saya.

Saya akan memberi kabar untuk melakukan pertemuan selanjutnya, Saya mohon maaf untuk hari ini, pertemuan ini cukup disini dulu. Permisi..."

Setelah mengatakan begitu, Julia membungkuk ke arah Hari Widjaya dan Lisa. Lalu ia bersama orang-orang dari pihak Shine Grup keluar dari ruangan.

Bagitupun juga Eric yang kemudian digandeng oleh Erica untuk keluar dari ruang pertemuan tersebut.

----------

1 jam kemudian, di rumah Julia Lim.

"Plakkkkk!!!"

Julia menampar pipi sebelah kanan Eric. Perlahan pipi Eric meneteskan darah tipis karena tergores cincin Julia.

"Keterlaluan kamu Eric! Kamu mempermalukan mama! Bukankah sejak rencana akuisisi ini kita bicarakan, mama sudah bilang kalau kamu juga akan menikahi Nana! Lalu apa maksud kamu dengan mengatakan bahwa mama membuat keputusan secara sepihak?! Kamu mau membuat mama terlihat sebagai orang licik yang plin plan di depan om Hari dan keluarganya?!"

Eric hanya terdiam tanpa melihat wajah ibunya.

"Eric kamu harus tahu berapa banyak om Hari mengorbankan hidupnya untuk membantu keluarga kita. Apa kamu tidak sedikitpun punya hati nurani untuk membalasnya di saat perusahaan mereka saat ini mengalami kemunduran. Bahkan kita tidak rugi apapun!"

"Tapi tidak perlu adanya pernikahan, ma... Bukankah Eric dari awal tidak setuju dengan rencana mama."

"Apa alasannya? Kamu mau bilang tidak tertarik dengan Nana? Siapa yang tidak tahu tentang hubungan kamu dengan sekretaris yang bernama Edis!"

"Edis tidak tahu apa-apa ma!"

"Apakah Edis pernah mengorbankan hidupnya sebesar pengorbanan keluarga Nana? Apakah Edis lebih baik dari Nana? Siapa yang tidak tahu latar belakang gadis itu! Mama membiarkan gadis itu bekerja disini, karena mama pikir dia tidak bersalah atas perbuatan ayahnya yang pernah menggelapkan uang perusahaan kita bahkan di saat perusahaan kita di ambang kehancuran, dan ayahmu sudah sekarat! Tapi apa sekarang yang dia lakukan, dia merayu kamu dan berusaha menjadikanmu anjing budak cintanya!"

"Edis tidak seperti itu ma, dia tidak pernah menggodaku. Tapi aku yang mengejarnya, aku yang memaksanya menerimaku. Dia tidak seburuk yang mama katakan. Dia adalah tulang punggung keluarganya, ibunya sakit menahun, adiknya masih lumpuh karena kecelakaan, akulah yang iba terhadapnya. Dia tidak pernah merayuku."

Julia menghela nafas panjang dengan berlinang air mata,

"Apa kamu pikir hanya Edis yang mengalami nasib tragis? Dia menderita seperti ini karena menanggung karma ayahnya! Kamu tahu saat ayahnya menggelapkan uang perusahaan, dia mengajak keluarganya pindah ke Hongkong dan hidup enak disana. Sementara saat itu keluarga kita merangkak mengemis dan mengiba di pengadilan. Dan saat itu hanya om Hari yang rela menjual asetnya yang tidak sedikit untuk membayar 55% hutang kita. Sampai akhirnya kita bisa hidup seperti sekarang ini."

Julia terduduk lesu dan melemahkan suaranya.

"Apa yang kamu nikmati sekarang semuanya tidak terlepas dari jasa keluarga Nana. Dan saat ini, kondisi om Hari tidak bisa ditebak, dia hanya berpesan untuk menitipkan Nana kepada mama. Lalu yang bisa mama lakukan adalah menjadikannya sebagai bagian dari keluarga kita. Andai saja kamu mengerti apa yang mama rasakan Eric...."

"Tapi Eric tidak mencintai Nana ma...."

Julia memejamkan matanya sejenak,

"Keluar kamu Eric! Mama tidak mau melihat kamu di rumah mama..."

"Mama...."

Eric berusaha meraih tangan ibunya, namun dicegah oleh Erica yang sedari tadi mendampingi juga ada di ruangan itu.

"Kak Eric sebaiknya pulang dulu. Besok kita akan bicarakan lagi. Saat ini, biarkan mama tenang dulu."

Erica menuntun Julia ke kamarnya.

Eric yang dari tadi berdiri lalu terduduk lesu dengan membungkukkan tubuhnya, wajahnya yang terlihat lelah dan penuh kebimbangan.

Bagaimana mungkin dia akan meninggalkan Edis demi Nana yang tidak dia kenal.

Meski pernah bertemu dua kali saat baru lulus SMA, dan Nana saat itu masih SMP. Dia tidak pernah dekat ataupun berbicara dengan Nana. Bagaimana ia akan hidup bersama orang yang tidak dia cintai.

Beberapa saat kemudian Erica keluar dari kamar Julia,

"Kakak, mama sudah tenang...sekarang sedang tidur... Mungkin sebaiknya kakak jangan mengganggu mama dulu..."

"Baiklah, kalau begitu aku mau kembali ke kantor."

"Kak Eric, tunggu...."

Eric menghentikan langkahnya,

"Aku rasa, Nana orang yang baik. Dia sepertinya juga terpaksa dengan perjodohan ini, tapi dia memilih untuk pasrah. Mungkin saja dia pun juga memiliki seseorang yang dia cintai, tapi dia memilih untuk tidak egois."

"Biar aku yang memikirkannya, tolong jaga mama, aku pergi dulu."

Eric hanya menoleh sedikit pada adiknya, dia hanya menanggapi dingin terhadap apa yang dikatakan adiknya.

Eric masuk ke mobilnya dan memukul setir. Dia menundukkan kepalanya ke setir lalu melihat ponselnya.

Terpampang foto Edis dan dirinya sedang berciuman bibir yang dijadikan sebagai wallpaper utamanya.

Lalu terlintas di pikirannya untuk menemui Edis saat itu juga.

"Halo... Eric?"

"Dimana sayang?"

"Lagi di kantor, ada apa?"

"Aku jemput di kantor sekarang, aku butuh kamu..."

"Ada apa?"

Tuttt...tuttt...tutt...

Eric memutus panggilannya lalu tancap gas dan mengendari mobilnya dengan kencang untuk menemui Edis.

------------------

Tetap setia membaca Novel ini,

Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!