NovelToon NovelToon

Dia Sang Pemberi Warna

prolog

pagi hari yang cerah dengan matahari yang mulai timbul dengan cahaya nya yang indah tetapi dapat menggangu tidur seseorang,iya di sana. Di kamar yang bernuansa putih terlihat seorang gadis yang sedang tertidur dengan pulas tak terusik dengan sinar matahari yang mulai menerpa wajahnya dia adalah ANINDITA ANATYA ADITAMA gadis yang berusia 17 tahun memiliki paras yang cantik, kulit putih bak porselen, rambut hitam mengkilap bergelombang dan manik mata hazel yang membuat siapa saja yang menatapnya tak ingin lepas dari mata itu.

Anindita adalah anak dari Gabriel Aditama dan Aluna Rafasya Wiliam, ayahnya memiliki perusahaan yaitu G'A corps yang sekarang menduduki peringkat 2 di kota itu dari perusahaan lainnya dan ibunya memiliki butik bernama Aluna Boutique yang sudah di kenal di kalangan artis dan model, karena desainnya yang unik dan stylish, tidak terlalu mewah tetapi elegan dan Nyaman di pakai.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Di sana, terlihat seorang wanita yang tetap terlihat cantik walaupun umurnya sudah menginjak kepala 4, ya dia adalah Aluna Rafasya Wiliam seorang wanita yang mempunyai paras yang cantik dan manik mata hazel sama seperti putrinya. Dia sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya

Aluna : "Bi...."

Bi Asti :" iya, nyonya ada yang bisa saya bantu"

Aluna :" tolong bangunkan nindi ya bi" dengan senyum tipis

Bi asih :" iya, nyonya"

Bi asih berjalan menuju tangga ke lantai 2 untuk membangunkan nona mudanya yang sangat sulit untuk di bangunkan. Kini ia sudah sampai di depan sebuah pintu yang bernuansa cream dengan ukiran indah di pintu itu,

Bi asih " eh tunggu dulu ini apa?" Gumam bi asih dengan meraih sebuah kertas yang di tempel di pintu itu yang ternyata isinya bertuliskan " Bi asih yang baik, jangan bangunin nindi dulu ya,, karena nindi baru tidur" Bi asih yang membaca tulisan itu pun tersenyum karena ulah nona mudanya itu yang tidak ingin di bangunkan.

Bi asih :" baiklah,, nona jika tidak mau di bangunkan, biar nyonya yang bangun kan nona" ucap bi asih dengan tersenyum simpul

Nonanya itu selalu seperti itu, katanya aja baru tidur padahal memang nggak mau bangun, biasanya nindi di bangunkan sama bi asih, tapi karena pagi ini nonanya tidak mau jadi biar ibunya saja yang bangunkan.

Bi asih pun menuruni tangga dan menuju tempat di mana nyonyanya berada untuk memberikan kertas itu dan memberitahukan bahwa nonanya minta untuk tidak di bangunkan.

Bi asih: " Nyonya" panggil bi asih saat sampai di samping nyonyanya yang sedang memindakan makanan ke dalam piring

Aluna: " iya bi loh, nindinya mana kok nggak ikut bibi?" ucap Aluna bingung karena tidak melihat anak gadisnya

Bi asih :" Ini nyonya saya dapat di pintu kamar non nindi" ucap bi asih dengan memberikan kertas yang ada ditangannya

Aluna:" apa ini bi?" ucap Aluna bingung dan menerima kertas itu dan membacanya dengan kekehan setelah membaca isi kertas itu

Aluna" hehehe.... Anak ini berulah lagi, ya udah BI biar saya saja yang bangun kan, bi asih tolong tata ini di meja " ucap Aluna dengan tersenyum simpul pada bi asih

Bi asih: " baik nyonya" dengan mengambil berbagai menu makanan dan menatanya di atas meja makan sesuai perintah nyonya nya.

pagi yang cerah

Aluna berjalan menuju tangga ke lantai 2 ingin membangunkan putri kesayangannya untuk sarapan bersama.kini ia sudah berada di depan pintu kamar nindi dan membukanya dengan perlahan . Saat pintu terbuka terlihat lah nindi yang tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, Aluna yang melihat itupun tersenyum kecil

Aluna :" Sayang, ayo bangun kita sarapan bersama" ucap Aluna dengan mengusap lembut rambut nindi.

Nindi :" Iya mom,, bentar lagi" jawab nindi dengan suara serak dan mata yang masih terpejam rapat

Aluna :" Nggak,, bangun sekarang kita makan" ucap Aluna dengan menarik tangan nindi hingga ia terduduk di atas kasur

Aluna :" Mau mandi dulu atau setelah sarapan?" ucap Aluna dengan mengusap lembut rambut anaknya yang sangat ia cintai

Nindi :"Mau mandi dulu" jawab nindi dengan suara seraknya

Aluna :" ya udah, mama tunggu di bawah ya jangan lama-lama nanti makanannya keburu dingin okey" ucap Aluna lembut

Nindi :" Iya,,, mom" jawab nindi dengan tersenyum simpul pada ibunya itu

Aluna berjalan keluar dari kamar anaknya untuk turun ke bawah di mana ternyata suaminya sudah menunggu di meja makan sedari ia pergi membangunkan putrinya

Aluna :" Sayang,,,, kamu udah lama di sini?" tanya Aluna pada seseorang yang ada di hadapannya sekarang pria yang begitu tampan berkarisma dengan setelan jas berwarna abu abu dan dasi berwarna senada dengan pakaiannya siapa lagi kalau bukan Gabriel Adhitama

Gabriel :" Belum lama kok sayang,,,,, nindi mana?" tanya Gabriel dengan suara yang lembut seraya mengusap lembut rambut istrinya yang berwarna coklat dan mencium keningnya

Sesaat setelah itu terlihatlah nindi yang sudah tampak cantik sehabis mandi menuruni tangga rumahnya.

Gabriel menoleh memandangi putrinya yang cantik dan memberikan kecupan hangat di pucuk kepalanya

Gabriel :" morning sayang" ucap Gabriel dengan mengusap lembut rambut nindi

Nindi :" morning too papah" balas nindi langsung duduk di kursinya

Aluna :" yaudah,,, ayo kita sarapan" ucap Aluna dan langsung mengambilkan makanan untuk suaminya. Mereka makan tanpa adanya perbincangan yang terdengar hanya suara dentingan sendok, setelah sarapan Gabriel bangkit untuk langsung ke kantor Aluna dan Nindi mengantarnya hingga depan pintu

Gabriel :" sayang aku pergi kantor dulu ya" ucap Gabriel dengan memandang manik hazel milik istrinya

Aluna :" iya sayang,,, hati hati ya di jalan. Jangan ngebut" jawab Aluna dengan menatap balik suaminya

Gabriel :" Nindi papa berangkat ke kantor dulu yah" ucap Gabriel berpamitan pada putri semata wayangnya yang sangat ia sayangi sepenuh hatinya

Nindi :"iya papah hati hati yah" jawab Nindi lalu mencium pipi ayahnya yang di balas dengan kecupan hangat di pucuk kepalanya oleh Gabriel lalu Gabriel berjalan menuju mobilnya dan pergi ke kantor karena pagi itu ia harus meeting dan menandatangani beberapa berkas

Setelah mobil yang di kendarai Gabriel sudah tak terlihat lagi mereka pun masuk ke dalam rumah dan Nindi yang langsung naik menuju kamarnya. Di dalam kamarnya nindi menuju meja belajar dan mengambil sebuah buku diary dan mengambil pena lalu menuliskan

" Kita tidak bisa memilih ingin terlahir di

didalam keluarga yang seperti apa

tetapi aku bersyukur karena terlahir di

dalam keluarga ini. tempat di mana

kasih sayang dan cinta bertebaran

di mana mana,, aku berharap

kebahagiaan ini bertahan lama "

~~ Anindita Anatya Aditama

Tanpa di sadari petaka yang akan merubah warna kehidupan dari seorang Anindita Anatya Aditama yang penuh kebahagiaan dan canda tawa menjadi suram Dan gelap tidak ada sedikit pun cahaya di dalam kegelapan itu.

Tampak seorang wanita dan putrinya sedang berjalan ke depan di mana tampak sebuah mobil sedang melaju dengan kecepatan sedang dan tidak sengaja menabrak mereka.

Gabriel yang menyetir langsung menginjak rem mobilnya

CKIT

setelah mengerem secara mendadak Gabriel turun dari dalam mobilnya untuk melihat apa yang ia tabrak ternyata seorang wanita dan putrinya sedang meringis karena mendapat luka di kaki yang tidak terlalu besar. Gabriel langsung menghampiri mereka

Gabriel :" Maafkan saya nyonya yang tidak sengaja menabrak anda dan putri anda, saya akan bertanggung jawab mari saya antar ke rumah sakit" ucap Gabriel dan membantu memapah wanita itu dan putrinya yang umurnya mungkin sama dengan putrinya

Setelah sampai di rumah sakit mereka di bawa ke ruang pemeriksaan oleh dokter

Gabriel :" Bagaimana dokter apa ada yang serius?" ucap Gabriel bertanya pada, dokter di hadapannya walaupun ia sudah tau tidak ada luka serius pada mereka hanya luka kecil di bagian kaki saja tetapi walaupun begitu ia harus tetap memastikan pada dokter

Dokter :" Mereka baik baik saja tuan tidak ada yang serius hanya luka kecil di bagian kaki saja " ucap dokter menjelaskan

Gabriel :" Baik dokter terimakasih " jawab Gabriel

Dokter :" Baik kalau begitu saya permisi tuan " ucap Dokter pergi meninggalkan ruangan itu setelah kepergian dokter,, Gabriel menghampiri 2 wanita itu yang tidak tau siapa namanya

Gabriel :" dokter bilang tidak ada luka serius jadi bisa pulang hari ini, jadi mari saya antar, oh ya siapa nama mu?" tanya Gabriel pada wanita yang masih berbaring di brankar rumah sakit

Anita :" Nama saya Anita Harsa tuan dan ini putri saya namanya Sandra Harsa, terimakasih tuan sudah membawa kami ke sini " ucap Anita dengan tersenyum sambil menatap putrinya yang ada di sebelahnya

Gabriel :" Baiklah,, kalau begitu mari saya antar kalian pulang ke rumah kalian" ucap Gabriel pada mereka. Sontak pertanyaan itu membuat mereka menggeleng cepat dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya, Gabriel yang melihat itu bingung

" Mengapa mereka menangis padahal aku

mau mengantar mereka ke rumah mereka"

Anita :" Tidak tuan hiks hiks jangan bawa saya ke rumah itu lagi,, saya tidak mau hiks anak saya di jual untuk membayar hutang almarhum suami saya hiks hiks" ucap Anita dengan air mata dan suara yang pilu seakan siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan yang di alami wanita itu.

Sandra :"Iya,, tuan tolong jangan bawa saya pulang hiks hiks saya tidak mau di jual ke orang itu hiks saya masih ingin sekolah tuan hiks hiks walaupun saya sendiri tidak tahu kapan saya bisa bersekolah seperti orang-orang pada umumnya" ucap Sandra dengan sesegukan dan langsung memeluk ibunya dengan erat. Gabriel yang melihat itu menjadi tidak tega.

" Ternyata itu alasannya, mungkin membawa mereka pulang kerumah tidak akan jadi masalah untuk Aluna"

Gumam Gabriel dalam hati dan berpikir mungkin tidak apa-apa toh dia juga sudah menabrak mereka berdua tadi jadi ini juga sebagai pertanggung jawabannya kepada mereka sebenarnya ia bisa saja membeli apartemen tetapi ia tidak mau ada kesalah pahaman antara ia dan keluarganya jadi mungkin membawa mereka ke rumah jadi lebih terbuka saja dan tidak akan ada kesalahpahaman antar mereka.

Gabriel :" Baiklah, untuk sementara kalian tinggal di rumah saya di sana ada istri dan anak saya jadi mungkin kalian bisa berteman". Ucap Gabriel kepada mereka berdua dengan senyuman tipis

Anita :" Terimakasih tuan, suatu saat kami akan membalas kebaikan anda pada kami" ucap Anita seraya tersenyum manis pada Gabriel yang ada di hadapannya

" Berteman baik? Baiklah sesuai keinginan mu tuan Gabriel Aditama tapi jangan salah kan aku jika pertemanan ini menjadi pertemanan dua dunia yang berbeda "

Gumam Anita tersenyum smirk pada putrinya yang ada di pelukannya sekarang.

Mereka pergi meninggalkan rumah sakit menuju mashion aditama

firasat buruk

setelah menempuh perjalanan jauh, kini mereka sampai di halaman depan mansion yang megah bak istana di negri dongeng.

Mansion yang bernuansa putih dan gold, dengan halaman depan yang sangat luas, terdapat beberapa tumbuhan yang tertata rapi di sisi jalanan, dan terdapat air mancur di tengah2 halaman, dengan rerumputan yang hijau menambah kesan indah di sana.

Dari dalam mobil keluar seorang pria dengan balutan jas menambah kesan wibawa pria itu di ikuti dua orang wanita di belakangnya.

semua orang yang berada di sana terlihat bingung melihat tuannya bersama dua orang wanita yang belum pernah mereka lihat, termasuk seorang wanita cantik yang berdiri di depan pintu utama.

Sesaat lalu Aluna yang baru keluar dari kamarnya mendengar suara deru mobil dari halaman depan mansion.

" suara mobil siapa itu, bukannya mas Gabriel sudah berangkat ke kantor? Lalu siapa yang datang " bingung Aluna sembari bejalan menuju arah pintu utama masion itu.

setelah sampai, Aluna terkejut karena melihat suaminya datang bersama dua orang wanita yang belum pernah ia lihat, siapa wanita yang bersama mas Gabriel?. Pikir Aluna

Mereka bukan teman, suaminya apalagi karyawan di perusahaan suaminya, karena dia tau walaupun tidak keseluruhan tapi sebagian besar karyawan perusahaan suaminya dia tau, tapi dua orang wanita itu tidak termasuk. Lalu siapa mereka? Banyak pertanyaan muncul di benak Aluna, sehingga tidak sadar bahwa ada yang memperhatikannya di sana.

Anita yang melihat wanita yang selama ini dia cari berdiri di ambang pintu tersenyum smirk

" akhirnya aku menemukanmu Aluna Rafasya Wiliam " dengan memandang Aluna bak predator yang siap memakan mangsanya

" Nikmati waktu yang kau punya Aluna , hanya untuk beberapa hari saja tentunya hahahaha" Anita lalu mengikuti langkah Gabriel menuju pintu utama.

" Sayang kenapa melamun "

" eh.. Nggak, apa-apa mereka siapa mas? " tanya Aluna lalu memandang Anita dan Sandra bergantian " sepertinya aku pernah melihat wanita ini tapi di mana ya " dan terus memperhatikan Anita dengan seksama. Tapi ia tidak bisa mengingatnya.

" sayang dia Anita Harsa dan itu putrinya Sandra Harsa. Aku nggak sengaja nabrak mereka tadi "

" baiklah, sini mas tasnya biar aku yang bawa, ayo masuk " dan mengambil tas yang di pegang Gabriel

Gabriel tersenyum lembut pada istrinya yang selalu perhatian padanya. ia merasa beruntung, karena bisa menikahi wanita seperti Aluna di hidupnya.

Gabriel mencium pucuk kepala istrinya dan keningnya lama, lalu menggenggam tangan mungil istrinya untuk masuk kedalam dan di ikuti mereka di belakang.

Mereka berjalan menuju ruang tamu.

Sandra yang baru pertama kali masuk takjub. Betapa mewah dan indahnya ruangan itu.

Sofa berwarna putih berada di tengah-tengah, dengan lampu kristal besar yang menggantung di atasnya, bunga mawar yang berada di setiap sisi ruangan itu, dan sebuah foto keluarga yang berukuran besar, dengan senyum kebahagiaan terpampang jelas di wajah mereka.

Berbeda dengan Sandra, Anita yang melihat itu mengepalkan kedua tangannya

" kau terlihat begitu bahagia dengan hidupmu Aluna. Maka nikmatilah atau tidak sama sekali, karena permainan di mulai dari sekarang sekarang hahaha."

" ayo duduk " panggil Aluna pada Anita dan Sandra yang masih berdiri. Mereka pun duduk setelah di persilahkan tuan rumah.

" Perkenalkan aku Aluna Rafasya Wiliam, nyonya Aditama istri mas Gabriel. " Aluna dengan senyum manisnya

" Maafkan suami saya yang tidak sengaja menabrak kalian, dia memang seperti itu kalau nyetir matanya nggak di pake " ucap Aluna dengan kekehan Dan di balas kekehan juga oleh mereka

" tidak ada yang perlu di khawatirkan, mereka cuma mengalami luka kecil saja, NYONYA ADITAMA " dengan menekan akhir kalimatnya membuat Aluna tersenyum pada suaminya itu.

" Benarkah hanya luka kecil? " tanya Aluna dengan khawatir.

" iya nyonya, hanya luka kecil saja " Jawab Anita tersenyum simpul.

" Sayang, kenapa tidak mengantar mereka pulang kerumahnya? " dengan tatapan tertuju pada suaminya seakan meminta penjelasan.

" Mereka nggak bisa pulang sayang, katanya anaknya mau dijual untuk bayar utang almarhum ayahnya Sandra "

" Jadi kalau sementara mereka tinggal di rumah kita nggak apa-apa kan sayang " dengan menggenggam tangan istrinya yang lembut.

" kenapa perasaanku menjadi tidak enak, apa akan ada sesuatu yang terjadi "

Gabriel yang melihat istrinya melamun jadi bingung, apa yang sedang mengganggu pikiran istrinya itu.

" Sayang kenapa melamun? Ada masalah? Cerita sama aku " ucap Gabriel membuyarkan lamunan Aluna.

" nggak, aku nggak apa-apa, iya boleh kok tinggal di sini jadi aku punya teman " dengan senyum yang di paksakan karena ia masih berperang dengan batinnya.

" jangan berpikir yang aneh aneh Aluna, mereka kayaknya baik, mungkin aku Aja yang terlalu parnoan, Ya Tuhan.. Hamba titip keluarga hamba padamu, berikan perlindunganmu untuk mereka.? " Aluna bingung kenapa ia merasa ketakutan, seakan akan ada badai besar yang akan menerjang dan menghancurkan rumah tangganya.

" Bibi.. " panggil Aluna

" Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu " ucap bi asri lalu memandang dua orang asing yang duduk di sofa. Dengan tatapan bingungnya.

" Bi.. Tolong siapkan dua kamar untuk mereka ya "

" Baik nyonya " dan berlalu pergi meninggalkan majikan dan tamunya.

...****************...

Setelah menunggu beberapa waktu Bi asih kembali lagi ke ruang tamu

" Kamarnya sudah siap nyonya "

" Antarkan mereka berdua ke kamarnya"

" Baik.. Mari Non, Nyonya saya antarkan ke kamar. " di balas anggukan kepala dan senyum manis.

Mereka berdua pamit pada Gabriel dan istrinya lalu mengikuti langkah Bi asih menuju sebuah kamar.

" Silahkan ini kamar nyonya,dan yang sana kamar nona, kalau butuh sesuatu panggil saya saja. Kalau begitu saya permisi"

Anita menanggapi dengan senyuman tipis melihat Bi asih yang berlalu pergi dan masuk. Ke dalam kamarnya.

Anita takjub dengan ruangan itu. Kamar untuk tamu saja sebesar ini, apalagi kamar utama.pikir Anita tersenyum licik dan memindahkan barang-barangnya belanjaannya tadi.

Saat dalam perjalanan pulang. Gabriel menyuruh mereka untuk membeli perlengkapan yang mereka butuhkan, karena tidak memungkinkan untuk mengambil pakaian mereka yang ada di rumahnya, jadi sekalian saja mumpung masih di jalan.

Siang berganti malam, di mana saatnya untuk sang Surya beristirahat, dan di gantikan oleh rembulan yang menghiasi langit malam yang gelap, dan bintang2 yang bertabur memenuhi langit malam itu seakan menjaga sang rembulan yang berada di tengah-tengah mereka dan membantunya untuk menambah kesan indah langit malam itu.

Dari kejauhan tampak seorang wanita berdiri di balkon kamarnya. Menikmati semilir angin yang menyejukkan, tetapi tidak dapat memadamkan api dendam, yang berkobar di dalam hatinya, yang sudah sejak lama di nyalakan.

" Api yang selama ini sudah dinyalakan, seakan bertambah besar, dengan melihat kebahagiaan mu, seakan itu bahan bakar yang di siram, di atas api dendam, yang seakan siap untuk membakar mu Aluna. Nantikan kejutan yang akan aku berikan anggap saja sebagai hadiah pernikahan mu dariku. Hahahah ". tawa Anita menggelegar di malam yang sunyi itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!