Gabriella Faraqueen
Gadis yang menginjak usia 20 tahun yang berstatus Mahasiswi ini adalah angkat yang sudah dianggap anak kandung oleh Alvaro Maldini dan mendiang Sisilia Faraqueen. Setelah sepeninggal sang Mama (Sisil) ia berubah menjadi gadis yang datar dan lurus seperti triplek, namun ia bersikap hangat pada orang orang terdekatnya, dan ada saatnya juga ia berubah menjadi gadis yang manja dan manis.
Ia sangat menyayangi Papa dan Adik satu satunya.
Bahkan jika adiknya disakiti maka dialah yang akan maju paling depan, melawan orang yang menyakiti sang adik, mau siapapun itu akan dilawan tanpa ampun. Ia selalu mengingat pesan dari mending Mamanya, bahwa ia tak boleh cengeng dan menangis.
Allice Fera Faraqueen
Gadis berusia 17 tahun ini merupakan anak kandung dari Alvaro Maldini dan mendiang Sisilia Faraqueen, memiliki paras yang cantik namun sikap dan toleransinya berbanding terbalik dengan visualnya yang seperti bidadari. Ia mewarisi mafia mendiang sang Mama, ia dikenal diluar sebagai Iblis Cantik.
Julukan ini ia dapat dari sifatnya yang dingin, tajam dan kejam, saat ia berhadapan dengan musuh maka musuh yang ia hadapi akan merinding dan berpikir 1000 kali untuk melawannya.
Ia memiliki sisi gelap yang entah dari mana datangnya pun ia tak tahu, bahkan ia bisa membaca pikiran dan kata hati orang orang yang berada disekitarnya.
Ia sangat menyayangi orang tua satu satunya yang selalu mendampinginya dan sabar akan sifat dinginnya, siapa lagi kalau bukan Alvaro.
Ia juga sangat menyayangi Kakaknya yang sudah seperti ibu baginya.
Ia terobsesi untuk membalaskan dendam pada orang yang telah membunuh sang Mama, ia tahu siapa orang yang membunuh dari cerita sang Kakak. Ia masih terus mencari dan melacak keberadaan mereka.
Adele Agatha Vero
Putri kandung dari Ale dan Oca.
Ia memiliki sifat yang sama persis dengan sang Ibu, yakni terkesan cuek namun perhatian. Ia tumbuh menjadi gadis yang penurut dan selalu mengikuti apa yang diucapkan kedua orang tuanya.
Ia tergabung dalam mafia BDG bersama Allice, awalnya ia tak diizinkan oleh Ale untuk masuk kedalam mafia BDG, namun ia bersikeras dan membujuk sang Ibu untuk berbicara pada sang Ayah, agar mengizinkannya masuk kedalam mafia BDG. Alhasil ia mendapat izin dan mulai aktif bersama Allice.
Azzarine Zakira Danendra
Anak kandung satu satunya dari Devano Danendra dan Adinda Zakira. Ia memiliki sifat yang sama dengan Adel, namun ia terkesan somplak dan receh. Namun saat berhadapan langsung dengan musuh, seketika sifat somplak dam receh nya berubah menjadi kejam tanpa ampun.
Mereka bertiga adalah saudara sepupu yang selalu bersama dati kecil hingga dewasa, Adel dan Azza selalu membantu Allice mencari keberadaan dari pembunuh Sisil. Namun setiap hari Allice merasa ada sesosok orang yang terus mengawasinya dari jauh, ia tak dapat memastikan siapa yang mengawasinya, namun ia percaya bahwa itu adalah orang baik.
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Gadis cantik nan kejam ini tengah duduk dikursi kebesarannya nya diruang bertuliskan leader, ia terus mengotak atik dan memain mainkan jarinya diatas keyboard laptop nya dengan lihainya.
Ia terus mencari informasi yang selama ini ia butuhkan, ia tak pernah menyerah meskipun hasilnya selalu nihil tak berjejak.
Saat itu juga masuk anak buahnya memberikan informasi padanya.
Tok, tok, tok
Suara pintu diketuk dari luar.
"Masuk!" Suruhnya dari dalam.
Anak buahnya yang mendapatkan persetujuan langsung masuk.
"Ada apa?" tanya Allice dengan nada datar dan dinginnya, membuat siapa saja yang berbicara dengannya selalu merinding dibuatnya.
"Queen kami belum menemukan jejak mereka." Lapornya takut takut.
BRAK
Allice menggebrak mejanya geram dengan mata mengkilap marah, karna setiap hari mendapat laporan yang sama sekali tidak ada hasil apapun.
"Ma...maaf, Queen." Ucap anak buahnya menunduk takut melihat kemarahan Queenya.
"KELUAR!" bentaknya pada anak buahnya yang langsung membuat anak buahnya keluar dengan rasa takut dan perasaan bersalah.
"Jangan kembali sebelum ada hasil." Imbuhnya lagi saat anak buahnya berada diambang pintu.
"Baa.. baik, Queen." Jawab anak buahnya langsung pergi.
Allice langsung kembali menenangkan dirinya dan terus mencari informasi yang ia inginkan.
Saat anak buah Allice berjalan keluar dari ruangan Allice, ia bertemu dengan Adel dan Azza yang memang sedari tadi sudah berada disana, mendengarkan kemarahan Allice yang belum seutuhnya meledak.
"Ada apa?" tanya Adel.
"Biasalah." Jawab Azza.
"Gw tanya siapa yang jawab siapa." Cibir Adel.
"Kenapa?" tanya Adel lagi pada anak buah Allice.
"Masih nihil, Mis." Jawabnya.
"Pergilah." Ucap Adel mempersilahkan anak buah Allice pergi.
Adel dan Azza langsung masuk kedalam ruangan Allice.
"Sudahlah Allice, sabar saja, nanti juga ketemu." Ucap Adel menenangkan Allice. Allice lalu menatap tajam Adel.
"Tahan emosi lu, jangan sampe dia keluar, kalo dia keluar kita yang nggak bisa apa apa." Ucap Azza takut akan sisi gelap Allice yang selalu muncul saat Allice mencapai puncak emosinya.
"Tahan, nih minum dulu, jangan sampai dia keluar, bisa mati kita." Imbuh Adel memberikan segelas air bening yang langsung diterima oleh Allice.
Allice meminumnya dengan cepat untuk meredakan emosinya.
"Gini aja, kita lupain sejenak, biar anak buah lu yang bergerak mencari mereka, kita fokuskan diri pada sekolah kita saja." Ucap Adel memberikan saran.
"Ilih fokus sekolah, disekolah aja kita bolos mulu, ngerjain guru." Ucap Azza mencibir Adel yang secara tidak langsung ia mengakui kenakalan dan kebandelannya disekolah.
"Diem lu!" Kesal Adel.
"Balik." Ucap Allice langsung pergi begitu saja meninggalkan Adel dan Azza.
"Buset tuh anak, gitu mulu kerjaannya ninggalin orang pas lagi sayang sayangnya, hiks." Ucap Azza dengan nada mendramatisir.
"Mulai lagi gw aduin ntar ke Allice, berani lu?." Ancam Adel.
"Eh kaga kaga, mana mungkin gw menang ngelawan iblis." Ucap Azza ngerap dengan menggeleng gelangkan kepalanya langsung pergi menyusul Allice.
"Nah tuh tau."
Allice dkk langsung kembali kemansion masing masing dengan mobil masing masing, meskipun mansion mereka berjajar dan berdempetan namun mereka tidak pernah satu mobil dan menaiki mobil satu sama lain.
Saat sudah sampai didepan mansion Allice masuk langsung bertemu dengan sang Papa.
"Loh Papa, kok belum tidur?" tanya Allice dengan nada lembut.
"Nunggu kamu, Sayang." Jawab Allice. Allice langsung mendekati Alvaro dan merangkulnya.
"Pa, Allice kan udah balik nih, sekarang Papa tidur yah, nanti sakit loh." Ucap Allice.
"Iya, Sayang, kamu juga langsung tidur ya." Ucap Alvaro mengelus rambut sang putri yang mirip dengan mendiang sang istri ini.
Alvaro langsung masuk kedalam kamarnya, juga Allice yang pergi naik kelantai dua menuju kamar sang Kakak.
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Allice langsung masuk kedalam kamar Gabriel tanpa permisi hingga mengagetkan Gabriel yang sedang asik membaca berkas berkas perusahaan mendiang sang Mama.
Gubrak
Allice membuka pintu dengan kasar.
"Buju busrak!" kaget Gabriel langsung memandang Allice yang berdiri tegak didepan pintu.
"Woy lah kalo masuk ketuk pintu kenapa, kaga bisaan amat lihat orang fokus kerja." Kesal Gabriel dengan kelakuan sang adik yang tidak ada akhlak ini.
"Elah kaga bisa santuy amat lu, kaku amat hidup lu." Ejek Allice mendekat dan langsung duduk disamping Gabriel.
"Nape lu?" tanya Gabriel kembali membaca berkas berkasnya.
"Bantuin kaga nih." Tawar Allice langsung merebut berkas dari tangan Gabriel dan langsung membacanya.
"Bisa lu?"
"Ngeremehin gw lu ha? gini gini gw pro ya." Ucap Allice yang tak mau diremehkan oleh kakaknya ini.
"Iyain biar seneng." Ucap Gabriel membaca dan membolak balikkan berkas yang lain.
Selang beberapa lama mereka berdua membaca dan menandatangani berkas perusahaan, Gabriel membuka suara dan bertanya pada Allice.
"Gimana perkembangannya?" tanya Gabriel.
"Apa?" tanya Allice balik.
"Mereka lah."
"Nihil." Jawab Allice mengeratkan giginya.
Gabriel yang menyadari adiknya mengeratkan giginya pertanda kesal, ia langsung menyingkirkan berkas berkas dan menaruhnya dimeja belajar, lalu menghampiri Allice lagi.
"Udah jangan kesel gitu, ada saatnya mereka ketemu dan mendapat karmanya sendiri." Ucap Gabriel. "Tidur sono udah malem juga, besok lu sekolah, besok gw juga ngantor." Imbuh Gabriel menyuruh Allice layaknya seorang ibu.
Allice langsung merebahkan tubuhnya dikasur empuk milik Gabriel dan menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.
"Woy Lice, gw nyuruh lu tidur dikamar lu, bukan dikamar gw." Tutur Gabriel menarik selimut yang menutupi tubuh Allice sang adik.
"Brisik, tidur lu." Kesal Allice langsung menarik selimutnya lagi.
Gabriel yang sudah tak mau berdebat dengan sang adik yang saat marah sama ganasnya seperti macan betina mendapat mangsa, ia langsung merebahkan tubuhnya disebelah Allice dan mulai menutup matanya tidur.
**
Adel yang baru pulang juga langsung masuk begitu saja kemansion orang tuanya Ale dan Oca.
"Baru pulang?" tanya Oca yang melihat sang putri baru masuk.
"Eh, iya Ma." Jawab Adel.
"Bagaimana dengan Allice?" tanya Ale yang tiba tiba muncul.
"Ya gitu Pa, masih sama, lagian tuh ya pembunuhnya main kabur kabur aja kaga ada otak, nggak mikir kali ya ntar dapet kurma." Tutur Adel.
"Sudah sana tidur." Suruh Oca.
"Siyap ibu negara." Ucap Adel dengan memberi hormat pada Oca.
"Ada ada saja." Ucap Oca menggelengkan kepalanya.
"Belum ketemu mana mau muncul." Batin Oca
"Kasihan Alvaro." Ucap Ale.
"Lebih kasihan Allice, besar tanpa adanya sosok ibu, bahkan ia juga mempunyai sisi yang tak biasa, ia seharusnya mendapat bimbingan dari Sisil yang mempunyai sifat sama persis dengan Allice." Tutur Oca.
"Sudahlah, besok kita jenguk saja mereka." Ucap Ale lalu menggandeng Oca menuju kamar.
**
"Hello welcome back my house." Teriak Azza didepan pintu.
"Azza jangan teriak teriak ini bukan hutan, hancur ini mansion." Teriak balik Dinda sang Ibu.
"Elah Ma, situ juga triak kali." Cibir Azza lalu meneguk segelas air.
"Ya itu karna kamu duluan yang teriak." Jawab Dinda yang tak mau kalah.
"Mulai lagi." Gumam Devano yang sedang menonton TV.
"Udah sono tidur, besok sekolah." Suruh Dinda pada sang putri.
"Hmmm ok, Ma." Jawab Azza lalu naik kelantai dua.
"Ma, Pa, awas jangan bikin adonan." Peringat Azza yang sudah naik beberapa anak tangga.
"MASUK!" kompak Dinda dan Devano lalu terkekeh dengan kelakuan sang putri, sedangkan Azza langsung lari masuk kekamarnya.
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!