NovelToon NovelToon

PETUAH TANAH LELUHUR

BAB I PENDAHULUAN

Salam Persatuan dan salam kedamaian , kita kembali dalam sebuah perjalanan anak manusia yang telah menyempurnakan hidupnya dengan pengabdian. Penulis mengucapkan ;

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Dalam buku yang kecil dan singkat ini , Alhamdulillah kita senantiasa hanya berharap Ridho Alloh SWT. yang selalu memberikan kepada kita sehingga mampu menjalani ujian di kehidupan ini.

Sholawat serta salam kita anugrahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. beserta Keluarganya juga para Sahabatnya yang telah memberikan hidupnya demi ke-Hadirat Alloh SWT.

Pembaca yang budiman , dalam sajian buku ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang berkenan dan selalu menyimak cerita lewat karya ini , semoga wawasan kita bertambah dan tumbuh dalam diri sehingga kita semua memiliki jiwa dan rasa akan arti sebuah kehidupan yang fana ini.

Kesempatan yang baik ini , penulis akan menceritakan sebuah perjalanan anak manusia yang di dalam hidupnya tertanam rasa pengabdian yang luhur , dan perjalanan hidup yang penuh makna, nanti di dalam setiap BAB nya , pembaca akan mengenal leluhur di pulau-pulau yang ada di Nusantara tercinta , akan penulis suguhkan para Ki Gede , para sesepuh yang telah berjuang dan membangun sebuah karya dengan mewariskan kepada kita dengan sebutan Tanah Leluhur.

Untuk itu , kepada para pembaca yang budiman , yang telah diwarisi tanah oleh para leluhur , sekiranya akan melanjutkan perjuangan mereka , pengabdian mereka , hingga semua hasil dari mereka bisa kita nikmati bersama sampai saat ini.

Dalam setiap BAB nanti akan penulis usahakan kesinambungan alur cerita , tentang Selendang Pranawati , Tanah pekuburan Ki Semar , juga beberapa benda purbakala yang hingga saat ini menjadi IKON daerah Gegesik Kabupaten Cirebon. Benda keramat itu bernama GARUDA PAKSI NAGA atau sering disebut Buyut Gruda.

Sebagai tradisi adat di daerah Gegesik , benda keramat itu akan diarak keliling kampung hanya 1 tahun sekali , tepatnya di bulan Mulud atau Robbiul Awal , sambil mengadakan pesta rakyat berupa acara arak-arakan dan sunatan massal. Biasanya dalam acara tersebut , diikuti oleh setiap Blok atau Dusun yang menampilkan berbagai kesenian rakyat dan hasil karya masyarakat berupa patung hewan dan sejenisnya , juga beberapa kesenian daerah yang menampilkan bentuk budaya dan adat istiadat.

Daerah Gegesik Kabupaten Cirebon , merupakan gudangnya seni dan budaya di wilayah Kabupaten Cirebon , dengan banyaknya jenis kesenian seperti Seni Tari Topeng , Seni Wayang Kulit , Seni Genjring , Sintren , Lais dan beberapa kesenian yang lain. Bilamana para pembaca yang ingin menyaksikan acara Muludan Gegesik , dengan lapang dada , kami akan menyambutnya dengan perasaan bangga.

Di samping bentuk dan jenis kesenian , banyak cerita tentang para Ki Gede atau pemimpin rakyat para leluhur yang situsnya masih ada dan selalu terjaga. Setiap makam Ki Gede diurus oleh seorang Kuncen , dengan kriteria ia mampu memelihara situs dan paham tentang sejarah situs tersebut.

Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran , semoga karya-karya ini menjadi wawasan pengetahuan dan menumbuhkan rasa menghargai atas semua yang kita nikmati dan selalu mensyukuri akan segalanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati , penulis ucapkan selamat membaca , selamat berkarya , dan selamat berjuang.

Tidak ada kesuksesan tanpa berusaha dan tak ada kesejahteraan tanpa ada niat yang bermakna. Tak ada gading yang tak retak. Bila anda bernyanyi , maka bernyanyilah dengan merdu. Bila anda ingin berpartipasi , hiasilah hati dengan kata rindu.

Terima kasih.

Wassalam;

Penulis.

BAB II WANGSIT JENDRA

    Saat itu ketika Matahari bergulir ke arah Barat , jalan masih lengang dan semua masih berkabung atas meninggalnya petinggi Cikeusik , tiada lain orang yang berilmu tinggi dan bertabiat penuh sahaja juga setiap kebijakannya selalu mengutamakan rakyat , beliau dikenal sebagai Ki Buyut atau Bulhun.

    Banyak warga yang merasa kehilangan sosok yang satu ini, tak luput dari perasaan para Kerani atau pembantu ketua adat , juga para beukeul yang tugasnya sebagai kepala dusun atau blok. Pendek kata seluruh masyarakat merasakan duka.

    Sore itu tampak para Kerani sedang membicarakan tentang perkembangan pedukuhan Cikeusik , dalam pembicaraan di bangsal pedukuhan dipimpin oleh Sawerga yang tertua di antara yang lain.

    " Sedulur semua , kalau kita terus memikirkan atas kepergian Ki Bulhun tentu akan menghambat kinerja kita, sementara nanti kita harus membayar tenaga kerja warga yang membenahi aliean pesawahan," kata Sawerga.

    " Iya , memang tugas kita sangat banyak dan kita harus tanggung jawab" , lanjut Soma.

    " Sebaiknya kita libatkan saja mereka yang baru datang , siapa tahu mereka mempunyai gagasan membangun yang pas di daerah kita," kata Wirya.

    " Itu pasti sedulur , mereka juga bagian dari kita, ingat pesan ki Bulhun , jangan membedakan di antara warga kita, kita bangun bersama," jawab Sawerga.

    Sementara para kerani membahas persoalan di bangsal pedukuhan , tiba-tiba datang Nyai Bengkalis dan para kerabat yang selalu mengiringnya. Kedatangan para tamu disambut dengan baik.

    " Salam seduluran Ki , kalau kedatangan kami ini mengganggu keseriusan di sini ", kata Mandaga selaku pelindung Nyai Bengkalis.

    " Silahkan ki sanak , kami santai-santai saja di sini", jawab Soma.

    " Oooooh....saya kira sedang serius , ya sudah , kebetulan Nyai ini mengajak kami untuk ke bangsal", jelas Mandaga.

    Tampak Nyai Bengkalis yang selalu diring kemana saja pergi bukan orang sembarangan , konon saat masih di daerahnya ,Nyai Bengkalis itu seorang putri petinggi sebuah Kerajaan. Sedangkan mereka yang ikut bersama adalah orang-orang setia kepadanya. Nyai Bengkalis dan para pendukungnya itu rupanya sedang menyelamatkan diri, kebetulan mereka berjumpa di pedukuhan itu. Menurut cerita , konon katanya mereka datang ke pedukuhan Cikeusik melewati wilayah Barat dan menambatkan kapalnya di daerah Eretan Indramayu.

    Sepeninggalnya Ki Bulhun , Cikeusik hanya dipimpin oleh seorang Kerani hinga beberapa tahun. Dalam literatur sejarah kala itu sekitar tahun 1087 M. Dan nanti di 1091 M , masyarakat Cikeusik mengangkat Nyai Bengkalis sebagai ketua adat pedukuhan dan diberi nama gelar Nyi Gede Cikeusik. Begini ceritanya.

    " Kita di sini mengalami kemunduran dalam berbagai hal Ki , kata Soma kepada Sawerga.

    " Iya , di antara kita tidak ada yang bisa memimpin pedukuhan ini , banyak masyarakat hidup tanpa aturan , pajak tidak ada yang masuk , semua rancu Soma ," jawab Sawerga.

    " Sebaiknya kita undang Nyai sama Mandaga kesini , mereka bukan orang biasa ," kata Sawerga.

    Beberapa saat kemudian datangla Nyai Bengkalis bersama beberapa orang kepercayaan nya itu. Dan terjadilah dialog malam itu.

    " Begitulah keadaan di sini setelah sepeninggalnya para sesepuh," kata Sawerga bercerita dari awal sampai akhir.

"Hmmmmm....terus apa yang akan kita lakukan ke depannya Ki ?" tanya Nyai Bengkalis.

" Begini Nyai.....setelah kami para kerani dan juga beukeul bersepakat bahwa untuk memilih Nyai agar sekiranya memimpin pedukuhan ini", kata Sawerga.

Setelah mengadakan pertemuan beberapa kali , maka di hari itu dihadapan masyarakat Cikeusik , Nyai Bengkalis dikukuhkan sebagai Nyi Gede Cikeusik. Dan dalam program kerjanya dibantu oleh Kerani Warga dipercaya kepada Sawerga dan dikenal sebagai Ki Werga yang situsnya masih ada hingga sekarang , untuk Kerani Sosial atau Ekonomi dan Pembangunan dipercayakan kepada Jaya Kusuma yang dikenal dengan sebutan Ki Luwih , untuk Kerani adat dipercayakan kepada Mandaga yang dikenal sebagai Ki Demeuk atau Ki Meuk , dan sebagai Kerani wanita dipegang jabatannya oleh Nyai Kinanti atau dikenal dengan sebutan Nyi Kanti.

Kemudian untuk menunjang proyek pembangunan di beberapa pecantilan dipercakan kepada Ki Marta , Ki Sela , Ki Boja , dan Ki Aswan.

Saat pengukuhan Nyai Bengkalis sebagai Nyi Gede Cikeusik , dalam sambutanya beliau mengatakan , " Sedulur masyarakat Cikeusik , saya ucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang telah memberi mandat dan amanah kepada saya , sebagai ketua adat kalian , mungkin dalam perjalanan pemerintahan ke depan , jangan sungkan-sungkan untuk memberi teguran , kritik atau masukan kepada saya, supaya program kinerja ini berjalan lancar, dalam membangun dibutuhkan sebuah ketenangan , dan untuk menciptakan ketenangan itu dimulai dari keluarga dulu, seorang ibu wajib mengurus keluarganya, seorang bapak wajib mencari nafkah. Sedangkan tugas anak tiada lain harus patuh kepada orang tua, hormati keduanya , serta santun kepada mereka. Dengan bermula dari keluarga semoga semuanya akan menjadi suatu harapan yang membawa kesuksesan," kata Nyai Bengkalis atau Nyi Gede Cikeusik.

Sudah sekian tahun pedukuhan itu dipimpin oleh Nyai Bengkalis , saat itu di hari itu, pedukuhan Cikeusik didatangi oleh beberapa Punggawa atau pejabat tinggi Kerajaan , beberapa orang menghadap di pendopo pedukuhan dan disambut baik oleh Nyai Bengkalis. Dalam kesempatan itu para punggawa dipimpin oleh Raden Singgala dan Breh Wirayudha dari Kerajaan Galuh Pakuan di Garut ( sekarang ).

" Begini Nyai , maksud kedatangan kami ke sini sebenarnya sedang mencari sesepuh kami, yang menghilang pergi entah kemana, menurut cerita dan kabar orang-orang yang kami jumpai bahwa sesepuh kami berada di tempat ini , oleh karena itu sudilah kiranya Nyai memberitahu keberadaan beliau itu," kata Singgala.

" Siapa nama sesepuh Sampeyan ki sanak ?" tanya Sawerga.

" Beliau namanya Tumenggung Wirata atau biasa dipanggil Ki Bugul ," jelas Singgala

" Saya kira mungkin orang-orang di sini dulu pernah menyebutnya Ki Bugulun , bisa jadi itu orang yang sama dengan yang Sampeyan maksud , katanya tubuhnya tinggi , kekar dan ada jambang yang terawat , juga perangainya itu sangat bersahaja," tutur Sawerga.

"Iya , itu betul cirinya seperti itu , dimana sekarang beliau berada," kata Singgala merasa bangga dapat berjumpa nantinya.

" Sebelumnya mohon maaf ki sanak, orang yang kalian maksud itu telah lama meninggal, dan dikuburkan di belakang Swantipura, kalau Sampeyan ingin kesana, baik saya akan temani", kata Sawerga seraya ingin membantu.

" Ooooh....sudah meninggal," jawab Singgala dengan nada pelan.

Akhirnya Singgala dan beberapa Punggawa didampingi Sawerga dan beberapa orang menuju ke tempat pemakaman Ki Bugulun. Tampak di situ terdapat tanah yang muncul dan tanpa tumbuhan yang tumbuh , konon pada waktu Ki Bugulun meninggal , tubuhnya mokswa dan yang ada cuma tanah gundukan saja.

" Inilah tempat terakhir Ki Bugulun dikuburkan dan menurut cerita , setelah dikubur beberapa hari kemudian ada asap keluar dari sini , sehingga para warga sepakat untuk melihat jasad beliau, cuma begitu dilihat ternyata tidak ada, bisa jadi asap itu, katanya mokswa, begitu kata orang", jelas Sawerga.

Di tempat itu Raden Singgala dan beberapa Punggawa merasa tertegun. Mereka hanya bisa berdiri dan memuji atas diri seorang Ki Bugulun yang dikenal sakti mandraguna. Hingga sekarang tanah pekuburan itu ada gundukan tanah yang tidak ada tumbuhan yang tumbuh.

" Kata sesepuh kami dulu , Ki Bugulun sering menjalani Tiwikrama," kata Sawerga.

" Apa itu Triwikrama ki sanak ?" tanya Boja kepada semua orang di tempat itu.

" Nanti saya jelaskan," jawab Singgala.

BAB III TIWIKRAMA SANG KSATRIA

    Setelah kembali dari tempat pekuburan Ki Bugulun, Raden Singgala dan beberapa Punggawa kembali ke pendopo. Di pendopo itu para Punggawa sekalian berpamitan dengan Nyai Bengkalis. Namun Raden Singgala tidak ikut kembali bersama mereka. Raden Singgala telah jatuh hati kepada Nyai Bengkalis. Para Punggawa kembali ke Kerajaan , sementara Raden Singgala dan beberapa temannya seperti Mandala Jati , Jali Kendra dan Sukma Wenang tidak turut bersama mereka. Mereka menetap di Cikeusik hingga akhir hayat.

Rasa cinta yang begitu mendalam dari seorang Raden Singgala membuat hatinya begitu berharap terhadap Nyai Bengkalis. Untuk mewujudkan semua itu, dirinya menjalankan apa yang dinamakan Tiwikrama, yaitu mengeluarkan sukma dari raga. Malam itu ia menjalankannya.

Dalam Tiwikrama Raden Singgala tersebut , ia melakukan posisi Sidakepsinuku tunggal. Sebagai ksatria yang tinggi ilmunya , ia dengan mudah melakukan itu. Tubuhnya diam tak bergeming, namun sukmanya keluar dan melesat secepat kilat. Sukma itu menuju ke sebuah tempat Pertapa di Bukit Sindur, dengan sekejap sukma itu sudah berada di depan seorang pertapa yakni Resi Wiguna.

" Sampurasun Ki, saya Singgala menghadap Panjenengan dengan tujuan untuk menyampaikan hati yang gundah gulana akibat seorang wanita yang begitu rupawan, namanya Nyai Bengkalis, mohon bantuannya Ki," kata sukma Singgala.

Resi Wiguna hanya diam sambil mengamati sukma Singgala. Dalam diri seorang Resi tidak mudah percaya begitu saja. Beliau mengamati setiap relung hati muridnya itu. Kemudian setelah beberapa saat, Resi itu mengeluarkan sebuah benda yang ditengahnya terdapat cermin kecil dengan sekejap, benda itu dimasukkan kembali, lalu dikelurkan sebuah senjata dengan bentuk Trisula, dan benda itu diberikan kepada Singgala.

" Ini yang harus kau bawa sebagai senjata perlindungan dan jangan sampai ke tangan orang lain , kalau sampai ke tangan orang lain, itu bisa bahaya bagi tanah Cikeusik," kata Resi Wiguna.

Setelah menerima pemberian Resi Wiguna , sukma Singgala berpamitan dan melesat kembali menuju raganya. Dalam sekejap sukma itu telah kembali ke raga Singgala. Tubuh yang terdiam itu bergerak dan memandang sekeliling, tampak dua orang temannya sedang duduk sambil menikmati minuman yang sudah dipersiapkan.

" Rupanya sudah kembali Raden, apa yang Raden peroleh ?" tanya orang yang dua tadi.

" Aku sudah bertemu dan dititipi ini paman Surya", jawab Singgala.

" Itu Trisula Raden , senjata yang sangat ampuh dan tak ada lawan, itu Trisula Yudhapati namanya, paman pernah melihat saat digunakan untuk membasmi penyamun di Alas Cagak," kata Ki Surya.

" Rupanya paman lebih paham senjata ini , terus apa yang saya lakukan paman Surya?" tanya Singgala.

" Raden tinggal simpan saja dulu kalau nanti dibutuhkan baru digunakan, soalnya menurut paman, waktu kita kesini, ada beberapa bangsa kasat mata yang bisa jadi menjadi rintangan Raden, atau bisa jadi sebagai halangan bagi kehidupan , tadi paman lihat ada Keraton siluman sungai, ada semacam kampung siluman , ada buaya putih, juga ada istana dedemit alas Kodra", kata Ki Surya.

" Kalau begitu sebaiknya kita di sini dulu paman, menunggu apa yang akan terjadi di pedukuhan itu," kata Singgala.

" Oh iya paman Samba, apa yang paman ketahui tentang pedukuhan itu ?" tanya Singgala.

" Begini Ngger, tanah ini tanah yang penuh dengan bala atau petaka, sebab di belakang pendopo itu terdapat sebuah lubang yang banyak mengandung unsur negatif, juga di sebelah Timur pendopo , rasanya ada sejenis makhluk berupa kerbau tapi tubuhnya manusia, hati-hati Ngger," jawab Ki Samba.

" Kalau begitu paman Surya dan paman Samba juga harus waspada, supaya kita bisa mengatasi semuanya nanti paman," kata Singgala.

Setelah mereka bercengkrama kemudian mereka berjalan menuju pendopo Cikeusik. Tampak di pendopo itu sedang ada pembahasan khusus, sehingga mereka mengurungkan untuk kesana, dan menuju ke jalan balong Bakung.

Sementara itu di pendopo pedukuhan, Nyai Bengkalis sedang berembug bersama Ki Sawerga , Jaya Kusuma, Mandaga dan Nyai Kinanti. Pembahasan di situ nampak Ki Sawerga begitu paham urusan warganya, dan dalam kesempatan itu Ki Sawerga berkata , " Kita di sini adatnya seperti itu Nyai , habis panen padi kita adakan syukuran berupa pagelaran wayang beber , sintren dan juga adu ketangkasan berupa seni Sampyong.

" Sintren itu apa Ki ?" tanya Nyai Bengkalis.

" Sintren itu kesenian yang menggambarkan sebuah jabatan dan apabila jabatan itu digunakan untuk memperkaya diri, maka hancurlah jabatan itu, jadi sebelum pemain atau pelaku sintren itu menjadi sintren, si pelaku itu diwajibkan untuk masuk ke dalam sangkar ayam yang sudah ditutup dengan kain. Sementara yang bukan pelaku sintren berbaris sambil berjalan mengelilingi sangkar ayam tadi dengan membaca mantra aji, setelah si pelaku sintren sudah siap untuk keluar dari sangkar tadi, maka para pembaca mantra tadi berhenti dan sama-sama membuka sangkar itu, baru si pelaku sintren tadi dengan pakaian yang indah berhias mutiara dan perhiasan, kemudian diringi musik, dan mulailah sintren itu menari dengan gemulai, dan diwajibkan untuk para penonton guna melempar koin atau benda yang berharga, kira-kira mengenai sintren tadi. Begitu benda atau uang tadi mengenai sintren, secara otomatis sintren tersebut lemah lunglai bahkan ada yang pingsan. Begitu kira-kira Nyai," katanya.

" Lalu bisa bangun dan sadar tidak ?" tanya Nyai Bengkalis.

" Bisa , asal dibaca mantra-mantra aji oleh si pawang, pada intinya setiap sintren apabila kena lemparan uang atau benda berharga sudah pasti akan roboh," jelas Sawerga.

" Hmmmmmm...begitu ya Ki, berarti itu lambang dari sebuah jabatan, bila amanah pasti selamat tapi apabila disalahgunakan, niscaya akan hancur," tutur Nyai Bengkalis.

" Kalau wayang beber , itu menceritakan sebuah perjalanan hidup yaitu dengan alat berupa papan atau sejenisnya , baik dari kulit pohon atau kulit binatang lalu ada gambarnya, kemudian setiap gambar dipajang di depan si pemain wayang atau dalang dengan diringi lantunan gamelan," kata Sawerga.

" Dalang itu apa Ki ?" tanya Nyai Bengkalis penasaran.

" Dalang itu asal kata dari Medal dan halangan atau penghalang , yang artinya seorang dalang itu harus mampu menyampaikan isi cerita dan menyampaikan kepada penonton dengan fasih juga harus mampu memberi petuah yang isinya menyampaikan apa yang menjadi penghalang dalam kehidupan, begitu kira-kira Nyai," kata Sawerga sambil minum teh hangat.

" Berarti harus belajar dulu tentang sejarah kehidupan Ki," lanjut Nyai Bengkalis.

" Iya Nyai, bahkan harus ada seperti ritual khusus yang dinamakan Ngableng, itu yang paling berat, soalnya setiap calon dalang harus bisa seperti orang gila, uji mental, begitu," kata Sawerga.

" Waduh.....berat ya Ki, kalau semua sudah dijalani apakah siap jadi dalang Ki ?" tanya Nyai Bengkalis.

" Masih belum Nyai , soalnya ada hal penting pada diri dalang itu, apakah bisa mengatasi gangguan jiwa atau tidak, nah....proses ini yang susah," kata Sawerga.

" Baik Ki , nanti kita lanjut ya," kata Nyai Bengkalis sambil menuangkan lagi air teh supaya ceritanya berlanjut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!