NovelToon NovelToon

Cinta Di Bawah Hujan Season 1

Eps 1

Cinta di Bawah Hujan

Langit sore itu berwarna kelabu, seakan sedang menyembunyikan cahaya matahari di balik tirai tebal awan. Hembusan angin beraroma tanah basah menyelinap ke antara pepohonan di tepi jalan. Nayla, seorang gadis berusia dua puluh dua tahun, berjalan dengan langkah pelan menyusuri trotoar kota kecilnya. Payung lipat berwarna biru langit yang dibawanya tidak cukup besar, namun cukup untuk menahan tubuh mungilnya dari rintik hujan yang mulai turun. Di tangannya yang lain, ia menggenggam erat sebuah buku novel yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan kota. Membaca adalah dunia pelariannya, cara terbaik baginya untuk menenangkan pikiran dari kesibukan kuliah dan pekerjaan paruh waktu yang kadang terasa menyesakkan.

Hari itu sebenarnya ia bisa saja menunggu hujan reda di perpustakaan. Namun ada sesuatu yang membuatnya ingin berjalan di bawah rintik hujan—sebuah perasaan nostalgia yang tak pernah benar-benar hilang. Baginya, hujan bukan hanya air yang jatuh dari langit. Hujan adalah pintu menuju kenangan. Ada wajah seseorang di masa lalu yang selalu muncul tiap kali butiran air membasahi bumi.

Kenangan itu membawa Nayla kembali ke masa SMP, ketika seorang teman lelaki bernama Arka selalu menemaninya pulang sekolah. Arka bukan murid paling pintar, juga bukan yang paling populer. Namun, ia punya senyum yang hangat dan keberanian untuk selalu berdiri di sisinya. Saat hujan turun, Arka akan rela basah kuyup hanya untuk memayungi Nayla dengan payung kecilnya, sementara dirinya menggigil kedinginan. “Yang penting kamu nggak sakit,” katanya saat itu, sederhana tapi tulus.

Sudah bertahun-tahun Nayla tidak bertemu dengan Arka. Setelah lulus SMP, mereka berpisah jalan. Arka pindah kota mengikuti orang tuanya, sementara Nayla melanjutkan sekolah di kota kecil ini. Mereka sempat berhubungan lewat media sosial, tapi lambat laun komunikasi menghilang, ditelan waktu dan kesibukan masing-masing. Hanya hujanlah yang setia mengingatkannya pada sosok Arka.

Rintik hujan semakin deras. Nayla mempercepat langkahnya menuju halte bus, namun sesuatu membuatnya berhenti sejenak. Di seberang jalan, berdiri seorang pria muda dengan jaket hitam basah kuyup, tanpa payung, menatap ke arah langit dengan tatapan kosong. Rambutnya lepek karena hujan, tapi wajahnya… wajah itu terasa tak asing. Nayla terpaku.

Hatinya berdebar cepat. Bisa jadi ini hanya kebetulan, bisa jadi hanya ilusi. Namun semakin ia menatap, semakin yakin bahwa pria itu adalah orang yang selama ini menghantui kenangannya. Arka.

Langkah-langkahnya melambat, seolah kakinya enggan bergerak lebih jauh. Ia berdiri di bawah derasnya hujan, tanpa peduli pada buku yang mulai basah di tangannya. Dunia seakan mengecil, hanya menyisakan dirinya dan sosok yang sudah lama hilang dari hidupnya.

“Nayla?” Suara itu terdengar samar di antara gemericik hujan. Pria itu kini menyeberang, berjalan cepat meski bajunya kuyup. Nayla membeku, bibirnya kering meski basah oleh hujan. Ia ingin tersenyum, tapi suaranya tercekat.

“Arka…” ucapnya akhirnya, lirih, nyaris tak terdengar.

Dan di bawah hujan yang semakin deras, dua hati yang pernah terpisah bertahun-tahun akhirnya kembali bertemu.

Nayla dengan rasa bahagianya ingin bertemu Arka. Dengan penglihatan remang-remang dan cahaya lampu kurang bersinar membuat kedua orang tersebut saling menatap.

Dengan cepat Arka melanjutkan langkahnya mendekati Nayla untuk memastikan bahwa yang telah ditemuinya memang benar-benar Nayla. Seorang pujaan hatinya di masa lampau.

Eps 2

Cinta di Bawah Hujan

Hujan turun semakin deras, menciptakan tirai air yang menutupi pandangan kota kecil itu. Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh, namun Nayla dan Arka tetap berdiri di tengah jalan yang basah. Seolah dunia hanya menyisakan mereka berdua.

Arka menatap Nayla dengan mata yang sedikit berkaca. Wajahnya nyaris tak berubah dari terakhir kali Nayla mengingatnya, hanya saja garis rahangnya kini lebih tegas, tubuhnya lebih tinggi, dan sorot matanya lebih matang. Namun di balik semua perubahan itu, ada kehangatan yang sama—kehangatan yang dulu membuat Nayla selalu merasa aman.

“Aku nggak percaya ini kamu,” kata Nayla akhirnya, suaranya bergetar di antara suara rintik hujan.

Arka tersenyum samar. “Aku juga nggak percaya bisa ketemu kamu di sini. Aku baru balik ke kota ini dua hari lalu. Dan ternyata… hujan yang mempertemukan kita lagi.”

Kalimat itu membuat dada Nayla sesak. Hujan—ya, selalu hujan yang menjadi benang merah di antara mereka. Ingatannya berputar ke masa lalu: ketika mereka berdua pernah berlari menembus hujan hanya untuk sampai ke rumah lebih cepat, ketika mereka pernah berbagi satu payung kecil sambil tertawa, atau ketika Arka rela basah kuyup demi memastikan Nayla tidak sakit.

“Kamu kelihatan… berbeda,” gumam Nayla pelan.

“Berbeda gimana?” Arka bertanya sambil mengusap rambutnya yang basah.

“Lebih dewasa. Lebih… jauh.” Kata terakhir itu meluncur tanpa sadar, dan Nayla langsung menunduk.

Arka terdiam sejenak. Matanya menatap Nayla dalam, seolah mencoba memahami semua hal yang tak terucap. “Aku memang pergi jauh, Nay. Tapi bukan berarti aku lupa.”

Perkataan itu membuat Nayla menelan ludah. Ada perasaan hangat sekaligus sakit yang membuncah. Selama ini, ia sering bertanya-tanya apakah Arka masih mengingatnya, atau justru sudah melupakan masa lalu mereka. Kini, jawaban itu ada di depan mata.

Suara petir menggelegar, membuat beberapa orang berteriak kecil dan mempercepat langkahnya. Arka menoleh ke sekeliling, lalu menggandeng tangan Nayla secara refleks. Sentuhan itu membuat jantung Nayla berdegup kencang. Ia sudah lama tidak merasakan genggaman itu, tapi anehnya… rasanya sama. Tidak berubah sedikit pun.

“Mari, kita berteduh dulu,” ajak Arka sambil menarik Nayla ke bawah kanopi sebuah toko tua yang sudah tutup. Hanya ada bangku kayu di sana, basah sebagian karena cipratan air hujan. Mereka duduk berdampingan, saling diam, hanya ditemani suara rintik hujan yang jatuh tak henti-henti.

Nayla menatap jalanan yang tergenang, sementara hatinya masih kacau. “Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi.”

“Aku juga. Rasanya… aneh ya? Dulu kita tiap hari ketemu, sekarang malah kayak orang asing.” Arka terkekeh kecil, tapi suaranya sarat dengan kerinduan.

Nayla ingin menjawab, tapi lidahnya kelu. Ia takut kata-katanya justru membuka luka lama yang belum sembuh. Namun dalam diam itu, ia sadar satu hal: perasaan yang dulu ia simpan rapat-rapat ternyata belum benar-benar hilang.

Di bawah derasnya hujan, dua hati yang lama terpisah mulai mencari jalannya kembali.

Dengan perasaan senang, Nayla hanya mampu diam tanpa banyak pertanyaan. Di sisi lain, Arka pun hanya memandang wajah Nayla.

Mereka berdua hanya saling memandang seperti menyimpan banyak pertanyaan dan kebahagiaan diantara mereka.

Nayla sangat ingin berkata banyak, namun, ia urungkan niatnya. Arka terus menatap Nayla tanpa berkedip.

Eps 3

Cinta Dibawah hujan

Suara hujan yang jatuh di atas atap kanopi terdengar seperti denting-denting musik alami. Nayla duduk dengan tangan yang meremas payung birunya, berusaha menahan rasa gugup. Arka di sampingnya duduk lebih santai, namun matanya sesekali melirik ke arahnya. Keheningan yang melingkupi mereka bukanlah keheningan canggung, melainkan keheningan yang penuh dengan pertanyaan yang tak terucap.

“Jadi… kamu pulang ke sini untuk menetap atau cuma singgah sebentar?” tanya Nayla akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Arka menarik napas dalam sebelum menjawab, “Untuk menetap. Aku merasa sudah cukup lelah hidup berpindah-pindah. Kota ini, sekecil apa pun, tetap rumahku.”

Nayla menoleh, menatap wajah Arka yang kini terlihat lebih dewasa. Ada kelelahan yang samar di matanya, tapi juga ada keteguhan. “Aku senang dengarnya,” kata Nayla pelan. “Rasanya aneh kalau aku tahu kamu di sini tapi harus pergi lagi.”

Arka tersenyum tipis, lalu menunduk. “Sebenarnya… salah satu alasan aku kembali juga karena aku ingin menebus sesuatu yang dulu belum sempat aku lakukan.”

“Menebus?” dahi Nayla berkerut.

“Ya. Menebus semua diamku. Semua kata yang tidak pernah aku ucapkan.”

Kata-kata itu membuat hati Nayla berdegup. Ia menatap Arka, mencoba mencari kejujuran di wajahnya. Dan ketika tatapan mereka bertemu, ia tahu bahwa pemuda itu tidak sedang main-main.

“Arka…” suara Nayla hampir bergetar. “Selama ini aku sering bertanya-tanya, kenapa kamu pergi begitu saja. Kenapa kamu nggak pernah cerita. Aku… aku sempat marah, bahkan sempat berusaha melupakanmu.”

Arka menutup matanya sebentar, lalu berkata, “Aku tahu. Aku pengecut waktu itu. Aku takut kalau aku jujur, semuanya akan berubah. Jadi aku memilih pergi dengan diam. Tapi percaya, Nay… aku nggak pernah berhenti mikirin kamu.”

Hati Nayla serasa diremas. Semua perasaan yang ia kubur dalam-dalam selama bertahun-tahun, kini kembali mengapung ke permukaan. Ia teringat malam-malam ketika hujan turun, ia duduk di kamarnya sambil menatap jendela, berharap keajaiban mempertemukan mereka lagi. Dan kini, keajaiban itu benar-benar terjadi.

“Tapi sekarang kita udah beda, Ark,” ucap Nayla akhirnya, mencoba realistis. “Kita udah dewasa, punya jalan masing-masing. Aku nggak tahu apakah masih ada ruang untuk semua ini.”

Arka menoleh cepat, matanya tajam tapi lembut. “Kalau kamu masih merasa yang sama, pasti selalu ada ruang, Nay. Aku nggak peduli seberapa lama waktu sudah berlalu. Aku cuma tahu satu hal: aku masih sayang sama kamu.”

Nayla tercekat. Kata-kata itu sederhana, tapi berat. Ia ingin merespons, tapi hujan yang semakin deras membuat pikirannya semakin kacau. Ia menunduk, membiarkan rambut basahnya menutupi wajah. Dalam diamnya, ia tahu dirinya juga masih merasakan hal yang sama.

Namun, ada ketakutan yang besar. Takut bahwa semua ini hanya sementara. Takut bahwa hujan hanya mempertemukan mereka untuk kemudian kembali memisahkan.

Arka seolah bisa membaca kegelisahannya. Ia mendekat sedikit, lalu berkata pelan, “Kalau kamu takut, biar aku yang jaga semuanya. Kamu cukup percaya sama aku.”

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Nayla merasa ingin percaya.

Namun di hati Nayla, ia ragu dengan pertanyaan Arka. Di hati yang paling dalam, ia seperti ingin merajut cinta lama yang telah bersemi.

Dengan perasaan yang sangat bimbang dan penuh keraguan, ia hanya mampu berdiam diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!