Elin adalah cewek tomboy yang jarang sekali dandan dan suka berpenampilan sama persis layaknya anak cowok.Tapi walaupu begitu Elin bisa masak sama bantu-bantu mami nya di dapur untuk buat kue pesenan orang. Karena maminya Elin mempunyai usaha toko kue yang ada didepan. Elin dan maminya serta adiknya yang bernama Yuni tinggal di ruko peninggalan ayahnya...
Sepeninggal ayahnya. Tiga tahun yang lalu, ibunya meneruskan usaha kue yang mereka dirikan. Jadi, Elin sama adiknya Yuni yang bantu-bantu maminya.
Adiknya Yuni beda sekali dengan Elin.
Yuni anaknya manis,feminim, pinter dan cantik. Boleh di bilang, adik kesayangan Elin ini cewek idamannya anak cowok. Tapi jangan berharap bisa untuk mendapatkan cinta dari Yuni. Selain Yuni anaknya manis, dan feminim. Tapi jangan salah, dia cewek yang kuat pemegang sabuk hitam taekwondo lho...
Jadi, para cowok-cowok jangan suka sekali-kali ngrayu dia lho. Dan kalau aku sendiri, masih pelatih sekaligus guru taekwondo Yuni. Karena aku sendiri punya tempat buat melatih anak-anak yang mau belajar taekwondo.
Toko yang ramai.
Hari ini toko kue maminya Elin ramai sekali. Karena memang kue mami ku selain enak. Toko maminya Elin juga menjual banyak jajanan jadul, yang banyak sekali digemari sama mak-mak yang suka jajan. Selain itu di toko mami Elin ini juga banyak menjual kue yang bisa dijadikan oleh-oleh buat orang rumahan lho.
"Lin." pagil sahabatku Evan. Yang baru turun dari mobil sport miliknya, dan langsung masuk dalam toko, dan langsung berdiri di sebelahku sembari membantuku melayani pembeli.
Evan Aditiya. Anaknya, boleh dibilang tampan, cool,pinter, dan tajir. Selain itu, dia juga idaman para cewek-cewek cantik.
Siapa juga sih yang nggak jatuh cinta sama evan?.
Wajahnya yang tampan seperti boyband Korea. Evan juga anaknya nggak pernah memandang temennya dari statusnya. Walaupun, keluarga Evan termasuk kelas orang kaya. Bapaknya pejabat, Dia anaknya nggak sombong, selalu menghormati orang lain. Bahkan sama temen-temennya yang lain sangat baik, bahkan ia menganggap Elin sebagai sahabatnya.
Memang Elin dan Evan sudah lama sahabatan. Semenjak masih SD. Dan papi sama mami Evan udah nganggep keluarga Elin seperti keluarga sendiri. Karena memang dulu sewaktu papi masih ada, papinya Elin juga temen dekat papinya Evan, dan menganggap keluarga Elin seperti keluarga sendiri. Keluarga Evan memang keluarga yang baik.
"Lin..." kata Evan sambil menyenggol lengan Elin, saat Elin sibuk melayani pembeli.
"Apaan sih?"tanya Elin, sembari ia memasukkan kue yang dipilih sama pembeli. " Ini Tante, kuenya. Totalnya Rp 75.000, tante " kata Elin sambil memberikannya kepada pembeli.
"iya lin terima kasih, " kata si tante Evi, sambil tersenyum kepada Elin.
" Pacarnya Lin?..." tanya tante Evi, pembeli setia toko Elin yang udah lama kenal. Sambil melihat ke arah Evan.
Kontan saja kedua mata Elin Meleng. " Enggak ko' tante. Cuma temenan, " elak Elin.
Sementara Evan disamping Elin senyam senyum sembari tebar pesona sama mak-mak didepan Elin.
"kalau bukan pacarnya, berarti masnya masih jomblo kan?... Dijodohin sama anaknya tante, ya?...Soalnya ganteng, pasti cocok sama anaknya Tante yang cantik ," kata Tante Evi, sambil tersenyum sama Evan.
Elin yang mendengarnya langsung tersenyum sembari menahan tawa.
sementara Evan yang tadinya senyam senyum, langsung melotot kedua matanya.
" Maaf tante, bukanya nolak. Karena, memang gue udah punya calon istri, tante." Jawab Evan .
Sementara Elin semakin kaget dengan jawaban evan, sambil menahan tawa.
" waduh...sayang dong...kalah duluan tante sama calon istri kamu " kata tante Evi. " Ya udah deh...maaf ya Evan, kirain belum punya calon istri." Kata Tante Evi dengan nada sedikit kecewa.
Tante Evi lalu pergi meninggalkan toko setelah membayar kue yang dibelinya.
Sementara, Elin langsung saja melepas tawanya yang sedari tadi ditahannya.
" Hahahaha..."
"syukurlah..." ucap Evan, sambil menghela nafas lega. Ia tahu kalau anak tante Evi itu gembrot, makanya Evan langsung menolaknya.
"Kenapa Van bukanya seneng, dijodohkan sama anak tante Evi?. Kenapa lo tolak?" tanya Elin, sambil ketawa melihat wajah Evan yang seperti kepiting rebus.
"Gila Lo!" serunya, sambil cemberut.
Sementara Elin masih ketawa sambil melayani para pelanggan toko.
"Ogah!" katanya." Lo tahu kan anaknya tante Evi seperti apa?... Bisa-bisa gue ****** ditindihnya saat malam pertama, " tambahnya, sembari ngebayangin anaknya tante Evi yang gendut kayak gajah. Hahaha....
Elin masih aja tertawa megangin perutnya yang sakit karena kelamaan tertawa.
"puas lo, ngatain gue terus!" kata Evan, sambil ngejitak kepala Elin.
"Sialan lo! sakit tahu!!" gerutu Elin, sambil megangin kepalanya.
Lalu Elin dan Evan sibuk kembali melayani pembeli bersama Yuni dan Mami.
Evan memang sering ke sini main di toko kue. Salain ia terkadang ngebantu Elin di toko, Ia juga kadang mengambil Kue pesenan maminya, kalau nggak sibuk di cafe miliknya.
Evan memang memiliki cafe yang cukup terkenal dikalangan anak muda jaman sekarang, di usianya yang masih tergolong muda, ia juga seorang pengusaha yang suksek dan udah banyak cabang cafe-cafenya. Makanya, banyak sekali cewek-cewek yang ngebet pengen jadi pacarnya.
" Kenalin ya thor... Ini novel pertama aku. Jika ada yang kurang dari penulisnya atau kata katanya tolong komentar dan like temen-temen... Salam kenal 😘😘😘 ....
Melepas lelah.
Akhirnya....
Semua kue dan jajanan ruko udah habis... dan jam udah nunjukin jam 04.00 sore. Jadi, udah waktunya ruko mami Elin untuk di tutup.
Iya... Memang, ruko mami Elin buka dari jam 07.00 sampai jam 16.00. Jadi, sudah waktunya tutup.
Sambil duduk di kursi Elin, Yuni, Evan, dan Mami Erin berbincang-bincang sembari melepas lelah.
" Nak Evan... Gimana kabar papi sama mami?..." tanya mami Erin.
"Alhamdulillah... baik ko' tante, " jawab Evan. Lalu meminum jus yang disuguhkan oleh Yuni.
" Ayo kak... dicoba, kue dengan resep baru dari mama," kata Yuni, dan menyuguhkan kue yang ada di piring saji untuk Evan.
Dengan segera dan tanpa aba-aba, Evan langsung mencomotnya dan memasukan kemulutnya yang mengangah seperti gua. Dan merasakan kelezatan yang luar biasa dari kue yang disuguhkan.
" Enak tante, " katanya sambil mengunyah dan mulutnya penuh dengan kue.
Elin tertawa melihatnya, sementara maminya Elin dan juga Yuni tersenyum melihatnya.
" itu resep baru dari tante, " jawab mami Elin. Dan menaruh kotak kue dimeja yang dibungkus kantong plastik warna putih. " Ini nak Evan. Sekalian, kamu berikan sama mami di rumah. Sampaikan salam Tante sama mami kamu, " ujar mami Elin.
" Iya tante, " jawab Evan. Sementara tangannya mencomot kue terakhirnya. Lalu mengunyahnya dan memakannya. Kemudian menyedot abis jus jeruknya, yang tinggal setengah tadi, sampai ludes. Bahkan, mungkin saja kalau gelasnya bisa ditelan mungkin sudah iya telan...Hahaha...
Mami dan Yuni tersenyum melihatnya.
Lalu masuk kedalam yang diikuti Yuni dibelakang mami.
" Lin..."katanya, sambil menendang kecil kaki Elin yang sedari tadi memainkan ponsel.
"Hem..."kata Elin. Yang masih fokus dengan ponselnya.
" Lin... Lo udah lama nggak main kerumah, ditanyain sama mami."
"iya... Entar gue ke sana." Jawab Elin. Masih asik mainin ponselnya.
Tanpa berkata apa-apa, Evan langsung menyahut ponsel yang Elin pegang.
" Sialan lo! " gerutu Elin. Dan mencoba merebut kembali ponselnya yang dipegang Evan. "Aaaaa ... Sakit tahu!.... Brengsek!..." umpat Elin, sambil memegangi kepalanya yang di ketok sama Evan.
" Makanya, kalau diajak ngomong itu diperhatiin. Jangan asyik sendiri " omelnya.
" iya..iya...bawel! " kata Elin sembari meledeknya.
" Entar Lo beneran ya, kerumah. Bisa-bisa gue dicoret dari pewaris tunggal harta orang tua gue. Kalau gue nggak bisa ngajak calon menantu kesayangan mami aku," katanya seenaknya yang asal ceplas-ceplosnya.
kontan saja kedua mata gue melotot melihatnya." What's?!!..." seru Elin. " Enak aja Lo bilang?...sejak kapan?!. Mami lo sami mami gue jodohin kita?!... Gila apa?. Lagian, siapa juga yang mau sama lo. Dasar, playboy cap kampret, lo!" kata Elin meninju lenganya Evan.
" Lagian... Siapa juga yang mau, sama cewek tomboy yang nggak punya body, " katan Evan, balik mengejek Elin sambil memegangi lenganya yang kesakitan habis di tinju Elin.
" Sialan... Evan ngatain gue cewek tomboy nggak punya body. Dasar cowok playboy yang suka nya gonta ganti cewek " gerutu Elin dalam hati.
Tapi... Enggak salah juga, Evan ngatain Elin cewek tomboy yang nggak punya body. Karena memang Elin nggak pernah memakai pakaian layaknya cewek yang suka dandan dan feminim. Ia lebih suka pakai kaos oblongnya, sehingga gayanya tidak seperti seorang cewek, malah terlihat seperti cowok. Itulah keseharian Elin yang suka memakai kaos oblong dan celana layaknya anak cowok. Tapi untungnya, rambutnya nggak ia potong cepak. Jika mungkin tuh rambut dipotong cepak, orang kalau liat dia, pasti manggilnya mas-mas. Hahaha...
"iya entar malam gue kerumah lo. Sekalian, gue nginep di rumah lo. Karena besok, kata mami gue, gue disuruh bantuin mami lo. Buat acara ultah pernikahan mami lo sami papi lo yang ke 25 tahun " jelas Elin.
" Nah...Lo tahu?..." katanya.
" Iya. Karena, gue dari tadi ngebales chat dari mami lo!" jawab Elin.
" ko' lo nggak bilang-bilang?..."
" Gimana gue bilang, kalau hp gue lo rebut... Brengsek!. " Gerutunya
" Lo bareng aja sama gue " katanya.
" nggak ah, males. Lagian, gue masih ada urusan. " jawab Elin menolak.
" urusan apaan sih?..."tanya Evan penasaran.
" Kepo!" jawab Elin sambil nyengir.
" Brengsek lo!."
Elin tertawa melihat tingkah Evan yang berhasil ia kerjain.
" ya udah. Gue pulang duluan. Tapi bener ya, entar lo ke rumah?..." kata Evan memastikan.
" Ok Bos. " kata Elin sembari memberi hormat kepadanya.
Lalu Evan pun pulang sambil membawa kotak kue yang diberikan mami Elin tadi untuk di berikan kepada nyokapnya.
Elin memang males jika harus bareng sama Evan. Soalnya, Evan nggak akan langsung pulang kerumahnya. Pasti di mampir ke rumahnya Susanti pacar Evan. Lagian, ngapain juga dia harus nungguin orang pacaran?...Apalagi, Elin minder banget, kalau harus berhadapan sama Susanti cewek seksi pacarnya evan itu. Kalau di bandingkan dia sama Susanti, ibaratnya langit sama bumi.
Sebenernya Elin cemburu sama Evan. Jika Evan Deket sama Susanti. Entah sejak kapan Elin merasakan hal itu ke Evan?. Tapi Elin mengelak perasan perasaannya. Lagian, Evan nggak akan suka sama Elin. Dia kan cewek tomboy nggak bisa dandan. Dan satu lagi...nggak punya body... " gumam Elin sambil menarik nafas panjang dan mengeluarkannya pelan.
*****************
Akhirnya.
sampai juga Elin di rumah Evan. Dengan santainya Ia langsung masuk ke halaman rumah setelah sorang satpam yang udah lama mengenal Elin membukakan pintu pagar rumah...
"Malam mbk?..." sapa pak Herman,satpam rumah Evan menyapanya.
" Malam pak Herman..." kata Elin balik menyapanya.
Lalu dengan santainya Elin melangkah kan kaki berjalan masuk, dan menuju pintu sambil membunyikan bel yang dekat dengan pintu rumah.
Terdengar pintu dibuka
Terlihat mbak Wati ART rumah mewah itu membuka sambil tersenyum kepada Elin." Malem mbak Elin..." sapa mbak wati.
" Malem juga mbak Wati..." kata Elin balik menyapa, karena memang sudah lama mengenalnya.
" Udah ditunggu sama tuan Dimas sama nyonya Melly, nona..." katanya sambil menyuruh Elin masuk ke dalam rumah.
Lalu dengan santainya Elin langkahkan kaki, masuk ke dalam dan langsung menuju ke ruang makan.
Terlihat om Dimas sama tante Melly sedang asyik menikmati makan malam mereka.
Elin sudah sering main kerumah Evan, ia juga sering menginap di rumah Evan. Karena sejak dari kecil tante Melly sering mengajak Elin kalau Evan nangis nggak punya temen. Bahkan sampai-sampai tante Melly seringkali menyuruhnya tidur bareng dikamar Evan. Disaat Evan lagi rewel dan nggak boleh membiarkan Elin pulang sebelum tuh anak puas ngajak bermain.
Evan memang anak tunggal dan mami Evan nggak bisa ngasih adik buat Evan. Setelah Tante Melly melahirkan Evan, Kandungannya harus diangkat, karena ada tumor ganas di dalam rahim tante Melly. Jadi, demi keselamatan tante Melly mau nggak mau harus diangkat.
" Hai...om,tante. " Sapa Elin sambil duduk disebelah tante Melly.
" waduh...masak apaan tante?!. Kelihatannya enak?" kata Elin sambil melihat menu yang ada di meja makan.
Di meja yang besar ini penuh dengan aneka lauk; dari mulai rendang, opor, semur jengkol, sambel trasi, hampir semuanya ada. Mirip, seperti orang mau prasmanan. Hehehehe...Sampai bingung mau pilih yang mana?.
Dengan santainya Elin mengambil piring yang ada di meja lalu mengisinya dengan sedikit nasi sama rendang dan juga semur jengkol kesukaannya.
Lalu dengan santainya Elin melahapnya. Soalnya dari tadi ia belum makan. Saat di rumah ia sibuk bantu mami nyiapin bahan kue buat besok. Kemudian ia langsung kerumah bu Joko untuk mengantarkan kue pesanan bu Joko. Setelah itu ia langsung menuju kesini dan alhasil Elin lupa makan dech.
" Om..tante. Ko' Evan nggak ikut makan malam?...Apa Evan belum pulang tante?..." tanya Elin sambil menyendok nasi beserta lauknya yang kemudian ia memasukkannya kedalam mulutku yang terbuka lebar seperti mulut gua.
" Udah." jawab tante Melly sambil memperhatikan Elin yang sedang makan dengan lahapnya.
" Ko' nggak ikut makan tante Evannya?..." tanya Elin lagi sambil kembali menyantap makanannya.
" Katanya udah kenyang. Soalnya tadi habis makan malam diluar sama Susanti ," jawab tante Melly dengan mimik tidak begitu suka dengan pacarnya Evan itu.
Elin hanya mengangguk-angguk seperti ayam yang lagi asyik menikmati makanannya.
" Tante nggak suka kalau Evan deket-deket sama pacarnya yang namanya Susanti itu, " kata tante Melly sambil menyudahi makan malamnya.
" Memangnya kenapa tante?..." tanya Elin. sambil melahap semur jengkol kesukaannya yang ada di piringnya.
Sementara om Dimas hanya diam sambil menikmati makan malamnya sambil mendengarkan pembicaraan dua wanita yang ada di depannya.
" Soalnya, Susanti itu cewek kecentilan dan sok manja sama Evan. Tante tahu, kalau Susanti cuma manfaatin Evan saja. Itu yang tante nggak suka ," jelas tante Melly. " Hampir semua pacar Evan mengincar Evan hanya karena uang. Mereka cuma mau uangnya Evan. Itulah yang Tante tidak suka dari mereka, " tambahnya.
Tante Melly memegang tangan Elin lalu... " Tante lebih suka sama kamu, Elin. Tante lebih suka kalau kamu yang jadi menantu tante."
Kontan saja kedua mata Elin melotot mendengar ucapan tante Melly dan hampir saja ia tersendak makanya dan segera mengambil minum. Ia pun meminumnya sampai habis.
" Gila nih Tante Melly?!... Apa enggak salah denger nih kuping gue?!. Buru-buru Evan mau sama gue. Gue kan bukan cewek kriteria dia. Dasar tante Melly! " gumamnya dalam hati.
" Iya Elin...Tante lebih suka kalau kamu jadi menantu tante. Lagian kan tante sudah kenal kamu dari kecil. Dan tante juga sudah tahu siapa kamu. Ngapain juga tante cari yang lain, kalau didekat tante sudah ada yang pasti. Dan seratus persen nggak abal-abal." kata tante Melly menegaskan.
"Iya Elin...om juga setuju ko'. Kalau kamu menikah sama Evan. Lagian, Almarhum papi kamu sama om juga dulu berniat mau jodohin kamu sama Evan. Tapi papi kamu sudah dipanggil duluan sama sang Pencipta. Jadi tertunda dech, niatan kita." kata om Dimas menimpali.
" Ya Allah... Apa bener gue mau di jodohkan sama Evan?... Apa Evannya mau?..." pikirnya dalam hati walaupun sebenarnya ia mengharapkan.
" Sudahlah Elin...Tante tahu ko' kalau kamu juga suka sama Evan.Tapi kamu belum bisa bilang ke Evan. Soalnya, Evan lagi asyik dengan cewek-cewek barunya. Jadi kamu nggak bisa mengungkapkan perasaan kamu itu." Kata Tante Melly yang seakan-akan sudah tahu dan bisa nebak isi hati Elin.
Elin hanya diam aja.
" Kamu nggak usah perlu tahu tante tahu itu dari mana?. Tante akan tetep menjadikan kamu sebagai menantu tante... Biarin tuh Evan. Biar dia puas pancaran sama cewek-cewek nggak jelas. Entar kalau udah bosen berpetualang tuh si Evan. Dia pasti baru nyadar kalau ada berlian seindah kamu, Elin. Kalau tuh anak sudah sadar, baru akan terus mengejar mu, Elin. "Ucap tante Melly panjang lebar dengan nada kesal sambil memuji Elin.
Elin hanya tersenyum mendengar Omelan tante Melly dan memujinya. " Sudahlah tante, nggak usah terlalu berlebihan memuji Elin," kata Elin sambil tersenyum manis.
Lalu Elin berdiri dan hendak menuju kamar Evan.
" Lin..." suara tante Melly memanggil dan menghentikan langkahnya.
" Iya tante ," kata Elin menghentikan langkahnya.
" Kamu biasa kan tidur di kamar Evan?..."
" Iya tante." jawab Elin sambil tersenyum.
" Ya sudah...Entar kalau Evan mecoba macam-macam sama kamu, kamu bilang sama tante. Biar tante sekalian panggilin penghulu buat nikahin kamu sama Evan sekalian ," kata tanya Melly sambil tersenyum.
Sementara om Dimas terkekeh dengan sikap istrinya itu.
Konta saja kedua mata Elin Meleng dibuatnya. " Enak aja tante Melly ngomongnya." Gumamnya dalam hati.
Walaupun sebetulnya hatinya sangat senang dan ingin berteriak kegirangan.
"udah ah tante. Elin ke kamarnya Evan." kata Elin sambil berjalan menuju kamar Evan.
Memang udah lama Elin menaruh suka sama Evan tapi?... Apakah Evan mau sama Elin. Dan selama ini, Elin belum pernah tahu yang namanya pacaran. Karena sifat tomboy nya nggak ada cowok yang dekat sama dia, dan satu-satunya cowok yang dekat sama dia ya si Evan. Jadi, Evan ia anggap sebagai sahabat plus cinta pertamanya Elin.
*********************
Elin membuka pintu kamar Evan.
Sambil celingak celinguk Ia masuk kedalam kamar Evan.
Ia pun melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.
" Ko' sepi?... Mana si Evannya, ko' enggak ada?..." katan Elin.
Ia pun masuk kamar.
Elin mengamati isi kamar, tak menemukan sosok yang ia cari.
Terdengar suara di balkon kamar Evan. Terdengar Evan lagi asyik telponan sama seseorang.
" Nah...tuh dia orangnya. Lagi asyik nelpon siapa tuh anak?... Pasti sama gebetannya." gumam Elin sambil berjalan menuju kearah Evan.
"Iya sayang...by...by...sayang..." kata Evan sambil memberikan ciuman lewat video call.
Lalu mematikan panggilan lewat ponselnya.
" Dor !!!..." Elin mengagetkannya.
Elin menyenggol lengan Evan dan ikut berdiri disamping Evan.
" Lagi video call sama siapa sih?... Gue perhatikan pakek cium-cium segala " tanya Elin sambil ngejitak kepalanya Evan dengan pelan.
" Sama Susanti." jawab Evan santai.
Kontan saja kedua bola mata Elin langsung melotot dan sebuah tinju melayang ke bahu Evan.
"Sialan lo! " katanya sambil megangin lenganya sambil meringis kesakitan karena habis di tinju Elin." sakit tahu! " protesnya.
"Rasain!... Itu akibatnya, kalau jadi playboy. Dasar playboy cap cicak " kata Elin sambil tersenyum melihat Evan yang kesakitan."
Evan hanya diam saja.
" Sampai kapan sih elo kayak gini suka gonta-ganti cewek?..."
" Tau... Mungkin sampai gue bisa temuin cewek yang bener-bener suka dan cinta sama gue, dan nggak cuman suka bukan karena uang gue, " jawabnya sambil megangin dagunya sambil berpikir seperti para normal... hehehe...
"Dasar lo! " kata Elin sambil nyengir kayak kuda.
" Udah ah... Ayo tidur. Gue ngantuk." kata Evan lalu mengempit Elin dibawah ketiaknya dan mengajak masuk.
Elin hanya mengikuti Evan.
" Lo tidur di ranjang ya sama gue?" kata Evan.
" What's?! " kata Elin melotot." Enak aja lo bilang!...Nggak!" Tambahnya sambil mendorong tubuh Evan." lo tidur di sofa, gue yang di ranjang" kata Elin menegaskan.
" Enak aja... Lagian, nih kamar punya siapa?!... Ko' lo yang ngatur!."
" Ya udah. Kalau gitu, gue yang tidur di sofa" kata Elin sambil menuju sofanya Evan, yang begitu panjang dan lebar, yang bisa ditiduri muat dua orang.
"Nih bantal sama selimut kamu!" kata Evan yang melempar bantal sama selimut kearah Elin.
Elin lalu mengambilnya dan menggunakannya untuk tidur di sofa. Ia pun mencoba menutup matanya karena memang hari ini ia benar-benar capek. Soalnya, seharian tadi ia bantu nyokapnya di toko dan setelah itu langsung kerumahnya Evan.
Evan masih belum bisa tidur. Ia memikirkan rencana buat besok, untuk mengajak Susanti ke acara ultah pernikahan kedua orang tuanya.
" Lin..." panggil Evan pada Elin yang masih terjaga.
" Apaan?!..." kata Elin sambil menyipitkan matanya yang memang udah mengantuk.
" Besok lo bantu gue ya, untuk ngajak Susanti di ultah pernikahan kedua orang tua gue. Gue mau kenalin Susanti ke papi sama mami."
" Ogah!!" jawabnya cepat." Gue kesini, bukan mau bantuin lo sama cewek-cewek lo yang nggak jelas. Gue kesini mau ngebantu mami lo, bukannya bantuin lo." kata Elin sedikit ketus dan nggak suka kalau harus ngebantu Evan dengan cewek-ceweknya yang nggak jelas itu.
"Alasan... Bilang aja lo cemburu sama gue."
Langsung saja Elin terbangun. Elin melempar bantalan kursi tepat ke muka Evan." Enak aja kalau ngomong!!" ngedumelnya, walaupun sebenernya memang iya.
Evan beranjak dari tempat tidur dan mendekatinya.
" Apa benar lo nggak punya rasa ke gue?..." tanya Evan sambil memandang wajah Elin begitu dekat sehingga hampir membuat wajah manis Elin bersemu merah. Persis seperti kepiting rebus.
Elin pun segera mendorong Evan. Evan pun duduk di kursi.
"Rasa apaan?!... Enggak, gue nggak punya rasa apa-apa sama lo. Dasar Playboy cap cicak," kata Elin sambil mengacak-acak rambut Evan dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Yakin?...Lo nggak punya rasa ama gue?... Lagian... Gue itu ganteng, tajir, dan apa sih yang kurang dari gue?. Sehingga lo nggak punya rasa cinta ke gue?..." katanya sambil membanggakan dirinya.
Elin terdiam. Ia nggak jawab pertanyaan Evan. Hanya kedua matanya yang bisa berkedip.
Evan berdiri membelakangi sambil melirik ke arah Elin." Gue tahu ko' Lin... Kalau lo, sebenernya suka sama gue... Dan gue juga udah lama suka sama lo, sejak masih kecil gue suka sama lo...Dan gue udah tahu kalau papi lo, sama papi gue udah lama ngejodohin kita. Tapi gue pura-pura nggak tahu" gumam Evan dalam hati." Gue memang suka membuat lo cemburu sama gue, dan gue suka dengan sikap cuek lo ke gue, jika gue barengan sama cewek lain... Gue ngelakuin ini, agar lo perhatian sama gue. " batin Evan lagi, sambil tersenyum sendiri melihat ekspresi Elin yang masih melongo ditempat tidur.
Elin masih diam dan nggak bisa berpikir.
" Apa lo jangan-jangan???...bukan cewek?..." ledek Evan.
Kontan saja sebuah jitakan melayang di kepalanya
" Brengsek lo! Enak aja lo bilang!!" teriak Elin dan kini Elin langsung menyerang Evan. Lalu mengunci tangan dan leher Evan, layaknya musuhnya dipertandingkan teekwondo yang mau dia habisi dan ia kalahkan di kejuaraan. "Sialan! Emang lo pikir gue cewek apaan?! Dasar, brengsek lo!!" katanya sambil marah dan masih mengunci Evan." Sekali lagi lo, gue habisin lo!!" tambahnya sambil melepaskan Eva.
Evan pun kesakitan sambil memegangi leher dan tanganya.
Dan tanpa berkata apa-apa lagi Evan langsung menggendong tubuh Elin dan membawanya ke tempat tidurnya.
Elin kaget dan terus mukul punggung Evan dengan keras. Tapi Evan enggak perduli. Ia pun menjatuhkan tubuh Elin di tempat tidur. Lalu mengunci kedua tangan Elin. Elin terus memberontak dan Evan nggak perduli. Evan lalu mendekatkan wajahnya tepat didepan wajah Elin yang hanya berjarak satu senti saja. Elin pun terdiam.
" Gue tahu lo sebenernya suka kan sama gue?. Apa lo masih menghindari perasaan lo sendiri, walaupun orang tua kita udah menjodohkan kita?..." kata Evan dan langsung saja sebuah ciuman mendarat dibibir Elin tanpa aba-aba, sebelum Elin menjawab pertanyaan Evan. Elin hanya diam masih nggak percaya dengan semua ini.
" Jadi... ternyata Evan???... ini semua tidak mungkin ?!" tepisnya. " Apaan sih lo!!" elak Elin sambil mendorong Evan. Saat Elin tahu kalau Evan melepaskan tanganya saat Evan mencium bibir Elin.
Evan pun terjatuh dari ranjangnya.
" Gue nggak suka sama lo !!" Elak Elin menghindarinya. Dan ini cuma akal Elin untuk menghindar dari Evan.
" Dasar, playboy cap cicak lo!!" umpatnya sambil menuju ke sofa. Elin lalu menutup seluruh wajah dan tubuhnya dengan selimut.
Evan pun berdiri dan membaringkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. " Udah dech Lin...sampai kapan Lo menghindar dari gue?" kata Evan yang nggak perduli dengan keadaan perasaan Elin.
Sementara Elin nggak perduli dengan apa yang Evan lakukan. Ia pura-pura nggak mendengar dan mencoba untuk menutup matanya, agar ia bisa tertidur dan mencoba menenangkan rasa gejolak yang begitu hebat didadanya.
Sementara itu Evan tersenyum menang karena bisa membuat sahabat sekaligus cinta pertamanya itu hampir saja mengakui cintanya ke dia." Kenapa gue bisa ngelakuin itu semua ke Elin ya?... Tapi gue merasakan jantung gue berdetak dengan kencang. Berbeda saat gue deket sama cewek-cewek, yang selama ini gue pacari yang ada diluar sana" gumamnya. Lalu ia pun tertidur, setelah memikirkan perasaannya yang nggak karuan.
Sementara Elin pun juga udah tertidur, karena rasa capek dan rasa kantuknya yang bisa mengalahkan dan melupakan kejadian barusan terjadi.
**************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!