"Saya terima nikah dan kawinnya Cantika Bening Rahayu binti lukman Sahaja, dengan maskawin berupa alat sholat serta uang dua juta dua ratus ribu rupiah di bayar kontan."
Suara Yoda lantang dengan satu tarikan napas, dia mengucapkan ijab qabul dengan baik dan benar.
"Gimana para saksi. Sah?" Tanya pak penghulu ketika masih menjabat tangan Yoda di depan-nya.
"Sah sah sah!" Ucap saksi yang duduk di belakang Yoda berseru.
Wajah wajah haru dan bahagia terlukis dari wajah mereka, terutama wajah sang ibu yang begitu mendamba hadirnya wanita pertama yang menjadi menantu pertamanya. Terharu bahagia menyaksikan acara ijab qabul lancar lantang dan khidmat.
"Alhamdulilah." Mereka mengucap syukur kepada Allah SWT. Hadirin kini pokus sama pengantin wanita, yang baru keluar dengan balutan kebaya berokat putih, dengan hiasan renda-renda cantik, senada dengan kain batik bunga dengan corak hitam putih yang menjadi kain kebanggaan khas nusantara, baju yang sangat simpel, Namun tidak mengurangi kesan kecantikannya sedikitpun, auranya terpancar alami. Di tambah riasan yang tipis natural, begitu indah pas, No berlebihan, enak di pandang semua tamu yang hadir di sana.
"Cantik sekali." Gumam-gumam kecil dari tamu-tamu terdengar samar, namun masih bisa di dengar sang pengantin.
Dia begitu anggun, berjalan perlahan dengan ayunan langkah bak ratu yang akan menghadap sang raja di singgasananya.
Senyum tulus bercampur dengan debaran jantung kontras membuat wajahnya terlihat malu-malu.
Dia masih belum percaya, akan menikah secepat ini. Namun, dia selalu berharap Bisa mendapat perhatian dan rasa cinta, yang mampu membimbing kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Meskipun terbersit perasaan ragu untuk menikah muda, namun, Bening percaya bahwa semua mahluk hidup sudah di atur dengan garis kehidupan yang berbeda-beda.
Akhirnya dia memilih untuk menetapkan dan menerima pernikahannya dengan lapang. Tekadnya sudah bulat, tidak mungkin dia bisa membatalkan lagi, setelah semuanya sah di depan mata.
Ya Allah bimbing aku, agar aku bisa menjadikan pernikahan ini , sebagai penyempurna ibadah ku pada mu. Bisa mengangkat derajat ku dan kedua orang tua ku, yang telah tenang di alam sana.
Jadikanlah pernikahan yang langgeng , dan hanya maut yang bisa memisahkan kami.
Bening berdo'a tulus dalam hati, menetralkan Perasaannya, yang tiba-tiba bersedih, dia mencoba menarik napas lalu membuangnya perlahan.
puk....
puk..
Tangan Auna sahabat Bening menepuk punggung belakangnya.
"Pengantin jangan sedih,
Bukankah nanti ada yang nemenin bobo?"
Goda Auna, tepat di samping telinga sahabatnya. Yang membuat wajah Bening seketika lebih merah merona, dari pada warna blush on yang menempel di pipinya.
Auna adalah sahabat sedari kecil, dia yang tahu persis bagaimana perjalanan hidup Bening selama ini.
Sahabat yang melebihi saudara, di mana Bening bebas mengadukan segala keluh kesah yang pernah dia alami.
"Ku do'akan semoga malam pertamanya lancar, dan kasih tahu aku bagaimana rasanya, Hehe." Sahut Auna menggoda, dengan senyum merekah dari bibirnya.
"Apa sih!"
Bening menahan bibir Auna dengan jari telunjuk tangannya.
"hussh ...Diam orang orang lihatin kita.!"
Protes Bening pelan, dan hampir tidak terdengar, jika gerak bibirnya tidak terlihat.
"Abaikan saja mereka, sekarang hari bahagia kamu. Becan.!"
Sambung Auna lebih semangat menggoda sahabatnya, dengan suara yang terdengar samar.
(Becan ) Itulah panggilan sayang Auna untuk Bening. tapi umi, Paman dan bibinya, memanggilnya Cahayu, hanya kedua urang tuanya yang memanggilnya Cantika.
Dia sosok pekerja keras dan pantang menyerah. Selain itu Dia juga tidak mau mengecewakan orang yang telah mengasuhnya. Bening ikhlas, menerima calon suami pilihan uminya.
Dia tidak menyangka, meskipun menikah belum di dasari rasa cinta, tapi melihat orang orang pokus pada dirinya, jantungnya mendadak berdebar, badannya terasa panas, sendi sendinya terasa kaku.
Dia masih bingung memikirkan bagaimana langkah kedepan, mengarungi hidup dengan seorang Yoda, yang belum dia kenal sama sekali.
"Ayoo !" Auna memboyong pengantin untuk duduk berdampingan, dengan pengantin pria, perasaan si cantik makin berdebar.
Pandangannya kini tertuju, pada sosok Yoda yang baru saja Sah menjadi suaminya. Balutan kemeja putih, di lapisi jas berwarna hitam, melekat sempurna, di tubuh atletisnya, tidak ketinggalan BHS hitam menempel sempurna di kepalanya.
Hidung yang mancung, badan yang berisi, kulit bersih, itulah kesan pertama yang dilihat sekilas oleh si Cantik Bee, mungkin bisa jadi cinta telah tumbuh di pandangannya kali ini.
Ternyata mas Yoda keren
Gerutu Bening dalam hatinya.
"Ayo! Pak Yoda, sekarang neng Cantika Bening, udah sah jadi milik anda seutuhnya." Sahut pak penghulu.
Yoda bergeser, mendekat kearah Cantika, menatap wajah sang istri tidak ada raut bahagia, kecewa, atau bersedih, wajah istrinya hanya terlihat gugup.
Yoda mengulurkan tangannya persis dihadapan Bening, Bening gugup menyambut tangan kokoh di depannya, lalu dia mengangkat tangan Yoda sang suami sampai di kening-nya.
"Yoda... " Ibu Sofy mengulurkan sebuah kotak merah berisikan cincin berlian untuk mereka berdua.
lalu Yoda mengambilnya, setelah jabatan tangan dengan sang istri terlepas.
"Sini ulurkan tanganmu Bee" Pinta Yoda terdengar bersuara mencoba memanggil istrinya, namun Bening masih bengong.
Oh jadi panggilan nya Bee.
Bening bergerutu dalam hati.
Dia mengulurkan tangannya, badannya mulai merasakan panas dingin, ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Yoda, dia sudah merasakan getaran aneh di dalam dadanya.
Yoda berhasil memasukan cincin di tangan Bening, kini giliran Bening yang memasukan cincin kejari tangan Yoda.
"Sudah selesai!"
kata ibu Yoda berseru, yang duduk persis dibelakang Yoda.
Bening tersenyum malu, saat sorakan teman teman dan para tamu menyuruh Yoda untuk menciumnya.
Tapi, sikap Yoda tidak berubah, hanya menunjukan senyum simpul lalu berwajah datar lagi, hati Bening tercubit.
Apakah dia tidak bahagia menikah dengan ku, dan itu sudah pasti.
Pikiran Bening melayang jauh.
tiba tiba ada yang menyentuh hangat di keningnya.
Cup!
Bibir Yoda menyentuh dahinya, lembut hangat saat bibir Yoda menyentuh kulitnya.
Sorakan dari teman dan keluarga begitu bersemangat, menggoda mereka, Bening kaget, dan merasakan debaran lebih cepat dari yang tadi dia rasakan.
Batinnya bersuara.
Inikah perasaan orang orang pengantin baru diluaran sana, saat merasakan adegan ini.
Gerutu Bening dengan senyum simpul terlukis dari wajah lugunya.
Acara ijab qabul di adakan secara kekeluargaan saja. Hanya di hadiri tetangga dekat, pak RT dan kerabatnya.
Tapi, berbeda dari sudut pandangan Bening, Ini menegangkan, menyesakan, mendebarkan melebihi acara wisuda sekolahnya dulu.
Hiruk pikuk kumpulan kini satu persatu telah berpamitan pulang, setelah mencicipi hidangan yang cukup banyak, apalagi hanya untuk tamu undangan yang hanya berjumlah puluhan. kini tinggal Auna, dan keluarga inti saja yang masih berkumpul.
"Sayang ku Becan, selamat menempuh hidup baru ya!"ucap Auna, sambil berkaca kaca memeluk raga ringkih sahabatnya.
"Semoga kamu bahagia dan segera kasih aku banyak keponakan, hehe!" Auna terkekeh, campur pilu, dia merasakan sesak, terasa baru kemarin mereka main main, sekarang, salah satu dari mereka sudah memilih menetapkan diri untuk menikah.
Rasanya masih banyak kertas kosong yang belum mereka lukis, dengan kisah kisah cerita, dan keinginan mereka yang belum tercipta.
"Aku akan selalu mendo'akan yang terbaik untukmu becan."
Sahut Auna kembali bersuara.
Bening terisak, melepas pelukan sahabat terdekat satu satunya itu.
Ada banyak potongan kilasan bayang kenangan yang terlintas di benaknya. Ketika sahabat yang selalu bersama kini harus jauh.
"Aku bakalan rindu saat saat kita bersama, dan aku yakin kamu juga merasakan hal yang sama, jadi istri yang baik ya Becan ku!" Auna berbicara dengan suara sedikit tercekat, sambil menghapus bulir Bening disudut matanya.
"Terimakasih ya Una, sudah menemani ku selama ini, dan mengantarkan sampai ketitik ini." Sahut Bening iba, sekali lagi mereka saling merangkul begitu erat, saling memberi kekuatan untuk keduanya.
"Berjauhan itu jalan tuhan untuk kita saling merindukan." sahut Auna, lalu melepaskan pelukannya, menatap wajah yang selalu ia pandang setiap saat. Hatinya sendu dia bakalan rindu kebersamaan mereka selama ini.
"Jadilah lebih baik kedepannya Ya ! dan sekarang harus semangat ada yang akan anu anu!" ucapan nyeleneh Auna, seketika kembali membuyarkan rasa pilu di hati mereka.
"Apa sihh!" Bening mencubit tangan sahabatnya. Sambil menetralkan rona merah menahan geli.
"Becan udah ya, sekarang aku balik dulu aku nggak bakalan balik balik jadinya, kalau kamu melo terus begini!" Seru Auna sambil menggoyangkan pautan tangan mereka.
"Jaga dirimu ya Una!" Bening berseru sambil melambaikan tangannya. lambaian tangan keduanya tidak luput dari pengawasan Yoda. Bening melirik dengan ujung matanya, mengawasi Setiap ekspresi suaminya.
Dia bahkan acuh di saat teman dekat ku berpamitan pulang, setidaknya senyum kek.
Bening bergerutu kecewa dengan raut wajah dari suaminya. kini giliran umi Naina yang mendekat. "Cahayu sini mendekat-lah!" Umk Naina menggeser duduknya, mendekat kearah duduk Bening. Umi mengusap lembut, rengkuhan pelukannya.
"Jadilah istri penurut ya sayang.!
Semoga keberkahan menyertai mu.
jadikanlah suami mu pedoman hidupmu, untuk mencapai ridho nya Allah, jadilah ! istri berbakti pada suami kamu nak."
Umi Naina memberi wejangan.
Sambil menghapus air matanya, umi Naina semakin merengkuh tubuh Sang cucu, seketika luruh air mata Bening yang sedari tadi dia tahan. Melepaskan segala sesak yang ada dalam dadanya.
"Terimakasih umi telah menjaga ku sampai sejauh ini. Dan aku tidak akan bisa membalas segala kebaikan mu selama ini." Sahut Bening Mereka semakin terisak.
"Semoga, aku bisa menjadi istri yang sholehah, seperti yang umi harapkan, dan semoga aku tidak mengecewakan harapan dan do'a-do'a mu, Aamiin Ya Allah."
Ucapan Bening tulus dengan mata yang memerah. Sesak semuanya telah berubah, dia harus menerima takdirnya jika dia sudah menikah.
Umi Naina melepaskan pelukan anak asuhnya, sekaligus cucu tercintanya, kini dia berbalik menghadap pada Yoda menantu barunya.
"Nak Yoda, Umi serahkan putri Umi kepada mu, semoga kamu bisa mendidik dan menjaganya dengan baik, menyayangi dan mengasihi seperti umi menyayanginya. Umi percaya, kamu sosok lelaki yang baik nak." Rentetan pesan umi Naina lirih, dengan harapan yang dalam.
Ucapan Umi Naina terus berdengung nyaring, Terngiang ngiang di telinga Yoda.
Dia mungkin bisa menjaga dan melindungi dengan mudah. Tapi dia belum yakin dengan memberikan perasaan hatinya. Saat ini hatinya masih benar-benar gusar harus menjawab apa.
"Iya umi ! semoga aku bisa jadi suami yang baik, do'akan kami saja, umi."
Yoda berucap, tapi dengan wajah menunduk. Resah gelisah mendera jiwanya.
"Umi percaya kok, Kalian bisa melakukannya." Umi mengelus lembut tangan menantunya. Umi Naina menggeser tubuh rentannya. Melirik kearah mama Sofy.
"Nyonya Sofy tolong titip anakku ya, jaga dia, didik, jadikan mantu yang baik, dia masih belum mengerti soal cara berumah tangga yang baik," Sahut umi Naina pada besannya.
"Tidak usah khawatir Umi, dia anak yang baik, dan penurut, pasti dia jadi istri yang penurut kok, tenang saja. kita serahkan pada suaminya. kita hanya perlu menasehati, dan mendo'akannya, aku akan sayangi dia seperti aku menyayangi putraku juga, aku udah lama menantikan mempunyai seorang putri Umi."
Mama Sofy berucap tanpa keraguan, nampak sorot cinta sudah tercetak tulus dari raut wajahnya, sambil mengusap punggung tangan besannya. Lalu melirik kearah mantunya. Yang terlihat sendu mendengar ucapan Mereka berdua.
"Sayang kemari lah !" Sofy melambaikan tangannya, memberi kode Untuk segera mendekat.
"Ada apa nyonya?"
tanya Bening sambil mendekat, dia masih merasa sungkan pada orang-orang baru di keluarga baru suaminya.
Aku sudah menikah benarkah
Gerutu Bening dalam hati sambil mendekat kearah ibu mertuanya.
"husssssh....
Masa sama mama panggil nyonya sih ! nggak lucu tahu." Mama Sofy pura pura merajuk.
"Panggil mama saja ya sayang,"
Pinta Mama Sofy.
"Iya, maaf mama, aku nggak akan ulangi lagi." jawab Bening dengan nada suara pelan juga nampak tersenyum malu.
"Ya udah, kalau kalian lelah, naik ke kamar saja, pasti kalian cape nahan sesak dari tadi. Biar umi Naina nanti sore pulang di antar pak Muji sopir mama." Terdengar Mama memecah suasana canggung yang di rasakan pengantin itu.
Yoda berdiri, setelah mendapat perintah seperti itu, melirik kearah istri. Dia berlalu mendahului istrinya, yang masih terlihat bingung.
Bening berjalan di belakang suaminya, dia masih awam, kedepannya kisah mereka akan menjadi seperti apa, setelah ikatan pernikahan ini. Keduanya berjalan naik kekamar, tinggal umi Naina, mama Sofy dan papa Arya, yang masih duduk diruang tamu.
Bahagia itulah perasaan mereka, harapan mereka sudah tercapai. Terlihat dari wajah mereka nampak berseri, kadang terdengar tawa-tawa kecil.
"Saya mohon besan, sayangilah dia. Jangan segan, tegurlah saat dia berbuat kesalahan."
Pinta Umi Naina tulus, dia kembali memecah suasana, berkaca kaca. Terlihat tangannya berkali-kali mengusap air mata.
"Tenang Umi, kita bimbing mereka bersama-sama, kita tidak perlu khawatir."
Sahut Mama memberi kekuatan kepada Umi Naina. Mama Sofy juga mengerti bagaimana beratnya umi Naina melepaskan cucu tercintanya.
Bagaimana kisah yang baru di mulai selanjutnya..?
Mereka hanya satu kali bertemu, Sebelum Acara ijab qabul pernikahan yang baru saja digelar. Saat ini mereka masih tabu, belum saling mengenal satu sama lain, yang pasti mereka masih belum memahami karakter masing masing.
kecanggungan masih mendominasi keduanya, kini mereka saling terdiam, Hanya denting waktu yang terdengar teratur, melangkah melewati setiap baris angka-angka yang terus berputar.
Tatapan mata si cantik menjelajahi setiap sudut, dan seluruh isi ruangan dalam kamar suaminya. Tanpa sengaja tatapannya terhenti pada nakas yang ada di sana.
Melihat dan menegaskan pandangannya, sebuah foto dalam pigura yang ada disamping tempat tidur suaminya, foto perempuan cantik, berpose tersenyum mengembang.
Perempuan yang cantik, siapa ya dia.
Bening bergerutu dalam hatinya.
Si cantik buru buru memalingkan pandangannya, mungkin suaminya akan marah, ketika dia lancang menanyakan barang pribadi milik suaminya, agak lama Bening masih asyik terdiam bingung.
"Kenapa melamun?"
Tanya Yoda membuyarkan lamunan Bening, dengan wajah datar sulit di tebak.
"A-apa aku boleh keluar sebentar mas, mengambil pakaian ku!" Bening berucap terbata, dan masih didera keraguan untuk memulai percakapan.
"Mau kemana? baju kamu udah ada di lemari, kemarin malam mama sudah pindahin kesini, Saat kamu masih di ruang tamu." Sahut Yoda dengan wajah ketus dan dingin.
"Oh."
hanya itu yang keluar dari mulut si cantik.
"Aku mau mandi, kalau Kamu lelah, dan mau tidur, tidur aja duluan ! pasti kamu cape kan?" tegas Yoda, berucap dingin sambil melangkah kedalam kamar mandinya, dia ingin segera pergi dari sana, merasakan hatinya tidak nyaman saat satu ruangan dengan wanita yang tidak dia kenal.
"Iya mas," jawab Bening menunduk.
Bening masih berdiri di sisian ranjang. dia menghela napas panjang. Ketika pantatnya telah menyentuh sisian ranjang milik suaminya.
"Huuuh"
Bening mengeluarkan napas perlahan.
meraba kepalanya, dan lehernya begitu lengket. tidak lama ceklek pintu kamar mandi terbuka.
"Kenapa masih belum ganti baju?"
Yoda bertanya sambil nyelonong keluar hanya dengan balutan handuk sepusar, Bening mengerjapkan matanya lalu berpaling.
Dia malu sekali, untuk pertamakali dalam hidupnya, menyaksikan badan pria berisi seperti itu, kecuali digambar dan di film.
debaran jantungnya semakin menjadi, saat wangi suaminya tercium segar, dari aroma sabun yang di pakainya.
"Aku Mau numpang kamar mandi bolehkan mas?" tanya Bening berdiri malu malu, sambil melangkah dia mempercepat langkahnya, ingin segera menghilang dari pandangan yang mendebarkan dadanya.
Tubuh atletis milik sang suami, yang hanya tertutup handuk, membuat konsentrasinya berantakan. mata Bening berkeliling, ketika menjelajah seluruh isi ruangan dalam kamar mandi milik suaminya tersebut.
Cukup luas, dan mewah, beda dengan kamar mandi yang ada dirumah uminya.
"Ini luas banget !" Gerutu Bening menatap setiap sudut ruangan dalam kamar mandinya.
Bening jadi teringat akan celotehan sahabatnya Auna.
Candaannya masih terngiang jelas, ketika meminta menceritakan malam pertama dirinya, Bening tersenyum sendiri, ketika mengingat kelakuan mereka saat bersama.
Tok tok tok..
"Hey ngapain saja, lama banget dikamar mandi!" Suara Yoda terdengar ketus.
Bening kaget sampai berjingkat berdiri.
Yang tadinya tengah menyender didinding kamar mandi yang bisu. Dia langsung bergegas menanggalkan seluruh pakaiannya.
"Ya Allah masa aku sampe melamun dikamar mandi sih," gerutu Bening pelan, dia mengakui kebodohannya, keasyikan melamun di dalam sana.
"Iya mas aku sebentar lagi selesai," sahut Bening dari dalam, buru buru si cantik mulai membaca basmalah.
Dia lekas mengucurkan keran air lalu membasuh seluruh tubuhnya.
untung tidak terlalu banyak aksesoris yang menempel di kepalanya, sehingga Bening dengan mudah membuka sanggulnya.
Ia hanya mandi kilat, untuk menghilangkan rasa lengket ditubuhnya, Karena sudah memasuki waktu dzuhur Bening lekas berwudhu.
"Masya Allah..! aku lupa tidak membawa handuk, dan baju ganti bagaimana ini."
ia bergerutu sendiri, akhirnya dia mencoba beranikan diri memanggil suaminya.
"Mas aku lupa tidak bawa handuk, maaf bisa tolong ambilkan tidak?" dengan perasaan ragu dan perasaan segan. akhirnya bersuara juga, meminta bantuan suaminya. tidak butuh waktu lama, suara ketukan pintu terdengar dari luar.
Tok tok kok ..
"Ini handuk mu!"
Yoda berujar dari luar, Bening mengulurkan tangan, dan langsung memegang handuk dari tangan Yoda.. "Terimakasiih Mas" ucap Bening tulus.
"Jangan di ulangi lagi "
Sahut Yoda sambil melengos pergi, lalu Yoda melenggang pergi keluar kamar.
"Iya mas." Bening merasa tidak enak dengan kesan pertama, yang terlihat suaminya, kalau dia memang sedikit teledor, dan pelupa.
Tak lama suara Yoda terdengar masuk lagi kedalam kamarnya. "Bee, di luar udah di tungguin sama mama, dan umi kamu untuk makan siang bersama."
jelas Yoda dari luar, dia meninggikan suaranya.
"Iya mas," Bening harap harap cemas, mendengar setiap ekspresi nada bicara yang terdengar dari mulut suaminya.
Bening keluar mengendap-endap, takut Yoda masih berada didalam kamar, Bening setengah berlari menghampiri lemari pakaiannya, saat dia membuka Bening kaget,, Begitu rapi, berjejer baju baju wanita yang tak pernah dilihatnya,
"Baju-baju siapa ini? apa mungkin mas Yoda udah belikan ini semua buat aku?"
Gerutu Bening sangat pelan. tidak pikir panjang Bening langsung ambil baju yang paling simpel, yang menurut-nya enak dipakai.
Karena terlalu asing di tempat baru, Bening Mencari cari alat sholat, namun tidak menemukannya, akhirnya Bening turun kebawah. Dimana mama mertua dan uminya sudah menunggu terlalu lama.
"Maafkan aku mah, aku tadi lama banget ya di kamar." belum selesai Bening berucap, umi sudah motong duluan.
"Cepat duduk cahayu ! ambilkan suami mu nasi dan lauknya?" pinta Umi pada cucunya, "baiklah umi" sahut Bening, dia duduk disamping Yoda, tangannya begitu cekatan, mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya, lalu menyimpan piringnya tepat dihadapan suaminya.
"Mama sama umi, kok nggak makan? mau aku ambilkan juga?" tanya Bening sedikit heran.
pasti mereka nunggu aku terlalu lama.
Gerutu Bening dalam hati.
"Mama udah dari tadi, sama papa dan umi duluan, kamu aja sama suamimu makan berdua ya ! Setelah makan, kalian langsung keruang TV, mama ada yang harus di bicarakan sama kalian." sahut mama sambil berdiri meninggalkan meja makan.
"Iya mah."
Bening mengangguk, lalu Bening melirik wajah Yoda sekilas, buru-buru dia berpaling lagi, takut ketahuan.
"Biasa aja, kalau mau lihat-lihat aja!"
Yoda bersuara dengan nada ketus.
Bening malu setengah mati, apalagi melihat ekspresi Yoda terlihat dingin dan cuek.
Dingin banget siih
Gerutu Bening dalam hati, dia baru kali ini mengenal pria yang modelan seperti ini.
"M-mas aku cari mukena dan sejadahnya. Tapi nggak ada, apa mas tahu, disimpan dimana, mukena yang kemarin aku bawa dari rumah Umi."
Sahut Bening. Sedikit terbata dengan pertanyaannya, ada perasaan canggung dalam hatinya, apalagi sikap dingin Yoda membuatnya takut.
"Mungkin, disimpan dibawah rak pakaian pakaian kamu yang paling bawah," sahut Yoda datar, dan tidak menatap kearah istrinya.
" Iya mas entar aku cari,"
Sambung Bening sambil terus mencoba menghabiskan nasi di piringnya.
Makan pun telah selesai, pembantu mama, segera membereskan sisa sisa piring yang belum Bening simpan kedapur.
Bening melihat jam udah hampir mau jam 2 siang, Bening berlari menunaikan kewajiban nya dulu, sebelum turun lagi menemui mama mertuanya.
****
"Cantika sayang!"
Mama perlahan membuka obrolan, memecah suasana hening tanpa ada suara.
"Mama minta maaf, karena tidak menggelar resepsi pernikahan yang istimewa untuk kalian. Ini juga karena kemauan suami mu, tapi, mama berharap kedepannya kalian bisa saling berbagi, saling terbuka, dan saling menyayangi, Mama berharap banyak dari kalian, dan Umi sebentar lagi akan pulang."
Sahut Mama Sofy tenang, dengan sorot mata keibuan membuat Bening jatuh hati pada ibu mertuanya.
"Jadi, kalian mau tinggal dimana setelah ini, mama sih maunya kalian tinggal disini, jadi mama ada teman. tapi pilihan ada ditangan kalian!" sahut mama.
Mama memberikan pilihan untuk Bening dan Yoda.
"Tinggal dirumah aku aja mah,
agar kami lebih mandiri." Sahut Yoda serius dia males melihat istrinya cari muka di depan ibunya. "Iya mah, aku ikut pilihan mas Yoda saja." Sahut Bening menimpali ucapan sang suami.
Yoda melirik tanpa memberi respon apapun, wajahnya datar seperti jalan tol.
"Ya udah, kalau nggak ada yang mau diomongin lagi, aku naik kekamar duluan mah, aku ngantuk."
Sahut Yoda berdiri, sambil melangkahkan kakinya. menuju barisan anak tangga.
"Yoda sayang istri mu tidak diajak?"
tanya mama, Yoda melirik kesal "Dia bisa jalan sendiri kan!"
Sahut Yoda dingin, tidak ada reaksi yang lebih baik saat di depan kedua orang tuanya, namun mereka mema'lumi itu, mereka berdua baru saja kenal.
"Iya Mas, Mah, Umi, aku keatas nemenin mas Yoda dulu yah" sela Bening, menyambar ucapan sang suami dinginnya.
"Iya sayang, kalian pasti ingin segera istirahat ?" Sahu mama Sofy, dengan harapan besar bisa melihat mereka bersatu saling mencintai.
"Cahayu jaga suami mu ya?"
Umi Naina bersuara sedikit pilu, mengingat ia akan jauh dari cucu kesayangannya.
Bening melirik kearah umi Naina sambil tersenyum.
"Iya umi jaga dirimu juga saat berjauhan dengan kami ya?" Sahut Bening di iringi senyum pilu. berat berjauhan meninggalkan uminya sendiri di rumah mereka.
Lalu Bening berjalan gontai, meninggalkan kumpulan umi dan mertuanya, kini Bening berdiri didepan kamar Yoda, dia perlahan mendorong pintu kamar suaminya.
"Ternyata dia sudah tidur," Bening bergumam pelan, namun masih terdengar oleh Yoda. "Ada apa?" tanya Yoda, sambil membuka matanya.
"Ku kira mas sudah? tertidur ?"
Seloroh Bening sambil malu-malu.
"Mas Aku boleh bertanya nggak?"
Sahut Bening ragu, namun demi pengenalan, dia usahakan untuk mencoba mengenali sikap dari suaminya, Yoda hanya mengangguk, mengiyakan dan memberi isyarat dengan bahasa tubuhnya.
"Bukannya Mas Yoda punya adik, tapi sekarang dimana ya mas?" Tanya Bening mencari topik basa-basi, agar bisa mengurangi dan menghilangkan kecanggungan disana.
"Tanya saja sama mama, Ini pernikahan mama, aku hanya mengikuti kemauan mama."Tegas Yoda dingin, dengan sikap tidak peduli.
"Kok mama !" Seru Bening heran, dia sudah merasakan ada hati yang tidak ikhlas disini.
"Mama yang menginginkan pernikahan ini." Yoda menjawab ketus, dengan kilatan tajam dari sorot sinar elangnya, menjawab sekenanya, tidak memikirkan perasaan istri yang baru beberapa jam lalu dia pilih sebagai istri menurut hukum dan agama.
DEG.
Jantung Bening terasa nyeri, tapi tidak terlalu ia hiraukan. dan memang pasti berat juga untuk suaminya, sama dengan dirinya, saat harus mengiyakan keinginan mereka. untuk segera menikah.
Bening memilih topik baru untuk mencairkan suasana.
Mas Yoda tak menginginkan hadir ku di pernikahan ini
Batin Bening bergumam, ada perasaan nyeri di hatinya, tapi bukan bisul dan juga bukan tersayat belati. bahkan tidak nampak terluka, apa lagi berdarah.
melainkan sebuah gambaran untuk hati yang terluka karena sebuah ucapan dari suami.
"Mas aku boleh bertanya lagi nggak, apakah pernikahan ini mama Sofy yang memaksa!" tanya Bening, mencoba bertanya terus, agar suaminya mau bercerita dengannya.
Yoda diam, menerima pertanyaan seperti itu, pergolakan batin Yoda terus bergerutu. bagaimana cara menjelaskan pada istrinya.
Bagaimana aku menjelaskannya kalau aku sudah punya kekasih
Gerutu Yoda dalam hati.
"Bee, intinya Maaf, aku belum bisa mencintai kamu, semoga kamu tidak terlalu berharap aku bisa segera mencintaimu." tegas Yoda membuka suara lagi.
Bening terdiam, akhirnya bersuara lirih pelan, namun jelas masih terdengar pasti. "Nggak apa apa mas, aku juga belum mencintai kamu." jawab si cantik dengan rasa panas dalam dada, melihat suaminya, begitu cuek, tidak ada pertanyaan untuk mengenal walau hanya untuk basa basi.
Tak ada sedikit pun rasa ingin tahu tentang dirinya. kembali mereka hanya saling bisu, dengan asumsi masing masing, ketika Bening tidak mencoba bertanya duluan, dan Yoda asyik dengan pikirannya sendiri.
Terimakasih kalau kalian mau membaca lanjutannya..🙏
Setelah mereka cukup lama saling terdiam. Bening mencoba kembali membuka suara. Menghilangkan kecanggungan yang kentara di antara mereka.
"Mas Yoda, apa kita jadi akan pindah besok?" tanya si cantik Bening lugas.
berharap mereka bisa memulai saling mengenalkan diri.
Yoda tidak merespon atau pun bersuara. dia masih bergelut dengan pikirannya sendiri. "Mas!!" Bening kembali memanggil dengan suara agak keras.
"Ada apa?" Yoda menatap tidak suka, dengan wajah dingin menyebalkan.
"Kita jadi pindahan besok-kan?"
Bening mencoba kembali bertanya.
"Emang kenapa." Yoda menyahut, dengan tatapan kosong.
kali ini Bening narik napas,
"Berarti mas dari tadi nggak dengerin aku ngomong, aku tanya kita jadi pindah besok-kan?"Bening mengulang pertanyaan yang tadi.
"Ya sudah beresin baju kamu saja, biarin baju baju punya ku banyak di sana ! bawa seperlunya saja, kalau sudah beres-beresnya kamu langsung tidur saja."
Sahut Yoda datar, dengan wajah tidak bisa di tebak, membuat Bening takut, canggung dan sedih.
"Mas nggak sholat dulu, ya?"
Tanya Bening, kembali dia mencoba memberikan pertanyaan. Dia masih berharap suaminya mengajaknya shalat berjamaah.
"kamu saja duluan entar aku nyusul." Jawab Yoda, namun tak melihat kearah Bening. Si cantik menghela napas.
kapan yah shalat ku ada yang ngimamin.
Rutuk sendu dalam hati. Padahal impian Bening ingin sekali pas hari pertama menikah mereka melakukan shalat berjamaah, dengan suaminya, saling mendekatkan diri pada yang maha kuasa.
kayanya aku harus bersabar, menghadapi ini sendiri.
gerutu Bening dalam hati.
****
Setelah kepulangan umi Naina, Bening duduk di ruang tamu bersama mama mertuanya. Mengumpulkan keberanian untuk mengenal lebih dekat dengan mereka keluarga barunya. "Mah aku boleh bertanya nggak?"
Tanya Bening sedikit ragu.
Mama Sofy tersenyum lembut,
"Boleh dong sayang, Mau nanya apa?"
Tanya Mama menatap menantunya.
"Gini loh mah, apa Mas Yoda pernah bawa wanita kerumah ini."
tanya Bening dengan malu dan sungkan.
Mama berpikir panjang, memilih kata kata yang pas buat menjawab pertanyaan sensitif seperti itu.
"Mama sering meminta dia untuk membawa teman wanitanya kesini, Tapi, dia selama ini tidak pernah membawanya, dan mengenalkan-nya sama mama. Bisa di bilang dia tidak pernah membawa perempuan kemari, berbeda dengan adiknya yang lebih sering membawa perempuan kerumah."
Jelas mama. Mama Sofy berucap dengan nada hati- hati sambil menatap wajah menantunya dalam.
"Oh" hanya itu yang keluar dari mulut Bening, mencoba kembali mencari topik baru untuk untuk memperpanjang warna obrolan, dia ingin mengenal lebih jauh keluarga suaminya.
"Jadi, sekarang dimana adiknya mas Yoda mah?" Tanya Bening dengan nada kikuk.
"Yuda masih menyelesaikan studynya diluar negri, Usia Yoda sama adiknya hanya selisih satu tahun setengah.
Karena dulu mama nggak mau menunda kehamilan, setelah usia Yoda satu tahun, Yuda sudah dua bulan didalam kandungan."
Papar Mama sambil tersenyum lembut.
Mama tersenyum mengingat lagi kejadian dulu di masa lampau. lalu dia melanjutkan lagi ceritanya.
"Mereka kadang tidak satu paham, dan sering cek cok soal kebiasaan dan kesukaan, Yoda, sering habiskan waktu luang dirumah, kalau si bungsu Yuda sering keluyuran ketika saat malam." Mama menjeda ceritanya kembali mengingat kenangan masa Lalu.
'Mulai saat itu suami-mu memilih tinggal dirumahnya sendiri, jarang banget pulang kerumah ini." Sambung mama dengan senyum mengembang.
"Kenapa adik ipar nggak pulang mah?" Bening kembali bertanya, dia bahagia bisa mengenal sosok suaminya dari sang ibu, yang terlihat tulus menyayanginya.
"Soal itu, dia nanggung mau selesaikan kuliahnya tahun ini, jadi dia agak sibuk."
jelas mama, dan dapat anggukan dari si cantik.
"Oh gitu ya mah ! Maaf aku banyak tanya mah". Sahut Bening malu.
Mama Sofy tersenyum lembut
"Nggak apa apa sayang, mama seneng kok, ada teman ngobrol," Mama Sofy berdiri, sambil melangkah menuju foto keluarga mereka.
"Sini mama kenalin foto mereka, saat mereka waktu kecil." ajak Mama sambil berdiri, berjalan kearah deretan foto-foto yang terpasang di dinding.
Bening ikut berdiri, lalu melihat kearah dinding, dimana ada banyak pigura foto terpajang disana.
"Ini foto Yoda suamimu, ketika dia masih teka, ini yang pake baju batman dengan gigi ompong ditengah, dia adiknya ketika dia masih usia 5 tahun."
Papar Mama sambil mengusap lembut foto-foto tersebut.
Bening merasakan kerinduan dimata mama Sofy, saat dirinya, menceritakan kehidupan anak anak-nya di waktu mereka masih kecil.
Hati Bening pun ikut merasa terhanyut, Membayangkan kehangatan hidup mereka semasih dalam asuhan ibunya.
Ada begitu banyak kasih sayang yang mereka dapatkan, Bening jadi teringat akan dirinya. dia tak seberuntung mereka, kalau dia hanya diasuh umi tersayang sendirian.
Bening masih terdiam mengingat nasib dirinya yang tidak seberuntung mereka.
"kalau kamu ngantuk, boleh kok keatas lagi, Mungkin suami kamu, sudah bangun sayang, Besok besok-kan kita masih ada banyak kesempatan untuk saling bercerita lagi."
Sahut Mama memecah lamunan Bening.
"Iya mah, terimakasih telah menerimaku disini, aku naik keatas dulu ya mah, mungkin Mas Yoda sudah bangun."
Sahut Bening lembut.
Bening melangkah gontai, naik kearah anak tangga, menjajakinya satu persatu, perlahan dia membuka pintu kamar suaminya, agar tidak mengagetkan sang empunya, yang mungkin masih terlelap dalam buaian tidur.
"Mas mas, Sudah Tunaikan sholat apa belum ini sudah hampir sore ?"
Bening mengguncang pelan tubuh suaminya. Namun, yang dibangunin malah menggeliat tidak ada tanda tanda membuka mata.
"Della jangan !"
"Della.."
Yoda mengigau nama Della, keningnya berkeringat, menunjukan kalau Yoda bukan sedang mimpi baik.
"Mas mas mas"
Bening kembali mengguncang badan suami nya,
"Mas istighfar mas mas..."
Akhirnya mata Yoda terbuka perlahan, mengerjap berkali-kali. "Kenapa mas ? Ada apa kok, sampai keringatan begitu."
Tanya Bening khawatir.
"Ini hanya kepanasan saja",
Sahut Yoda, Dia bangun lalu duduk sambil mengucek matanya, lalu melangkah menuju kekamar mandi.
"Mas Yoda jelas mimpi tadi kan, kenapa wajahnya ketus begitu sih."
Bening menggeleng geleng kepalanya.
sambil mengusap pelan dadanya.
🌸🌸🌸
Sekarang telah menunjukan jam 20:45 malam.Yoda telah melakukan kewajibannya sebagai pria muslim, lalu melangkah mendekat kearah Bening.
"Apa kamu sudah bereskan barang barang kamu ? Mumpung masa cuti ku masih ada, besok kita pindah pagi pagi jadi siap siap lah."
Pinta Yoda datar, wajahnya sulit di tebak, dan Bening masih terus mengenali sosok yang menjadi panutannya sekarang.
"Iyaa mas, aku sudah bereskan semuanya, apa mau makan malam sekarang, atau nanti?" Tanya Bening ragu. "Nanti saja". Sahut Yoda datar.
"Oh. Iya Mas" Bening pasrah.
Bening berharap kedepannya bisa lebih mudah menghadapi sikap suaminya, berat memang kalau menikah belum kenal asal usul kehidupan pribadi masing masing. Apalagi tanpa di dasari cinta.
Bening sudah beberapa kali menguap, namun, tak berani tidur di ranjang suaminya. Karena sang pangeran, masih asyik dengan hp kesayangannya.
Bening ingat sesuatu.
"Oh iya, hp ku belum tersentuh sama sekali dari kemarin. Pasti teman teman di grup Wa pasti banyak yang ucapkan selamat."
Gerutu Bening pelan.
Dia bergegas mencari cari dimana tasnya kemarin malam, setelah membuka buka lemari ternyata tas selempangnya, berada di deretan rak paling bawah.
"Ini dia hp ku."
Bergerutu kecil kemudian berjongkok, sambil menekan tombol on. Bening tersenyum sendiri, sambil melangkah menuju sofa yang ada di kamar.
Belum juga bokongnya menyentuh sofa, Bening dikejutkan dengan suara Yoda.
"kalau sudah cepetan tidur, takut besok kesiangan, dan jangan lupa matikan lampu.!" Perintah Yoda dengan wajah ketus dingin.
Bening menghela napas panjang,
Giliran dia yang main hp aku gak ngomel, giliran aku pegang sebentar suruh tidur .
Bening menyebikan bibir bawah, sambil melengos mencet tombol of, pada saklar lampu yang ada di kamar.
Bening masih bingung, mau tidur dimana
Yoda tidak ngajak atau nyuruh tidur disampingnya.
Bening masih celingak celinguk mencari tombol saklar lampu tidur.
Belum sampai dia menyentuh saklar lampunya, Tangan Yoda sudah duluan menyalakannya, Bening mundur sambil menepis tangan kanannya kesamping.
"Buruan tidur, Pakai guling sebagai penyekat." pinta Yoda dingin, sambil membelakangi sang istri, tanpa melirik sedikit pun pada istrinya.
Bening terkejut, sakit luar biasa. Dia mengusap dadanya, menarik napas
lalu mencoba memejamkan matanya, menahan sesak.
Beginilah pengantin baru yang tidak di harapkan, dan ini sudah menjadi pilihanku, Ya Rabb berikan kemudahan untukku.
Gerutu hati si cantik, perlahan lahan dia naik keranjang king size suaminya. Perlahan tapi pasti, bibirnya komat kamit membaca do'a sebelum tidur.
"Bissmika allahumma ahya wabissmika amuut."
Ucap Bening pelan. lalu dilanjutkan baca ayat kursi, dan surat surat pendek.
Bening mencoba memejamkan matanya,
Namun ia tidak juga bisa tidur.
Sungguh malam pertama yang ironi, Si cantik menatap punggung suaminya, yang nampak sudah terlelap, tidak ada pergerakan sedikit pun. Hanya terdengar suara nafas naik turun terdengar teratur.
Jangan sedih Bening, masih ada hari esok dan esok nya lagi , untuk saling mengerti tentang dia yang belum membuka hati untuk mu.
Bening memberikan kekuatan untuk hatinya, walau Air matanya tidak bisa di bendung. Dia sadar diri, dia tidak di inginkan di pernikahannya.
Bening menahan sekuat tenaga, agar isak tangisnya tidak didengar si kebo molor.
🙏🙏♥️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!