Hai namaku Clarissa Aurelia biasa disapa Clara. Hidupku sangat bahagia karna aku menikah dengan pria yang aku cintai dan dia juga sangat mencintaiku.
Matahari mulai menampakkan dirinya dari ufuk timur. Aku pun terbangun dari tidur panjangku, tapi ku lihat suamiku sudah tidak bersamaku ditempat tidur. Aku mulai cemas tidak biasanya pagi-pagi dia sudah menghilang. Aku bergegas beranjak dari ranjangku mencari keberadaan suamiku. Aku cari kesana-kemari, ku masuki setiap ruangan yang ada dirumah ini tapi tak seorang pun kutemui. Aku takut suamiku meninggalkanku, seperti apa yang orang lain rasakan. Aku mengurung diriku dikamar, aku mulai menangis rasa khawatirku begitu besar padanya.
"Happy Anniversarry, Sayang." Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing bagiku. Aku menoleh kearahnya, tidak salah lagi dugaanku dia itu suamiku. Terlihat ditangannya ada kue dan boneka teddy kesukaanku.
"Rendi." Aku menyeka air mataku, berlari kearahnya dan ku peluk erat tubuhnya. Aku sangat bahagia dengan kejutan yang diberikannya, aku telah salah menilainya ternyata dia masih mengingat semuanya, dia masih bersamaku dan dia tetap menjadi milikku.
Ya, hari ini adalah anniv pernikahan kami ke 5 tahun, meski belum dikaruniai anak rasa cinta dan sikap suamiku masih sama seperti awal pertama kami menikah, dia masih romantis, dan sangat menyayangiku, aku saja yang selalu berprasangka buruk tentangnya.
"Aku sangat mencintaimu, sangat. Jangan pernah tinggalkan aku, Ren." rintihku saat masih berada dipelukkan suamiku.
"Sayang, aku janji tidak akan pernah melepaskanmu. Aku sangat mencintaimu, cup..." Rendi mencium keningku lalu kembali memelukku.
"Kita tiup lilin dulu ya sayang, buang semua perasaan buruk karna hari ini adalah hari spesial untuk kita." ucap Rendi sambil menyalakan lilin. Kami pun meniup lilin bersama-sama.
"Sayang, kamu tidak ke kantor?" tanyaku melihat kearah jam sudah menunjukkan pukul 8.30 harusnya suamiku itu sudah siap-siap ke kantor.
"Hari ini aku cuti, sayang. Full hari ini untuk kita berdua." jelas Rendi sambil memeluk erat tubuhku dari belakang.
"Tap... cup..." Rendi langsung menutup bibirku dengan ciumannya yang sangat lembut.
"Kamu lupa ya, aku ini boss sayangku." ujar Rendi. Aku benar-benar lupa suamiku itu boss, tapi aku senang akhirnya dia meluangkan waktu untukku setelah sepanjang hari menghabiskan waktunya untuk bekerja.
"ini untukmu, sayang." Rendi memberikan sebuah kado padaku.
"nanti malam, aku ingin kamu mengenakan gaun ini." ucap Rendi.
"Memangnya kita mau kemana, Ren?" tanyaku.
"Kita dinner di resto favorit kita, sayang." jawab Rendi.
Tapi tiba-tiba, ayah dan ibu mertuaku datang membawa duri ditengah hari bahagia kami. Aku mulai takut melihat kehadiran mereka yang sepertinya menyesal sudah merestui pernikahanku dengan Rendi.
"Pagi ma, pa" aku mengulurkan tanganku untuk salim dengan mertuaku tapi mereka malah menepisnya.
"Rendi, mama sudah mengingatkanmu jangan terlalu kamu manjakan istrimu ini, sudah tidak bisa punya anak, manja lagi, mama nyesel merestui kalian." ucap Ibu mertuaku dan aku sangat sakit mendengarnya tapi aku masih mencoba menahan air mataku karna aku memang belum bisa memberi mereka cucu.
"ma, jika mama datang kesini hanya untuk menyakiti perasaan Clara sebaiknya mama tidak usah kesini, ma cobalah mengerti harus berapa kali Rendi menjelaskannya, Clara bisa hamil ma, dokter memvonisnya sehat, hanya saja kami belum diberi kepercayaan oleh Yang Kuasa untuk memiliki anak, ma." ujar Rendi.
"Tapi mau sampai kapan kalian seperti ini, Ren. Lihatlah sekarang sudah 5 tahun usia pernikahan kalian, tapi apa wanita ini belum juga memberi kamu keturunan." sahut ibu mertuaku lagi.
"Cukup ma, dia menantu mama, istri Rendi hargai perasaanya ma, Rendi dan Clara selalu berusaha ma agar kami cepat dikaruniai anak, Rendi harap mama dan papa bisa mengerti ini bukan kemauan kami, semua kehendak Allah ma pa." ujar Rendi, membuat suasana menjadi hening. Aku hanya bisa diam hingga timbul dibenakku untuk menyuruh Rendi menikah dengan wanita lain.
Bersambung
jan lupa like dan komen ya guys😊
Aku dan Rendi pergi ke resto favorit kami untuk makan malam. Sesampainya disana ternyata Rendi sudah membooking tempat itu hanya untuk kami berdua.
"Disini tidak ada orang, Ren?" Tanyaku melihat seisi restoran tanpa penghuni.
"Malam ini spesial hanya akan ada aku dan istriku tercinta." jawab Rendi memelukku dari belakang.
"Aku suka Ren, aku jadi teringat saat pertama kali kita bertemu di restoran ini." Ujarku teringat masalalu kami.
"Haha... iya waktu itu kamu jadi pelayan, kamu numpahin kopi kemejaku lalu aku marah sampai membuatmu dipecat." Ucap Rendi sambil tertawa geli mengingat kejadian itu.
"lalu kamu mengejarku buat minta maaf tapi kamu malah ditodong sama preman, siapa yang menolongmu waktu itu?" Ucap ku pura-pura lupa.
"Siapa lagi kalau bukan istriku ini, paling jago teriaknya sampai membuat orang sekampung berdatangan padahal premannya sudah kabur duluan saat mendengar teriakkannya." Ternyata Rendi pun masih mengingat semuanya.
Aku sangat bahagia, suamiku tidak sedikitpun berubah, meski sampai saat ini kami belum bisa mendapatkan momongan. Tapi ada satu masalah besar bagiku, desakkan mertuaku membuatku goyah untuk mempertahankan rumah tangga kami.
"Sayang, kamu masih memikirkan masalah tadi?" tanya Rendi menyadarkan lamunanku.
"Ah... Ti...dak, Ren." sahutku berbohong.
"Sayang, dengarkan aku, apapun yang terjadi kita akan selalu bersama, aku mencintaimu lebih dari diriku." ucap Rendi menggenggam tanganku sambil menatap mataku.
"Tidak hanya menerima kelebihanmu, aku juga menerima kekuranganmu. Menikah bukan hanya tentang cinta atau mengharapkan keturunan, menikah adalah bagaimana kita selalu bersama-sama mengarungi susah senangnya bahtera rumah tangga tanpa ada kata perpisahan. Aku tidak menuntut untuk bisa memiliki anak, semua itu kuasa Allah, sayang hanya Dia yang tau kapan waktu yang tepat untuk kita memilikinya." Jelas Rendi panjang lebar, aku terharu tapi aku tetap dengan pemikiranku yang ingin Rendi menikah lagi.
"Sebaiknya kamu menikah dengan wanita lain, Ren." ucapku membuat mata Rendi terbelalak kaget mendengarnya.
"Ibu benar, aku memang tidak pantas untuk kamu bahagiakan sedangkan aku tidak bisa membahagiakanmu. Rendi, menikahlah cari wanita lain yang bisa memberimu kebahagian sepenuhnya." lanjutku lagi, ku lihat Rendi menahan amarahnya saat mendengar apa yang ku ucapkan.
"Cukup, Clara. Harusnya malam ini menjadi malam spesial kita, aku pikir malam ini akan kita lewati dengan penuh suka cita, tapi kamu malah merusak suasana, aku tidak suka kamu bicara seperti itu. Ayo, kita pulang, sudah cukup dinnernya." Sahut Rendi beranjak dari tempat duduknya. Rendi sangat marah padaku terlihat dari raut wajah dan tatap matanya.
"Rendi, aku mengatakan itu semua karna aku sangat mencintaimu. Aku rela kamu mendapatkan kebahagianmu yang sesungguhnya tapi bukan denganku." Ucapku tanpa memperdulikan amarah Rendi yang sudah cukup lelah dia pendam.
"Kamu bilang cinta, apa kamu benar-benar rela melihatku bersama wanita lain, jawab Clara, aku yakin kamu tidak akan sanggup." ujar Rendi membuatku hanya bisa diam.
"Tak ada seorang istri manapun yang rela membagi suaminya dengan wanita lain, tapi apa dayaku Ren, aku tidak cukup kuat menghadapi ayah dan ibumu yang selalu menuntutku, aku sangat mencintaimu Ren, hal bodoh pun akan ku lakukan demi kebahagiaanmu." Batinku sambil menatap Rendi yang tertunduk lesu.
"Jawab Clara, apa kamu sanggup?" pinta Rendi lagi. Aku masih diam hanya bisa menangis dan langsung memeluk erat tubuhnya.
"Hiks...maafkan aku, Ren. Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa dengan perkataanku" ujarku.
"Iya sayang, aku sangat memahami perasaanmu tapi berjanjilah padaku jangan pernah memintaku untuk menikah dengan yang lain, kita hadapi semua bersama." Jawab Rendi sambil menghapus air mataku.
"Hmmm..." aku hanya bisa mengangguk.
"Aku sangat mencintaimu, Clara." Rendi merangkulku dalam pelukkannya.
"Aku juga sangat mencintamu." Ucapku kembali memeluk Rendi.
"Karna malam ini malam yang spesial, ayo kita memproduksi Rendi kecil, sudah lama kita tidak melakukannya sayang." Ucap Rendi tiba-tiba menggodaku.
"Apaan sih kamu Ren, padahal hampir tiap malam." gumamku sambil tertunduk malu.
"Ayo sayang, kita pulang aku sudah tidak tahan." Ucap Rendi dengan nada manja.
Rendi menarik tanganku tiba-tiba menggendongku sampai ke parkiran mobil.
Bersambung
Next gak nih?
Jan lupa vote, like dan komen ya guys😁
"Maafkan aku, Ren. Ibu benar aku bukan istri yang sempurna, aku tidak berguna, bahkan sampai saat ini aku belum bisa membahagiakan kamu dan keluargamu, segala cara dan pengobatan pun sudah ku tempuh tapi tidak ada hasilnya, dokter memvonisku sehat tapi tetap saja tidak ada hasilnya." batinku teringat perkataan mertuaku.
Ya Allah, kuatkanlah hamba, berilah petunjuk untuk hamba jika hamba pantas berada disisi suami hamba maka izinkanlah hamba selalu bersamanya dan bantulah hamba. Tapi jika bukan hamba, carikanlah dia istri yang bisa memberinya keturunan yang membawa kebahagiaan untuk mereka semua, Ya Allah." Batinku sambil menatap wajah suamiku yang tertidur pulas disampingku.
"Cup... hiks...hiks" aku mencium keningnya. Aku menangis mulai pasrah dengan keadaan, ketidak berdayaan membuatku lemah menghadapi masalah ini.
Aku membalikkan badan membelakangi suamiku, tiba-tiba kurasakan pelukkan suamiku melingkar diperutku. Aku kaget segera ku hapus air mataku agar dia tidak melihatku menangis.
"Sayang." Bisiknya ketelingaku.
"Hmmm..." sahutku ternyata suamiku terbangun dari tidurnya.
"Sayang, kamu menangis?" Tanyanya sambil memalingkan tubuhku menghadapnya.
"Ti...dak, aku kelilipan Ren." Aku mencari alasan sambil menggosok kedua mataku.
Dia bangkit dari rebahannya sambil menarik tanganku untuk duduk berhadapan. Tiba-tiba dia memelukku lalu mencium keningku.
"Aku tau kapan istriku menangis dan kapan dia merasa bahagia matamu menjelaskan semuanya, sayang. Kamu tidak bisa membohongiku, aku bisa merasakannya jika kamu menangis maka dadaku juga akan merasa sesak." ucapnya sambil mengarahkan tanganku ke dadanya.
"Sayang, tidak ada istri yang tidak sempurna, mereka sempurna dengan caranya masing-masing. Sayang, kamu tau Siti Aisyah istri Baginda Nabi Muhammad SAW seumur hidupnya beliay tidak bisa mengandung tapi beliau tidak pernah merasa tidak sempurna. Baginda Nabi pun sangat mencintainya, jadi istriku sayang tidak boleh merasa tidak sempurna karna semua adalah kehendak Allah, dan aku pun akan selalu mencintai istri." Ucap suamiku panjang lebar yang membuatku sangat terharu, rasanya kesedihanku mulai pudar semangatku telah kembali setelah mendengar penjelasannya.
Aku merasa sangat beruntung memiliki Rendi. Dia sosok suami yang sangat pengertian, dan yang terpenting dia sangat mencintaiku tanpa memandang kekuranganku.
Hari ini Rendi akan pergi ke luar kota karna ada kantor cabang perusahaan yang bermasalah, jadi dia akan pergi selama seminggu. Ini bukan pertama kali Rendi pergi keluar kota, sebulan sekali pasti dia pergi keluar kota. Tapi entah kenapa kepergiannya kali ini membuatku jadi cemburu buta.
"Sayang, aku ikut ya sama kamu." pintaku memaksa Rendi.
"Tidak bisa sayangku, aku kesana untuk bekerja bukan pergi liburan. Kamu disini saja sayang, aku janji nanti aku akan ajak kamu liburan kemana saja yang kamu suka, ke luar kota, luar negeri akan aku turuti." ujar Rendi sambil memelukku dari belakang.
"Tapi janji ya, jaga mata kamu jangan lirik wanita lain selain aku." ucapku.
"Janji sayang, tenanglah. Cup..." Rendi mencium keningku.
"Aku bolehkan izin kerumah mama, aku akan merasa bosan dirumah sendirian setelah kamu pergi, sayang." pintaku.
"Tentu boleh, sayang. Nanti pak Ucup akan mengantarmu." jawab Rendi.
"Kamu jaga diri baik-baik ya." Rendi memelukku.
"Sampaikan juga pada ayah dan ibu, aku tidak bisa datang menemanimu pergi ke rumah mereka, sayang." ucap Rendi.
"Iya sayang, mereka pasti mengerti suamiku ini super sibuk, jangan lupa telpon aku kalau sudah tiba disana." jawabku sambil merapikan kerah kemeja Rendi.
"Iya sayangku. Aku berangkat dulu. Daaaah..." Rendi pun berlalu pergi.
"Ya Allah, lindungi suamiku jauhkan dia dari pandangan wanita-wanita diluar sana." gumamku merasa cemburuku ini tak beralasan.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!