Mikey X Takemichi Harem
Part 1
Aku mau buat Ceritaa tentang Tokyo revengers, mereka ini sekumpulan mafia/ Yakuza Jepang
maaf ya kalo sedikit freak wkwk, gabut soalnya
Matahari pagi mulai menembus lewat celah jendela kamar Takemichi.
ia menguap, perlahan bangun dari tidurnya. Pandangannya berkeliling, meneliti setiap sudut ruangan yang terasa… begitu familiar.
gumamnya pelan nyaris tak terdengar
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Seorang pria berambut pirang, mengenakan pakaian berwarna krem, berdiri di ambang pintu dengan senyum hangat.
chifuyu menatap takemichi dengan ekspresi bingung
Takemichi terdiam sejenak. Dadanya berdebar kencang. Saat itu ia sadar—dirinya telah kembali ke masa lalu.
---
di sebuah gedung mewah yang tinggi, Para petinggi mafia berkumpul
???
OI OI DIMANA MAKANANYA
pelayan dengan cekatan menaruh sup panas di atas meja
pelayan
Arghhhh Panass Tolonggggggg
Sebuah mangkuk sup terlempar, isinya tumpah mengenai tubuh sang pelayan. Cairan panas itu membuatnya meringis kesakitan; kuahnya baru saja matang.
???
Dasar tikus tidak bergunaa Tcih
Tak lama kemudian, petinggi terakhir tiba. Mereka adalah Takemichi dan Chifuyu. Masih sama seperti dulu—Takemichi memimpin Tokyo Manji, sementara Chifuyu tetap setia menjadi wakilnya.
Ruang rapat dipenuhi keributan. Takemichi yang baru saja masuk terkejut ketika sebuah piring melayang ke arahnya. Dalam sekejap, Chifuyu menendang piring itu, menjauhkan bahaya dari pemimpinnya.
Kisakki Tetta
ada tikus di balik semua ini
ucap Kisakki tetta pria berkacamata dengan tatapan licik
Kisakki Tetta
Aku tahu siapa tikusnya… dan setelah ini, aku akan membunuhnya
Setelah rapat usai, Kisaki menghampiri Takemichi dan Chifuyu.
Kisakki Tetta
Teman… sudah lama kita tidak minum bersama. Temanku adalah pemilik klub bar di gedung ini. Banyak minuman mahal di sana
Takemichi, yang saat itu adalah mafia tingkat dua, menerima tawaran itu tanpa pikir panjang.
Mereka tiba di bar yang ternyata sangat sepi.
Kisakki Tetta
Aku sudah menyewa tempat ini, supaya hanya kita yang ada di sini
Kisaki sambil menuangkan wine ke gelas mereka.
Chifuyu, yang duduk agak jauh, terus mengawasi.
Takemichi dan Kisaki melakukan toast. Takemichi menenggak habis isinya dalam sekali minum. Hanya butuh waktu satu menit sebelum kepalanya terkulai, tak sadarkan diri.
Melihat itu, Chifuyu segera berlari menghampiri, namun Hanma muncul lebih dulu dan menghajarnya hingga tak berdaya.
Takemichi terbangun. Tangannya terikat ke belakang kursi, kakinya pun dibelenggu. Di sampingnya, Chifuyu sudah babak belur dengan kondisi yang sama.
Suara langkah kaki perlahan mendekat.
Kisakki Tetta
sudah sadar?
Takemichi
Kisakki berani sekalii kau
Tendangan keras Kisaki mendarat di perutnya. Takemichi meringis menahan sakit.
Kisakki Tetta
Takemichi kau bekerja sama dengan anggota polisi kan
Kisakki Tetta
Tempo hari lalu aku melihatmu bertemu dengan polisi dan kalian sepertinya membuat kesepakatan
Kisakki Tetta
Kalian berdua pantas mati i!!
Peluru menembus paha Takemichi. Darah mengalir deras.
chifuyu menatap kisakki dengan amarah yang membara
Kisakki Tetta
Aku akan menghabisi temanmu dulu… supaya kau bisa melihat sendiri, bagaimana dia turun ke neraka,
Ucap Kisaki perlahan, seperti menikmati setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Kisakki Tetta
berikan salam perpisahan padanya chifuyu
Chifuyu mengangkat kepalanya yang lemah, memandang Takemichi. Sorot matanya tenang… seakan ia sudah berdamai dengan takdir. Takemichi membalas tatapan itu—mata mereka bertemu dalam keheningan yang terasa panjang.
senyum tipis menghiasi wajah lebarnya
Waktu seakan berhenti.
Suara tembakan memantul di dinding, bergema di telinga Takemichi.
Darah Chifuyu membasahi lantai. Tubuhnya terjatuh, dan senyuman itu masih tersisa di bibirnya—beku untuk selamanya.
Jantung Takemichi seperti diremas dari dalam. Tenggorokannya tercekat, matanya panas, napasnya tersendat.
Takemichi
CHIFUYU...!!!!!!
Kisaki menatapnya seperti memandangi bangkai yang tak berharga.
Kisakki Tetta
sekarang giliran mu
Kisakki Tetta
berbahagialah di neraka
Namun sebelum pelatuk ditarik, plakk!—lampu mati. Kegelapan pekat membungkus ruangan, diikuti suara langkah cepat dan desahan panik. Seseorang menarik Takemichi, lalu sesuatu menghantam kepalanya. Dunia pun lenyap dalam gelap.
---
Ketika kesadaran kembali, pandangan Takemichi buram. Bayangan seseorang berdiri di depannya. Siluet itu… wajahnya begitu mirip Baji-san.
???
Bukan.. ini aku Takemichi
ia maju selangkah, cahaya redup menyingkap wajahnya
Sebelum Takemichi sempat bicara—
Duakk!
Pukulan keras mendarat di rahangnya.
Duakk!
Pukulan kedua menghantam perutnya. Darah terasa di lidahnya. Napasnya terputus-putus, tubuhnya goyah.
Kazutora tak berkata apa-apa lagi, hanya menyeret tubuhnya keluar. Jalanan malam terasa dingin, lampu kota berpendar kabur di mata Takemichi.
Tak lama, mereka tiba di kantor polisi. Di sana, sosok yang tak asing menunggu.
Naoto Tachibana—adiknya Hinata, cinta masa lalu Takemichi—menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca.
Ruangan itu dingin, bau logam dari borgol dan meja baja bercampur dengan aroma kopi basi. Lampu neon di atas kepala berkelip pelan, menambah nuansa tak nyaman.
Tachibana Naoto
Hanagaki Takemichi
Naoto mengucapkannya pelan, seperti menimbang bobot setiap huruf
Takemichi menatapnya. Sekilas, ia melihat bayangan Hinata di wajah pria itu—mengingatkan pada senyum hangat yang kini hanya tersisa di ingatan.
Kazutora bersandar di dinding, menyilangkan tangan
Kazutora
Tugas aku selesai. Sisanya urusanmu
ucapnya dingin sebelum melangkah keluar, membiarkan kedua pria itu saling menatap.
Naoto tidak berkata sepatah kata pun. Dengan rahang mengeras, ia menyalakan rekaman CCTV dan meletakkannya tepat di depan Takemichi.
Gambar di layar bergetar—suara bentakan dan jeritan samar terdengar. Dan di sana… Takemichi melihat dirinya sendiri. Menyerang seorang wanita tanpa ampun.
suara Naoto dalam dan sangat dingin
Tachibana Naoto
kau adalah pemimpin Toman, kenapa kau melakukan ini? dan kau lihat baik baik siapa wanita itu !!
Takemichi memicingkan mata, jantungnya berdegup tak terkendali.
Tachibana Naoto
KAU BILANG CINTA MATI PADANYA, KENAPA KAU MEMBUNUHNYAA
Dunia Takemichi seakan runtuh. Tubuhnya kaku, otaknya kosong. Sebelum sempat bicara, Naoto sudah menarik kerah bajunya dan menghantamkan tinju ke wajahnya. Darah mengalir dari sudut bibir.
Pintu terbuka, dua rekan Naoto bergegas masuk, menarik Naoto menjauh. Nafas Naoto memburu, tatapannya tetap menusuk Takemichi.
Tanpa perlawanan, Takemichi dibawa pergi. Jeruji besi menutup, suara gembok terdengar keras—hukuman mati menunggunya.
Naoto menghampiri takemichi
Takemichi
beri aku... kesempatan.. lagi
Takemichi
aku berjanji kali ini tidak akan gagal
Takemichi
kumohon 1x kesempatan lagi
Hening beberapa detik. Naoto menutup mata, menarik napas panjang.
Tachibana Naoto
Hanya sekali. Tidak ada kesempatan lagi
Tangan mereka bertaut. Sekejap kemudian, cahaya menyilaukan menyelimuti Takemichi. Saat ia membuka mata, udara dingin tahun itu menyambutnya kembali—dua belas tahun yang lalu.
kalo suka Jangan lupa subscribe <3
Part 2
Chifuyu
Hoii Takemichi kenapa kau melamun
Takemichi tak kuasa menahan air matanya saat melihat Chifuyu berdiri di hadapannya.
Takemichi
chifuyu kau masih hidup?
Serunya sambil berlari dan langsung memeluk sahabatnya erat-erat.
Chifuyu
Hei, tentu saja aku masih hidup. Ada apa denganmu?
Chifuyu terkekeh kecil sambil menepuk bahu Takemichi, lalu mendorongnya pelan.
Chifuyu
Ayo cepat mandi, Draken dan yang lain sudah menunggu di bawah
Chifuyu
Cepat, Michi! Jangan lambat
Chifuyu mendesaknya dengan nada setengah bercanda
Takemichi akhirnya bergegas masuk kamar mandi untuk bersiap. Setelah selesai, ia dan Chifuyu turun bersama menuju ke bawah, tempat para anggota Toman sudah berkumpul.
Draken
Takemichi Lama sekalii
ucap draken dengan Nada protes
Mitsuya
iya nih nanti kita bisa terlambat
Chifuyu
Lihat deh, matamu masih ada kotorannya, Michi
goda chifuyu tertawa gelii
Draken
Sudahlah, ayo kita berangkat. Kalau kelamaan nanti pamerannya keburu selesai
seru semuanya kompak, penuh semangat
Mereka pun berjalan menuju pusat pameran, tempat yang ramai dengan kerumunan orang dan dipenuhi aroma berbagai makanan lezat.
Panggil Chifuyu sambil melambaikan tangan, suaranya riang bercampur semangat
Chifuyu menunjuk sebuah stan sederhana yang menjual makanan favoritnya—yakisoba. Matanya berbinar.
Chifuyu
Takemichi ayo beli ini
Takemichi
mau beli? kau suka banget sama yang ini ya?
Chifuyu
hehe... iyaa, kau mau juga?
Sebelum Takemichi sempat menjawab, suara berat terdengar dari belakang.
Draken
Pak, saya pesan 1 porsi ya
takemichi terlonjak kaget
Tak lama, Mitsuya ikut muncul dengan senyum khasnya.
Mitsuya
saya juga 1 ya pak
Chifuyu
kebetulan sekali, pak saya juga 1 porsi yaa, oh iya takemichi kamu Gausah beli ya, kita bagi 2 saja
Tatapannya hangat, membuat Takemichi hanya bisa membalas senyum itu.
Setelah membeli yakisoba, mereka duduk di bangku dekat stan. Chifuyu membagi mie itu menjadi dua, memberikan separuh porsi untuk Takemichi.
Mitsuya
ah, nostalgia banget makan mie ini
draken mengangguk pelan Dan raut wajahnya berubah menjadi sendu
Draken
iya... jadi teringat baji
Suasana sejenak hening, hingga Chifuyu mengangkat wadah makanannya ke arah Takemichi.
Chifuyu
takemichi ayo kita cheers
Takemichi tersenyum, mengangkat porsinya, lalu keduanya saling menyentuhkan wadah mie itu.
Draken dan Mitsuya hanya bisa tersenyum melihat tingkah polos dua sahabat itu.
Usai makan, mereka melanjutkan langkah, menyusuri deretan jajanan yang berjejer di sepanjang jalan. Suasana festival semakin ramai, lampion bergantungan, suara orang-orang bercampur dengan aroma makanan yang menggoda.
Di ujung jalan, mereka melihat seorang nenek tua berjualan dorayaki . Draken menunjuknya.
Draken
Heii ayo beli yang itu keliatannya enak
Takemichi menatap dorayaki itu sejenak. Jantungnya mendadak terasa berat. Itu… makanan kesukaan Mikey.
Dengan suara pelan, ia mendekat ke Chifuyu dan berbisik,
Takemichi
aku tidak melihat Mikey kun, kemana dia?
Chifuyu terdiam sebentar, lalu menarik napas panjang. Senyumnya meredup.
Chifuyu
Pertanyaan kosong macam apa itu, Michi… Sudah jelas Mikey mengasingkan diri dari kita. Dan sekarang… Draken yang memimpin Touman sementara.”
Takemichi terdiam mendengar jawaban Chifuyu. Kata-kata itu seperti menamparnya. Mikey… benar-benar menjauh dari kami?
Ia menunduk, menatap dorayaki yang masih hangat di tangannya. Aroma manis itu justru membuat hatinya semakin perih.
Dulu, setiap ada makanan ini… Mikey pasti tersenyum ceria. Kenapa sekarang rasanya semua itu hanya tinggal kenangan?
Draken, seolah menyadari perubahan ekspresi Takemichi, menepuk pundaknya pelan.
Draken
Jangan terlalu dipikirkan. Mikey punya jalannya sendiri. Kita hanya bisa menjaga apa yang tersisa
Takemichi mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum meski matanya berkaca-kaca
Takemichi
Aku… aku hanya ingin semuanya kembali seperti dulu. Tertawa bersama… tanpa ada yang hilang
Mitsuya
Kenangan itu tidak akan hilang, Takemichi. Selama kita di sini, selama kita terus berjalan bersama, bagian Mikey tetap ada di hati kita
Chifuyu menatap Takemichi dalam-dalam. Senyum hangatnya seakan ingin menenangkan
Chifuyu
Percayalah sobat, Kita akan menemukan Mikey lagi… dengan cara kita
Takemichi terdiam. Kata-kata itu memang menenangkan, tapi di dalam hatinya tumbuh sebuah keresahan yang semakin kuat. Entah kenapa ia merasa… sesuatu yang besar akan segera terjadi.
Setelah puas berkeliling, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Satu per satu berpisah di persimpangan jalan, hingga hanya tersisa empat orang: Draken, Mitsuya, Chifuyu, dan Takemichi.
Takemichi berjalan dengan kepala menunduk. Hatinya resah. Bayangan wajah seseorang yang pernah mengisi hidupnya kembali muncul—Hinata. Sudah lama ia ingin menemuinya, namun keberanian itu selalu menguap setiap kali ia hendak melangkah.
Takemichi
Eum… anu… kalian duluan saja, ya. Aku mau mampir ke supermarket sebentar
Ucap Takemichi sambil tersenyum canggung.
Chifuyu
Perlu dibantuin nggak?
Takemichi
Enggak, tenang aja. Aku bisa sendiri
Draken
Kalau gitu hati-hati
Kata Draken sambil menepuk bahunya
Mereka pun berpisah, dan Takemichi berbelok menuju apartemen Hinata. Namun, takdir seakan ingin menguji hatinya malam itu. Saat melintasi sebuah taman kecil yang diterangi lampu jalan redup, matanya terbelalak tak percaya.
Di bawah cahaya lampu kekuningan, Hinata berdiri begitu dekat dengan Kisaki. Sangat dekat—hingga bibir mereka saling menempel dalam sebuah ciuman.
Waktu seolah berhenti. Dunia Takemichi runtuh dalam sekejap.
Takemichi
Hi… Hinata? Kisaki ?
Keduanya sontak terkejut dan terlepas dari pelukan semu itu.
Takemichi berteriak, langkahnya menghentak tanah. Suaranya menggema di taman sepi, membuat Hinata memandang dengan mata terbelalak.
Hinata
Ta… Takemichi-kun…?
Takemichi
Apa maksudnya ini, Hinata?
suara Takemichi bergetar antara marah dan hancur.
Hinata
a-aku bisa jelaskan
Namun Kisaki malah menyeringai, wajahnya dipenuhi ejekan. Ia mendekat sedikit, lalu berbisik dengan nada sinis.
Takemichi meraung, tinjunya sudah terangkat, siap menghantam wajah orang yang paling ia benci itu.
Hinata
Takemichi, berhenti!!
Hinata buru-buru menahan lengannya, suaranya pecah.
Takemichi menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Takemichi
Kenapa… kenapa kau melakukan ini padaku…?
Hinata menggigit bibirnya, lalu menunduk. Air matanya jatuh, berkilau di bawah cahaya lampu taman
Hinata
Kenapa kau kembali sekarang, Takemichi-kun? Kau yang meninggalkanku… malam Natal, setahun lalu. Apa kau sudah lupa? Biarkan aku memilih jalanku sendiri!
Takemichi
T-tapi Hinata… d-dia akan membunuhmu di masa depan!”
Tamparan keras mendarat di pipinya. Suara tamparan itu menggema di udara malam, lebih sakit daripada pukulan mana pun yang pernah ia terima. Takemichi terdiam, tubuhnya kaku, sementara Hinata terisak, bahunya bergetar hebat.
Kisaki segera meraih tangan Hinata dan menariknya menjauh. Namun sebelum pergi, ia sempat mendekat ke telinga Takemichi, senyum licik menghiasi wajahnya.
Kisakki tetta
Segala sesuatu yang sudah ada di tanganku… berarti milikku
bisiknya dingin.
Takemichi hanya berdiri terpaku. Pipinya perih, tapi hatinya jauh lebih hancur.
-
sorry Author lagi sibuk banget Dan ga focus, jadi Ada bagian yang kurang tadi🥲
kalo ada kata kata yang kurang pantas atau kurang pas, Komen aja yaaaa😚😍
Part 3
Dari kejauhan, dua pasang mata memperhatikan Takemichi. Mereka bersembunyi di atap sebuah gedung gelap, senjata sniper terpasang di tangan.
??
Itu… Hanagaki Takemichi? Kasihan sekali nasibnya
Ucap salah satu dengan nada dingin.
??
Boleh. Mainan baru sudah menunggu
Jawabnya sambil menyeringai.
---
Takemichi berjalan pulang dengan hati remuk. Jalanan malam begitu sepi, hanya lampu jalan redup yang menemani. Rintik hujan mulai turun, menetes di wajahnya, bercampur dengan air mata yang tak bisa ia bendung.
bisiknya lirih, langkahnya goyah menembus hujan.
Tap… tap… tap…
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Takemichi menoleh cepat—namun jalanan kosong. Hanya bayangan tiang lampu dan genangan air yang berkilau.
Lalu, tanpa peringatan—
Bughh!
Sebuah tendangan keras menghantam punggungnya, membuat tubuhnya terjungkal ke jalan basah. Takemichi meringis, mencoba bangkit, namun hatinya yang hancur membuat seluruh tenaga lenyap. Tubuhnya lunglai, pandangannya mengabur, dan akhirnya ia jatuh pingsan.
Dua sosok gelap segera muncul dari kegelapan, mengangkat tubuh Takemichi yang tak berdaya. Mereka menyeretnya ke sebuah gudang tua di pinggiran kota.
---
Entah berapa lama, Takemichi akhirnya sadar. Kepalanya berdenyut hebat. Saat mencoba bergerak, ia baru sadar tangannya terikat erat dengan tali kasar.
Takemichi
Sial… siapa yang menculikku?
Desisnya, berusaha melepaskan diri.
Sebuah suara berat terdengar dari sudut gudang.
Takemichi menoleh. Kedua matanya melebar.
Dari balik kegelapan, muncul dua wajah yang tak asing baginya. Senyum miring, tatapan penuh ancaman.
Sanzu Haruchiyo
Hanagaki takemichi
Ucap Sanzu dengan nada seram.
Takemichi duduk di kursi reyot dengan tangan terikat. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena ketakutan.
Koko melangkah mendekati takemichi, senyum miring menghiasi wajahnya. Di tangannya berputar sebuah pisau kecil berkilat terkena cahaya lampu
kokonoi hajime
Hanagaki Takemichi..
Suaranya tenang, namun setiap katanya terdengar seperti ancaman
kokonoi hajime
Kau benar-benar sial. Sudah kalah dari Kisaki, ditinggalkan Hinata, dan sekarang… jatuh ke tangan kami
Takemichi menunduk, napasnya berat
Takemichi
Apa… yang kalian mau dariku…?
Kokonoi menyandarkan diri di dinding, kedua tangannya bersilang.
kokonoi hajime
Hah, lucu. Dia masih bertanya seolah punya pilihan
Tatapannya tajam menembus Takemichi
kokonoi hajime
Kami ingin tahu… seberapa jauh seorang pecundang sepertimu bisa bertahan
Sanzu tertawa kecil, menempelkan pisau ke pipi Takemichi.
Sanzu Haruchiyo
Atau mungkin… kami hanya ingin melihatmu hancur
Takemichi menelan ludah. Ia berusaha memberanikan diri.
Takemichi
Aku… tidak peduli… apa yang kalian lakukan padaku. Tapi aku tak akan menyerah!
Suaranya bergetar, tapi matanya mencoba menantang.
Sanzu mendekat, berbisik di telinganya
Sanzu Haruchiyo
kami suka yang seperti ini. Semakin keras kau melawan… semakin nikmat saat kami menghancurkanmu
Kokonoi melemparkan sebuah foto ke pangkuan Takemichi. Foto itu basah, kertasnya lusuh. Begitu Takemichi menatapnya, jantungnya seakan berhenti berdetak.
Itu foto Hinata… bersama Kisaki.
suaranya patah, tubuhnya gemetar.
Sanzu Haruchiyo
Kau sudah kehilangan segalanya, Takemichi. Dan mulai malam ini… kau juga kehilangan jiwa yang selama ini kau tutup
Pisau di tangannya berkilat sekali lagi, mendekati wajah Takemichi.
Ponsel Sanzu tiba-tiba berdering, membuatnya menunda aksinya. Ia mengangkat dengan wajah serius.
jawab Sanzu singkat sebelum menutup panggilan
Mereka segera menutup mata Takemichi, menyeret tubuhnya yang lemah seperti seekor ayam siap disembelih. Takemichi tidak berdaya. Mereka membawanya ke sebuah gedung tinggi, menuju lantai paling atas.
Di ruangan itu hanya ada sebuah kursi kosong di tengah, sementara cahaya bulan menembus dari celah jendela besar, membuat suasana semakin mencekam.
Takemichi dijatuhkan ke kursi. Jantungnya berdegup kencang. Dari arah belakang, terdengar langkah kaki yang pelan tapi tegas, mendekatinya.
Suara Sanzu dan Kokonoi serempak, lalu mereka menghilang dalam gelap.
Seseorang mendekat. Dengan hati-hati, penutup mata Takemichi dibuka. Cahaya bulan langsung menyilaukan pandangannya.
Dan ketika matanya mulai jelas, bibirnya bergetar.
Takemichi
m-mikey k-un..??
Di depannya berdiri Mikey. Namun, bukan Mikey yang ia kenal. Wajahnya dingin, matanya kosong, auranya begitu gelap hingga mental Takemichi seakan runtuh
Takemichi
Tolong… selamatkan aku, Mikey-kun! Kumohon
Suara Takemichi parau, penuh harap.
Tapi Mikey hanya menatap tanpa ekspresi. Diam. Membiarkan Takemichi tenggelam dalam ketakutannya sendiri.
Takemichi
Mikey-kun? Ayo… bantu aku kabur dari sini. Kita bisa pulang bersama-sama.!
Takemichi berusaha memohon, matanya berkaca-kaca.
Perlahan, Mikey membuka mulutnya. Sebuah senyum menyeramkan tersungging di wajahnya.
mikey
Hah… kita? Kau saja yang pergi ke neraka
Takemichi membeku.
Mikey mengeluarkan pistol dari saku celananya, lalu menodongkannya tepat ke arah Takemichi.
Takemichi
Mikey-kun, jangan… apa yang kau lakukan!?
Tiga kali suara pistol meledak di ruangan. Tubuh Takemichi terguncang, darah membasahi bajunya. Para anak buah Mikey yang berjaga di luar berlari masuk, wajah mereka penuh keraguan.
Ran haitani
Boss… luka tembaknya parah
Ran haitani
T-tapi boss..?
Ran hendak membantah, namun Sanzu memotong dengan dingin.
Sanzu Haruchiyo
lakukan saja
Akhirnya, mereka menyeret Takemichi yang hampir tak sadarkan diri menuju mansion. Di sana, sebuah ruang operasi sudah dipersiapkan. Dokter berjubah putih berdiri dengan wajah serius, seolah sudah menunggu dari awal.
Lampu sorot putih menyoroti meja besi dingin tempat Takemichi terbaring, tubuhnya penuh luka tembak. Nafasnya tersengal, darah terus mengalir membasahi sisi bajunya.
??
Cepat! Kita hampir kehabisan waktu
Seru sang dokter sambil menyiapkan peralatan operasi.
Sanzu dan Kokonoi berdiri di depan pintu, tatapan mereka awas. Ran Haitani tampak gelisah, menggigit bibirnya, seolah menyembunyikan kegelisahan yang mendidih di dalam dadanya.
Sanzu Haruchiyo
Jika dia mati… kalian tahu apa akibatnya, kan?
Suara Sanzu terdengar dingin, menusuk.
Dokter itu hanya mengangguk singkat, lalu menancapkan jarum infus ke lengan Takemichi. Detak jantung lemah sang pasien terdengar jelas melalui mesin monitor yang berdenting lirih.
Dua jam pun berlalu. Operasi berjalan dalam ketegangan. Setiap detik adalah taruhan nyawa, setiap langkah bisa berarti keselamatan… atau kematian.
Akhirnya, lampu operasi padam. Sang dokter keluar dengan wajah penuh keringat. Ia berjalan menghampiri Sanzu yang duduk di kursi depan kamar operasi, jemarinya memainkan pil kebanggaannya dengan santai.
Dokter kaii
Operasinya berjalan lancar
Ucap Kai pelan, suaranya terdengar lelah
Dokter kaii
Tapi… kondisi pasien masih sangat kritis. Sekarang, semuanya tergantung pada kekuatan tubuhnya sendiri.
Sanzu meneguk pil yang digenggamnya, tatapannya dingin tanpa ekspresi
Sanzu Haruchiyo
Hmph… berarti nyawanya masih menggantung di ujung benang
Dokter kaii
Jika ia bertahan semalam ini, ada harapan. Tapi bila tidak…
Keheningan menyeruak. Hanya suara detak jarum jam di dinding yang terdengar, berpacu dengan mesin monitor di dalam ruang operasi yang masih berdenting lirih.
Ran Haitani menunduk, rahangnya mengeras. Kokonoi menyilangkan tangan di dada, namun matanya tak lepas dari pintu operasi, seakan menunggu sebuah jawaban yang tak kunjung datang.
Sanzu berdiri, melangkah pergi sambil berucap singkat.
Sanzu Haruchiyo
kita lihat saja.. apakah pecundang itu bisa bertahan Dari nereka atau tidak
Pintu ruangan kembali tertutup rapat. Di dalamnya, tubuh Takemichi yang penuh perban terbaring kaku. Monitor detak jantungnya berdenting lambat, seakan menunda jawaban.
Apakah ia akan bertahan… atau menyerah pada kegelapan?
Kira Kira Takemichi bisa selamat ga ya?
kepoin di part selanjutnya yaaa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!