NovelToon NovelToon

Cinta Zalika

Malam Pernikahan

Seorang wanita cantik menunggu dengan cemas, jemarinya saling bertaut menandakan jika saat ini dirinya dalam keadaan gugup

Tubuh putih mulus tanpa noda itu telah berbalut lingerie berwarna hitam, serta kamar yang telah dihias layaknya kamar pengantin

Zalika menunggu hampir setengah jam, entah kenapa peri yang telah resmi menjadi suaminya siang tadi pergi kemana

Rasa gugup kembali menderanya kala pintu kamar dibuka, seorang pria tampan tengah tersenyum manis kearahnya, Zalika berdiri dengan jantung yang hampir lepas dari tempatnya, dirinya menghampiri suaminya

"Kamu dari mana, mas?" Tanyanya dengan wajah yang menunduk

"Maaf ya, kamu pasti nunggunya lama!" Pria tampan serta tinggi itu membelai puncak kepalanya dengan lembut

Zalika mendongak, menatap manik hitam suaminya, dirinya menampilkan senyuman terbaiknya hingga satu kecupan di kening ia dapatkan

Arga Pramana, pria tampan itu menuntun sang istri hingga keduanya duduk disisi tempat tidur. Tangan lebarnya membelai rambut, pipi dan kini berada di leher jenjang yang begitu menggoda, dapat Arga rasakan aroma frolar yang begitu memanjakan indera penciuman

"Kamu siap?"

Zalika memejamkan matanya, merasakan sentuhan hangat yang diberikan suaminya, sebuah anggukan kecil ia berikan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan Arga padanya

Kini dapat Zalika rasakan jika tangan lembar itu berada dilehernya, gelenjar aneh terjadi pada tubuhnya, hingga sedetik kemudian terasa begitu sesak. Mata bulat nan indah itu melotot, tubuhnya terbaring di atas ranjang dengan taburan kelopak bunga mawar yang disusun berbentuk hati

Napasnya tercekat di tenggorokan, tangan lebar itu semakin kuat mencengkram lehernya, cairan bening tak dapat lagi ia tahan, dengan mata yang dipenuhi cairan gadis cantik itu menatap wajah merah padam suaminya, tampak jelas kemarahan dari wajah tampan yang kini mengungkung nya itu

"Ma-ash"

Gadis cantik dengan mata bulat itu memejamkan matanya, entah ini adalah akhir dari kehidupannya, nyawanya hilang ditangan pria yang dicintai tepat dimalam pernikahan

Zalika meraup sebanyak-banyaknya udara kala cengkraman pada lehernya dilepas, rasa sakit masih sangat terasa. Leher putih itu kini terlihat memerah

Baru saja merasa lebih baik, tubuh mungilnya terasa melayang saat Arga menarik paksa lengannya

"Apa kamu pikir aku menikahi kamu karena aku begitu mencintai kamu?" Sebuah senyum smirk ia tampilkan membuat sekujur tubuh Zalika bergetar

"Ada apa dengan kamu mas? Aku salah apa?" Dengan terbantah Zalika bertanya

" Kamu punya satu kesalahan, yaitu menjadi putrinya Zayyan Dhirgantara!" Kilat kemarahan terlihat terpancar saat pria itu menyebut nama sang ayah mertua

"Apa salah ayah sama kamu? Kalian bahkan baru bertemu beberapa kali, dan ayah nggak pernah mempersoalkan tentang hubungan kita selama ini!"

Plak

Tubuh mungilnya terduduk di lantai begitu satu tamparan keras mendarat di pipinya, menyisakan rasa perih yang teramat sangat, selama ini ia hidup dengan penuh kasih sayang. Ayahnya tak pernah sekalipun melakukan hal yang menyakitinya, bahkan Zayyan begitu menjaga putri kesayangannya itu hingga seujung rambutnya saja tidak pernah disentuh

Arga bersimpuh dihadapannya, sedetik kemudian gadis itu kembali meringis saat kedua pipinya ditekan dengan satu tangannya yang besar

"Jangan pernah sekalipun mempertanyakan tentang apa yang aku lakukan, mengerti?" Suaranya lembut, namun dibalik itu Zalika merasa jika suaminya adalah seorang iblis

"Kamu mau bawa aku kemana mas?" Tanya Zalika yang tiba-tiba saja diseret oleh pria itu

"Karena kamu berani bicara, maka kamu harus menerima hukumannya!" Ujar Arga lalu melangkah menuju kamar mandi

Tubuh mungilnya dengan mudah dihempas hingga masuk ke kamar mandi, Zalika menangis sembari menggedor pintu yang telah dikunci dari luar

Tubuhnya luruh, rasanya dunianya hancur dalam satu malam. Dirinya banyak mendengar cerita tentang indahnya malam pengantin, tapi apa yang ia dapatkan? Rasa sakit yang sepertinya tak akan berujung

Dirinya menjalin hubungan dengan pria bernama Arga sejak keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Arga yang merupakan siswa yang pendiam serta pintar jatuh hati padanya yang memang memiliki sifat periang

Keduanya lalu menjalani hubungan jarak jauh selama empat tahun karena Arga memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Jogja

Tak ada yang berubah selama empat tahun, keduanya saling memberikan kabar, bertukar cerita tentang indahnya masa perkuliahan

Selama empat tahun juga, baik Arga dan Zalika tak menjalin hubungan dengan orang lain. Keduanya menjaga cinta itu dengan segenap hati, walaupun bukan satu atau dua saja pria di kampus berusaha mendekati gadis cantik itu

Setelah selesai dengan pendidikannya, baik Arga maupun Zalika disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Zalika yang menjadi sekretaris lalu Arga di sebuah perusahaan ekspor impor dengan posisi yang cukup baik

Dua tahun setelahnya Arga memberanikan diri untuk melamar sang kekasih, dan ini untuk pertama kalinya juga pria itu bertemu dengan kedua orang tua dari wanita yang ia cintai, hingga pernikahan dilaksanakan dua bulan setelah kedatangannya

Air mata Zalika semakin deras saat mengingat masa-masa indah itu, pria yang selama ini ia cintai ternyata menyimpan sesuatu yang entah apa itu

Berbagai pertanyaan melintas di kepalanya. Kenapa pria itu berubah? Lalu apa hubungannya dengan sang ayah? Bahkan Zayyan memberikan restunya tanpa meminta syarat apapun

"Ayah.." Dirinya hanya dapat berucap lirih memanggil sang ayah

"Tolong Zalika, ayah" tubuh mungil itu mulai menggigil. Bagaimana tidak, tubuhnya hanya berbalut lingerie tipis dan tengah berada dikamar mandi

Arga melajukan kendaraan roda empat miliknya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota hingga kendaraan itu berhenti di sebuah club malam yang cukup terkenal

Pria tampan itu mengedarkan pandangannya hingga terlihat kerumunan anak muda yang mungkin seusianya. Ya, dirinya dan Zalika memang memutuskan untuk menikah diusia muda. Walau diwarnai penolakan dari kedua orang tua Zalika, nyatanya cinta membawa keduanya hingga berada dititik ini

"Hey bro!" Arga lalu menyapa satu-persatu temannya yang telah datang lebih dulu

"Hay, Arga sayang!" Seorang wanita cantik dengan pakaian minim mulai bergelayut manja di lengan pria itu

"Ayolah Moza, Lo nggak lupa kan kalau Arga udah nikah?" Ujar salah seorang rekan namun wanita cantik itu enggan untuk membalas

"Lagian, Ga. Bisa-bisanya dimalam pengantin Lo ninggalin istri lo dirumah!" Ucap pria bernama Aksara

"Bukan urusan elo!" Arga meraih gelas yang telah berisi cairan memabukkan lalu meneguknya sekali hingga tandas

"Lagian Arga nggak mungkin bisa lupain gue, iya kan sayang?" Wanita cantik itu mendongak dan Arga menghadiahkannya satu kecupan dibibir

"Kalau Lo nggak cinta sama Zalika lagi, Lo bisa kasih dia ke gue!" Canda Dean yang merupakan teman Arga di kantor, semua yang berada ditempat itu adalah rekan kerja Arga kecuali Moza yang memang mengenal Arga saat keduanya di Jogja namun pria itu hanya menganggapnya sebagai teman biasa tidak lebih

Kecurigaan

"Lo naksir sama istri gue?"

"Siapa yang nggak naksir sama cewek secantik Zalika, kalau gue jadi elo nggak mungkin gue tinggalin istri cantik gue dimalam pertama!" Ujar Dean pada rekannya itu

"Iya sih, gue aja sempet naksir dia!" Aksara menimpali membuat wanita yang duduk disisinya merengut

"Itu sebelum aku ketemu kamu, beb. Sekarang aku udah nggak naksir Zalika lagi!"

"Cih" Arga hanya berdecih melihat tingkah para sahabatnya itu

Tanpa mereka sadari jika seorang pria tengah memandang kearah kerumunan itu

"Arga?" Pria itu sampai mencipitkan matanya agar tidak salah mengenali orang

"Itu beneran Arga. Tapi ngapain dia disini? Bukannya ini malam pertama buat dia dan Zalika!" Gumamnya, hingga dirinya memutuskan untuk menghampiri mereka dan mengabaikan panggilan dari para sahabatnya

"Arga!" Pria itu tersentak, tatapan tajam diberikan oleh pria yang kini berdiri dihadapannya. Sadar akan tatapan itu, Arga dengan cepat melepas tangan Moza pada lengannya

"Bang Akbar?"

"Lo disini?" Tanya Akbar penuh selidik

"I-iya bang! Gue lagi ngerayain ulang tahun temen!" Dusta Arga, dan Akbar tau jika adik iparnya itu tengah berbohong

"Terus dimana Zalika?"

"Dia dirumah, tadi udah gue ajak tapi Zalika nya nggak mau. Mau istirahat aja katanya!" Sebuah senyum palsu ia tampilkan

"Gue telepon Zalika sebentar!" Akbar meraih ponsel dari saku jaket miliknya namun Arga segera menghentikan aksi kakak iparnya itu

"Jangan bang! Maksud gue, Zalika pasti udah tidur jadi jangan diganggu!" Ujarnya

"Akbar.." Para rekannya telah memanggil dan mau tak mau Akbar harus meninggalkan perkumpulan anak muda itu

"Jangan lupa Lo berurusan sama siapa, Arga. Kalau sampe Lo nyakitin Zalika! Lo terima akibatnya!" Pria berbadan tegap itu berlalu

"Dia kakak nya Zalika?" Arga mengangguk dengan tangan terkepal

"Serem banget kakaknya!" Aksara menimpali "Dia pengacara terkenal kan?"

"Nggak perlu dibahas!" Arga kembali menepis tangan Moza yang hendak memeluknya, jangan lupa jika Akbar masih berada ditempat ini

"Lo bisa masuk penjara kalau nyakitin Zalika!"

"Gue bilang, nggak usah dibahas!"

"Kita ke hotel aja yuk, sayang!" Ajak Moza pada Arga

"Boleh juga, gue juga butuh dipijet!"

"Dengan senang hati!" Wanita cantik itu menunjukkan senyum terbaiknya

Arga mengedarkan pandangannya, dan dapat dirinya lihat jika Akbar dan beberapa temannya telah meninggalkan club

***

Entah sekarang jam berapa, Zalika membuka matanya saat mendengar pintu kamar mandi dibuka, tubuhnya terasa membeku karena semalaman berada ditempat ini

"Bangun!" Suara Arga terdengar dingin, dengan berat, Zalika mengangkat wajahnya lalu menatap pria dihadapannya dengan lekat

"Ada apa? Apa hukuman ini kurang?" Pria itu mendekat lalu memaksa menarik lengan gadis itu hingga membuat si pemilik meringis, perih karena cengkraman semalam saja belum hilang

Arga memposisikan Zalika di bawah shower lalu air dingin mengguyur tubuh mungil yang sejak tadi sudah kedinginan

"Kamu harus melayani suami kamu! Aku mau sarapan!" Pria kejam itu mematikannya hingga air berhenti mengalir, lalu ia dorong tubuh itu hingga membentur dinding

"Jangan pernah menjadi istri yang pemalas, dan ingat ini, Zalika. Jika Akbar atau siapapun datang dan bertanya, kamu jangan pernah berkata jujur! Kamu harus terlihat bahagia dengan pernikahan kita! Paham!" Ucapan itu hanya bisa dijawab Zalika dengan anggukan

"Kalau sampai itu terjadi, aku pastikan kedua orang tua kamu tidak akan selamat!" Sambungnya dengan nada penuh ancaman

"Sekarang keluar! Aku mau mandi! Dan Zalika!" Mendengar namanya dipanggil, gadis itu berbalik

"Aku suka banana pancake buatan kamu!" Zalika yang mengerti segera meninggalkan sang suami yang kini telah menanggalkan pakaiannya

Setelah mengganti pakaian, gadis cantik itu mulai melakukan pekerjaannya. Beberapa bahan ia keluarkan dari dalam kulkas

Kediaman ini memang hanya ditinggali oleh sepasang suami istri itu, Arga menolak untuk bermalam di hotel tempat resepsi pernikahan mereka berlangsung dengan alasan telah menyiapkan kejutan dirumah untuk istri tercintanya

Kedua orang tua pria ini memang telah tiada, Arga mengatakan itu pada Zalika dan gadis cantik itu tak banyak bertanya, bahkan saat pernikahan mereka Arga hanya didampingi oleh paman dan bibinya tanpa anggota keluarga lainnya

Saat tengah menata beberapa pancake diatas meja, terdengar suara bel Zalika sampai bingung, siapa yang bertamu pagi-pagi begini

Gadis itu membawa langkahnya menuju pintu, saat pintu dibuka seorang pria yang begitu ia kenal berdiri dihadapannya dengan senyuman yang hangat

"Bang Akbar!" Zalika berhambur dalam pelukan kakak laki-lakinya itu, Akbar dapat merasakan ada sesuatu pada adik kesayangannya itu, karena tak biasanya Zalika memeluknya sangat erat

"Kamu apa kabar?" Tanya Akbar, dirinya bingung karena sang adik tidak menjawab dan sepertinya tengah menangis

"Ada apa?" Akbar dengan lembut mengusap kepala adik perempuannya itu

Zalika mengurai pelukannya, mengusap air mata yang sempat keluar "Aku nggak pa-pa kok bang. Cuma kangen aja sama Abang!"

"Baru sehari disini, kamu udah kangen aja sama Abang" guraunya membuat wanita itu mencibirkan bibirnya

Akbar mengulurkan tangannya mengusap lembut puncak kepala adik perempuannya membuat si pemilik tersenyum

Senyum itu jelas terpaksa dan Akbar tau itu, bahkan dirinya dapat melihat leher sang adik yang merah

"Kamu beneran nggak pa-pa kan?"

"Enggak kok, ayo masuk bang! Zalika lagi bikin sarapan" Akbar mengikuti langkah sang adik, dirinya lalu duduk di salah satu kursi dan memperhatikan adik perempuannya yang tengah menata potongan pancake di atas piring

"Selamat pagi, sayang" Dengan senyum palsunya, Arga mendekat lalu memberi satu kecupan lembut di kening istrinya dalam hal itu tak luput dari perhatian Akbar

Akbar terbiasa menghadapi orang-orang yang bersikap pura-pura, hal itu membuatnya tau betul dengan senyuman palsu yang adik iparnya itu berikan

"Oh. Astaga maaf bang, aku nggak liat kalau Abang disini!" Arga lalu duduk di salah satu kursi tepat dihadapan Akbar

Pria tampan itu memaksa senyumnya pada suami dari adiknya itu, jika Arga bisa maka Akbar jagonya

"Kalian terlihat bahagia!" Ucapannya seraya memasukkan potongan pancake tersebut kemulut

"Gue emang selalu bahagia, menikah dengan Zalika adalah hal yang paling membahagiakan!" Ucap Arga penuh kebohongan, bahkan kecupan lembut di berikan Arga pada punggung tangan sang istri dan Zalika memaksakan senyumannya

"Semoga saja! Zalika itu princess dirumah, makanya rumah jadi sepi karena dia pergi!" Ujar Akbar

"Ya mau gimana lagi bang, kita udah nikah. Udah seharusnya kita tinggal berdua"

"Itu bener!" Sekilas Akbar melirik ke arah sang adik yang sepertinya enggan untuk bicara, raut kesedihan terlihat jelas dari wajahnya

Pandangan pengacara itu tertuju pada leher sang adik yang merah, itu bukan merah yang tercipta dari permainan panas sepasang suami istri melainkan bekas cekikan

Ancaman

"Ya udah, Abang pergi sekarang. Terima kasih ya dek, sarapannya enak" Akbar lalu memeluk sang adik

Sepasang suami istri itu tengah mengantarkan putra mendiang Prasetya itu menuju mobilnya

"Jaga Zalika baik-baik!" Ucapan itu diarahkan untuk Arga selaku suami dari adiknya

"Pasti bang. Kalian nggak perlu khawatir!" Senyuman itu lagi, Akbar benar-benar muak dengan senyuman palsu Arga

Setelah mobil mewah itu hilang dari pandangan, Arga lekas menarik pergelangan tangan sang istri dengan cukup keras bahkan meninggalkan bekas merah pada kulitnya yang putih

"Kamu mengadu apa sama Akbar?" Tanya Arga yang dibalas gelengan oleh wanita itu

"JANGAN BOHONG, ZALIKA!" gadis cantik itu tersentak saat teriakan itu tepat didepan wajahnya

"Kamu kira aku bodoh? Aku tau kalau Akbar, kakak kamu itu curiga sama aku!" Sambungnya

"Aku bersumpah mas, aku nggak ngomong apa-apa sama bang Akbar, sungguh!" Gadis cantik itu mulai terisak

"Dengar! Aku nggak main-main dengan ucapanku, Zalika. Aku akan menghabisi kedua orang tuamu jika kamu berani macam-macam!" Nada penuh ancaman itu jelas membuat Zalika takut

"Ku mohon mas, jangan sakiti keluarga ku!" Pinta Zalika, bahkan gadis itu sudah bersimpuh sambil memegangi kaki suaminya

"Kalau begitu, jadilah baik! Dengan menuruti perintah suamimu!" Arga mengusap kepala sang istri, sedetik kemudian wanita cantik itu meringis saat tangan pria itu mencengkram kuat rambut panjangnya membuat kepalanya mendongak

"Jangan pernah menguji kesabaranku, Zalika"

***

"Kamu melamun?" Tari tersentak saat sang suami memeluknya dari belakang

"Kamu ngagetin aja mas!" Wanita yang masih sangat cantik diusianya yang sudah kepala empat itu berbalik menatap sang suami

Pasangan suami istri ini memang masih sangat romantis, walaupun anak-anak mereka sudah sangat besar. Cinta yang dimiliki Zayyan pada sang istri memang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun

"Kamu kenapa melamun?" Tanya Zayyan, tangannya berada di pinggang sang istri sementara Tari mengikatkan dasi

"Aku cuma kepikiran Zalika aja!"

"Aku juga kangen sama tuan putri itu!" Zayyan tersenyum mengatakannya

"Semalam aku mimpi buruk tentang Zalika" perlahan manik indah itu mengembun

"Itu pasti karena kamu kangen aja, makanya sampai kebawa mimpi!"

"Mungkin iya!" Kata Tari "Udah! Ayo sarapan!"

"Satu kecupan!" Pelukan Zayyan pada pinggang istrinya semakin erat

"Kita udah cukup tua untuk mesra-mesraan, mas!" Tari benar-benar tak habis pikir, selama enam belas tahun menikah kebiasaan suaminya ini tidak pernah berubah

"Nggak ada kata tua untuk cinta, sayang" ucap Zayyan

"Terserah kamu! Udah ayo! Anak-anak pasti udah nunggu" wanita itu berjalan lebih dulu lalu diikuti oleh Zayyan dibelakangnya

Sepasang suami istri itu duduk lebih dulu, para pelayan telah melakukan pekerjaannya dengan menyiapkan sarapan bagi keluarga itu

Tak lama dua remaja dengan seragam sekolah turun dari lantai atas dan bergabung

"Pagi Sita!" Sapa salah seorang remaja tampan itu, sementara satunya diam dan langsung duduk di kursinya tepat dihadapan Tari

"Berhenti merayu Sita, Rayn! Dia lagi kerja, dan dimana sopan santunmu itu, usianya lebih tua. Setidaknya panggil dengan sebutan kakak atau apapun yang terdengar sopan!" Omel Zayyan, salah satu dari anak kembarnya ini memang memiliki sifat yang membuat kedua orang tuanya naik darah

"Iya. Iya, cerewet!" Sambil menggerutu, Rayn menarik kursi lalu duduk tepat disamping saudara kembarnya Ryan

"Waah sopan sekali mulutmu itu!"

"Hanya bercanda, Ayah. Astaga"

"Sayang, kamu lihat sendiri kan gimana anak kesayangan kamu ini!" Adu Zayyan pada sang istri

"Cih. Tukang ngadu"

"Sudah? Bisa kita sarapan sekarang?" Tatapan tajam diarahkan Tari pada kedua orang yang memang terus bertengkar itu, membuat keduanya diam

"Ada masalah apa lagi kamu disekolah?" Tanya Zayyan disela-sela kegiatan sarapan keluarga ini

"Siapa? Aku?" Rayn menunjuk wajahnya sendiri

"Ya siapa lagi"

"Nggak ada!" Jawabnya dengan santai

"Kalau nggak ada, ngapain ayah dipanggil ke sekolah?"

"Mungkin itu Ryan!" Elaknya, membuatnya mendapat tatapan mematikan dari saudara kembarnya

"Memangnya guru kamu nggak bisa bedain mana kamu mana Ryan!" Zayyan benar-benar dibuat geram oleh tingkah salah satu putranya itu

"Mereka cuma salah paham, aku cuma membela diri!" Jawabnya dengan santai

"Tapi itu nggak baik, Rayn!" Ucap Tari lembut

"Bella itu pacar aku mah, terus si curut itu mau rebut gitu aja?"

"Kamu berantem karena rebutan cewek? Cih" Zayyan semakin geram saja, dirinya dipanggil ke sekolah hanya karena masalah perempuan

"Aku ini setia, ayah. Makanya aku mempertahankan apa yang aku punya. Bukan seperti anak kesayangan papa ini" Rayn melirik ke arah saudara kembarnya yang sejak tadi diam saja

"Lo ada masalah apa sih sama gue?" Tanya Ryan yang mulai geram

"Nggak ada, kutu buku"

"Sudahlah, kalian berangkat sana! Nanti telat lagi!" Ujar Tari, lama-lama dirinya kesal juga mendengar pertengkaran ini

"Hari ini kamu sama ayah!"

"Kok gitu?" Tanya Rayn tak percaya dengan apa yang ia dengar

"Motor kamu ayah sita!" Jawab Zayyan, lalu dengan santainya melangkah keluar rumah setelah memberi satu kecupan mesra di kening istrinya

"Nggak bisa gitu dong, Yah. Kalau aku mau kemana-mana gimana?"

"Kamu akan diantar jemput sama Mano!" Jawab Zayyan

"Aku bukan anak kecil yang harus diantar jemput supir, Yah!" Kata Rayn

"Yang sabar!" Ryan menepuk bahu saudara kembarnya sambil berlalu dengan senyuman yang menurut Rayn menyebalkan

"Dasar kutu buku!" Gumam remaja tampan itu "Maah"

"Jangan merengek, Rayn. Kamu turuti saja perintah ayah kamu! Ini hanya sementara, sayang!" Tutur Tari lembut pada sang putra

"Ayah emang nggak pernah sayang sama aku! Mama juga"

Tari menghela napas panjang, gerutu dari sang putra memang tidak bisa ia cegah

"Ayo! Kebetulan ayah mau ke sekolah kamu" Zayyan sampai berbalik karena sang putra tak juga mengikuti langkahnya

Remaja tampan itu menyusul sang ayah dengan mulut yang tak henti-hentinya mengoceh lalu kaki yang dihentak bak anak kecil. Tari yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya

"Lebih baik aku telepon Zalika aja!" Wanita cantik itu melangkah menuju kamarnya

Sementara itu dirumah yang berbeda, seorang wanita tengah duduk didepan cermin guna mengobati luka diwajahnya sendiri

Sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan cairan merah karena kerasnya tamparan yang suaminya berikan sebelum pria itu pergi bekerja

Cairan bening sudah membasahi pipinya, sebaik apapun Zalika menyembunyikan nyatanya hatinya tetap saja terluka

Dirinya hanya ingin rumah tangga harmonis seperti kedua orang tuanya. Zalika ingin seperti sang mama yang begitu dicintai oleh suaminya, bahkan ia tak pernah sekalipun melihat Zayyan memukul Tari, keduanya benar-benar saling mencintai

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!