Bunga Desa
kabar bahagia . eh, duka mungkin.
Dari kejauhan, alfa senyum senyum sendiri, berjalan menghampiri lavi yang sedang tidur di kursi dan meja sebagai bantalnya.
alfa
Akhirnya aku jadian dengannya
Lavi hanya menoleh sedikit, dan melanjutkan kembali tidurnya.
Namun setelah beberapa saat
Diam sejenak. Lalu tersentak
lavi
Ssserius..? kamu jadian dengannya.
Lavi terbata bata, masih tidak percaya bunga desa yang iya impikan kini jadian dengan sepupunya.
alfa
ya, begitulah. Kenapa..? kamu kayak ga percaya, emang saya sejelek itu?
lavi
Bukan begitu, saya hanya kaget saja. Kok bisa ga ad kabar, tau tau jadi, siapa coba yang ngga kaget.
alfa
Hehehe, iya juga sih.
tapi memang secepat itu kok. Hanya seminggu pdkt, langsung kutembak. Mumpung kosong kan!
alfa menjelaskan dengan semangat
lavi
Hmmm, sukurlah. Semoga langgeng.
lavi
pupus sudah mimpiku. Rasa ini harus di hilangkan. Ingat dia akan jadi iparmu, ga pantas memndam rasa pada calon ipar.
lavi
Tapi, kok bisa yha mereka jadian? Dan secepat itu. Apa aku akan bernasib sam jika melakukannya juga?
Apa keragu-raguanku mebuatku kalah?
alfa
Hey!! Kenapa diam saja, ayo pulang!
Alfa memecah lamunan lavi. Sambil mengambil tasnya
lavi
Oh iya, sudah waktunya pulang yha.
alfa
makanya jangan melamun mulu, ga dengar kan bunyi bel sekolah.
Lavi pun mengambil tasnya, lalu menyusul alfa. Masih dengan tatapan kosongnya.
kabar duka. eh bahagia🫢
angin sejuk berhembus pelan, panas telah pergi, dengan mentari yang beberapa jam lagi tenggelam.
Panggil alfa. Rumahnya tepat di depan rumah lavi. tak heran ia selalu mengajak lavi berangkat bersama.
lavi
Iya! Ini lagi pake sepatu
kenyataannya, sebelum panggilan alfa lavi masih termenung memikirkan hubungan alfa dan bunga.
alfa
Ayo buru, saya ga mau jadi cadangan karna terlambat.
lavi
Iya iya. Ini sudah mau keluar.
Lavi membuka pintu dengan tergesa-gesa.
ajak lavi dengan wajah damai.
berharap sepupunya berhenti memasang wajah cemberutnya.
Mereka lalu pergi ke lapangan, yang tak jauh dari rumah.
lavi
Wihhhh! Sudah ramai yang datang.
alfa
kamu sih lambat. Mau ga mau kita cadangan dulu.
ucap lavi pelan. Ekspresinya mengundang iba.
alfa
Iya ngga apa apa, jangan keseringan tapi.
Ucap alfa. Ia tau tak bisa kesal lama lama dengan anak ini.
lavi tersenyum bangga. Ia tau betul cara melukuhkan sepupunya.
Sembari menunggu giliran, tiba tiba bunga lewat. Ia hendak ke warung membeli sesuatu.
Lavi lebih dulu melihatnya, dan seperti biasa jantungnya berdegup kencang rasa bahagia menguasai dirinya.
Bukan kebetulan lavi selalu lebih dulu menyadari keberadaan bunga dari pada orang lain.
Jantung yang tiba-tiba berdegup kencang, itu sinyalnya. Bahkan sebelum ia melihat sosoknya.
lavi
Seperti biasa ia selalu cantik. Bahkan dengan stelan ke warung. rok dan kaos oblong terlihat mewah karnanya.
Lavi terus memandangnya, tak sudi melewatkan ciptaan Allah yang sempurna lewat begitu saja.
Dari rumah, warung, lalu kembali kerumah.
Kebetulan rumah bunga persis samping lapangan.
alfa
Ayo! Sudah giliran kita
Suara alfa menyadarkan lavi dari lamunan panjangnya.
Lavi dan alfa lagi lagi mendominasi permainan. pertahanan lavi adalh mimpi buruk bagi striker, ia kokoh tak tertembus
Dan alfa mesin gol bagi timnya. Kata orang jika ada dua peluang didepan gawang, alfa akan mencetak tiga gol.
Bengg! Gol ke enam sekaligus penutup untuk hari ini.
Mentari benar benar tenggelam l. Hari mulai gelap. Para pemain satu per satu meninggalkan lapangan dan pulang.
Namun sesaat sebelum mereka berdua akan pulang tiba-tiba,,
Panggil bunga! pelan, tapi jelas.
Suara halus, tegas, menciptakan hening yang menyejukkan hati.
Lavi menoleh lebih dulu. Lagi dan lagi. suara bunga menusuk dengan cepatnya di hati lavi, nafasnya terengah-engah, jantungnya bagai diremuk.
Spontan ia memegang pundak alfa. Karna hampir saja ia terjatuh.
lavi
oh itu, dipanggil bunga.
Jawab lavi, sambil menunjuk sisi lapangan. Berusaha menenangkan diri.
tegas bunga, memberi isyarat.
lavi
Dah ga usah, saya disini saja.
Lavi sebenarnya ingin juga kesana, kapan lagi bisa sedekat itu dengan bunga. Tapi, efek sampingnya akan membuat canggung nanti.
Lavi selalu seperti orang kena asma jika terlalu dekat dengan bunga.
Mungkin rasa bahagianya melampaui kerja otak dan hatinya.
Alfa berlalu pergi.
Lavi menyaksikan dari kejauhan, dialog mereka cukup intens, dan setelah beberapa saat Alfa kembali.
Tak seperti sebelum dia pergi kali ini dia murung.
lavi
Kamu kenapa? Kok malah murung setelah ketemu pacar?
alfa
panjang ceritanya. Intinya kami putus.
Lavi terbelalak. Belum selesai dengan kabar tadi pagi yang tiba tiba jadian, kini dia harus mendengar kabar putus hanya beberapa jam setelahnya.
Yap pertanyaannya seperti dejavu
alfa
panjang ceritanya. Ayo kita pulang duku nanti kuceritakan
lavi
Ya sudah, ayo pulang dulu.
lalu mereka pulang. Sesekali lavi menepuk-nepuk pundak alfa menenangkan alfa yang sepanjang jalan dia bisu.
lavi
Sepertinya mentari tidak pergi haya membawa sinrnya tapi juga kebahagiaan sepupuku.
ujian di rumah allah
Azan magrib menutup siang, sekaligus memulai malam. Di gubuk tua, Lavi bersiap-siap pergi ke masjid. Sambil membenarkan peci, ia membaca doa keluar rumah.
lavi
"Bismillahi tawakkaltu 'alallahi, laa hawla wa laa quwwata illa billah."
Tak lupa, ia juga memanggil alfa untuk sama sama ke mesjid.
lavi
"Alfa, ke masjid yuk!"
Panggil Lavi dari luar. Pintu menderit, Alfa keluar dengan wajah murung.
alfa
"Aku kayaknya salat di rumah saja, lagi nggak mood," ucapnya lirih.
lavi
Pasti karena masalah tadi sore
lavi
"Baiklah, lain kali ke masjid ya! Ingat kata Ustad, salat jangan kalah sama mood."
Lavi tersenyum tipis, memberi isyarat semangat pada sepupunya, lalu melangkah pergi, berharap Alfa segera membaik.
Di perjalanan, Lavi masih menduga-duga alasan di balik putusnya Alfa. Sesekali ia mengeluh, merasa buntu.
lavi
"Ah, sudahlah, ngapain dipikirin? Nanti juga dia cerita," gumamnya, lalu mempercepat langkah.
bilal
"Allahu akbar, Allahu akbar. Lailaahaillallah.
Iqamah telah usai.
Dengan napas terengah-engah, Lavi memasuki masjid.
lavi
Telat lagi kan gara-gara kebanyakan melamun sih.
Rakaat demi rakaat berlalu, ayat-ayat Al-Qur'an mengalun merdu. Salat pun selesai.
lavi
Subhanallah, subhanallah,,,,,,,
Lavi bergegas berzikir, sementara beberapa jamaah mulai membentuk lingkaran untuk belajar mengaji.
bilal
Hari ini, kita ngaji roll, ayo buat lingkaran.
Lavi mempercepat zikirnya, tak ingin ketinggalan. Setelah beberapa menit, ia selesai, mengambil Al-Qur'an, dan bergabung dalam barisan.
lavi
Kenapa napasku berat begini? Padahal tadi tidak lari-lari juga.
Batin Lavi sambil mencoba mengatur napas.
lavi
"Nggak apa-apa kok, Om. Mungkin efek batuk," elak Lavi.
bilal
Oke, kita mulai ya. Itu yang kerudung biru, kamu duluan.
bunga
"Audzubillahiminasyaitonirrojiim...
Lavi mengangkat kepala, mencari sumber suara. Matanya membulat. Tiba-tiba ia memegang dadanya, napasnya tersengal-sengal. Tanpa menunggu ada yang menyadari, ia buru-buru izin keluar untuk mengatur napas.
lavi
Puh... Jadi ini penyebabnya. Dari awal masuk napasku sudah berat. Ternyata ada Bunga.
dan lavi tak kembali lagi. Ia langsung pulang, khawatir tak bisa mengendalikan dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!