NovelToon NovelToon

SECRET AFFAIR

Raya Talita Zarra

Jalanan gang kumuh itu masih sepi, belum terlalu ramai manusia hilir mudik karna waktu masih menunjukan pukul 03.00 dini hari. hujan sisa semalam meninggalkan genangan air di lubang lubang jalan sepanjang gang.

Di satu rumah sederhana, udara dini hari yang dingin tak membuat dua orang manusia terlena untuk kembali melanjutkan mimpi dibalik selimbut.

Raya Talita Zarra, gadis remaja kelas 3 SMA disalah satu SMA Swasta ibukota itu sibuk membuat adonan, sedari tadi Raya sudah sibuk berkutat di dapur bersama ibunya untuk mempersiapkan berbagai macam jajanan pasar untuk dijual. Raya adalah anak satu satunya, ibunya seorang janda miskin yang ditinggal mati suaminya. Ayah Raya seorang buruh pabrik biasa, dan meninggal saat Raya masih SMP.

Kondisi ekonomi yang pas pas an membuat Raya dan ibunya pontang panting bekerja. disiang hari ibunya akan bekerja menjadi buruh cuci di rumah-rumah lain, menjelang sore hari ibunya membantu salah satu penjahit di dekat rumahnya, dan di dini hari seperti sekarang ini, ibunya sibuk membuat beberapa macam makanan jajanan pasar. Ibunya memang terkenal sebagai pembuat makanan jajanan pasar yang lumayan enak, tidak sedikit tetangga-tetangganya datang untuk membuat pesanan jika ada acara tertentu.

Raya sendiri adalah anak yang mandiri, dia mengerti bahwa hidup di ibukota begitu sulit. kerasnya ibukota tidak memberikan dia kesempatan untuk berleha-leha, membiarkan ibunya bekerja banting tulang sendiri. Setiap dini hari, dia akan selalu membantu ibunya menyiapkan makanan yang akan dijual, setelah makanan siap untuk dijual, raya dengan menggunakan sepedanya berkeliling untuk mengantarkan jualannya ke beberapa warung di daerah dekat rumahnya.

Setelah selesai mengantar dagangan, Raya bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Raya tergolong siswa yang berprestasi, itulah mengapa dia bisa tetap melanjutkan sekolahnya, dalam kondisi yang serba pas-pas an.

Sekolah Menengah Atas Nusantara, sekolah swasta di ibukota yang sangat terkenal, sekolah para anak elite dimana Raya berhasil masuk karna memperoleh beasiswa. ada 2 siswa yang memperoleh beasiswa di sekolah swasta itu, namun seorang lagi mengundurkan diri karna tidak kuat dengan pergaulan serta sikap para siswa yang rata-rata orang kaya disana. Tinggallah Raya yang berhasil bertahan hingga detik ini, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk belajar. Dia ingin tetap sekolah, demi mengejar cita-cita nya untuk berkuliah keluar negeri.

" Bu, Raya berangkat ya." ucap Raya pada ibunya yang sedang bersiap siap untuk bekerja di rumah tetangganya.

" Iya nak, hati hati di jalan." balas ibu Raya

Perjalanan kesekolah tidak memakan waktu lama, karna memang jarak dari rumah ke sekolah itu tidak lebih dari 15 menit dengan menggunakan sepeda. saat tiba di depan sekolah Raya mencari tempat untuk menaruh sepeda nya, biasanya Raya akan menaruh sepeda itu di taman belakang, tepatnya di mess salah satu penjaga sekolah yang dekat dengan Raya dan mess tersebut berada tepat disamping sebuah taman dengan kolam air mancur di tengah tengah nya..

" Pagi pak Yadi." sapa Raya pada penjaga sekolah tempat ia menitipkan sepedanya.

" Selamat pagi juga Raya cantik." balas pak Yadi dengan sumringah.

" Ah, pak Yadi bisa aja." jawab Raya yang dibalas senyuman oleh pak Yadi

Pak Yadi ini sudah lama bekerja di sekolah Raya, beliau tahu mengapa Raya bisa bersekolah di sekolah yang notabene elite tersebut.

" Raya!.." terdengar suara memanggil dari arah gedung sekolah

" Hey Berlian, baru sampe juga kamu?" tanya Raya sambil berjalan menghampiri teman sekelasnya itu. Berlian satu satu nya teman yang dimiliki Raya di sekolah ini.

Kondisi perekonomian Raya yang pas pas an, sangat jauh dari siswa siswa lain di sekolahnya itu membuat siswa siswa yang lain enggan untuk sekedar berteman dengan Raya.

Mereka hanya akan mendekati Raya pada saat ujian atau sedang banyak tugas. Karna memang tidak bisa mereka pungkiri, otak Raya sangat pintar dan dapat diandalkan untuk mendapatkan nilai nilai yang bagus.

" Iya nih, ayo ah.. Kita ke kelas" ucap Berlian sambil menggandeng tangan Raya

Berlian Permata, teman baik Raya sejak awal masuk ke sekolah ini. Dia satu-satunya teman Raya yang baik dan loyal pada Raya. Berlian tahu segala kesulitan Raya, dia juga hafal betul bagaimana kerasnya perjuangan Raya untuk tetap bersekolah disini, ditengah-tengah gempuran siswa-siswa lain yang sering memandang rendah Raya karna keadaannya.

Hanya Berlian yang menemaninya, saat teman yang lain sering memperlakukan Raya seperti pembantu, mengejeknya hanya karna seragam Raya yang lusuh, atau melempar tas nya ke tong sampah. Berlian selalu menguatkan Raya, dia juga yang membantu Raya dengan membelikan perlengkapan sekolah dan hal lainnya.

Saat Raya tidak bisa membeli buku pun, berlina dengan ketulusannya membelikan buku-buku pelajaran untuk Raya.

Semua itu berlian berikan karna berlian menyanyangi Raya sebagai seorang teman. Pernah berlian mengatakan pada Raya apabila dia sudah mewarisi perusahaan ayahnya, dia akan merekrut Raya menjadi pegawainya. Hal itu membuat Raya bersyukur, karna masih diberikan satu orang teman yang begitu baik padanya, di saat teman teman yang lain tak juga berhenti mengasingkan nya.

Saat melewati lorong kelas yang mulai ramai oleh siswa yang sudah berdatangan, Raya beberapa kali harus merelakan lengannya yang sering tersenggol siswa lain yang lewat.

Kelas Raya ada di lantai 2 hal itu mengharuskannya menaiki tangga, untuk bisa sampai di kelasnya.

Setelah duduk di kursinya, Raya membuka buku sambil sesekali berbicara dengan Berlian, sedang siswa yang lain banyak yang menghabiskan waktunya dengan bertukar ejekan atau bergosip ria.

Ini adalah hari kamis, semua siswi di kelas Raya begitu bersemangat untuk belajar hari ini. Bukan karna mereka rajin belajar, kegembiraan mereka lebih pada guru yang akan mengajar hari ini. Gosip yang beredar disekolah mengabarkan akan datang guru pengganti baru yang tampan blasteran mengajarkan sastra.

" selamat pagi semua... " sap0a guru paruh baya yang datang ditemani oleh lelaki berparas tampan sedikit blasteran. Mata nya yang tajam menyusuri wajah-wajah siswa dalam kelasnya.

" Selamat pagiiii paaak.. " sambut siswa dengan semangat, sambil bertanya tanya akan ke hadiran seorang lelaki tampan yang datang dengan wali kelasnya.

" Hari ini bapa akan kenal kan guru sastra kalian yang baru, tolong semuanya tenang.. " ucap wali kelas yang biasa di panggil pak Mamat itu dengan percaya diri sambil sesekali mengelap kepalanya yang botak, tanpa sadar lelaki tampan disebelahnya telah mengedarkan pandangannya ke seisi kelas, mencari keberadaan seseorang.

" Oke baby, Aku menemukanmu!.." gumam guru itu dalam hati, ketika melihat Raya yang sedang membuka buku pelajaran nya..

" Silahkan pak Raka, memperkenalkan diri. " ucap pak Mamat mempersilahkan.

" Halo, selamat pagi semuanya, saya Raka Atmadja, panggil saja pak Raka. Mulai hari ini saya akan mengajar mata pelajaran sastra, mohon kerjasamanya dari kalian semua.. " Raka memperkenalkan dirinya sambil sesekali melirik Raya

Seketika ruang kelas menjadi ramai dengan tepuk tangan dari semua siswa tanpa terkecuali Raya yang memperhatikan Pak Raka dengan pandangan biasa. Raya belum sadar bahwa yang berdiri dihadapannya adalah lelaki yang ingin ia hindari sejauh mungkin.

Menemukanmu lagi!

Setelah sesi perkenalan selesai pak Mamat meninggalkan pak Raka untuk kemudian memberikan pelajaran pagi hari ini. Pak Mamat mengundurkan diri dari kelas sambil membungkukan badannya sopan pada pak Raka.

Didepan kelas pak Raka berdiri dengan santai, ditatapnya wajah siswa-siswanya yang sedari tadi berbinar senang melihat ke arahnya.

" Hari ini kita akan belajar mengenai sajak, sebelum bapa jelaskan apa itu sajak. Bapa ingin kalian membuat sajak terlebih dahulu, judulnya bebas, ekspresi kan kebebasan kalian dalam sajak yang kalian buat.. " perintah pak Raka

Seketika suasana ruang kelas menjadi hening, siswa siswa sibuk dengan imajinasi nya masing-masing, mencoba merangkai kata, mengubahnya lalu merangkai lagi. Begitu seterusnya, hingga mereka larut dalam pekerjaannya, sedangkan pak Raka berkeliling mengitari tiap baris tempat duduk siswa-siswanya.

Hingga tiba di tempat Raya, pak Raka dengan sengaja mengelus punggung Raya lembut sambil mencondongkan badannya untuk berbisik lirih ditelinga Raya.

" Lama tidak bertemu, gadis kecil.. " bisiknya pelan

Seketika, punggung Raya menegang. Matanya memancarkan sinar ketakutan dengan wajah yang perlahan mulai memucat. Raya mengenali sentuhan itu, dia hafal betul suara itu. Dia tahu panggilan itu. Panggilan yang ingin dia hapus selama-lamanya dari ingatannya.

Raka menegakkan kembali badannya, dengan tersenyum licik ia melangkah melewati Raya. Ketika berbalik badan dan melihat Raya, senyum puas tidak bisa lepas dari bibirnya. Seolah-olah ia merasakan kemenangan karna berhasil menemukan barangnya yang hilang.

Raya semakin gelisah, ketika Raka melihatnya dengan tajam. Dia bahkan mengabaikan pertanyaan berlian mengenai tugas sajaknya yang belum selesai.

" Raya.. Ya..!" Berlian menyadarkan Raya dari lamunannya.

" Ah, ya lian.. Kenapa?" tanya Raya gugup

" Iiishh, kenapa sih kamu? Dari tadi aku panggil ga nyahut nyahut" tanya berlian kesal

" Ah, engga.. engga apa-apa" jawab Raya sambil membuka kembali buku tulisnya

" Engga apa-apa gimana, dari tadi aku panggil ga nyahut, kamu sakit Ya? Wajahmu pucat sekali." tanya berlian sambil menempelkan telapak tangannya pada kening Raya

" Engga, aku engga sakit. Tadi pusing aja mau tulis apa di buku.. "

" Ya ampun, kamu aja pusing. Apalagi aku Rayaaa." sambil memasang wajah memelasnya

Raya tidak bisa konsentrasi dengan tugasnya, dibalik tampilannya yang mencoba tetap tenang. Raya menyembunyikan ketakutannya sendiri, sesekali ia melirik pada Raka. Dengan tatapan kaget dan ngeri yang coba ia sembunyikan, sialnya Raka menatapnya kembali, pada saat Raya menatapnya, keduanya saling menatap. Yang satu menatap dengan senyuman liciknya, sementara yang satu lagi menatap dengan perasaan takut dan gelisah. Pandangan keduanya terkunci satu sama lain, hingga pandangan itu terputus oleh suara seorang siswa.

" Pak, tugasku sudah selesai." ucap Ana, salah satu siswi cantik, anak dari salah satu pengusaha kaya raya di ibukota. " Oh iya, namaku Anastasia Laurent. Panggil saja Ana." Ana memperkenalkan dirinya sendiri tanpa diminta. Lalu tersenyum manis pada Raka sebelum membalikkan badan kembali ke tempat duduknya.

Raka hanya memberikan anggukan sambil lalu. Dia mengenal baik orang tua Anastasia, siapa yang tidak tahu keluarga Laurent, mereka adalah salah satu keluarga pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan besar di bidang pangan. Namun sayang, watak Anastasia tidak secantik wajahnya. Ia cenderung manja dan egois, terlebih Raka tidak menyukainya karna bisa dilihat dari sikapnya bahwa Ana adalah gadis yang sombong. Hal itu juga lah yang membuatnya berkali-kali menolak untuk menerima perjodohan dengan Anastasia.

Ya, Raka adalah anak dari salah satu konglomerat di indonesia, perusahaan yang dimilikinya begitu banyak dengan melintasi beberapa bidang, eletronik, pertambangan, otomotif, sampai pada tingkat pariwisata dia miliki. Bahkan sekolah Raya pun sebenarnya adalah milik Raka, setelah ia beli saham pemilik sekolah Nusantara sebelumnya beberapa waktu yang lalu, pada saat mengetahui bahwa gadis kecilnya ternyata bersembunyi di sekolah ini. Dan hal itu hanya diketahui oleh beberapa orang saja, termasuk pak Mamat.

Raka yang terbilang masih muda, memang jarang sekali terekspos keberadaan nya oleh media. Selama ini orang orang awan hanya mengetahui bahwa Sebastian Fernando, konglomerat terkenal di indonesia memiliki satu orang anak lelaki yang sedang melanjutkan pendidikan di luar negeri, tanpa mengetahui bagaimana tampang dari anaknya tersebut. Dan hal inilah yang menguntungkan bagi Raka, tidak ada yang mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Seperti saat ini ketika dia menyamar menjadi seorang guru sastra.

Raka menyamar menjadi guru hanya untuk menemui Raya, gadis kecil yang membuatnya terobsesi sejak pertama kali bertemu beberapa tahun yang lalu.

Raka dan Raya bertemu saat mereka di bandung. Sebelum pindah ke ibukota, Raya dan keluarganya memang tinggal di bandung. Pada saat ayah Raya meninggal tepat sebelum acara pelepasan kelulusan, Raya dan ibunya memutuskan mengadu nasib di ibukota. Tanpa sepengetahuan ibunya ternyata Raya berhasil mendapatkan beasiswa di sekolah swasta Nusantara. Hal itu memantapkan niat untuk hijrah, terlebih memang Raya ingin pindah karna ingin menjauh dari jangkauan Raka.

Tiga tahun berselang, setelah Raka hampir putus asa mencari gadis kecil nya tanpa disengaja Raka melihat Raya sedang mengayuh sepeda keluar dari gerbang sekolah Nusantara, karna Raka hanya melihat sambil lewat ia tidak bisa berhenti memastikan bahwa gadis yang mengayuh sepeda itu adalah gadis kecilnya dahulu. Akhirnya ia menyuruh bawahannya untuk menyelidiki Raya, hingga akhirnya dia dapatkan informasi lengkap mengenai Raya dan Ibunya.. Dari situlah jiwa obsesi posesifnya muncul kembali. Dia harus mendapatkan Raya!

Tertangkap

Raya berlari tergesa-gesa meninggalkan kelasnya yang mulai kosong karna bel pulang sudah berbunyi.

"Raya! Tunggu.. "teriak berlian.

Berlian sebenarnya ingin bicara dengan Raya, dia tahu betul bahwa pasti ada yang sedang mengusik pikiran sahabatnya itu. Sedari pelajaran sastra tadi hingga pelajaran terakhir, Raya tampak gelisah. Dia tidak bisa diam, selalu melirik berulang kali pada jam tangannya.

" Raya! Astaga, itu orang kenapa sih dari tadi aneh begitu.. " ucap berlian kesal melihat tingkah Raya

" Raya!.." panggil berlian lagi

" Oh sorry sorry lian, aku sedang buru-buru.." jawab Raya setelah sadar sedari tadi berlian memanggilnya.

" Kenapa? Ada masalahkah?.. " tanya Berlian sambil menghampiri Raya

" Engga, aku cuma baru ingat harus antar pesanan ibuku.. " Raya berbohong.

" Kamu yakin? Kamu sadar ga, wajah kamu itu pucat daritadi. Apa kamu sakit?.. " tanya berlian sedikit khawatir

" Engga, engga apa-apa, kecapean aja mungkin.." timpal Raya " ya udh aku pulang duluan ya, sampe ketemu besok lagi.. " pamit Raya bergegas menghampiri mess pak Yadi, untuk mengambil sepedanya.

" Ya udah, hati hati Ya! " ucap berlian sedikit berteriak yang mendapat balasan acungan jempol dari Raya.

Sesampainya di mess pak Yadi, Raya segera mengambil sepedanya.

" Eh Raya cantik mau pulang ya?.. " ucap pak Yadi. "ko buru-buru amat sih... " lanjutnya lagi ketika melihat Raya seperti tak sabar melepas rantai yang melingkari sepedanya.

" Iya nih pak, ada perlu soalnya.. " balas Raya sambil terus membuka rantai

" Ya sudah, hati-hati Ya.. Salam buat ibumu.. " ucap pak Yadi sambil tersenyum

" Ya pak.. Raya pamit dulu pak.. " Raya mulai membawa sepedanya melewati gerbang sekolah untuk kemudian bergegas pulang. Hatinya tidak tenang, ingin sampai ke rumahnya.

Tanpa Raya sadari, mobil mewah berwarna hitam mengkilat sedang menunggunya dibalik pohon rindang.

" Ikuti gadis itu, bawa padaku... " perintah seorang lelaki tampan pada salah satu anak buahnya

" Baik tuan muda.. "

Raya terus saja mengayuh sepeda, sesekali ia harus berhenti di perempatan jalan, begitupun mobil yang mengikutinya. Ketika berjalan lagi, dan tiba di jalanan yang cukup sepi, tiba tiba sepeda Raya dihadang oleh 2 orang lelaki bertubuh kekar dengan pakaian hitam. Sontak Raya kaget dan menghentikan sepeda nya. Firasatnya semakin tidak enak.

" Siapa kalian?.. " tanya Raya mulai ketakutan

" Anda harus ikut dengan kami, bos kami ingin bertemu anda.." ucap salah satu lelaki itu

" Siapa bos kalian..?" tanya Raya lagi " Hei! Tunggu! Aku tidak mau ikut, lepaskan! Lepaskan aku.." Raya berontak saat kedua lelaki itu menarik tangannya dengan paksa.

Raya semakin takut ketika menyadari kedua orang itu membawa Raya ke dalam mobil hitam yang ternyata sudah terparkir tak jauh dari posisi sepeda Raya.

" Lepaskan aku.. Tolong.. Tolong.. " Raya mulai berteriak meminta pertolongan. Sontak kedua lelaki itu segera membekap mulut Raya dengan kain yang telah diberi obat bius sebelumnya. Raya mulai lunglai, kesadarannya perlahan hilang, dan tanpa bisa berontak lagi Raya di masukan kedalam mobil hitam.

" Bagus, antarkan aku ke apartemen.." ucap lelaki yang telah berhasil meraih Raya kembali dalam dekapnya. Senyuman licik tidak bisa lepas dari wajahnya ketika ia dengan tatapan tajam menyusuri wajah Raya. Memperhatikan sambil bergumam.

" Akhirnya, kau kembali dalam pelukanku... gadis kecil.."

Mobil hitam mewah itu berhenti di depan sebuah apartemen mewah di salah satu wilayah jakarta. Dengan menggendong Raya yang masih tak sadarkan diri, Raka melangkah memasuki aparatemen nya. Sedangkan kedua bodyguardnya, dengan sigap langsung berjaga di depan apartemen.

Nuansa minimalis dengan warna dominan putih menghiasi ruangan apartemen tersebut, begitu Raka memasukinya. Barang-barang mewah menghiasi dekorasi di sepanjang mata memandang.

Sebenarnya apartemen ini hanyalah salah satu dari beberapa apartemen yang Raka miliki di Indonesia, kesibukan Raka yang tinggi karna harus berkeliling indonesia mengurusi perusahaan perusahaan milik keluarganya membuat Ia harus memiliki beberapa apartemen di beberapa wilayah perusahaan nya.

Sedangkan orang tua Raka tinggal di sebuah mansion di Italia, tempat Raka dilahirkan. Memang sedari kecil, karna Raka adalah anak satu satunya di keluarganya maka dari itu ayah Raka sudah mulai melibatkan Raya dalam mengurusi perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia, inilah penyebab pertemuan pertama Raka dengan Raya.

Raka membawa Raya yang tak sadarkan diri karna obat bius ke dalam kamarnya, meletakkannya hati hati di ranjang king size nya. Perlahan Raka bangkit, kemudian mengambil posisi duduk disamping Raya. Sambil menatap wajah polos Raya, ingatan Raka berkelana kembali ke beberapa tahun silam. Saat pertama kalinya ia bertemu dan mulai menyukai Raya..

Saat itu Raka sedang mengikuti ayahnya untuk melihat perusahaan di Bandung, dan tinggal beberapa lama disana, Raka yang pada saat itu berusia 24 tahun melihat gadis kecil yang sedang sibuk dengan uang hasil penjualan kuenya di sekitaran apartemen Raka. Gadis kecil itu begitu menggemaskan di mata Raka, hingga Raka secara impulsif mencoba mendekatinya.

" Hey, siapa namamu gadis kecil..? " tanya Raka sambil sedikit membungkuk mensejajarkan diri dengan tinggi badan gadis kecil tersebut.

" Raya om.. " jawab Raya sambil tersenyum khas anak kecil pada Raka.

" Oh ayolah, jangan panggil om... Panggil saja kaka, aku belum cukup tua untuk dipanggil om.. " pinta Raka sambil mengelus kepala Raya.

" Kaka.. " ucap Raya mengikuti permintaan Raka

" Nah, itu baru bagus. Panggil aku kaka Raka.. " sambung Raka sambil menepuk halus dadanya

Raka memperhatikan wajah Raya, meskipun tampilannya biasa, Raka tahu bahwa Raya gadis yang cantik. Hidungnya mancung, bibirnya mungil, dengan bulu mata yang lentik, sudah menjadi faktor penunjang kecantikan Raya. Ditambah kulit Raya yang putih bersih, sehingga panasnya matahari membuat rona merah merambat melingkupi permukaan kulit Raya. Raka menyukainya.

Saat itu Raka belum menyadari akan sifat obsesi nya terhadap gadis kecil tersebut. Sampai setelah beberapa saat, hubungan Raka dan Raya kecil tersebut mulai dekat, karna setiap Raya berjalan melewati apartemen Raka. Raka selalu membeli barang dagangannya, sambil kemudian mencuri waktu untuk bercengkrama dengan Raya.

Hingga perkenalan itu akhirnya membawa Raka pada keberaniannya untuk mengajak Raya ke apartemen nya. Awalnya Raya menolak, karna takut ibunya akan mencarinya. Namun dengan segala bujuk rayu Raka, akhirnya Raya mau.

" Tapi sebentar saja ya ka.. " ucap Raya pada Raka yang mengajaknya masuk

" Ok. Ayo ikut kaka.. " ajak Raka

Raya pun di ajaknya untuk melihat lihat isi apartemennya, ruangan ruangan mewah dengan segala dekorasinya membuat Raya tercengang. Betapa mewahnya apartemen ini, semuanya begitu bersih dan wangi..

" Ayo sini duduk.." perintah Raka sambil menepuk sofa disebelahnya, yang disusul oleh Raya yang mulai menghampiri sofa tersebut.

Keduanya sama sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Raya lebih banyak memikirkan betapa mewahnya tempat Raka, matanya terus saja menyusuri setiap inci ruangan di apartemen itu. Sedangkan Raka, pikirannya sibuk memikirkan gejolak aneh di dadanya saat melihat setiap lekukan lekukan wajah dan tubuh Raya. Matanya menyusuri keseluruhan tubuh Raya, seperti sedang mengabsen memastikan bahwa wajah dan tubuh Raya tak memiliki cacat apapun.

Tiba-tiba hasrat kuat muncul ketika dia memperhatikan area dada Raya. Ingin rasanya ia menjamahnya, mengelus dan meremas dada kecil itu. Pikiran pikiran itu datang begitu saja. Hingga akhirnya pikiran itu terputus karna ucapan Raya.

" Kaka.. Sepertinya Raya harus pulang, Ini sudah cukup lama.. " ucap Raya mengaburkan pikiran kotor Raka.

" Ingin pulang? " tanya Raka yang dijawab anggukan oleh Raya. " oke, kaka antar ya.. " sambung Raka

" Iya"

Mereka berdiri meninggalkan sofa, menuju ke pintu depan apartemen. Namun sebelum mencapai pintu apartemen, Raka tiba tiba menahan tangan Raya. Seketika Raya menoleh dan mendapati Raka sudah membungkuk untuk mensejajarkan diri dengannya.

" Kak? Ada ap.. " Raya tidak bisa melanjutkan ucapannya karna Raka sudah membungkam bibir Raya dengan bibirnya.

Raya kaget bukan kepalang, matanya melotot melihat Raka yang terpejam sambil menciumi bibirnya.

Seketika ketakutan dirasakan oleh Raya, badannya lemas seperti tulangnya telah dilolosi. Pikirannya berkabut tak mengerti apa yang harus dilakukan.

Menyadari tubuh Raya melemas, Raka meraih belakang kepala Raya sambil menekan kearahnya, untuk memperdalam ciumannya. Raka menikmati bibir lembut Raya dengan rakus. Menggoda dengan lidahnya yang menyusuri bibir mungil Raya.

Hingga perlahan Raya tersadar dari keterkejutannya, dan berusaha mendorong dada Raka agar menjauh dari nya.

" Kaka berhenti.. " Raya mulai terisak disela sela ciuman yang Raka lancarkan.

Raka yang sudah bernafsu tidak mengindahkan isakan Raya, dia mencium kembali Raya dengan buas, sambil tangan tangannya mulai bergeriliya menyusuri tubuh mungil Raya.

Raya ketakutan. Dia mendorong lagi dada Raka, namun tidak juga membuat Raka berhenti.

Raka begitu hanyut dalam gejolak kelelakian yang muncul akibat gadis kecilnya itu, dalam hasrat yang tak kunjung surut samar terdengar isakan Raya semakin mengeras, ketika Raka melepaskan ciumannya untuk kemudian melancarkan serangan jilid kedua pada leher dan tengkuk Raya...

" Oh shit!.. " Raka mengumpat melihat Raya menangis histeris " Hey hey, Raya.. Tenang sayang, tidak apa-apa. Ini hal biasa yang dilakukan oleh lelaki dan wanita.. " sambung Raka membujuk Raya agar tidak menangis

Meskipun Raya masih gadis kecil, namun dia mengerti akan apa yang telah Raka lakukan kepadanya, itu adalah sesuatu yang tidak boleh ia lakukan di usianya yang masih terbilang belia. Namun ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Raka, yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya agar ia lekas pulang menemui ibunya.

Disaat tangisannya mulai mereda, Raka merapikan kembali pakaian dan penampilan Raya yang berantakan karna ulahnya. Sambil kemudian berucap pada Raya.

" Raya, ingat.. Apa yang terjadi hari ini, jangan sampai siapapun tahu.." Raka menerangkan "jika sampai aku tahu, kau bercerita pada orang lain. Apalagi pada ibumu. Aku bisa pastikan kau akan menerima akibatnya.. " sambung Raka mengancam sambil menatap tajam Raya yang berdiri menahan rasa takutnya.

Sejak saat itu Raya tidak pernah lagi terlihat melewati apartemen Raka, sehari, dua hari, tiga hari, Raya semakin tidak terlihat. Raka gusar dibuatnya, rasa obsesi dalam dirinya muncul seiring menghilangnya Raya.

Hingga akhirnya ia bisa menemukan kembali Raya secara tidak terduga, jiwa obsesi yang sempat tenggelam seolah kembali kepermukaan. Seolah menjadi bukti bahwa obsesinya pada Raya kecil bukanlah sekedar obsesi biasa yang akan hilang seiring berjalannya waktu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!