Jangan lupa
like
koment
Vote
Happy Reading.
Namaku Amelia. Aku berumur dua puluh empat tahun. Aku mencintai laki-laki yang tidak lain adalah kekasih sahabatku Nisa, dia bernama Adrian, dia tampan dan juga kaya, dia juga sangat mencintai sahabatku Nisa, sampai dimana mereka akan menikah, namun mobil yang di tumpangi Nisa dan aku mengalami kecelakaan dan membuat Nisa meninggal di tempat kejadian. Sementara aku selamat karena Nisa mendorongku keluar dari dalam mobil, sementara dirinya terjebak bersama api yang membuat mobil itu terbakar dan meledak seketika.
Dari kejadian itu, Adrian selalu menyalahkanku bahkan dia sangat membenciku, kebenciannya makin bertambah ketika orangtuanya menyuruhnya untuk menikahi ku, aku tidak tau kenapa orangtua Adrian menyuruh anaknya untuk menikah denganku, setelah kepergian ayahku.
Ya setelah seminggu kepergian Nisa sahabatku, ayahku pun pergi meninggalkan ku seorang diri di dunia ini, ayahku mengalami kecelakaan lalulintas ketika ia akan menjemput bosnya yang tak lain adalah ayah Adrian.
Aku masih ingat ketika kita akan melangsungkan pernikahan, Adrian mengatakan ucapan yang begitu menyakitkan kepadaku.
"Aku menikahimu bukan berarti aku mencintaimu, dan kau harus ingat cintaku hanya untuk Nisa sahabatmu, jadi jangan berpikir untuk memiliki hatiku ataupun tubuhku, karena aku sama sekali tidak tertarik dengan dirimu, dan bahkan aku sangat membencimu Amelia, kau sudah membunuh calon istriku, seharusnya kau yang mati bukan dia." Sakit bukan jika mendengar ucapan itu keluar dari mulut laki-laki yang kita cintai? Namun aku hanya bisa menahannya dan aku harus sadar diri bahwa aku memang bukanlah perempuan yang di cintainya.
Jika kalian tanya mengapa aku mencintai kekasih sahabatku sendiri, maka aku akan menjawabnya, karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama sebelum aku tau kalau dia adalah kekasih Nisa sahabatku, aku bertemu dengannya ketika aku sedang mengalami musibah, pada saat itu aku hampir saja di lecehkan lalu Adrian datang dengan wajah tampannya ia menyelamatkanku dari pria brengsek yang ingin melecehkanku dan pada saat itulah aku jatuh cinta kepadanya.
***
Pernikahan Adrian dan Amelia.
"Amelia kamu terlihat cantik dengan gaun itu," Ujar Laras sang ibunda Adrian.
Amelia tersenyum simpul, meskipun ia sangat mencintai Adrian, namun ia tau tak semestinya ia menikah dengan Adrian, karena bagaimanapun juga, Adrian tidak mencintainya sama sekali apalagi setelah kepergian kekasih Adrian yang baru dua minggu.
"Tante berlebihan Amelia tidak cantik tante, mungkin karena gaun inilah yang membuat Amel terlihat cantik." Amelia berkata dengan nada sedikit bergetar.
"Sayang kamu sangat cantik meskipun tanpa gaun itu."
"Mama tidak usah berlebihan dia tidak cantik sama sekali. Di bandingkan dengan Nisa dia bukanlah apa_apa." Tiba_tiba terdengar suara bariton dari ambang pintu, dia tengah menatap tajam Amelia, sehingga membuat Amelia merasa ketakutan, siapa lagi kalau bukan Adrian calon suami Amelia.
"Sayang kenapa kamu bicara seperti itu? Nisa sudah meninggal, dan sekarang Amelia adalah calon istrimu, kamu jangan berbicara sembarangan, mama tidak suka." Laras menatap tajam Adrian, sementara Adrian hanya berdecak kesal.
"Kalian kenapa masih disini, ayo turun acaranya akan segera di mulai. Ingat Adrian, kamu jangan berbuat macam_macam."Ujar pak Anggara selaku ayah dari Adrian.
"Sialan... Lihat saja bagaimana aku akan menghukummu karena sudah membuat kekasihku pergi meninggalkanku." Gumam Adrian dalam hati, ia menatap Amelia penuh dengan rasa benci.
Laras menuntun Amelia untuk menuruni anak tangga namun ketika hendak melewati Adrian, tangan Amelia di cekal dengan sangat kuat sehingga membuat Amelia sedikit kesakitan."Biarkan aku yang menggandengnya mah." Ujar Adrian kepada mamanya.
Mama Laras tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, kemudian ia menyerahkan Amelia kepada anak semata wayangnya.
Adrian berbisik di telinga Amelia,"Aku menikahimu bukan berarti aku mencintaimu dan kau harus ingat, cintaku hanya untuk Nisa sahabatmu jadi jangan berpikir untuk memiliki hatiku ataupun tubuhku, karena aku sama sekali tidak tertarik dengan dirimu, dan bahkan aku sangat membencimu Amelia, kau sudah membunuh calon istriku seharusnya kau yang mati, bukan dia."
Deg...
Seketika jantung Amelia berdetak dengan sangat cepat, ia merasakan aura membunuh dari dalam diri Adrian, sungguh ia tidak mengerti dengan calon suaminya tersebut, kenapa dia harus menyalahkan dirinya padahal jelas_jelas itu semua karena kecelakaan.
Amelia selamat karena di dorong keluar oleh sahabatnya itu bukan kemauan Amelia sendiri, bahkan Amelia berusaha untuk menyelamatkan sahabatnya, namun jika Tuhan sudah berkehendak maka manusia hanya bisa menerimanya. Amelia tidak menjawab ucapan calon suaminya itu, ia lebih memilih untuk diam.
***
Acara pernikahan telah selesai, Amelia kembali ke dalam kamar yang berada di hotel bintang lima di kawasan Jakarta selatan.
Ketika ia hendak melepaskan gaun pengantin nya, tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan sosok tampan yang tengah berdiri menatapnya dengan tajam, siapa lagi kalau bukan Adrian.
"Kenapa kau tidak lanjutkan? Apa kau malu karena ada aku disini? Tenang saja aku sama sekali tidak tertarik dengan tubuhmu itu, karena tubuhmu tidak sebagus tubuh Nisa kekasihku."
"Aku tau."
"Lalu kenapa kau tidak jadi mengganti pakaianmu.?"
"Aku akan ganti tapi tidak disni." Amelia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, namun sebelum ia memegang pintu kamar mandi tersebut, Adrian sudah mencekal tangannya dengan kuat, sehingga membuat Amelia kesakitan.
"Lepaskan Adrian kau menyakitiku." ujar Amelia sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman Adrian.
"Kau harus tau Amelia, pernikahan ini hanyalah kebohongan aku tidak sudi memiliki istri sepertimu terlebih lagi kamu adalah pembunuh kekasihku, dan ingat aku akan menceraikanmu setelah enam bulan jadi kau harus tau batasanmu."
"Aku tau kau tidak perlu memperingati aku, karena ingatanku panjang dan aku bukan pembunuh jadi berhenti menyalahkanku atas kematian kekasihmu."
"Haha... "Adrian tertawa mengejek. "Kau memang pembunuh Amelia kau memang ingin memisahkanku dengan Nisa, karena aku tau kau sangat mencintaiku benar bukan?"
Deg..
Seketika jantung Amelia berdetak dengan cepat bagaimana bisa Adrian tau kalau dirinya mencintainya? Pantas saja Adrian selalu menyalahkan Amelia atas kematian kekasihnya.
"Adrian aku akui aku memang mencintaimu tapi itu sebelum aku tau kalau kau adalah kekasih sahabatku, tapi aku bukanlah perempuan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintaku aku bukan pembunuh, aku tidak pernah membunuh Nisa sahabatku sendiri." Amelia berteriak sambil mengeluarkan air matanya.
"Diaaam.... Jangan pernah memperlihatkan air mata buayamu di hadapanku Amelia, karena aku sama sekali tidak terpengaruh." Ujar Adrian sambil melepaskan cengkramannya dengan kasar sehingga membuat Amelia terjatuh di lantai. Amelia menangis tanpa bersuara ia tidak tau lagi harus berkata apa.
"Sialan... Pergi dari hadapanku aku muak melihat wajahmu itu." Bentak Adrian dengan kencang sehingga membuat Amelia langsung bangun dan berjalan menghampiri pintu kamar mandi.
"Argh sialan... Kenapa papa menikahkanku dengan dia? aku harus buat dia menyesal karena sudah menikah denganku." Adrian bergumam dengan pelan.
Adrian memang sangat membenci amelia ia selalu menyalahkan Amelia atas kematian kekasihnya sekaligus sahabat Amelia, karena Adrian selalu berpikir bahwa kecelakaan itu hanyalah rekayasa Amelia saja, Adrian tau jika Amelia mencintai dirinya, sehingga Adrian berpikir bahwa Amelia lah yang membunuh kekasihnya sehingga membuat Amelia bisa memiliki dirinya. Apalagi secara kebetulan orangtua Adrian menikahkan dirinya dengan Amelia.
Bersambung .....
Happy Reading.
Amelia merasakan sakit di dalam hatinya ketika Adrian selalu menyalahkannya atas kematian sahabatnya sekaligus kekasih Adrian.
Meskipun Amelia memang mencintai dirinya, tapi Amelia bukanlah perempuan licik yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintanya.
Amelia berdiri di hadapan cermin, Amelia sangat enggan untuk keluar dari kamar mandi, Amelia tidak ingin melihat wajah dinginnya, apalagi tatapan matanya yang penuh dengan kebencian.
"Bagaimana aku harus menghadapinya?, Adrian sangat membenciku, kenapa aku begitu bodoh mau menerima pernikahan ini?, Dan kenapa orangtua Adrian memaksa Adrian untuk menikah denganku setelah kepergian ayah? Aku Sungguh tidak mengerti." amelia bergumam dengan pelan, ia sebenarnya merasa bingung kenapa orangtua Adrian memaksa mereka untuk menikah, padahal Adrian baru saja telah kehilangan kekasih tercintanya, yang tepat menjelang pernikahannya.
Karena merasa ngantuk, Amelia pun tertidur di dalam kamar mandi.
***
Adrian tengah duduk di sofa, ia menyalakan rokok, lalu menghisapnya secara perlahan, ia menatap photo yang terpampang di layar ponselnya, gadis cantik yang tengah merangkul dirinya dari belakang dengan senyuman manis di bibirnya itu membuat Adrian meratapi kesedihannya kembali, siapa lgi kalau bukan Nisa kekasihnya yang meninggal tepat menjelang acara pernikahan mereka berdua.
Adrian memang mencintai Nisa, karena Nisa lah yang sudah menyembuhkan lukanya dari mantan kekasihnya dulu.
Nisa adalah cinta keduanya, karena cinta pertama Adrian telah pergi meninggalkan dirinya.
Ana nama gadis cantik yang mampu membuat Adrian terpuruk saat itu, ia pergi meninggalkan Adrian demi laki_laki lain.
Dan pada saat itulah Nisa datang ke dalam kehidupannya, Nisa selalu memberinya semangat, Nisa adalah gadis baik dan tak kalah cantik dari Ana, Nisa pada saat itu berusia 20 tahun hanya selisih 3 tahun saja dengan Adrian.
Semakin hari mereka semakin akrab, dan Adrian sudah mulai bisa melupakan cinta pertamanya Ana, ia kini mulai bisa menerima Nisa di sampingnya, dan pada akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih, ketika usia Nisa 22 tahun dan Adrian 25 tahun.
Mereka berpacaran selama 2 tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Namun ketika menjelang acara pernikahan, mobil yang di tumpangi calon istrinya Adrian, mengalami kecelakaan, dan membuatnya meninggal di tempat kejadian, sungguh Adrian tidak bisa menerimanya, dan dari situlah Adrian membenci Amelia, menurutnya Amelia lah yang sengaja mencelakai calon istrinya tersebut, karena Adrian mengetahui jika Amelia mencintai dirinya.
"Sayang, aku sangat merindukanmu, mengapa kamu pergi begitu cepat?, Apakah kamu sengaja ingin menyiksaku?, Sayang aku akan membuat sahabatmu menderita, apakah kamu akan menyalahkan ku?, Pastinya tidak kan?, Karena dialah yang membuatmu meninggal. Aku sangat membencinya." Adrian bergumam dengan amarah yang mulai meradang, tatkala mengingat wajah Amelia sang pembunuh calon istrinya, yang kini malah menjadi istrinya.
Adrian bersumpah akan membuat Amelia tersiksa karena sudah menikah dengannya, Adrian pun sudah membuat keputusan setelah enam bulan ia akan menceraikan Amelia, dan membuat hidup perempuan itu hancur.
Adrian menatap pintu kamar mandi, karena sudah dua jam Amelia tidak kunjung keluar juga "Apa yang di lakukan gadis sialan itu di dalam?, Apakah dia tidur atau bunuh diri di dalam sana?, Sialan kalau dia mencoba bunuh diri maka aku akan di keluarkan dari kartu keluarga, dan aku tidak ada kesempatan untuk menyiksanya." Gumam Adrian pelan.
Dengan kesal ia melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi, ia menggedor_gedor pintu tersebut sambil berteriak memanggil Amelia "Amelia buka pintunya?, Apa kau sedang bunuh diri di dalam?, Cepat buka pintunya, jangan sampai membuatku marah."
Karena Amelia tak kunjung juga membuka pintunya Adrian pun mendobraknya dengan sangat kencang, sehingga pintu tersebut terbuka dan menampilkan Amelia yang tengah tertidur pulas sambil menyandarkan kepalanya ke dinding kamar mandi.
"Sialan aku pikir dia sudah bunuh diri, ternyata malah tertidur, dasar gadis sialan." Gumam Adrian dalam hati, ia melangkahkan kakinya dan mengambil shower, lalu menyiramkan shower tersebut kepada Amelia, sehingga membuat Amelia terbangun karena kaget dan juga merasakan panas.
"Auw panas sekali."Pekik Amelia yang terlihat kesakitan, sementara Adrian tersenyum puas.
"Ini belum seberapa Amelia, kau akan merasakan penyiksaan lainnya." ujar Adrian sambil menjambak rambut Amelia dengan kencang, sehingga Amelia meringis kesakitan, Amelia menatap nanar wajah Adrian, ia berusaha untuk tidak menangis, lalu Amelia berkata.
"Lepaskan Adrian, kenapa kau lakukan ini kepadaku? Aku sungguh tidak membunuh calon istrimu, kenapa kau tidak percaya.?"
"Aku melakukan ini untuk membalas rasa sakit kekasihku, karena pergi dengan cara mengenaskan, dan aku tidak pernah mempercayai ucapan sampah mu itu, jadi bersiap-siap lah untuk menerima setiap penderitaan mu." Ujar Adrian sambil melepaskan tangannya dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Amelia tanpa rasa bersalahnya, sementara Amelia mulai menjatuhkan air matanya, ia sungguh menyesal karena sudah menikah dengan Adrian laki-laki yang di cintai nya, dan juga laki-laki yang sangat membencinya.
"Nisa apa kau juga menyalahkan ku atas kematian mu?, Kenapa waktu itu kau malah menyelamatkanku dan membuatmu tersiksa dan meninggalkan calon suamimu Nis?, Kenapa kau tidak membiarkan aku yang mati Nis, kenapa?" Amelia bergumam di sela tangisannya.
Amelia sendiri pun sangat membenci dirinya karena tidak bisa menyelamatkan sahabatnya, mungkin jika ia bisa menyelamatkan sahabatnya, maka Adrian tidak akan membencinya, mungkin jika yang meninggal itu dirinya, maka Adrian akan merasa bahagia, karena bisa hidup dengan kekasih yang di cintainya, dan Amelia tidak akan menderita seperti ini.
***
Amelia bangkit dari tempatnya, ia merapikan kembali rambutnya yang sudah berantakan, ia melihat tangan putihnya yang memerah akibat siraman air panas tadi, Amelia menghapus air matanya, lalu ia tersenyum sendu, ia merasa dirinya bodoh mencintai laki-laki yang sangat membencinya, dan lebih lagi laki-laki itu selalu menyalahkan dirinya atas kematian kekasihnya.
Perlahan Amelia menghampiri pintu kamar mandi, ia enggan untuk keluar, namun ia juga tidak mungkin tidur lagi di kamar mandi, bagaimana jika suaminya menyiram dan menjambak dirinya lagi seperti tadi?, Sungguh Amelia tidak ingin merasakan lagi siraman air panas itu.
Amelia melangkahkan kakinya keluar, ia melihat sekeliling kamarnya, dan ternyata Adrian sudah berada di tempat tidur, ia sudah memejamkan kedua matanya, Amelia menghembuskan nafasnya dengan pelan, ia merasa lega karena suaminya sudah tertidur, dan Amelia pun berjalan menuju sofa yang lumayan besar yang ada di kamar hotel tersebut.
Amelia tidak mau, jika harus tidur satu ranjang dengan suaminya itu, ia memilih untuk tidur di sofa.
Sementara Adrian, ia sebenarnya tidak tidur, ia hanya pura-pura tertidur, ia ingin tau apakah Amelia berani tidur bersamanya atau tidak, dan ternyata Amelia memilih tidur di atas sofa di bandingkan dengan dirinya, Adrian mendengus saat tau Amelia tidur di atas sofa, pasalnya ia tidak bisa menyiksanya lagi, karena jika Amelia menghampirinya dan tidur di sampingnya, maka Adrian akan sengaja menendangnya dan memaki Amelia sehingga membuat gadis itu sakit hati.
"Tahu diri juga dia, argh sial aku tidak bisa melihat wajah menderitanya, tapi tenang saja, waktu masih lama, aku akan membuatnya merasakan lebih baik mati daripada hidup." Gumam Adrian sambil menatap benci Amelia.
***
Pagi hari telah tiba, perlahan Amelia membuka kedua matanya, cahaya matahari pagi tembus tepat di wajah cantiknya sehingga membuat mata Amelia menyipit.
Amelia bangun dan terduduk di sofa, ia melihat ke arah tempat tidur yang ternyata sudah kosong tak berpenghuni.
Amelia tersenyum, ia tau bahwa suaminya itu pasti telah pergi meninggalkan dirinya sendiri, dan pasti suaminya itu sengaja meninggalkan Amelia, agar gadis itu pulang sendirian kerumahnya.
Perlahan Amelia bangkit dari duduknya, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Amelia membasahi tubuhnya dengan air hangat, ia memejamkan keuda matanya, saat air itu membasahi seluruh tubuhnya, Amelia selalu teringat akan kejadian dan juga ucapan suaminya tadi malam.
Mungkin bagi Amelia ini adalah awal penderitaannya, meskipun begitu, Amelia harus bertahan sampai dimana Adrian menceraikannya.
"Amelia, semuanya akan baik_baik saja, kamu harus kuat, tunggu sampai Adrian menceraikan mu, barulah kamu akan bebas, bebas dari penderitaan ini. Adrian apa kamu tau, aku sangat sulit untuk tidak mencintaimu, meskipun kamu memperlakukan aku seperti ini, tetapi hatiku masih mencintaimu, aku memang bodoh, aku mencintai laki_laki yang sangat membenciku."Lirih Amelia kembali menitihkan air matanya.
***
Sementara Adrian sudah berada di kantornya, ia berangkat pukul 06.00 wib pagi, ia memang sengaja meninggalkan istrinya di hotel itu.
"Widih penganten baru, sudah masuk kantor aja." Ujar Daniel sahabat sekaligus asisten pribadinya, mendengar ucapan sahabatnya tersebut, Adrian memutar kedua bola matanya dengan malas, lalu ia menatap tajam Daniel.
"Berisik lu, lu tau gw nikah karena kehendak orang tua gw, jadi lu lebih baik diam." Adrian berkata dengan nada dinginnya.
"Haha santai bro, gw tau lu nikah karena terpaksa, tapi gw yakin lu bakalan jatuh cinta sama gadis itu, percaya sama gw, secara dia itu sangat cantik bro." balas Daniel dengan senyuman di bibirnya.
"Cih dia tidak cantik sama sekali, dia hanya gadis licik yang menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan gw, bahkan dia sudah membunuh sahabatnya sendiri, jadi gw akan membuatnya menderita." Adrian berkata dengan nada seriusnya, ia memang ingin membuat Amelia menderita, bahkan kalau bisa Amelia mati secara perlahan, agar Amelia menyesali perbuatannya, yang menurut Adrian Amelia sudah membunuh kekasihnya Nisa.
Daniel yang mendengar ucapan sahabatnya itupun langsung menatap tak percaya, pasalnya Daniel sangat yakin kalau Amelia bukanlah perempuan licik.
"Lu masih menyalahkan Amelia tentang kematian kekasih lu?, Gw rasa Amelia itu perempuan baik-baik, dia tidak mungkin mencelakai sahabatnya sendiri." Daniel berkata dengan nada tegasnya, ia sebenarnya menyimpan perasaan terhadap Amelia, namun setelah ia mendengar bahwa Adrian akan menikah dengan Amelia, Daniel pun menyimpan perasaannya sendiri.
"Jangan menilai seseorang dari luarnya saja, lu pasti tertipu dengan wajahnya itu, ah sudahlah lebih baik, lu kembali ke tempat kerja lu."
"Adrian gw kasih tau sama lu, lu jangan memfitnah seseorang tanpa bukti yang nyata, jangan sampai amarah lu menguasai diri lu, sehingga lu menyiksa orang yang tidak bersalah. Ingat suatu saat nanti lu bakal menyesal jika ucapan gw terbukti, bahwa Amelia bukanlah pembunuh kekasih lu, dan gw harap lu tidak menyiksa Amelia." Ujar Daniel dengan nada tegas dan juga tatapan mata tajamnya. Setelah itu Daniel pun pergi meninggalkan Adrian yang tengah menatapnya kesal.
"Sejak kapan dia peduli dengan perempuan di sekitar ku?, Apakah dia tertarik dengan Amelia?, Kenapa nada bicaranya seperti itu? Membuatku kesal saja." Adrian bergumam dengan pelan, lalu ia melanjutkan lagi pekerjaannya.
Bersambung.
Happy Reading.
Amelia pulang ke rumah kontrakannya yang berada di kawasan Jakarta Pusat, ia memang tidak pulang ke kediamannya Adrian, karena ia tau, Adrian pasti tidak menginginkan kehadirannya.
Amelia bersandar di atas sofa kecil miliknya, ia memejamkan kedua matanya guna menghilangkan rasa lelahnya.
Ponsel Amelia berbunyi, dengan malas Amelia pun mengangkatnya. " Siapa?" Tanya Amelia tanpa melihat sang penelpon.
Tidak ada jawaban sama sekali, sehingga membuat Amelia kembali bersuara " Siapa, ada perlu apa." Ucapnya dengan helaian nafas kasarnya. Sementara sang penelpon masih tidak bersuara.
Dengan kesal Amelia pun mematikan telponnya, lalu membuka matanya dan melihat sang penelpon tersebut.
Nomor Tidak Dikenal.
"Hmm siapa ya? Mungkin hanya orang iseng saja, lebih baik aku matikan saja ponselnya." Gumam Amelia pelan, lalu ia segera menonaktifkan ponselnya, dan kembali memejamkan kedua bola matanya.
Sementara itu, di lain tempat terlihat seorang laki-laki yang kini tengah menggenggam erat ponsel miliknya, matanya menatap langit "Amel apakah kamu baik_baik saja? Aku sangat merindukanmu. Sebentar lagi aku akan pulang ke Indonesia, dan aku akan menjelaskan tentang kepergian ku kepadamu Amel, aku harap kau masih menyimpan cintamu untukku." Ujar laki_laki tersebut yang kini tengah berada di negara Thailand.
Laki_laki itu adalah Vino, cinta pertama Amelia yang pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada kekasihnya Ameli. Pada saat itu, Amelia sangat terpuruk atas kepergian laki-laki yang di cintai nya itu.
Amelia selalu menghubungi Vino, namun sayang sekali nomor Vino tidak aktif sama sekali.
Setelah satu tahun Amelia menunggu kabar dari Vino, tetapi Vino sama sekali tidak menghubungi nya, dan akhirnya Amelia pun menyerah dan mencoba untuk melupakan sang kekasih.
Hingga suatu saat, Amelia bertemu dengan Adrian, dan pada saat itulah Amelia mulai bisa melupakan kekasihnya yang menghilang ntah kemana.
Namun takdir seakan-akan mempermainkan Amelia, karena laki-laki yang bernama Adrian adalah kekasih sahabatnya sendiri, sungguh sebuah cinta yang tragis.
***
Adrian telah sampai di kediaman orang tua nya, ia berjalan dengan raut wajah yang datar, semua pelayan pun menyambutnya dengan hangat, tak terkecuali Laras sang ibunda yang menatap anak semata wayangnya dengan tajam.
"Kenapa mama menatap Adrian seperti itu? Bukannya mama menyuruh Adrian pulang kesini?" Tanya Adrian dengan raut wajah bingungnya.
"Dimana istrimu Dri? Kenapa kamu sendirian datang kesini? Kamu meninggalkan istrimu di hotel?" Tanya Laras tanpa menyahuti ucapan anaknya tersebut, sementara Adrian merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan mamanya, ia sendiri lupa jika ia sudah punya istri, dan lebih parahnya lagi, ia memang sengaja meninggalkan Amelia sendirian di hotel.
"Mmm.... dia, dia katanya mau nginep lagi mah, mungkin dia betah tinggal di hotel itu, jadi biarkan saja dia di sana."Ujar Adrian berbohong.
"Mama tau kamu sedang berbohong Adrian, mama minta kamu jemput Amelia sekarang juga, MENGERTI." Perintah Laras tak terbantahkan, sehingga membuat Adrian berdecak kesal, lalu pergi melangkahkan kakinya keluar dengan wajah suramnya.
"Dasar gadis sialan, hanya bisa merepotkan saja, awas saja kalau ketemu, aku bakal memberinya pelajaran." Adrian bergumam dengan pelan, lalu ia segera menaiki mobilnya, dan langsung menancap gas menuju tempat tujuannya.
***
Sesampainya di hotel, Adrian langsung memarkirkan mobilnya, kemudian ia berjalan masuk ke dalam hotel tersebut, Adrian menghampiri petugas yang tengah berjaga, lalu ia langsung menanyakan keberadaan Amelia.
"Mbak apakah tamu di hotel ini, yang bernama Amelia Lacarla sudah pergi?" Tanya nya dengan nada datar.
"Sebentar mas, saya cek dulu. Ujar penjaga itu, kemudian ia langsung mengeceknya, dan beberapa menit kemudian, petugas itu pun berkata dengan sopan." Maaf mas, sepertinya nona Amelia sudah meninggalkan hotel ini pada pukul 10.00 pagi."
"Baiklah terima kasih." Ujar Adrian yang langsung pergi melangkahkan kaki menuju tempat parkir mobilnya.
"Kemana perempuan sialan itu pergi? Apa dia sengaja ingin aku di marahi oleh mama? Argh brengsek, lihat saja Amelia, aku pasti akan menghukum mu." Adrian bergumam dengan pelan, kemudian ia masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi untuk mencari tau keberadaan Amelia.
Adrian menyusuri setiap sudut ibukota Jakarta, namun ia tetap tidak bisa menemukan keberadaan Amelia.
Adrian sangat kesal karena ia tak dapat menemukan keberadaan Amelia, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke apartemennya.
"Argh masa bodo dengan gadis sialan itu, lebih baik aku beristirahat, besok baru aku mencarinya lagi." Gumam Adrian dalam hati, lalu ia memutar balik kendaraannya menuju tempat tinggalnya.
Adrian memang tidak tinggal bersama keluarganya, ia memilih untuk hidup sendiri, alasannya simpel, karena Adrian ingin bebas tanpa pantauan orangtuanya.
***
Satu jam kemudian Adrian pun tiba di apartemennya, ia langsung memarkirkan mobilnya, lalu Adrian bergegas melangkahkan kakinya menuju lift, ia ingin segera membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.
"Sial, bukankah dulu Nisa pernah mengajakku ke tempat Amelia? Kenapa aku tidak kepikiran sama sekali, ah sudahlah besok saja aku ke tempatnya." Gumam Adrian dengan pelan.
Suara pintu lift terbuka, dengan segera Adrian pun keluar, ia berjalan dengan gaya khasnya memasuki apartemennya.
Setelah berada di dalam apartemennya, Adrian pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Adrian menyalakan shower, lalu ia membasahi tubuhnya, terlihat jelas lekuk tubuh yang begitu atletis, jika perempuan melihatnya, mungkin mereka akan berteriak histeris.
Adrian Aditama adalah laki_laki tampan dan memiliki postur tubuh yang atletis, dengan tinggi badan 182 cm, rahang tegas, hidung mancung, kulit putih, dan roti sobek di perutnya.
Adrian baru berusia 27 tahun, ia seorang CEO di perusahaan ayahnya, yang kelak akan menjadi miliknya.
Adrian sebenarnya pribadi yang hangat dan lembut, apalagi terhadap orang yang sangat ia cintai, namun jika terhadap Amelia, maka sifat Adrian akan berubah 180 persen derajat, dingin dan juga kasar.
Mohon maaf jika terdapat banyak typo.
berikan dukungan kalian ya, dengan cara like, komen dan vote sebanyak_banyaknya terima kasih.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!