"Dek, kamu jangan lupa kirimin mama uang yah, katanya dia lagi butuh itu". Ucap Reno sang suami tanpa mau tahu bagaimana keadaan istrinya.
" Maaf mas, keadaan toko sedang tidak baik, tolong beritahu ibumu kalau aku tidak bisa mengirimi uang untuk sementara waktu".
Mendengar perkataan istrinya Reno langsung berbalik menatap tajam sang istri, bisa-bisanya istrinya menolak keinginan ibunya.
Dia tidak peduli bagaimana keadaan istrinya baginya keinginannya ibunya harus dituruti.
"Tidak bisa begitu dong, kamu harus kirimi uang ibu sekarang juga, aku tidak mau tahu". Reno mengacak pinggang menatap tajam istrinya itu.
Wina yang ditatap seperti itu oleh suaminya hanya membuang muka dan mengangkat bahu tidak peduli, dia sudah lelah menjadi sapi perah dirumahnya sendiri, dia pemilik rumah tapi seperti orang yang menumpang.
"Kalau mau uang kamu kirimkan saja sama ibumu, toh selama ini kamu tidak pernah memberikan aku nafkah, uangmu pasti banyak kan??, urus saja keinginan ibumu". Wina berlalu meninggalkan suaminya yang terpaku melihatnya.
Dia tidak menyangka jika istri penurut dan lembut itu berubah ketus dan melawannya, dia mengepalkan tangannya dengan kesal seolah ingin memberikan istrinya pelajaran.
"Apa maksud mu berkata seperti itu??, ibuku itu ibumu juga, dia yang tua kita, menyenangkan dia berarti kita bisa masuk syurga, jangan keterlaluan kamu". Hardik Reno sambil mengikuti sang istri.
Wina berbalik dan menatap tajam suaminya, lelaki yang dia nikahi selama 5 tahun ini tak pernah memberinya nafkah dengan alasan karena dia punya toko dan beberapa restoran.
"Selama ini ibumu selalu meminta uang tanpa mau tahu kondisi keuanganku, dan kau sebagai suami selalu menyalahkan aku padahal tak ada nafkah satu sen pun darimu, terus sekarang kau meminta uang seperti meminta permen, kau ini masih waras atau tidak?? ". Suara itu memang tidak besar tapi menajam dan tatapan yang membunuh membuat Reno dilanda gelisah seketika.
Bisa gawat kalau istrinya ini marah dan malah mengusirnya dari sini, dia tidak akan lagi bisa bersenang-senang untuk menikmati gajinya sendiri jika istrinya tidak mau lagi memberi uang pada ibunya.
"Jangan begitulah dek, ibuku kan juga ibumu, kita harus membahagiakan dia, kamu kan sudah tak memiliki orangtua jadi sewajarnya kamu menyenangkan hati ibuku". Ucapnya melembutkan agar istrinya luluh seperti biasa.
"Aku memang sudah tak punya orangtua, memang selama ini aku tidak berusaha memenuhi keinginan ibumu dan adikmu yang kadang tidak masuk akal?? ".
Wina mendelik pada suaminya karena selalu menuntutnya membahagiakan ibunya padahal dia sendiri tak pernah membahagiakan dirinya.
"Tapi kan dek". Ucapnya dengan bingung.
Perubahan istrinya ini terlalu mendadak untuknya, biasanya istrinya akan mengiyakan apapun keinginan ibunya tanpa banyak kata sekarang dia malah banyak protes, entah apa yang terjadi.
"Aku tidak mau mengirimnya, usahaku sedang bermasalah, kamu saja yang urus dan berikan mereka uang, toh selama ini kamu tak pernah memberikan uang kepadaku bahkan hanya satu sen, kau selalu beralasan aku punya uang dan kaya, sekarang usahaku sedang bermasalah jadi urus lah ibumu dan adikmu itu". Wina meninggal kan suaminya karena dia akan sarapan dan mengurus anaknya.
Anaknya bernama Wira berusia 4 tahun yang kini duduk di bangku TK di sebuah sekolah swasta berbasis agama.
"Jangan begitu dek, aku sedang tidak punya uang sekarang". Ucapnya dengan memelas dan penuh rengekan.
Dia tidak mungkin mau memberi uang pada ibu dan adiknya bagaimana dengan kekasihnya nanti jika di ingin pergi jalan dan makan kalau uangnya diberikan pada ibu dan adiknya.
Benar tanpa istrinya tahu, dia memiliki wanita lain karena bosan dengan istrinya yang sudah tidak menarik baginya apalagi dia sangat sibuk dan tidak pernah ada untuknya.
"Aku tidak peduli, mereka adik dan ibumu".
Wina terus berjalan tanpa peduli perkataan suaminya, baginya sekarang suaminya tak lebih dari manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Dek, dek, kamu harus mengirimkan ibu uang, aku tidak mau tahu". Ucapnya dengan kesal.
"Terserah, jangan harap aku mengirimi mereka uang lagi, mereka bukan urusanku lagi". Ucap Wina dengan dingin tanpa peduli kepada suaminya.
Setelah mengurus keperluan dirinya dan juga sang anak, dia melangkahkan kakinya keluar rumah tapi baru sampai di pintu, ibu mertuanya sudah berada disana sedang memasang wajah sumringah karena melihatnya
"Kenapa tidak kirimi uang ibu nak??, ibu lagi butuh ini". Ucap sang mertua bernama Surti itu.
Dia bahkan tak peduli dengan raut tidak enak dari menantunya itu saat melihat kedatangannya.
"Ibu urus saja dengan anak ibu didalam, saya sedang buru-buru". Wina tidak menggubris perkataan mertuanya dan berlalu begitu saja.
Bu Surti melongo melihat tingkah menantunya yang tidak biasa itu, biasanya dia akan menyambut nya dengan suka cita tapi sekarang jangankan sapaan hangat melihat wajahnya saja seperti melihat kotoran.
"Win.. Wina". Panggil Bu Surti sedikit kencang karena menantunya itu sudah berlalu.
Wina menulikan telinganya dari panggilan sang mertua, dia tidak perduli lagi dengan keluarga suaminya itu.
" Bunda baik-baik saja??, kok nenek bunda cuekin??". Wira menatap sang bunda dengan kebingungan.
Tidak biasanya bundanya ini bersikap seperti itu pada sang nenek dan juga ayahnya.
"Tidak apa-apa nak, bunda baik-baik saja, bunda memang sedang terburu-buru karena ada meeting penting setelah mengantar kamu ke sekolah". Wina berusaha memberikan pengertian sang anak agar anaknya tidak merasakan apa yang dia rasa.
"Begitu rupanya, nanti bunda bisa jemput aku pulang sekolah kan?? ". Tanya Wira dengan penuh harap.
"Tentu sayang, bunda usahakan meeting nya cepat selesai supaya bisa jemput anak ganteng bunda ini". Wina mengelus kepala sang anak kemudian memeluknya.
Sedangkan dirumah Reno dan ibunya kini saling menatap kesal, karena kejadian tadi.
"Apa yang terjadi pada istrimu itu Reno??, kok bisa dia bersikap seperti itu pada ibu?? ". Tanya Bu Surti dengan kesal.
Gagal sudah rencananya untuk belanja hari ini padahal dia ingin pergi bersenang-senang dengan uang pemberian Wina seperti biasa.
"Aku juga tidak tahu bu, tadi pagi saat aku memberitahu untuk memberikan ibu uang dia menolak mentah-mentah, katanya usahanya sedang dalam masalah, jadi tidak lagi mengirimi ibu uang untuk sementara, itulah membuat aku pusing". Reno memijit pelipisnya karena dia yakin ibunya pasti akan merongrong uangnya.
"Ya sudah kamu saja berikan ibu uang, jika tidak ibu akan beritahu istrimu tentang kelakuanmu diluar". Ancamnya kepada sang anak.
Reno mendelik malas kepada ibunya itu, beginilah jika ibunya ini tidak diberi uang oleh Wina, dia yang akan menjadi sasaran untuk dimintai uang.
"Berhentilah membeli barang yang tidak penting bu, lebih baik ibu perbanyak beli emas, mumpung Wina masih memberi uang".
"Tenang saja, kamu pikir ibu tidak membeli emas??, lumayan lah uang dari Wina itu".
"Bagus jika seperti itu bu".
Sesampainya di toko miliknya, Wina langsung memimpin rapat, dia beruntung karena selama ini suaminya tidak mau tahu keadaan tokonya yang penting baginya yang penting uang untuk ibu dan adiknya lancar.
Setelah meeting selesai, Wina masuk kembali kedalam ruangan dan memijit pelipisnya, ibu mertuanya sudah menelpon nya sejak tadi berusaha meminta uang seperti biasa yang dia lakukan.
Tapi kali ini, dia tidak akan memberikan satu sen pun pada keluarga parasit dan benalu seperti mereka, dia sudah dibutakan oleh cinta dan takut kehilangan sehingga dia mudah dimanfaatkan oleh suami dan keluarganya.
"Kalian duluan yang mencari gara-gara padaku, setelah apa yang aku berikan kepada kalian selama ini". Dia mengepalkan tangannya sehingga kukunya memutih.
Dia jelas teringat bagaimana dia tahu akan rencana mertua dan suaminya serta adik iparnya saat dirinya berkunjung ke rumah mereka.
"Istrimu itu terlalu bodoh sehingga bisa kita manfaatkan". Ucap suara yang dia yakini adalah suara mertuanya.
Wina yang baru datang kerumah mertuanya itu hendak masuk tetapi langkahnya terhenti begitu mendengar percakapan mereka, dia tetap berdiri di pintu rumah yang terbuka sedikit agar bisa mendengar langsung percakapan itu.
Dia membuka handphone nya dan membuka aplikasi perekam video untuk menyimpan beberapa bukti jika seandainya nanti diperlukan.
"Benar tuh bu, dia terlalu bucin sama kak Reno sampai mau saja selalu kita peras uangnya". Tawa riang terdengar dari perempuan muda bernama Rena yang merupakan adik dari suaminya itu.
"Iya dong Reno gitu loh, Wina itu hanya gadis yatim piatu yang sangat bodoh, untung saja dia kaya, jadi bisa kita manfaatkan sesuka hati kita". Kini Reno menatap adik dan ibunya dengan jumawa seakan dirinya sudah menguasai istrinya sepenuhnya.
"Jangan lupa Ren, kamu harus membuat Wina mengalihkan semua asetnya atas namamu, jadi kamu bisa mendepak dia jika dia sudah tidak berguna untuk kita". Bu Surti menatap anaknya dengan penuh peringatan
Kaki Wina lemas seketika mendengar percakapan mereka yang keterlaluan itu, padahal selama ini dia begitu menyayangi mereka tanpa batas, bahkan berapapun yang mereka minta selalu dia berikan.
Dan sekarang dia tahu jika keluarga suaminya itu tidak pernah menyayangi nya tapi hanya memanfaatkan kekayaannya selama ini.
"Tenang saja bu, akan ku pastikan itu terjadi, percuma dong aku menikahi perempuan kaya kalau tidak bisa memiliki hartanya, rugi waktu". Reno mengucapkannya dengan penuh kesadaran.
Dia memang memanfaatkan istrinya selama ini, bahkan jabatan yang dia peroleh pun dari istrinya karena koneksi yang dia miliki sehingga jabatannya melesat cepat belum lagi, dia juga sering meminta uang istrinya itu tanpa malu.
Dengan tubuh bergetar hebat menahan amarah, Wina menyimpan rekaman itu kemudian berbalik, airmata nya luruh, hatinya hancur berkeping-keping.
Ketulusan yang dia berikan nyatanya dibayar buruk oleh orang-orang yang dia kira tulus padanya tapi ternyata serigala berbulu domba.
"Kalian salah bermain dengan Wina Aditama, kalian akan ku buat menyesal dan tidak akan bisa bangkit kembali, tunggulah waktunya, kalian akan membayar mahal semua ini". Wina memukul setir mobilnya dengan keras melampiaskan emosinya dan kemarahan dirinya.
Wina tersentak kaget dari lamunannya mendengar asistennya sekaligus sekretaris nya memegangi dirinya, dia menghapus airmata yang tiba-tiba menetes tanpa permisi, kini dia harus menyamping kan masalah tentang keluarga suaminya itu karena dia akan membalas mereka pelan-pelan.
"Maaf bu, saya membuat ibu kaget, saya sudah memanggil ibu sejak tadi tapi ibu tidak mendengarkan". Sang asisten bernama Ratna itu menatapnya dengan khawatir.
"Tidak apa-apa Ratna, aku memang sedang ada masalah dan banyak pikiran, kamu mau bicara apa?? ". Wina mengalihkan pembicaraan mereka agar tidak larut dalam kesedihan.
"Ini bu, kita dapat tawaran kerjasama dengan perusahaan di bandung, ini proposal kerjasama yang mereka kirim, ibu bisa lihat terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan". Ratna menyodorkan berkas kerjasama itu dimeja kerja bosnya itu.
Dia bisa melihat jejak air mata pada bosnya, dia sebenarnya khawatir dan ingin bertanya tapi melihat bosnya tidak ingin membicarakan masalahnya jadi dia mengurungkan niatnya.
"Kita harus cari tahu bagaimana sepak terjang perusahaan mereka sebelum mengambil keputusan, aku tidak mau hanya sekedar mendatangkan keuntungan tapi bekerjasama dengan jangka panjang harus betul-betul kita tangani dengan benar agar tidak jadi masalah dikemudian hari".
"Baik bu, aku akan mencari tahu apa yang ibu minta, ibu bisa mempelajari berkasnya terlebih dahulu, saya pamit dulu, ini adalah laporan toko dan beberapa restoran kita".
Wina mengangguk dan mempersilahkan asistennya itu keluar dari ruangannya, karena dia akan mengamati semua laporan termasuk dengan dokumen kerjasama itu.
"Fokus Wina, usahamu akan kamu berikan kepada anakmu nanti, kamu harus pastikan anakmu tidak kekurangan apapun".
Dulu ayahnya adalah seorang koki yang memiliki banyak restoran sedangkan ibunya memiliki toko furniture terbesar di kota ini dan juga beberapa usaha toko emas.
Suami dan mertuanya tidak tahu apa saja usahanya, dia sengaja menyembunyikan itu untuk berjaga-jaga, yang mereka hanya tahu toko furniture ini dan satu restorannya.
Setelah selesai dengan urusannya, Wina segera keluar untuk menjemput sang anak tanpa peduli telpon dari mertua dan suaminya yang menghubungi nya silih berganti.
Sedangkan Reno membanting handphone nya ke sofa rumah mereka, begitu juga ibunya, sejak tadi ibu dan anak itu bergantian menghubungi Wina tapi tak ada satupun yang dia jawab bahkan pesan mereka saja tidak dibalas.
"Ibu tidak mau tahu Reno, kamu harus kirimi uang ibu sekarang, ibu mau pergi beli emas baru ini, ada koleksi baru keluar dari toko emas langganan ibu itu". Bu Surti menatap anaknya dengan kesal.
Anaknya seperti sengaja mengulur waktu untuk tidak memberikannya uang malah sibuk menelpon istrinya.
"Ya ampun bu, belanja emasnya nanti saja, Reno ini akan pergi kerja, ibu bukannya pengertian malah rusuh pagi-pagi begini". Ucap Reno dengan kesal.
"Pokoknya kamu harus kirimi uang ibu, kalau tidak ibu akan bilang sama istrimu atas kelakuanmu itu". Ancamnya lagi.
"Lakukan saja bu, jika ibu mau kita semua jadi gembel dijalan, beritahu Wina sekarang juga, ibu selalu mengancam ku begini, aku ini mau kerja". Reno keluar tanpa memperdulikan ibunya.
Dia tidak mau memberikan uang pada ibunya setelah ibunya dapat uang yang banyak dari Wina dalam satu bulan, bahkan apa yang diberikan pada ibunya itu setara dengan gaji bulanannya sebagai manager.
"Reno, reno". Teriak Bu Surti dengan kesal.
Dia melihat anaknya itu pergi tanpa perduli akan permintaannya, dia mengeram kesal karena keinginannya tidak dituruti.
"Sialan menantu kurang ajar itu, beraninya dia menolak mengirim uang itu padaku, akan kuberi dia pelajaran nanti".
Wina menghela nafas, deringan ponselnya begitu mengganggu, tapi dia malas untuk sekedar bertegur sapa pada ibu mertuanya, mereka jika tidak dikirimi uang seusai permintaannya akan menerornya terus menerus.
Dia capek melihat pesan dan telpon mereka bergantian padahal dia lagi banyak pekerjaan tapi mereka terus menerus melakukannya.
"Apa sih bu, berisik banget telpon terus, aku sedang sibuk, banyak pekerjaan". Ucap Wina begitu mengangkat telpon sang mertua.
Suaranya sangat ketus menandakan dia sedang emosi dan terganggu akibat telpon itu.
"Loh nak kok kamu ngomong gitu sama ibu, ibu ini mertuamu loh sama seperti orangtuamu sendiri, tumben sekali kamu bersikap seperti itu pada ibu??". Bu Surti cukup terkejut dengan nada ketus dan sinis dari menantunya itu.
Tidak biasanya menantunya bersikap seperti itu padanya, biasanya se kesal apapun dia padanya tidak akan ada nada seperti itu keluar dari mulutnya kepada nya karena menantunya itu begitu menyayangi dan menghormati nya selama ini.
"Lagian ibu ini kenapa sih??, aku ini lagi kerja, berhenti meneror ku dengan telpon dan chat, kayak aku tidak pernah kasih ibu uang saja, sudah kubilang ibu minta sama Mas Reno, karena usahaku sedang ada masalah, ngerti ga sih". Ucapnya dengan nada cukup tinggi.
Dia betul-betul melampiaskan kekesalannya pada mertuanya ini, dia sedang sibuk tapi selalu ditelpon seperti ini baru sehari saja dia tidak menuruti permintaan mertuanya itu dia sudah seperti tersangka yang terus menerus dicari.
Mendengar ucapan menantunya itu, Bu Surti meradang, dia tidak terima menantunya berkata seperti itu padanya. Dia adalah mertuanya dan orangtua dari suaminya sudah sepatutnya menantunya itu menuruti semua perkataannya.
"Jangan kurang ajar sama ibu kamu Wina, kamu kenapa sih jadi membentak ibu seperti ini, ibu kan cuma minta uang apa salahnya kamu kasih sih, biasanya juga gitu, tumben sekali kamu banyak protes??". Ucapnya berusaha tenang walau hatinya sangat dongkol karena menantunya itu membentaknya.
"Ibu ini tidak dengar apa yang tadi aku bilang yah, usahaku sedang ada masalah, berhenti meneror ku meminta uang, minta sama anak ibu karena dia tidak pernah memberikan aku uang sepersen pun, jadi aku yakin uangnya banyak". Wina tanpa sengaja meninggikan suaranya karena sangat kesal.
"Orang lagi pusing bukannya tahu kondisi malah terus minta uang, kurang kerjaan aja, tidak tahu malu banget, menyebalkan". Wina langsung mematikan telponnya.
Hilang sudah rasa sayang dan juga rasa hormat pada ibu mertuanya, sejak dia tahu keluarga suaminya itu hanya memanfaatkannya dan sengaja berpura-pura baik padanya, dia sudah kehilangan respek, walau berusaha mengendalikan diri.
Bu Surti menjauhkan handphone nya karena mendengar nada menantunya itu, bisa gawat kalau menantunya mulai curiga atau marah padanya, lebih baik, dia berhenti sementara waktu sampai keadaan membaik, mungkin usaha menantunya sedang dalam masalah makanya ketus seperti ini.
"Sial sekali padahal aku sedang pengen belanja, dasar menantu pelit, untung kaya coba tidak ku suruh cerai dia sama anakku". Gerutunya dalam hati.
Dia menghentakkan kakinya berjalan keluar meninggalkan rumah anaknya dengan perasaan kesal dan marah, dia sudah janjian dengan teman-temannya hari ini tapi terpaksa batal karena menantunya.
Dia bahkan lupa jika selama 5 tahun ini, Wina lah yang memberikan mereka yang untuk keperluan mereka tapi bu Surti dan anak-anak nya menjadi orang yang tidak tahu diri.
Sedangkan Reno yang telah sampai dikantor langsung mendapatkan telpon dari istrinya, dia mengerutkan keningnya karena istrinya menelpon nya padahal dia sejak tadi menghubungi tapi tidak direspon Ini malah menelpon sendiri tanpa dicari.
"Hallo". Sapanya saat panggilan itu tersambung.
Tanpa menjawab apapun, Wina langsung menyemprot suaminya dengan kalimat tajam dan penuh penekanan, dia tidak mau terus dimanfaatkan oleh keluarga suaminya.
"Beritahu ibumu berhenti meneror ku dengan meminta uang, jika dia selalu meminta uang terus menerus jangan salahkan aku jika aku mengusirnya dari rumah yang dia tempati sekarang, kamu mengerti". Ucap Wina dengan tegas.
Dia sudah geram keluarga suaminya selalu merongrong nya soal uang.
"Loh kok gitu dek, kamu kenapa sih, kok marah-marah gitu??". Ucapnya melembutkan suaranya.
Sepertinya dia dan ibunya harus mengalah lebih dulu karena istrinya sedang marah dan penuh emosi mungkin usahanya sedang bermasalah makanya dia marah saat ibunya meminta uang, bisa gawat kalau ibunya di usir oleh istrinya.
"Kau tidak lupa kan jika rumah itu adalah rumahku, rumah yang dibeli menggunakan uangku, jangan sampai aku berbuat nekat mengusir ibumu dan adikmu tanpa memandangmu lagi".
"Loh sayang, jangan gitu lah dek, masa kamu mengusir ibuku hanya karena meminta uang, kasih aja kenapa sih, kan duit kamu banyak tidak habis juga". Ucapnya dengan santai.
Dia berusaha menutupi kegugupannya karena istrinya sudah membahas rumah yang dibelikan untuk ibunya, dia khawatir jika istrinya benar-benar mengusir ibunya, ibunya pasti akan sangat marah padanya
"Kalau ibumu masih mau tinggal disana suruh dia jaga kelakuannya, aku ini pusing banyak masalah, malah kalian buat masalah denganku dengan terus menerorku meminta uang, bukannya memberikan pengertian dan support, ini malah menambah beban pikiranku, dasar menyebalkan".
Reno menelan ludahnya, ternyata benar istrinya marah-marah karena sedang banyak masalah dan sejak tadi dia dan ibunya terus menerornya dengan uang, pantas saja dia mengomentari seperti ini.
"Maaf sayang, nanti aku kasih tahu ibu, maaf yah, kamu selesaikan saja dulu masalah kamu baru kamu kirimkan ibu uang". Ucapnya pelan berusaha mencari simpati sang istri.
"Aku tidak peduli berhenti meminta uangku, harusnya kau tau diri karena kau tidak pernah memberikan nafkah pada istrimu ini, jadi penuhi keinginan ibumu kalau tidak kamu akan tahu akibatnya". Sungutnya memutuskan telponnya dengan jengkel.
Wina menarik nafasnya berusaha mengontrol emosinya, entah mengapa sejak tadi dia langsung emosi kepada suami dan keluarganya itu sangat membuatnya jengkel setengah mati.
Sedangkan Reno kini terpaku mendengar ucapan istrinya, bagaimana bisa istrinya bisa berubah drastis seperti itu, apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya itu
"Apa masalah di tempat usahanya begitu begitu besar sampai dia bersikap seperti itu pada ku dan ibu??".
"Aku harus membiarkannya lebih dulu, jangan sampai usahanya jatuh bangkrut". Bisa sia-sia waktunya selama ini karena usaha itu bangkrut padahal dia ingin menguasai usaha dan harta istrinya.
Reno berusaha mencari cara agar istrinya masih tetap dan kembali seperti dulu, tunduk dan patuh, bisa gawat jika istrinya marah padanya.
Dengan tidak tahu malunya dirinya, masih menginginkan harta warisan istrinya padahal dia tidak pernah memberi nafkah pada istrinya selama menikah.
"Kau harus secepatnya mengalihkan aset itu atas namaku, jangan sampai usahanya bangkrut dan aku tidak dapat apa-apa".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!